Anda di halaman 1dari 43

MANAJEMEN RESIKO

Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan dalam mengimplementasikan manajemen resiko.


Tujuan yang ingin dicapai adalah : mengurangi pengeluaran, mencegah perusahaan dari
kegagalan, menaikkan keuntungan perusahaan, menekan biaya produksi dan sebagainya. Apa itu
manajemen resiko?
Manajemen risiko adalah proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan
pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan.
Penjabaran definisi manajemen resiko dari beberapa ahli :
Menurut Smith, 1990 Manajemen Resiko didefinisikan sebagai proses identifikasi,
pengukuran,dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari
sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada
perusahaan tersebut.
Menurut Clough and Sears, 1994, Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan
yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.
Tahapan dalam manajemen resiko adalah :
1. Identifikasi resiko
2. Analisa dan Evaluasi resiko ditinjau dari severity (nilai risiko) dan frekuensinya
3. Pengendalian resiko, dimana dalam Pengendalian resiko ini terbagi menjadi dua :
a. Pengendalian Fisik (Resiko dihilangkan/diminimalisir)
Menghilangkan risiko berarti menghapuskan semua kemungkinan terjadinya kerugian;
contoh : dalam mengendarai mobil di musim hujan, kecepatan kendaraan dibatasi maksimum 60
km/jam. Meminimasi risiko dilakukan dengan upaya-upaya untuk meminimumkan kerugian;
b. Pengendalian Finansial (Resiko ditahan, resiko ditransfer)
Menahan resiko berarti menanggung keseluruhan atau sebagian dari risiko, misalnya dengan cara
membentuk cadangan dalam perusahaan untuk menghadapi kerugian yang bakal terjadi (retensi
sendiri).Sedangkan pengalihan/transfer resiko dapat dilakukan dengan memindahkan
kerugian/resiko yang mungkin terjadi kepada pihak lain, contohnya mengalihkan resiko kepada
perusahaan asuransi.
ASURANSI
Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian resiko yang dilakukan dengan cara

mengalihkan/transfer resiko dari satu pihak kepada pihak lain dalam hal ini adalah perusahaan
asuransi.
Berikut ini akan saya jabarkan pengertian asuransi :
Menurut KUHD pasal 246 disebutkan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan dirikepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena suatu kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tidak tentu
Menurut Prof. Mehr dan Cammack Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko
keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit exposure dalam jumlah yang memadai, untuk
membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan
itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung.
Menurut Prof. Mark R. Green Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan
mengurangi risiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan sejumlah obyek
yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan
dalam batas-batas tertentu.
Menurut C.Arthur William Jr dan Richard M. Heins, mendefinisikan asuransi berdasarkan dua
sudut pandang, yaitu:
a.Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial yang dilakukan oleh seorang
penanggung
b.Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang atau badan
mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan :
Asuransi artinya transaksi pertanggungan, yang melibatkan dua pihak, tertanggung dan
penanggung. Dimana penanggung menjamin pihak tertanggung, bahwa ia akan mendapatkan
penggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin akan dideritanya, sebagai akibat dari suatu
peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau yang semula belum dapat ditentukan saat
atau kapan terjadinya. Dimana si tertanggung di wajibkan membayar sejumlah uang kepada si
penanggung, yang biasa disebut sebagai premi.

Pada saat seseorang mengalihkan resikonya kepada perusahaan asuransi sebagai penanggung,
maka pertanyaan selanjutnya adalah, apakah semua resiko dapat diasuransikan?? Tidak semua

resiko dapat diasuransikan.


Resiko yang dapat diasuransikan adalah :
1. Resiko yang dapat diukur dengan uang
2. Resiko homogen (risiko yang sama dan cukup banyak dijamin oleh asuransi)
3. Resiko murni (risiko ini tidak mendatangkan keuntungan)
4. Resiko partikular (risiko dari sumber individu)
5. Resiko yang terjadi secara tiba-tiba (accidental) bukan karena direncanankan, tetapi murni
karena misalnya meninggal karena kecelakaan
6. Insurable interest artinya tertanggung memiliki kepentingan atas obyek pertanggungan
PRINSIP DASAR ASURANSI
Dalam asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi :
A. Insurable interest
Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan, antara tertanggung
dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.
B. Utmost good faith
Tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta yang material
(material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak.
C. Proximate cause
adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan
suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru
dan independen.
D. Indemnity
Suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam upayanya
menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya
kerugian
E. Subrogation
Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar.
F. Contribution
Adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama menanggung,
tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity

Hubungan antara Manajemen Resiko dengan Asuransi


Dunia asuransi sudah sangat identik dengan manajemen risiko. Maklum, asuransi adalah salah
satu teknik di dalam manajemen risiko. Perusahaan asuransi adalah perusahaan yang menerima

pengalihan risiko dari tertanggung. Sehingga aktifitas keseharian perusahaan adalah mengelola
risiko pihak lain.
Namun hingar bingar pelaksanaan manajemen risiko di dunia perbankan di tanah air, tidak serta
merta merembet ke industri asuransi. Pemerintah, melalui Bank Indonesia (BI), mewajibkan
bank umum menerapkan manajemen risiko. Peraturan BI nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei
2003 dan Surat Edaran BI nomor 5/21/DPNP tanggal 29 September 2003 mencantumkan
manajemen risiko pada delapan jenis risiko di industri perbankan.
Hingga saat ini bisa dipastikan hanya segelintir perusahaan asuransi yang secara formal
mempunyai pedoman, kebijakan, atau prosedur manajemen risiko. Apakah dapat diartikan tidak
ada penerapan manajemen risiko di dunia asuransi? Secara substansi, perusahaan asuransi telah
melakukan prinsip-prinsip manajemen risiko, namun belum komprehensif.
Beberapa perusahaan asuransi yang berusaha menerapkan manajemen risiko, saat ini sedang
mencari bentuk. Belum ada panduan pasti sehingga penerapan manajemen risiko masih merabaraba, tidak seperti di perbankan. Jika BI menetapkan delapan jenis risiko di industri perbankan,
namun baik pemerintah maupun asosiasi asuransi, belum menetukan jenis-jenis risiko di industri
asuransi.
Berita baik berhembus dari Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
konon kabarnya sedang merencanakan penerapan manajemen risiko di perusahaan BUMN.
Dengan demikian, diharapkan penerapan manajemen risiko di industri asuransi bisa dimotori
asuransi pelat merah.

Membuat Pedoman
Tujuan penerapan manajemen risiko di industri asuransi pada dasarnya tidak berbeda dengan
industri lainnya yakni agar dapat meminimalisir dan mengelola risiko yang berdampak negatif
pada tujuan, visi, dan misi perusahaan. Dalam teori dasar manajemen risiko, tahapan-tahapannya
adalah menentukan konteks (ruang lingkup dan tujuan), identifikasi risiko, analisa risiko, dan
mengontrol risiko. Karena risiko bersifat dinamis, maka harus selalu dilakukan revieu dan
monitoring.Untuk menerapkannya, maka diperlukan pedoman manajemen risiko yang bisa berisi
kebijakan dan prosedur manajemen risiko. Selain itu harus ada pelaksananya sehingga
diperlukan struktur organisasi manajemen risiko dan siapa saja yang terlibat di dalam
penerapannya.
Untuk tiap jenis perusahaan bisa berbeda-beda bentuknya, baik kebijakan, prosedur, struktur
organisasi, maupun orang-orang yang terlibat. Dalam hal struktur misalnya, untuk perusahaan
besar mungkin memerlukan satu unit khusus untuk menangani menajemen risiko. Namun bagi
perusahaan lain, fungsi-fungsi manajemen risiko bisa ditempelkan pada unit-unit dalam
perusahaan.

