Anda di halaman 1dari 22

Teknik-teknik Manajemen Risiko

PT Antam Tbk

OLEH :

1. Fresti Nur Ilma (041711233009)


2. Liana Novita Yusika (041711233011)
3. Siti Sulikhah (041711233012)
4. Yukha Saraswati (041711233014)
5. Septiana Dwi Astuti (041711233051)
6. Putri Hasanah (041711233052)

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
TAHUN 2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

PT Antam berdiri pada tahun 1968. Selama 5 dekade tersebut, PT Antam senantiasa
berupaya untuk meningkatkan nilai tambah mineral yang dimiliki sejalan dengan kebijakan
hilirisai pemerintah. Kegiatan hilirisasi tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 1974, sejalan
dengan pengoperasian pabrik feronkel FeNi 1. Saat ini, ANTAM sudah memiliki beragam
fasilitas pengolahan mineral baik nikel, emas, perak maupun bauksit.
Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan yang memiliki risiko
inherent yang cukup besar, Perusahaan memiliki filosofi risiko bahwa dalam pengelolaan bisnis,
Perusahaan berkomitmen mengelola semua risiko secara efektif dan efisien serta memastikan
kesinambungan dan risiko pertumbuhan dari bisnis inti yang berkelanjutan melalui pengelolaan
risiko secara proaktif, berfokus pada risiko yang terpenting, dan memberikan perhatian terhadap
alokasi modal dalam proses pengendalian. Pengelolaan risiko Perusahaan dilakukan secara
terkoordinasi dan terintegrasi.

Pada makalah minggu ini, penulis akan mengidentifikasi teknik-teknik manajemen risiko
yang diterapkan oleh PT Antam Tbk. Penyusunan makalah berdasarkan dengan buku pedoman
dan sesuai dengan kontrak kuliah

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penghindaran risiko ?


2. Apa yang dimaksud dengan Risk Retention?
3. Apa yang dimaksud dengan Risk Transfer ?
4. Bagaimana memilih keputusan alternatif manajemen risiko ?
5. Bagaimana cara pengendalian risiko ?
6. Bagaimana cara penghindaran risiko pada PT Antam ?
7. Bagaimana identifikasi risk retention pada PT Antam ?
8. Bagaimana identifikasi risk transfer pada pada PT Antam ?
9. Bagaimana keputusan dalam memilih alternatif pada PT Antam ?
10. Bagaimana cara pengendalian risiko pada PT Antam ?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan penghindaran risiko.


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan risk retention.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan risk transfer.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara memilih keputusan alternatif yang tepat.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengendalikan risiko.
6. Untuk mengetahui bagaimana penghindaran risiko pada PT Antam.
7. Untuk mengidentifikasi risk retention dan risk transfer pada PT Antam.
8. Untuk mengetaui cara pengambilan keputusan alternatif dan pengendalian risiko pada PT
Antam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teknik-teknik Manajemen Risiko

Beberapa alternatif bisa dipilih untuk mengelola risiko yang dihadapi, yaitu :
1. Penghindaran risiko (Risk avoidance)
2. Pengendalian risiko (Risk control)
3. Penanggungan atau penahanan risiko (Risk retention)
4. Pengalihan risiko (Risk transfer)

Organisasi bisa memilih salah satu alternatif tersebut atau menggabungkan beberapa alternatif
di atas. Jika memilih untuk menggunakan beberapa alternatif, maka organisasi harus menentukan
kombinasi alternatif pengelolaan risiko yang optimal.

2.1.1 Eksposur Risiko dan Pengendalian Manajemen Risiko

Pengendalian risiko mempunyai peranan penting dalam manajemen risiko. Eskposur


terhadap risiko yang tinggi, jika diimbangi dengan pengendalian risiko yang baik, akan
mengurangi atau meminimalkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan, seperti yang terlihat di
tabel berikut ini :

Risiko Inheren
Hasil Penilaian Predikat Risiko
Komposit
Low Moderate High
Sistem Low to
Weak Moderate to High High
Pengendalian Moderate
Risiko
Acceptable Low Moderate High

Strong Low Moderate to Low Hight to Moderate

Tabel di atas menunjukkan bahwa profil risiko ditentukan oleh dua hal :
1) Risiko inheren, dan
2) Sistem pengendalian risiko
2.1.2 Penghindaran Risiko
Jika memungkinkan, risiko yang tidak perlu, risiko yang bisa dihilangkan tanpa ada
pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa dihindari. Misalnya perusahaan
memiliki dua pilihan untuk gudangnya, satu di daerah rawan banjir, satu lagi di daerah
aman banjir. Jika segala sesuatunya sama (misal harga sewanya sama), perusahaan
seharusnya memilih gudang yang ada di daerah aman banjir. Namun, dalam
kebanyakan situasi, risiko tidak bisa dihindari.

