Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benarkah kebanyakan orang ingin mengelakan risiko? Karena selalu ingin aman dan
hidup tentram, maka memang kebanyakan orang takut menanggung resiko. Namun
semua tahap kehidupan kita mengandung resiko. Kemanapun kita mengelak atau lari dari
resiko, maka disitupun kita akan menemukan risiko yang lainnya. Resiko merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Bahkan ada orang yang mengatakan , bahwa
tak ada hidup tanpa resiko sebagaimana tak ada hidup tanpa maut. Jadi dengan demikian
setiap hari kita menghadapi resiko, baik sebagai perorangan, maupun sebagai
perusahaan. Orang berusaha melindungi diri tehadap resiko, demikian pula badan usaha
pun harus berusaha melindungi diri terhadap resiko.
Agar resiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka seharusnyalah itu
dimanajemeni dengan sebaik-baiknya. Namun benarkah para pengusaha Indonesia
kurang memperhatikan manajemenn resiko? Program Manajemen Resiko pertama-tama
bertugas mengidentifikasikan resiko-resiko yang dihadapi, sesudah itu mengukur atau
menentukan besarnya resiko itu dan kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk
menghadapi atau menangani resiko itu. Ini berarti orang harus menyusun strategi untuk
memperkecil ataupun mengendalikannya.
Pendeknya dengan program itu, dapatlah dilindungi keefektifan operasi perusahaan yang
bersangkutan. Jadi pernyataan yang harus dicari jawabannya oleh manajer resiko antara
lain adalah : Resiko apa saja yang dihadapi perusahaannya. Bagaimana dampak resiko
itu terhadap kehidupan bisnis perusahaannya. Resiko mana yang harus dihadapi sendiri,
mana yang harus dipindahkan kepada asuransi. Metode mana yang cocok dan efisien
untuk menghadapinya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari pembelanjaan resiko?
2. Sebutkan pendekatan pembelanjaan resiko?
3. Bagaimana cara untuk melakukan risk financing transfer dan risk retention?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Penulisan makalah tentang pembelanjaan resiko bertujuan untuk :
1. Untuk menjelaskan pengertian pembelanjaan resiko.
2. Untuk menjelaskan pendekatan pembelanjaan resiko.
3. Untuk menjelaskan cara untuk melakukan risk financing transfer dan risk retention.
BAB II

PEMBAHASAN

Sebagaimana sudah ditegaskan, bahwa pemindahan resiko dapat digolongkan dalam dua

cara, yaitu pengendalian resiko dan risk financing transfer. Pemindahan resiko melalui

pengendalian resiko tidak memerlukan pengerahan dana, karena dapat dijalankan dengan

1. Memindahkan harta atau kegiatan kepada pihak lain

2. Memindahkan tanggungjawab kepada transfree dengan maksud menghilangkan atau

mengurangi tanggungjawab transferor terhadap kerugian yang bersangkutan, dan

3. Menganggap kerugian yang bersangkutan dipikul pihak lain.

Pengendalian resiko merupakan usaha untuk mengurangi kerugian potensial dan

mengusahakan agar resiko lebih dapat diramalkan.

Pembelanjaan resiko merupakan cara pengadaan dana untuk memulihkan kerugian.

Pendekatan pembelanjaan resiko dibagi menjadi :

A. Risk Financing Transfer

Risk financing transfer merupakan usaha memindahkan resiko disertai dengan

pembiayaan. Pemindahan resiko melalui risk financing berarti transferer mencari dana

eksternal untuk membayarkan kerugian yang bersangkutan, jika kerugian itu benar-benar

terjadi.

Adapun risk financing tranfer dapat dilakukan dengan cara :

 Transfer resiko kepada perusahaan asuransi ( insurance transfer).


 Transfer resiko kepada perusahaan lain yang bukan perusahaan asuransi (non-insurance

transfer) .