Tidak Hanya Risiko Underwriting

Dalam operasionalisasi perusahaan asuransi selama ini, surveyor adalah mereka yang dianggap
berada di unit manajemen risiko. Tugasnya melakukan survey terhadap objek yang akan
diasuransikan. Surveyor melakukan analisis terhadap objek tersebut dan menyimpulkan tingkat
risikonya. Jika dianggap perlu, surveyor bisa merekomendasikan perbaikan (risk improvement)
objek tersebut agar dilakukan oleh calon tertanggung. Rekomendasi ini dalam rangka mereduksi
peluang risiko atau mengurangi dampaknya jika kerugian terjadi.
Survey risiko adalah salah satu aplikasi kontrol risiko dalam manajemen risiko yang diterapkan
di dunia asuransi. Sejatinya, dunia asuransi dilingkari dengan risiko-risiko yang jika tidak
ditangani secara benar, akan menganggu kelangsungan perusahaan. Tentu risiko utama terletak
pada unit operasional.
Umumnya perusahaan asuransi memfokuskan pada seleksi risiko (underwriting). Jika berbicara
risiko underwriting, manajemen risiko dilakukan sejak permintaan penutupan dari tertanggung,
sampai keputusan menolak atau menerima pertanggungan. Tidak berhenti di situ, proses
manajemen risiko harus dilakukan sampai penerbitan dan penyerahan polis kepada tertanggung.
Dalam perspektif holistik, pelaksanaan survey adalah bagian dari proses manajemen risiko
underwriting. Survey juga merupakan aplikasi prinsip kehati-hatian (prudent underwriting) yang
selalu menjadi paradigma para underwriter. Jika tidak, klaim bisa membengkak. Upaya lain
proses manajemen risiko adalah penempatan reasuransi secara tepat kepada perusahaan
reasuransi yang terpercaya.
Namun demikian tidak hanya itu risiko-risiko dalam perusahaan asuransi. Sama dengan
perbankan yang tidak cuma menghadapi risiko kredit. Risiko pasar juga bisa menjadi ancaman.
Ketidakpastian pasar dan kondisi perekonomian bisa menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan
asuransi yang harus bisa diperhitungkan dan dikendalikan secara cermat.
Dari sisi lain juga kita bisa lihat bahwa asuransi adalah bisnis jasa atau bisnis penuh janji.
Perusahaan asuransi memasarkan produk intangible atau produk yang tidak bisa dilihat. Yang
dijual adalah janji akan mengganti kerugian tertanggung jika memenuhi syarat dan ketentuan
polis.
Ada risiko reputasi atau nama baik (brand name) yang jika tidak dikelola dengan tepat akan
menjadi risiko yang mematikan (killer risk). Seperti diketahui bahwa sudah mulai ada anggapan
bahwa asuransi itu kalau membayar premi bisa lewat ATM, tapi jika mengurus klaim lewat
kantor polisi. Persepsi negatif ini perlu dieliminasi dengan teknik-teknik manajemen risiko yang
tepat.
Secara keseluruhan, hampir di setiap unit dalam perusahaan asuransi menghadapi risiko. Untuk
itu, manajemen risiko di asuransi nantinya tidak sekedar dalam bentuk kebijakan, prosedur, dan
struktur organisasi. Penerapan manajemen risiko sebisa mungkin diarahkan menjadi budaya
perusahaan. Dengan demikian harus dikomunikasikan kepada manajemen dan semua karyawan.
Sudah saatnya kalangan asuransi merumuskan risiko-risiko yang berpotensi menganggu

kelangsungan perusahaan. Lebih dari itu, manajemen risiko dilakukan dengan mempersiapkan
rencana darurat (contingency plan) atas risiko-risiko yang kemungkinan terjadinya cukup tinggi
dan dampaknya besar. Dengan demikian, risiko yang mengancam tujuan perusahaan bisa
dikendalikan dengan baik.
Apa yang terjadi di dunia perbankan, sudah cukup untuk menjadi pelajaran bahwa pelaksanaan
manajemen risiko di industri asuransi adalah mendesak.
Dalam kehidupan kita sehari-hari seringkali kita mendengar istilah Resiko dan Asuransi. Dan
pertanyaannya adalah apakah kita tahu apa pengertian dari Resiko? Dan juga Asuransi? Dan apa
kaitan diantara keduanya?
Resiko didalam Asuransi adalah ketidakpastian akan terjadinya suatu peristiwa yang dapat
menimbulkan kerugian ekonomis. Contoh dari berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran,
tertabrak kendaraan lain, resiko terkena banjir di musim hujan, resiko gempa bumi dan
sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika risiko-risiko tersebut tidak kita
antisipasi dari awal.
Istilah resiko (risk) juga memiliki berbagai definisi. Vaughan (1978) mengemukakan beberapa
definisi risiko sebagai berikut:
Risk is the chance of loss (Risiko akan menimbulkan kerugian)
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan
kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas
akan munculnya situasi tertentu. Sebagian penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan
antara tingkat risiko dengan tingkat kerugian. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian
adalah pasti sehingga risiko tidak ada.
Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian)
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu.
Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)
Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian
individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang
bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi risiko berikut.
Risk is the dispersion of actual from expected results (Risiko merupakan penyebaran hasil
aktual dari hasil yang diharapkan)
Risk is the probability of any outcome different from the one expected (Risiko adalah
probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan). Menurut definisi di