2.2 Risk Retention


Alternatif lain dari manajemen risiko adalah perusahaan menanggung sendiri risiko yang
muncul (risk retention). Jika risiko tersebut benar-benar terjadi, perusahaan tersebut harus
menyediakan dana untuk menanggung risiko tersebut

2.2.1 penahanan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan


 Jika suatu perusahaan mengevaluasi risiko-risiko yang ada, kemudian memutuskan
untuk menahan sebagian atau seluruh risiko, maka perusahaan tersebut menahan risiko
dengan terencana.
 Jika perusahaan tidak sadar akan adanya suatu risiko dan tidak melakukan apa-apa,
maka dalam situasi tersebut perusahaan menahan risiko dengan tidak terencana.
2.2.2 Pendanaan Risiko yang Ditahan
Risiko yang ditahan bisa didanai ataupun tidak. Pendanaan bisa dilakukan melalui
beberapa cara :
a. Dana Cadangan
Perusahaan menyisihkan dana tertentu secara periodik yang ditujukan untuk membiayai
kerugian akibat dari risiko tertentu. Misal perusahaan menyisihkan 1% dari pendapatan
untuk membiayai kerugian akibat kecelakaan mobil. Perusahaan juga bisa menyiapkan
dana cadangan dalam bentuk memgang aset yang likuid (misal kas) yang disiapkan
untuk membiayai kerugian jika risiko terjadi. Perusahaan juga bisa membangun akses
ke pasar keuangan yang baik sehingga jika terjadi kerugian, perusahaan bisa
memperoleh dana dari pasar keuangan, meskipun biasanya bank tidak memberikan
pinjaman untuk kerugian akibat terjadinya risiko (misal akibat kecelakaan).

b. Self-insurance dan Captive Insurers


Pengelolaan dana cadangan bisa ditingkatkan lagi menjadi semacam asuransi untuk
internal perusahaan sendiri (self-insurance). Dengan self-insurance, perhitungan
dilakukan lebih teliti untuk menentukan berapa besarnya premi yang harus disisihkan,
berapa besarnya tanggungan yang bisa diberikan. Kerugian yang lebih besar dari
tanggungan maksimum bisa dialihkan ke pihak laur (misal diasuransikan). Self-
insurance bisa dilakukan jika (1) eksposur di perusahaan cukup besar sehingga skala
ekonomisnya bisa tercapai, (2) risiko bisa diprediksi dengan baik.
Captive insures dilakukan dengan mendirikan anak perusahaan asuransi yang menjadi
bagian dari perusahaan. Sehingga risiko dalam perusahaan bisa diasuransikan ke
captive insures tersebut. Captive insures juga bisa menjual asuransi ke pihak eksternal
(perusahaan lain).