1. Insurance Transfer

Insurance Transfer merupakan pemindahan resiko kepada perusahaan asuransi.

Asuransi adalah salah satu cara dalam menghadapi resiko, dengan mentransfer resiko ke

perusahaan asuransi, dengan membayar premi yang jauh lebih kecil atau minim bila

dibandingkan dengan resiko kerugian financial bila terjadi musibah. Asuransi alah satu

pilar utama dalam merencanakan keuangan masa depan. Terdapat tiga aliran pemikiran

mengenai asuransi. Aliran pertama memandang asuransi merupakan hubungan

tetanggung dengan penanggung sebagai alat pemindah resiko. Aliran kedua mengabaikan

hubungan ini dan memandang asuransi sebagai teknik atau mekanisme penaggungan.

Sedangkan aliran ketiga menggabungkan kedua aliran sebelumnya.

Asuransi meratakan beban kerugian dengan memakai dana-dana yang

disumbangkan oleh para anggota kelompok untuk pembayarannya. Jadi, asuransi dapat

dikatakan alat pemerataan kerugian. Untuk mengurangi beban ekonomi para anggota

kelompok, penaggung juga ikut serta dalam kegiatan pencegahan kerugian. Akan tetapi

tujuan pokok asuransi bukanlah pemerataan atau pencegahan kerugian, melainkan

mengurangi uncertainty (ketidakpastian) yang disebabkan oleh kesadaran kemungkinan

terjadinya kerugian.

Adapun resiko-resiko yang dapat diasuransikan harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut :

 Kerugian potensial cukup besar, namun probabilitasnya rendah

Resiko kerugian yang cukup besar merupakan suatu syarat kelayakan ekonomis

asuransi. Kerugian yang mungkin terjadi haruslah cukup besar bagi tertanggung,

sedangkan biaya asuransinya, relatif rendah dibandingkan kemungkinan kerugian


tersebut. Jika kemungkinan kerugian tidak cukup besar bagi tertanggung, mereka tidak

akan tertarik memindahkan resikonya kepada perusahaan asuransi. Banyak resiko yang

cukup ditangani sendiri oleh perusahaan, karena kemungkinan kerugiannya sedemikian

kecil. Contoh, jika karyawan perusahaan sakit ringan, maka cukup di tangani oleh

perusahaan sendiri.

 Probabilitas dapat diperhitungkan

Premi asuransi didasarkan atas ramalan tentang masa depan, sedangkan ramalan itu

didasarkan atas taksiran probabilitas. Probabilitas itu sendiri biasanya didasari pada

pengalaman masa yang lalu.

 Massal dan homogen

Syarat utama bagi suatu perusahan untuk dapat diasuransikan adalah massal.

Artinya, harus ada sejumlah besar unit yang terbuka untuk resiko yang sama. Dalam hal

asuransi mobil, harus ada sejumlah besar mobil. Dalam asuransi jiwa, harus ada sejumlah

besar orang. Untuk memperoleh taksiran probabilitas yang akurat, diperlukan

pengamatan terhadap sejumlah besar kejadian.

 Kerugian yang terjadi bersifat kebetulan

Tertanggung tidak boleh memiliki kontrol atau pengaruh terhadap kejadian yang

akan diasuransikan. Dalam kenyataannya, situasi ini hanya berlaku untuk peristiwa-

peristiwa yang tidak disengaja, misalnya gempa bumi atau cuaca.

 Kerugian tertentu

Umumnya perusahaan asuransi berjanji akan membayar kerugian jika terjadi selam

waktu tertentu dan di tempat tertentu. Misalnya, perjanjian untuk menutup kerugian

kebakaran pada lokasi tertentu, berlakunya kontrak ini harus diketahui kapan dan dimana

kerugian itu terjadi.