atas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa
outcome yang berbeda dari yang diharapkan.
Dari berbagai definisi diatas, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk
(kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Atau dengan kata lain akan menunjukkan
adanya ketidakpastian.
Ada 4 Bentuk-bentuk resiko yang perlu kita ketahui yaitu :
a. Resiko Murni, adalah risiko yang akibatnya hanya ada 2 macam: rugi atau break even,
contohnya pencurian, kecelakaan atau kebakaran.
b. Resiko Spekulatif adalah risiko yang akibatnya ada 3 macam: rugi, untung atau break even,
contohnya adalah judi.
c. Resiko Partikular adalah risiko yang berasal dari individu dan dampaknya lokal, contohnya
adalah pesawat jatuh, tabrakan mobil
d. Resiko Fundamental adalah risiko yang bukan berasal dari individu dan dampaknya luas,
contohnya adalah angin topan, gempa bumi, banjir dan Badai

Penggunaan Sistem Aplikasi berbasis teknologi informasi


(IT) pada Asuransi
Tak hanya pihak perbankan yang di repotkan pihak asuransi pun juga mengalami yang tak jauh
beda dengan apa yang dialami bank. Karena di perlukan ADM sehingga menjadi fixed cost. Selain
itu jika perusahaan asuransi tak memiliki jaringan kantor cabang dan perwakilan di daerah yang
cukup, tentunya ini akan menyulitkan jika harus mendatangi satu persatu kantor cabang gabk yang
membutuhkan penyelesaian klaim dari para nasabahnya.
Tak hnya dari pihak bank, asuransi yang kerepotan. Pihak nasabah pun juga tak jauh beda. Calon
nasabah yang memiliki asuransi jika tak mampu memilih asuransi secara benar, bisa bisa uang raib
begitu saja dan janji klaim asuransi di atas dengan kontrak yang telah di sepakati.

Munculnya permasalahan di atas salah satunya disebabkan belum adanya sistem yang aplikasi
yangmampu menjembatani persoalan ketiganya karena itulah PT Madani Karsa Madani melalui
Jasa Real Time Insurance Setlement dengan nama produknya Madani Integrated Asistance (MIA).
Menurut Direktur PT MKM Ir. Sari Kusimawati,AAAIJ,CPLHI , MIA merupakan aplikasi yang
terintegrasi antara asuransi jiwa, asuransi umum dan penjaminan pembiayaan yang dibangun untuk
membantu proses proses yang berkaitan dengan asuransi maupun resiko lainnya dalam kredit atau
pembiayaan

yang

di

kucurkan

oleh

bank

maupun

lembaga

pembiayaan

lainnya.

Aplikasi ini merupakan yang pertama kali ada di indonesia, yang memcoba memberikan kemudahan
baik dari pihak perbankan, asuransi dan nasabah dalam mengurusi kecepatan dan ketepatan
persoalan

asuransi.

MIA yang berbasis teknologi informasi (IT) ini di bangun secara terintegrasi meliputi seluruh resiko
yang

berkaitan

asuransi

dan

keseluruhan

proses

proses

di

asuransi

ungkapnya.

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang broker asuransi, MKM memberikan pelayanan berupa
proses penerbitan sertifikat asuransi, proses penutupan asuransi dan proses renewal endorsement
dan

proses

klaim.

Sari Berharap, Hadirnya MKM ini mampu menyelesaikan dengan cepat dan tepat segala macam
klaim yang di lakukan oleh para nasabah baik perbankan, institusi dan perorangan.
secara real time data nasabah denga cepat dapat di akses sehingga permasalahan klaim dalam
asuransi apapun bisa cepat teratasi dan nasabah bisa memiliki besarnya proteksi yang di peroleh
ujar

sari.

Menurut sari , hadirnya MIA ini terinsfirasi dari kemajuan teknologi selama ini sebagai sebuah
kemajuan peradaban manusia dalam melakukan aktifitas kerja terutama di bidang jasa keuangan
seperti

asuransi

dan

perbankan.

Dengan menggunakan fasilitas sistem IT berbasis internet, MKM memfasilitasi terbentuknya


konsorsium asuransi yang sebagian besar anggotanya adalah perusahaan asuransi syariah seperti
BNI life insurance Syariah, PT Asuransi Takaful Keluarga, PT AJ Beringin Life Syariah, Mega Life
Divisi Syariah, PT AJ Sinar Mas Unit Syariah dan PT AJ Central Asia Raya Syariah.
Sedangkan

dari

konsorsium

Asuransi

Umum

Adalah

Bumida.