2.3 Risk Transfer


Alternative lain dari manajemen risiko adalah memindahkan risiko ke pihak lain
(mentransfer risiko ke pihak lain). Pihak lain tersebut biasanya mempunyai kemampuan
yang lebih baik untuk mengendalikan risiko, baik karena skala ekonomi yang lebih baik
sehingga bisa mendiversifikasikan risiko lebih baik, atau karena mempunyai keashlian
untuk melakukan manajemen risiko lebih baik. Risk Transfer bisa dilakukan dengan melalui
beberapa cara:
1. Asuransi
2. Hedging
3. Incorporated (membentuk perseroan terbatas)
4. Teknik lainnya.
a. Asuransi
Asuransi adalah kontrak perjanjian antara yang diasuransikan (insured) dan perusahaan
asuransi (insurer), di mana insurer bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang
dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer) memperoleh premi
asuransi sebagai balasannya. Ada 4 hal yang diperlukan dalam transaski asuransi: perjanjian
kontrak, pembayaran premi, tanggungan (benefit) yang dibayarkan jika terjadi kerugian
seperti yang disebutkan dalam kontrak, dan penggabungan (pool) sumber daya oleh
perusahaan asuransi yang diperlukan untuk membayar tanggungan. Risiko yang bisa
ditanggung oleh asuransi cukup beragam yaitu: risiko kecelakaan kerja, risiko kematian,
risiko tabungan tidak terbayar oleh bank (asuransi deposito), dan risiko kebakaran atau
kerusakan property.
b. Hedging
Hedging atau lindung nilai pada dasarnya mentransfer risiko kepada pihak lain yang lebih
bisa mengelola risiko lebih baik melalui transaksi instrument keuangan. Cara kerja hedging
mirip dengan asuransi, yaitu jika kita rug karena risiko tertentu, kita memperoleh
kompensasi dari kontrak lainnya. Jika di asuransi, asuransi diberikan oleh perusahaan
asuransi. Sedangkan untuk hedging dengan instrument derivative, kompensasi diberikan
oleh pihak lain (counter party) yang menjual kontrak deviratif tersebut.
c. Incorporated
Incorporated atau membentuk perseroan terbatas merupakan alternative transfer risiko,
karena kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal
yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai ke kekayaan pribadi. Secara efektif,
sebagian risiko perusahaan ditransfer ke pihak lain, dalam hal ini biasanya kreditur. Jika
perusahaan bangkrut, maka pemegang saham dan pemegang utang akan menanggung risiko
bersama, meskipun dengan tindakan yang berbeda. Pemegang utang biasanya memiliki
prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang saham.
d. Teknik lainnya
Selain teknik transfer risiko yang disebutkan di atas, ada banyak teknik transfer risiko
lainnya. Contohnya seperti penghindaran perubahan kurs. Pedagang akan menetapkan harga
suatu barang dalam dollar AS, bukan rupiah.

2.4 Keputusan Memilih Alternative Manajemen Risiko


Secara umum jika risiko mempunyai frekuensi yang sering dengan severity
(dampak) yang rendah, maka alternatif risiko ditahan merupakan alternatif yang paling
optimal. Jika risiko mempunyai frekuensi yang kecil tetapi mempunyai severity yang besar,
maka alternatif ditransfer merupakan alternatif yang optimal. Jika frekuensi dan severity
tinggi, maka perusahaan bisa berpikir untuk menghindari risiko tersebut. Tabel berikut ini
meringkaskan alternatif risiko tersebut.

Beberapa ilustrasi bisa diberikan di sini. Risiko kecelakaan mobil dari perspektif
individu mempunyai ciri frekuensi rendah, dengan tingkat severity yang tinggi. Untuk
risiko semacam itu, alternatif ditransfer merupakan alternatif yang optimal. Karena itu akan
lebih menguntungkan jika individu membeli asuransi kecelakaan mobil dibandingkan
menahan risiko tersebut. Risiko kebakaran atau terkena serangan badai mempunyai ciri
frekuensi rendah dengan severity yang tinggi. Untuk jenis risiko tersebut, alternatif transfer
risiko merupakan alternatif yang optimal. Tentunya besar kecil severity dan frekuensi
bersifat relatif, tergantung dari sudut pandang tertentu. Sebagai contoh, kerugian sebesar
Rp1 miliar bagi perusahaan kecil akan terlihat sangat besar, tetapi bagi perusahaan besar,
angka tersebut merupakan angka yang kecil. Di samping itu, alternatifalternatif tersebut
tidak saling menghilangkan. Perusahaan bisa menggunakan kombinasi alternatif risiko.
Sebagai contoh, perusahaan mengasuransikan kerugian dari kebakaran di atas angka Rp1
miliar. Di bawah angka tersebut, perusahaan bersedia menanggung (menahan) risiko
tersebut. Perusahaan berarti menggunakan alternatif menahan dan sekaligus mentransfer
risiko.
Di samping itu, penggunaan alternatif-alternatif tersebut perlu dilengkapi dengan
pengendalian risiko. Pengendalian risiko berkaitan dengan alternatifalternatif risiko seperti
terlihat berikut ini. Untuk alternatif menahan risiko, maka pengendalian risiko menjadi
penting dilakukan. Pengendalian risiko yang baik bisa memperkecil risiko, sehingga
alternatif menahan risiko menjadi lebih layak. Untuk alternatif mentransfer risiko,
pengendalian risiko bisa menurunkan harga yang dibayar untuk mentransfer risiko tersebut.
Sebagai contoh, perusahaan bisa mencoba mengendalikan risiko kebakaran bangunan
dengan jalan memasang alarm kebakaran dan tabung pemadam kebakaran di bangunan
tersebut. Jika hal tersebut dilakukan, premi untuk asuransi kebakaran bisa diturunkan.
Bagian berikut ini membicarakan pengendalian risiko.