2. Non Insurance Transfer

Kebanyakan pemindahan resiko kepada pihak non-asuransi dilakukan melalui

kontrak-kontrak bisnis biasa dan melalui kontrak khusus untuk pemindahan resiko. Isi

kontrak berkenaan dengan pemindahan tanggungjawab keuangan atas harta, kerugian

atas net income, kerugian personil dan tanggung gugat kepada pihak ketiga.

Pemindahan ini dapat dibedakan berdasarkan tanggungjawab yang dipindahkan.

Pada keadaan yang ekstrim, transfer hanya memindahkan tanggung jawab keuangan saja

untuk tindakan yang tidak disengaja oleh pihak transfree. Pada keadaan ekstrim yang lain

pihak tramsfree akan menerima ganti rugi berkenaan dengan yang disebutkan dalam

kontrak, tidak memperhatikan apa penyebab kerugian itu sendiri.

Non-insurance mempunyai beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan oleh

manjer resiko, antara lain sebagai berikut:

Pertama: Kontrak itu tidak mungkin hanya memindahkan sebagian resiko daripada resiko

yang menurut pendapat manajer telah dipindahtangankan kepada pihak lain. Oleh karena

itu manajer harus mempelajari isi kontrak dengan seksama.

Kedua: bahasa yang tertulis didalamnya adalah bahasa hukum yang sangat sukar

dipahami oleh orang yang tidak ahli hukum sehingga menyebabkan salah tafsir atau

salah mengerti.

Ketiga: surat kontrak dapat dibatalkan oleh pengadilan, jika isi kontrak bertentangan

dengan undang-undang peraturan pemerintah, kebijaksanaan pemerintah atau tidak wajar

bagi transfree.

Contoh Non-Insurance Risk Financing Transfer

 Melaui leasing, lessor dapat memindahkan kepada penyewa tanggung jawab keuangan

untuk kerusakan harta atau kecelakaan badan bagi pihak ketiga. Sebelum

ditandatangaini, perjanjian tanggung jawab seperti itu berada pada pihak lesson.
 Melalui perjanjian leasing, lesse juga dapat menggeser kerugian potensialnya kepada

lessor, tergantung bagaimana perjanjian itu dibuat.

 Pemindahan resiko juga terjadi pada kontrak pembangunan suatu bangunan, dimana

dalam kontrak disebutkan adanya pembayaran premi resiko.

 Neutralization merupakan proses menyeimbangkan kans kerugian atas kans keuntungan.

Contoh yang paling populer dalam dunia perdagangan adalah hedging.

B. Risk Retention (Menaggung Sendiri Resiko)

Retensi berarti bahwa perusahaan mempertahankan sebagian atau seluruh kerugian yang

dapat berakibat bagi kerugian yang diberikan. Tidak semua resiko usaha harus

diasuransikan, sehingga resiko-resiko yang relatif tidak begitu berpengaruh terhadap

operasi usaha atau perusahaan, biasanya akan ditangani oleh perusahaan itu sendiri.

Sumber pendanaan untuk menangani resiko semacam ini berasal dari dalam perusahaan.

Penaggungan sendiri ini dapat bersifat pasif (tidak direncanakan) dan dapat pula bersifat

aktif (direncanakan).

Dikatakan pasif, bila manajer resiko tidak memperhatikan tentang adanya exposure, oleh

karena itu manajer resiko tidak melakukan usaha sedikitpun untuk menanganinya.

Sedikit sekali perusahaan yang telah mengidentifikasikan semua exposure terhadap

kerugian harta benda, kerugian tanggung gugat dan kerugian personal. Sebagai

akibatnya, penanggungan resiko yang tidak terencana merupakan hal yang umum

dijumpai. Kadang-kadang dijumpai perusahaan yang telah mengidentifikasi resiko,

tetapi menaksir terlalu rendah terhadap kerugian potensial yang mungkin dapat terjadi.

Pada keadaan lain dijumpai pula, bahwa manjer resiko memang peka terhadap exposure,

tetapi terus menerus menunda mengambil keputusan tentang bagaimana menanganinya.