Syariah Jasindo Takaful Adira Syariah, Maga General Syariah, Astra Buana Syariah, Takaful, Sinar
Mas Syariah, Ramayana Syariah, Parolamas Syariah, Central Asia raya Syariah, MAA Syariah dan
Staco Syariah, Dengab adanya konsorsium tersebut, para asuransi merasa memperoleh
kemudahan dalam menawarkan produk dan sekaligus meringankan mereka dalam memberikan
fasilitas

klaim.

Kemudahan ini ternyata juga dirasakan oleh fahmi asyaah dari Asuransi Bumida Syariah.
Berdasarkan penilaian selama ini, adanya MIA merupakan solusi bagi asuransi syariah dalam
memasarkan produknya cukup melalui MKM sebagai brokers asuransi, masyarakat dengan mudah
memilih

asuransi

yang

mana

sesuai

denga

harga

yang

diinginkannya.

Sementara itu direktur Ban Muamalat Indonesia (BMI), Luluk Mahfidah yang selama ini juga
menggunakan fasilitas MIA mengungkapkan sudah setahun ini perusahaa menggunakan jasa
layanan tersebut. Dia merasa bersyukur dengan menggunakan jasa layaan tersebut. Dia merasa
bersyukur dengan menggunakan sistem real Time insurance settklement ada perubahan yang
signifikan

yang

dialami

perusahaannya

dalam

mengurus

klaim

pembiayaan.

Menurut Luluk, BMI adalah bank syariah pertama yang menggunakan jasa MIA. Bahkan di seluruh
cabang BMI di pelosok Nusantara telah memiliki fasilitas MIA yang di pasang secara online dengan
internet

banking.

Dengan sistem MIA, Sekaligus memberikan nilai positif bagi perbankan syariah dalam memberikan
service

pelayanan

terbaik

pada

nasabah.

Sedangkan Kepala badan Operasional BRIngin Life Syariah, Etty Supriatini, mengatakan bahwa
kerja sama konsorsium lainnya perlu ditambah bukan hanya perusahaan asuransi umum saja tapi
asuransi jiwa dan kesehatan perlu diperkuat dengan konsorsium. Sehingga konsorsium yang
menjadi mitra MKM akan lebih luas lagi sekaligus menjadi banyak pilihan bagi masyarakat untuk
memilih asuransi.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap
dunia asuransi khususnya dalam proses pelayanan. Menurut Rosenberg (2001), dengan
berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pelayanan yaitu: (1) dari
pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang pelayanan ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke on
line atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata.
Komunikasi sebagai media jasa asuransi dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi
seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara pemasar dan konsumen tidak hanya
dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media
tersebut. Pemasar dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan
konsumen. Demikian pula konsumen dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari
berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau
internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut cyber peresentation
atau presentasi maya, yaitu proses komunikasi pemasaran yang dilakukan dengan menggunakan
internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-marketing yaitu satu model pelayanan
dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut
Rosenberg (2001; 28), e-marketing merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam
penyampaian pelayanan dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-marketing
merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan
membagi informasi produk$, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan

menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas
tentang pelayanan di balik paradigma pelayanan tradisional. Saat ini e-marketing telah berkembang
dalam berbagai model pelayanan yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI
(Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning
Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (LearnerCemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.