2.5 Pengendalian Risiko


Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan pengendalian
risiko. Dengan menggunakan dua dimensi, probabilitas dan severity, pengendalian risiko
bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat
keseriusan (severity), atau keduanya. Agar bisa mengendalikan risiko lebih baik,
pemahaman terhadap karakteristik risiko diperlukan. Dalam upaya memahami risiko
tersebut ada beberapa teori yang ingin menelusuri penyebab munculnya risiko. Dua teori
dibicarakan dalam bagian ini yaitu teori domino dan teori rantai risiko.
2.5.1 Teori Domino (Heinrich, 1959)
Menurut teori ini, kecelakaan bisa dilihat sebagai urutan lima tahap seperti
digambarkan dalam kartu domino berikut ini. Jika satu kartu jatuh, maka akan
mendorong kartu kedua jatuh, dan seterusnya sampai kartu domino terakhir jatuh
(ingat permainan merubuhkan deretan kartu domino).
Ada lima tahap yang merupakan rangkaian kecelakaan, yaitu:
a) Lingkungan sosial dan faktor bawaan yang menyebabkan seseorang berperilaku
tertentu (misal mempunyai temperamen tinggi sehingga gampang marah).
b) Personal fault (kesalahan individu), di mana individu tersebut tidak mempunyai
respon yang tepat (benar) dalam situasi tertentu.
c) Unsafe act or physical hazard (Tindakan yang berbahaya atau kondisi fisik yang
berbahaya).
d) Kecelakaan.
e) Cedera.

2.5.2 Rantai Risiko (Risk Chain)

Menurut Mekhofer, 1987, risiko yang muncul bisa dipecah ke dalam beberapa komponen:
a. Hazard (kondisi yang mendorong terjadinya risiko).
b. Lingkungan di mana hazard tersebut berada.
c. Interaksi antara hazard dengan lingkungan.
d. Hasil dari interaksi.
e. Konsekuensi dari hasil tersebut.

2.5.3 Fokus dan Timing Pengendalian Risiko

o Fokus pengendalian risiko


Pengendalian risiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan
(probability) munculnya risiko dan mengurangi keseriusan (severity)
konsekuensi risiko tersebut. Pemisahan (separation) dan duplikasi (duplication)
merupakan dua bentuk umum metode untuk mengurangi keseriusan risiko.
o Timing pengendalian risiko
Dari sisi timing (waktu), pengendalian risiko bisa dilakukan sebelum, selama,
dan sesudah risiko terjadi. Sebagai contoh, perusahaan bisa melakukan training
untuk karyawannya mengenai peraturan, prosedur, dan teknik untuk
menghindari kecelakaan kerja. Karena aktivitas tersebut dilakukan sebelum
terjadinya kecelakaan kerja, maka aktivitas tersebut merupakan aktivitas
sebelum risiko terjadi. Pengendalian risiko juga bisa dilakukan pada saat
2.5.4 Metode pengendalian risiko
Setelah manajer risiko melakukan identifikasi dan mengukur risiko, maka tahap selanjutnya
adalah memilih cara pengendalian risiko. Upaya-upaya untuk menanggulangi risiko harus
selalu dilakukan, sehingga kerugian dapat dihindari atau diminimumkan. Sesuaikan dengan
sifat objek yang terkena risiko, ada beberapa cara yang dapat dilakukan (perusahaan) untuk
meminimumkan risiko kerugian, antara lain :
 Menghindari Risiko (Risk Avoidance)
Menghindari suatu risiko murni adalah menghindarkan harta, orang atau
kegiatan dari exposure. Beberapa karaktersitik penghindaran risiko seharusnya
diperhatikan:
1) Boleh jadi tidak ada kemungkinan menghindari risiko. Misalkan Jika
ingin menghindari semua risiko tanggung jawab maka semua kegiatan
perlu dihentikan
2) Manfaat atau laba potensial yang akan diterima sebab kepemilikan suatu
harta, mempekerjakan pegawai tertentu, atau bertanggung jawab atas
suau kegiatan, akan hilang jika melaksanakan penghindaran risiko
3) Makin sempit risiko yang dihadapi, maka akan semakin besar
kemungkinan akan tercipta risiko yang baru. Misalnya menghindari
risiko pengangkutan dengan kapal laut dan menggantinya dengan
angkutan darat, akan memunculkan risiko baru yakni risiko
pengangkutan darat.
 Mengendalikan Kerugian (Loss Controlling)
Tujuan Mengendalikan Kerugian adalah untuk Memperkecil
kemungkinan/peluang terjadinya kerugian dan Mengurangi keparahan bila suatu
risiko kerugian memang terjadi. Pengendalian kerugian dibagi menjadi empat,
yaitu :
1) Melakukan tindakan pencegahan dan pengurangan kerugian.
2) Program pengendalian kerugian berdasar sebab-sebab terjadinya
3) Pengendalian kerugian menurut lokasi
4) Pengendalian menurut timing
 Pemisahan (Risk Reduction)
Maksud pemisahan ini adalah mengurangi jumlah kerugian untuk satu peristiwa.
Dengan menambah banyaknya independent exposure unit maka probabilitas
kerugian-harapan diperkecil. Jadi, memperbaiki kemampuan perusahaan untuk
meramalkan kerugian yang akan dialami.