Unplanned retention secara kebetulan dapat dijadikan sebagai pendekatan yang terbaik

bagi eksposur tertentu tetapi tidak pernah menjadi cara yang rasional.
Rentention disebut aktif jika manajer mempertimbangkan metode-metode lagi untuk

menangani resiko, kemudian memutuskan secara sadar untuk tidak memindahkan resiko

potensial itu. Suatu planned retention dikatakan rasional atau tidak, tergantung pada

keadaan yang melingkupi pengambilan keputusan untuk menanggung sendiri resiko itu.

Kadang-kadang ditemui bahwa resiko yang menurut pertimbangan orang banyak

seharusnya tidak ditanggung sendiri, ternyata di tanggung sendiri oleh perusahaan yang

bersangkutan. Sebaliknya, resiko yang harusnya ditanggung sendiri ternyata justru

diasuransikan.

1. Alasan Perusahaan Melakukan Retention

Suatu perusahaan yang menanggung sendiri resiko, dapat digolongkan kedalam salah

satu kategori sebagai berikut:

a) Keharusan karena perusahaan tidak punya pilihan lain

Keharusan (default) menaggung sendiri resiko disebabkan perusahaan tidak mungkin

memindahkan suatu resiko. Misalnya, resiko tanggung jawab untuk tindakan kriminal,

atau keusangan harta. Belum ada perusahaan asuransi yang bersedia untuk menangani

kedua resiko tersebut.

b) Biaya

Jika perusahaan memindahkan resiko kepada perusahaan asuransi maka perusahaan

memiliki kewajiban untuk membayar premi yang dikategorikan sebagai berikut :

 Loss allowance, yaitu perkiraan pihak asuransi tentang kerugian harapan pihak

tertanggung.

 Loading yang meliputi biaya profit margin dan perkiraan pengeluaran tak terduga.

Loading dapat mencapai 30% sampai 40% dari premi. Jika perusahaan bermaksud

menaggung sendiri resiko, maka harus dipertimbangkan, apakah lebih murah


diasuransikan dibandingkan diasuransikan dengan penghematan pembayaran premi

tersebut ?

c) Kerugian harapan

Jika perusahaan percaya bahwa kerugian harapan yang dihitungnya lebih rendah dari

perkiraan pihak asuransi, maka perusahaan dalam jangka panjang dapat menghemat

pengeluaran sebesar selisih kedua perhitungan itu. Bahkan, jika kerugian harapan sama

dengan perhitungan pihak asuransi, maka pilihan yang tepat masih pada retention.

Disamping perkiraan kerugian harapan, harus pula dipertimbangkan perkiraan

penyebaran kerugian harapan. Jika perusahaan menghadapi kerugian yang mungkin

tahun berikutnya lebih besar dari yang sanggup ditanggungkan, maka perusahaan harus

sanggup membayar premi asuransi lebih besar dari kerugian harapan, dengan maksud

menghilangkan ketidak pastian dalam jangka pendek. Jumlah ekstra yang ingin dibayar

itu tergantung atas keparahan kerugian potensial, kemampuan untuk menanggung

kerugian, resiko yang diperkirakan (variasi kerugian potensial) serrta tujuan manajemen

resiko perusahaan yang bersangkutan. Misalnya, jika tujuan manjemen resiko adalah

menciptakan ketenangan berpikir dan menstabilkan pendapat, maka perusahaan akan

menaruh perhatian pada variasi kerugian tersebut. Namun, jika tujuan perusahaan adalah

survival, maka variasi kerugian itu akan diabaikan.