Misalnya jika banyak mempunyai truk, maka tindakan pemisahan dilakukan


dengan menempatkannya dalam beberapa pool yang berlainan, menempatkan
barang persediaan tidak dalam satu gudang saja, tapi dipisahkan dalam dua atau
lebih.
 Kombinasi atau Pooling
Kombinasi atau Pooling menambah banyaknya exposure unit dalam batas
kendali perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan agar kerugian yang akan
dialami lebih dapat diramalkan, jadi risiko dikurangi.

Salah satu cara perusahaan mengkombinasikan risiko adalah dengan


perkembangan internal. Misalnya, perusahaan angkutan memperbanyak jumlah
truknya ; satu perusahaan merger dengan perusahaan lain ; perusahaan asuransi
mengkombinasikan risiko murni dengan jalan menanggung risiko sejumlah
besar orang atau perusahaan.
 Pemindahan Risiko (Risk Transfer)
Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan tiga cara :
1) Harta milik atau kegiatan yang menghadapi risiko dapat dipindahkan kepada
pihak lain, baik dinyatakan dengan tegas, maupun berikut dengan transaksi
atau kontrak. Contoh : Perusahaan yang menjual salah satu gedungnya,
dengan sendirinya telah memindahkan risiko yang berhubungan dengan
pemilikan gedung itu kepada pemilik baru. Ada perusahaan yang
menyerahkan sebagian kegiatan perusahaan kepada kontraktor, dengan
tujuan untuk memindahkan segala risiko yang berhubungan dengan
pekerjaan itu.
2) Risiko itu sendiri yang dipindahkan. Contoh : Pada suatu kasus persewaan
gedung, penyewa mungkin sanggup mengalihkan kepada pemilik berkenaan
tanggung jawab kerusakan gedung karena kealpaan si penghuni.

2.6 Penghindaran Risiko PT. ANTAM

2.6.1 Risiko Kecelakaan Kerja


ANTAM senantiasa menempatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sebagai
prioritas utama di kegiatan operasional karena menyadari operasi Perusahaan memiliki
karakteristik risiko yang berbeda dengan industri yang lain. Sampai akhir tahun 2018,
telah terjadi total 4 kali kecelakaan kerja yang terdiri dari 3 kecelakaan kerja kategori
ringan dan 1 kecelakaan kerja kategori berat. Jumlah ini menurun banyak
dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 8 kali kecelakaan. Pada 2018 ANTAM
berhasil mencapai target Nihil Kecelakaan Fatal atau Zero Fatality di seluruh daerah
operasi Perusahaan. Berdasarkan data kecelakaan kerja PT ANTAM, kejadian
kecelakaan kerja di setiap tahunnya ada tetapi dengan jumlah yang semakin menurun.
Kecelakaan kerja biasanya terjadi karena karyawan tidak mematuhi SOP dan bertindak
secara tidak hati-hati.