Pihak tertanggung yang akan menaggung resiko dalam batas tertentu, tetapi ingin

mendapatkan perlindungan terhadap kerugian yang melebihi batas tersebut dapat

menggabungkan retention dan asuransi melalui axcess insurance atau deductibles. Hal

tersebut, biasanya melindungi tertanggung atas kerugian perunit atau perkejadian diatas

suatu jumlah tertentu, tetapi kadang-kadang asuransi ini melindungi kerugian diatas

jumlah kerugian pertahun.

d) Opportunity cost
Opportunity cost menyangkut timing pembayaran premi dibandingkan dengan

pengeluaran untuk kerugian. Jika premium akan sama atau lebih kecil dari kerugian dan

pengeluaran alternatif, serta jarak dan waktu antara pembayaran premi dan pembayaran

kerugian dan pengeluaran alternatif itu akan memberikan keuntungan lebih besar atas

hasil investasi dana cadangan untuk pembayran kerugian itu, maka perusahaan mungkin

lebih memilih retention. Misalnya, premium itu Rp 115.000.000,00 yang dibayar pada

permulaan jangka waktu polis. Pembayaran harapan untuk kerugian dan pengeluaran

alternatif Rp 40.000.000,00 dibayar segera dan Rp 40.000.000,00 dibayar pada akhir

bulan ke-6 serta Rp 40.000.000,00 dibayar pada akhir bulan ke-8. Pembayaran alternatif

itu berjumlah Rp 120.000.000,00, tingkat suku bunga yang berlaku 12% pertahun, maka

present value-nya adalah Rp 40.000.000,00 + Rp 37.740.000,00 + Rp 33.690.000,00 =

Rp 111.430.000,00. Jadi, jika resiko ditanggung sendiri, maka akan ada keuntungan

sebagai berikut:

Rp 115.000.000,00 – Rp 111.430.000,00 = Rp 3.570.000,00

Pengembalian investasi yang tinggi, panjang jarak waktu sebelum kerugian dan

pengeluaran, maka akan semakin penting mempertimbangkan aliran kas tersebut.

Semakin panjang time log (jarak waktu) sehubungan denga kerugian tanggung gugat,

menyebabkan faktor ini menjadi alasan lebih penting untuk menaggung sendiri rsiko

tanggung gugat dari pada resiko harta.

e) Kualitas pertanggungan

Sebagian pengusaha percaya, bahwa pelayanan yang disediakan oleh penaggung (pihak

asuransi) dapat dilaksanakan lebih baik oleh suatu perusahaan lain atau oleh suatu biro

jasa. Pihak asuransi meragukan bahwa perusahaan akan menyelenggarakan service

pertanggungan lebih baik dari pada yang disedikan perusahaan asuransi, karena
perusahaan kurang berpengalaman dan kekurangan tenaga profesional. Hal-hal yang

mendorong perusahaan melakukan retention, antara lain sebagai berikut :

 Jika biaya lebih rendah dari biaya yang dibebankan oleh asuransi.

 Jika kerugian harapan lebih rendah dari perkiraan perusahaan asuransi.

 Jika unit yang mengghalangi resiko jumlahnya sangat banyak, sehingga profitabilitas

resiko akan menjadi lebih rendah.

 Tujuan manajemen resiko yang menerima variasi lebih besar dalam kerugian tahunan.

 Biaya dan jumlah kerugian membengkak dalam jangka panjang, sehingga

mengakibatkan opportunity cost menjadi sangat besar.

 Peluang yang kuat bagi investasi dan mengakibatkan opportunity cost menjadi besar.

 Keuntungan pelayanan internal (non-insurer servicing).