2.7 Risk Retention PT. ANTAM


2.7.1 Risiko Likuiditas
PT Antam masuk menjadi bagian dari Indeks IDX30 untuk periode perdagangan
Agustus 2017 sampai dengan Januari 2018. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
likuiditas PT Antam cukup tinggi, sehingga masuknya saham Antam pada Indeks
IDX30 mencerminkan respon positif para pemegang saham terhadap kinerja saham
dan kinerja keuangan perusahaan. Dalam usaha untuk meminimalisir risiko likuiditas
ini, PT Antam melakukan berbagai inovasi dan pengembangan usaha agar terus
memberikan inbal hasil yang positif bagi para pemegang saham.
2.7.2 RisikoPermodalan
PT Aneka Tambang Tbk. masih mengejar realisasi penyerapan belanja modal atau
capital expenditure sesuai target Rp3,38 triliun pada 2019 untuk dikucurkan ke proyek-
proyek pengembangan perseroan. Akan ada dua proyek besar yang akan menyerap
anggaran belanja modal perseroan pada semester II/2019.Pertama, pembangunan
pabrik Feronikel Halmahera Timur (P3FH) dengan estimasi biaya proyek Rp3,5 triliun
untuk Line 1 di luar pembangkit.Kedua, pembangunan Smelter Grade Alumina
Refinery (SGAR) Mempawah. Estimasi biaya untuk proyek itu sekitar US$850 juta
untuk tahap pertama. Ketika kebutuhan kas ternyata tidak memenuhi, hal ini akan
berdampak pada keberlanjutan proyek selanjutnya. Untuk meminimalisir hal itu,
perseroan juga mempertimbangkan penerbitan obligasi. Akan tetapi, opsi itu ditempuh
apabila terdapat eksekusi sejumlah proyek downstream seperti blast furnace dan pabrik
feronikel Line 2.

2.8 Risk Transfer PT. ANTAM


2.8.1 Risiko Negara diminimalisir dengan Incorporated atau membentuk Perseroan
Terbatas : ANTAM pertama kali didirikan dengan nama “Perusahaan Negara(PN)
Aneka Tambang” di Republik Indonesia pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1968 dan diumumkan dalam Tambahan No. 36,
BNRI No. 56, tanggal 5 Juli 1968. Pendiriantersebut dilakukan melalui penggabungan
beberapa perusahaanpertambangan nasional yang memproduksi komoditas tunggal.
Kemudianpada tanggal 14 Juni 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26tahun
1974, status Perseroan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Perseroan
dan sejak itu dikenal sebagai “Perusahaan Perseroan(Persero) Aneka Tambang”. Pada
tanggal 30 Desember 1974, ANTAM berubah nama menjadi Perseroan Terbatas
dengan Akta Pendirian Perseroan No. 320 yang telahmemperoleh pengesahan dari
Menkumham dalam Surat KeputusannyaNo. Y.A. 5/170/4 tanggal 21 Mei 1975. Kedua
Akta tersebut di atas telahdidaftarkan dalam buku register yang berada di Kantor
Pengadilan NegeriJakarta berturut-turut di bawah No. 1736 dan No. 1737 tanggal 27
Mei1975 serta telah diumumkan dalam Tambahan No. 312 BNRI No. 52tanggal 1 Juli
1975.
Perubahan Antam menjadi PT tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan
meminimalisir adanya kerugian dengan menstansfer kerugian tersebut ke pihak lain.
Dengan berbentuk PT, pihak lain dapat menyetorkan modal kepada perusahaan
sehingga tanggung jawab pemegang saham hanya sebatas modal yang disetor. Dengan
demikian, ketika perusahaan bangkrut maka kerugian akan ditanggung bersama dan
tidak sampai ke kekayaan pribadi yang lebih besar. Kerugian yang ditanggung
pemegang saham tidak akan sebesar kerugian jika perusahaan masih berbentuk
perseorangan.

2.8.2 Hedging
 Untuk menghadapi resiko keuangan termasuk dampak perubahan harga komoditas
dan nilai tukar mata asing, PT Antam Tbk (ANTM) menandatangani fasilitas
lindung nilai (hedging) dengan PT Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI)
dan PT Bank Negara Indonesia (BNI). Hedging yang diperoleh ANTM berjumlah
US$ 20 juta dari Bank Mandiri, US$ 10 juta dari BRI, dan US$ 30 juta dari BNI.
Hal ini dilakukan karena sebagian besar pendapatn PT ANTAM adalah dalam mata
uang dolar Amerika Serikat. Sedangkan beban operasi dalam mata uang rupiah.
 Untuk meminimalkan risiko foreign exchange yang dihadapi, ANTM memiliki
strategi lindung nilai melalui instrumen lindung nilai lain seperti plain vanilla
options dan forward and cross currency swaps (CCS) options.

2.8.3 Asuransi
PT ANTAM juga meminimalkan risiko kerugian dengan mengasuransikan beberapa
aktivanya. Ada beberapa Perusahaan yang dipercaya PT ANTAM , yaitu : PT TASPEN dan
PT JASINDO.
 Risiko Kerusakan Fisik dan Pencurian : Persediaan nikel, emas, perak, suku
cadang dan bahan pembantu telah diasuransikan terhadap risiko kerugian akibat
kerusakan fisik dan pencurian dengan nilai pertanggungan keseluruhan sebesar
AS$96.190.305 atau setara dengan Rp1.392.931.813 (2017: Rp1.114.033.299).
Manajemen berkeyakinan bahwa nilai pertanggungan asuransi telah cukup untuk
menutup kemungkinan kerugian yang timbul atas risiko tersebut.
 Risiko Bencana alam, kebakaran, kerusuhan, sabotase, kekerasan dan
penghentian operasi : Pada tanggal 31 Desember 2018, aset tetap Grup telah
diasuransikan terhadap risiko bencana alam, kebakaran, kerusuhan, sabotase,
kekerasan dan penghentian operasi dengan nilai pertanggungan keseluruhan sebesar
AS$1.421.092.015 atau setara dengan Rp20.578.833.466 (2017: AS$1.136.969.835
atau setara dengan Rp15.403.668.679), yang menurut pendapat manajemen
memadai untuk menutup kemungkinan terjadinya kerugian yang timbul dari risiko-
risiko tersebut.
 Risiko Pemasaran : beban pengapalan dan asuransi Perusahaan sebesar 118% dari
Rp240,28 miliar pada tahun 2017 menjadi Rp522,90 miliar pada tahun 2018 terkait
dengan peningkatan volume penjualan feronikel.

PT Wisma Inti Mangement (Wimconsult) melalui penilaian tingkat kematangan


penerapan manajemen risiko (risk maturity). Penilaian risk maturity menggunakan
model maturitas yang dipublikasikan oleh RIMS (Risk & Insurance Management
Society, Inc). Dalam RIMS Risk Maturity Model (RMM) terdapat 7 (tujuh) elemen dan
karakteristik manajemen risiko yang dalam skala 5 (lima) level maturitas yang terdiri
dari: 1) Penerapan pendekatan berbasis Enterprise Risk Management (ERM), 2)
Pengelolaan Proses ERM, 3) Pengelolaan Selera Risiko, 4) Penerapan Analisis Akar
Penyebab, 5) Pengungkapan Risiko, 6) Pengelolaan Kinerja, 7) Ketahanan dan
Keberlanjutan Usaha.
Hasil analisis atas Efektivitas Sistem Manajemen Risiko di tahun 2017
menunjukkan bahwa kondisi penerapan manajemen risiko di ANTAM berada pada
tingkat efektivitas BAIK (69,16%) dan capaian tingkat kematangan sebesar 3,46 atau
tingkat kematangan sedang bergerak naik dari level REPEATABLE ke level
MANAGED.