Kelemahan tindakan retention ada kemungkinan bahwa :

 Biaya yang lebih besar daripada biaya yang dibebankan pihak asuransi

 Kerugian harapan lebih besar dari pada kerugian yang diperkirakan perusahan asuransi

 Ekspor unit sedikit, kemungkinan resiko tinggi dan perusahaan sukar untuk meramalkan

probabilitas kemungkinan kerugian secara cermat

 Ketidakmampuan keuangan menopang maximum possible loses atau maximum

probable loses dalam short run

 Tujuan manajemen resiko yang ditekankan kepada ketenangan pikiran dan variasi laba

tahunan yang kecil

 Pembayaran kerugian dan expense membengkak selama jangka waktu yang pendek

 Peluang investasi terbatas serta tingkat pengembalian yang rendah

 Lebih menguntungkan jasa perusahaan asuransi

 Peraturan perpajakan dapat pula menyebabkan retention menjadi kurang menarik


2. Cara Penyediaan Dana

Penyediaan dana untuk program retention dapat dilakukan dengan salah satu cara dari

cara-cara berikut :

a. Tanpa penyediaan dana sebelumnya

Resiko yang ditanggung perusahaan pada suatu waktu dapat menimbulkan kerugian.

Dengan cara seperti ini, maka kerugian perusahaan akan ditutup dengan dana yang

kebetulan tersedia atau dibebankan pada pendapatan ditahun yang bersangkutan.

Pendekatan semacam ini mengandung bahaya jika kerugian sedemikian besar, sehingga

tidak dapat ditutup oleh laba pada tahun yang bersangkutan. Dalam keadaan seperti ini,

perusahaan terpaksa mencari dana yang mungkin diperoleh dengan biaya mahal atau

dengan menjual murah aset perusahaan untuk menutup kerugian yang dihadapi.

b. Membentuk dana dan cadangan

Dengan cara ini, dana untuk menutup resiko dapat diperoleh dari dana cadangan yang

setiap tahun dikredit dengan laba yang disisihkan. Banyaknya dana yang disisihkan itu

adalah sejumlah kerugian yang diperkirakan pertahun. Ada perusahaan yang membentuk

cadangan umum saja, ada pula yang membentuk cadangan khusus. Misalnya, cadangan

piutang tak tertagih, cadangan biaya pengobatan, cadangan biaya kecelakaan kerja dan

sebagainya.

Beberapa kelemahan dengan cara ini adalah sebagai berikut :

 Cadangan adalah pemindah bukuan secara accounting yang setiap hari belum tentu

tersedia uang tunai sebanyak yang tercatat dalam rekening cadangan yang bersangkutan,

sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan memperoleh uang tunai untuk menutupi

resiko.

 Penaksiran expected loss jarang sekali tepat.


 Berkaitan dengan pajak, belum tentu cara seperti ini diizinkan oleh pemerintah, karena

kan mengurangi pendapatan kena pajak.

c. Self insurance

Untuk mengatasi kelemahan pengelolaan dana seperti yang disebutkan diatas,

perusahaan yang memisahkan pengelolaan dana cadangan itu dari pengelolaan dana

perusahaan. Self-insurance adalah bagian dalam organisasi suatu perusahaan yang

berwenang mengelola dana yang dicadangkan. Self insurance dapat menginvestasikan

dana cadangan perusahaan dalam kegiatan yang produktif, selama dana tersebut belum

terpakai dengan catatan dana tersebut dapat ditarik sewaktu-waktu jika perusahaan

menderita kerugian karena suatu peristiwa secara tiba-tiba.

d. Captive insurer

Ada perusahaan yang mengorganisasikan sebuah perusahaan asuransi yang sebagian

besar nasabahnya adalah orang perusahaan itu sendiri. Asuransi seperti itu disebut

captive insurer. Keuntungan yang mendorong perusahaan mendirikan captive insurer

karena captive insurer dapat membeli perlindungan dari perusahaan re-asuransi yang

lebih flexible dan tidak begitu banyak pembatasan, sedangkan self insurer tidak dapat

memperoleh perlindungan dari re-asuransi. Oleh karena itu, perusahaan melalui captive

insurer-nya dapat membeli perlindungan untuk resiko yang luar biasa atau untuk resiko

yang tidak sanggup ditanggung oleh perusahaan asuransi biasa.

BAB III

KESIMPULAN
1. Pembelanjaan Resiko merupakan cara pengadaan dana untuk memulihkan kerugian.