2.9 Keputusan Memilih Alternatif Manajemen Risiko PT. ANTAM


Jenis Risiko Frekuensi Severity Teknik yang Alasan
No
(Probabilitas) (Keseriusan) dipilih
1. Risiko Negara Rendah Tinggi Risk Transfer Seluruh aset dari perusahaan
terletak di Indonesia yang
sangat rentan terhadap
perubahan kebijakan
pemerintah dan perubahan
ekonomi Indonesia. Akan
tetapi kemungkinan
terjadinya risiko ini cukup
rendah karena diprediksi
keadaan ekonomi
Indonesia akan cukup
stabil hingga 5 tahun ke
depan. Namun apabila
terjadi risiko ini,
dampaknya akan sangat
serius terhadap
keberlangsungan PT
Antam yakni kegiatan
operasional akan berubah
drastis. Sehingga risiko ini
bisa diminimalisir dengan
dilakukan Risk Trasfer
yaitu Incorporation.
Risiko Keuangan Rendah Tinggi Risk Transfer Kinerja keuangan sangat
penuh dengan ketidakpastian,
akan tetapi probabilitas
2. terjadinya risiko keuangan
ini rendah, dan dampak
keseriusan terjadinya risiko
keuangan sangat tinggi.
Sehingga untuk
meminimalkan dampak
yang tidak diharapkan pada
kinerja keuangan,
dilakukan dengan Risk
transfer, yaitu Hedging.
3. Risiko Rendah Tinggi Risk Transfer Kemungkinan terjadinya
Operasional risiko operasional pada PT
(Kebakara, Antam pasti terjadi akan
kecelakaan, tetapi rendah terjadi,
sabotase dan namun ketika risiko ini
pengrusakan) terjadi akan berdampak
tinggi bagi perseroan.
Perseroan menangani risiko
ini dengan Risk transfer,
yaitu asuransi. Dan untuk
meminimalkan terjadinya
risiko ini, perseroan
menerapkan konsep
Business Continuity
Management.
Risiko Tinggi Tinggi Risk Avoidance ANTAM telah mengesahkan
Kecelakaan kebijakanContractor Safety
Kerja Management System
(CSMS) sebagaikebijakan
pengelolaan keselamatan
pada mitra kerja/kontraktor
sebagai salah satu
komitmen untuk
mewujudkanZero Fatality.
4.
Selain itu, ANTAM juga
mulai berkomitmenuntuk
melakukan pencegahan
penyakit yang
bisaberakibat fatal bagi
seluruh Insan ANTAM,
calon pegawai
dan pegawai mitra kerja
Perusahaan.
Risiko Pemasaran Rendah Tinggi Risk Transfer Risiko pemasaran memiliki
keseriusan yang cukup
tinggi bila terjadi, karena
bisa mempengaruhi
produksi selanjutnya. Ini
5. memiliki probabilitas yang
rendah, sehingga bisa di
transfer ke pihak lain
dengan cara Asuransi.
Risiko Likuiditas Tinggi Rendah Risk Reduction Resikolikuiditasinidapatdiat
asidenganmempertahankan
kemampuannya untuk
melakukan pembiayaan atas
pinjaman yang dimiliki
dengan cara mencari
berbagai sumber fasilitas
pembiayaan yang mengikat
dari pemberi pinjaman yang
handal. Perusahaan dan
6. Entitas Anak mempunyai
eksposur risiko likuiditas
dengan adanya pendanaan
obligasi dan pinjaman
modal untuk
pengembangan proyeknya.

Tinggi Rendah Risk Retention Untuk mempertahankan atau


menyesuaikan struktur
permodalannya,
Perusahaan dan Entitas
Anak dapat menyesuaikan
jumlah dividen yang
7 dibayar kepada pemegang
Risiko saham, menerbitkan saham
permodalan baru atau menjual aset
untuk mengurangi
liabilitas. Konsisten dengan
entitas lain dalam industri,
Perusahaan dan Entitas
Anak memonitor modal
dengan dasar rasio hutang
terhadap modal.

2.10 Pengendalian Risiko PT. ANTAM


Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan yang memiliki risiko
inherent yang cukup besar. Perusahaan memiliki filosofi dalam pengelolaan bisnis, Perusahaan
berkomitmen mengelola semua risiko secara efektif dan efisien serta memastikan
kesinambungan dan risiko pertumbuhan dari bisnis inti yang berkelanjutan melalui pengelolaan
risiko secara proaktif, berfokus pada risiko yang terpenting, dan memberikan perhatian terhadap
alokasi modal dalam proses pengendalian. Pengelolaan risiko Perusahaan dilakukan secara
terkoordinasi dan terintegrasi.
Melalui proses RCSA, Divisi Risk Management memperoleh peta seluruh risiko
Perusahaan. Selanjutnya Divisi Risk Management menentukan risiko-risiko yang berpengaruh
signifikan terhadap arah perusahaan yang terangkum dalam Risk That Matter (RTM). RTM
diperoleh dari pendekatan bottom up dan top down.

Risk That Matter 2018


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Apabila dilihat dari aspek manajemen risiko PT Antam Tbk telah memiliki manajemen
risiko yang sangat baik. Mulai dari cara penghindaran risiko yang baik hingga cara pengendalian
risiko yang terjadi pada PT. Antam Tbk.

Anda mungkin juga menyukai