2. Pendekatan Pembelanjaan Resiko:

a. Risk Financing Transfer merupakan usaha memindahkan resiko disertai dengan

pembiayaan. Pemindahan resiko melalui risk financing berarti transferer mencari dana

eksternal untuk membayarkan kerugian yang bersangkutan, jika kerugian itu benar-benar

terjadi.

b. Risk Retention (Menaggung Sendiri Resiko)

Retensi berarti bahwa perusahaan mempertahankan sebagian atau seluruh kerugian yang

dapat berakibat bagi kerugian yang diberikan. Tidak semua resiko usaha harus

diasuransikan, sehingga resiko-resiko yang relatif tidak begitu berpengaruh terhadap

operasi usaha atau perusahaan, biasanya akan ditangani oleh perusahaan itu sendiri.

3. Cara untuk melakukan Risk Financing Transfer

a. Insurance Transfer merupakan pemindahan resiko kepada perusahaan asuransi.

Asuransi adalah salah satu cara dalam menghadapi resiko, dengan mentransfer resiko ke

perusahaan asuransi, dengan membayar premi yang jauh lebih kecil atau minim bila

dibandingkan dengan resiko kerugian financial bila terjadi musibah.

b. Non Insurance Transfer

Kebanyakan pemindahan resiko kepada pihak non-asuransi dilakukan melalui kontrak-

kontrak bisnis biasa dan melalui kontrak khusus untuk pemindahan resiko.

Cara untuk melakukan Risk Retention

a. Alasan Perusahaan Melakukan Retention

Suatu perusahaan yang menanggung sendiri resiko, dapat digolongkan kedalam salah

satu kategori sebagai berikut:


 Keharusan karena perusahaan tidak punya pilihan lain

 Biaya

 Kerugian harapan

 Opportunity cost

 Kualitas pertanggungan

Hal-hal yang mendorong perusahaan melakukan retention, antara lain sebagai berikut :

 Jika biaya lebih rendah dari biaya yang dibebankan oleh asuransi.

 Jika kerugian harapan lebih rendah dari perkiraan perusahaan asuransi.

 Jika unit yang mengghalangi resiko jumlahnya sangat banyak, sehingga profitabilitas

resiko akan menjadi lebih rendah.

 Tujuan manajemen resiko yang menerima variasi lebih besar dalam kerugian tahunan.

 Biaya dan jumlah kerugian membengkak dalam jangka panjang, sehingga

mengakibatkan opportunity cost menjadi sangat besar.

 Peluang yang kuat bagi investasi dan mengakibatkan opportunity cost menjadi besar.

 Keuntungan pelayanan internal (non-insurer servicing).

Kelemahan tindakan retention ada kemungkinan bahwa :

 Biaya yang lebih besar daripada biaya yang dibebankan pihak asuransi

 Kerugian harapan lebih besar dari pada kerugian yang diperkirakan perusahan asuransi

 Ekspor unit sedikit, kemungkinan resiko tinggi dan perusahaan sukar untuk meramalkan

probabilitas kemungkinan kerugian secara cermat

 Ketidakmampuan keuangan menopang maximum possible loses atau maximum

probable loses dalam short run

 Tujuan manajemen resiko yang ditekankan kepada ketenangan pikiran dan variasi laba

tahunan yang kecil


 Pembayaran kerugian dan expense membengkak selama jangka waktu yang pendek

 Peluang investasi terbatas serta tingkat pengembalian yang rendah

 Lebih menguntungkan jasa perusahaan asuransi

 Peraturan perpajakan dapat pula menyebabkan retention menjadi kurang menarik

b. Cara Penyediaan Dana

Penyediaan dana untuk program retention dapat dilakukan dengan salah satu cara

dari cara-cara berikut :

 Tanpa penyediaan dana sebelumnya

 Membentuk dana dan cadangan

 Self insurance

 Captive insurer

Anda mungkin juga menyukai