PELUANG BARU INDUSTRI JASA ASURANSI DALAM ERA TEKNOLOGI INFORMASI


Isu standar dalam era digital adalah Teknologi Informasi (TI) sebagai main stream dalam
perkembangan ekonomi dewasa ini. TI telah memberikan suatu peluang baru dalam dunia usaha.
Dengan kata lain, melalui sebuah pertanyaan untuk apa ada teknologi informasi, jika tidak mampu
menciptakan suatu kesempatan usaha, lapangan kerja dan meningkatkan income. Ini merupakan
suatu bentuk pemikiran pragmatis dalam dunia perindustrian. Konsep selanjutnya adalah
bagaimana pembentukan arah dan strategi serta kualifikasi untuk membangun industri teknologi
informasi khususnya dalam dunia industri.
Dalam dunia perindustrian, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama manajemen resiko cukup
penting untuk dipertimbangkan dalam menjalankan sebuah usaha (bisnis). Resiko merupakan aspek
mendasar dalam dunia usaha. Resiko usaha dan ketidakpastian yang menimbulkan kerugian dapat
terjadi tanpa dapat diprediksikan sebelumnya. Inilah alasan yang mendorong entrepeneur dan
orang-orang yang bergerak dalam dunia usaha untuk mengasuransikan aset-aset yang
berhubungan dengan kegiatan usahanya. Selain itu pula dengan tujuan mencegah kerugian yang
terlalu besar bila resiko dan berbagai bentuk ketidakpastian yang merugikan menimpanya. Dengan
kebutuhan-kebutuhan di atas, berbagai produk asuransi kerugian saat ini telah banyak tersedia di
pasaran guna mengurangi berbagai resiko seperti kebakaran, pencurian, gempa bumi, maupun
banjir dan segala bentuk resiko lain.
Perkembangan era teknologi informasi saat ini, ditandai dengan berkembangnya teknologi komputer
serta jaringan internet yang menyebabkan hampir sebagian besar bisnis yang dilakukan sehari-hari
memanfaatkan kedua hal tersebut. Aktivitas bisnis saat ini mampu terkoneksi dari pelbagai penjuru
dunia secara langsung dan memungkinkan dilakukannya transaksi secara real time. Dengan
demikian, sistem baru dalam dunia usaha tampak jelas di depan mata. Namun tidak hanya sistem
perekonomian baru yang dijumpai, tapi juga suatu bentuk resiko baru yang sebagian besar
berkaitan dengan masalah keamanan dan privacy. Akibatnya dari perkembangan ini, resiko usaha
menjadi semakin kompleks saja.
Internet merupakan jaringan terbuka (open network) yang memungkinkan pihak lain baik yang
berkepentingan maupun tidak berkepentingan ikut berpartisipasi di dalamnya. Terhubungnya
jaringan komputer suatu perusahaan dengan dunia maya melalui internet membuka peluang

terjadinya kerusakan, karena pihak luar saat ini sangat potensial untuk melakukan serangan
maupun manipulasi database suatu perusahaan yang pada akhirnya menimbulkan kerusakan.
Kejahatan dalam dunia internet atau yang biasa disebut dengan cybercrime, seperti bentuk
pencurian kartu kredit, hacking, cracking, penyadapan transmisi data merupakan suatu bentuk
kejahatan yang sangat potensial yang mampu menimbulkan kerugian finansial. Namun, bentuk
umum serangan yang terjadi dari jaringan internet adalah virus invasion, instrusi hackers, maupun
upaya memacetkan website melalui serangkaian upaya membanjiri server dengan sejumlah
informasi dalam skala besar. Berbagai bentuk tersebut berimplikasi pada kerugian yang tidak sedikit
bagi perusahaan sasaran/obyek.
Faktor penunjang lain yang menimbulkan kerugian peusahaan tidak sepenuhnya ditentukan oleh
faktor eksternal, namun juga bisa disebabkan faktor internal. Faktor internal ini diartikan dalam
kapasitas kemampuan dan pengetahuan seputar dunia komputasi bagi orang dalam (intern
perusahaan). Pengetahuan dan kemampuan ini dalam lingkup yang mengerti seluk beluk komputasi
(paham tekonologi) maupun yang sama sekali tidak mengerti komputasi.
Berbagai bentuk proteksi yang diterapkan perusahaan-perusahaan yang terhubung dengan internet
dewasa ini, cukup memberikan perlindungan atas propertinya, yaitu terhadap sistem komputasi dan
data elektronik perusahaan. Namun sistem keamanan yang diterapkan tersebut tidak selamanya
memberi perlindungan total. Seperti yang disebutkan sebelumnya, perusakan sistem keamanan
(security breaches) dapat terjadi, antara lain dikarenakan faktor unauthorized access, maupun
adanya penggunaan sistem komputasi dan data perusahaan oleh pihak luar atau pihak dalam
(insider or outsider).
Bila dinilai secara nominal, kerugian yang diderita perusahaan akibat kerusakan sistem jaringan
komputer dan internet sangat tinggi dan kemungkinan mencapai jutaan dollar AS.
Resiko-resiko baru sebagaimana digambarkan di atas merupakan suatu bentuk peluang baru
industri asuransi. Secara teoritis disebutkan atas apapun resiko yang muncul yang mampu
menimbulkan kerugian dapat dijadikan obyek asuransi atau dengan kata lain dapat diasuransikan.
Adapun yang dimaksud dengan obyek asuransi berdasar pasal 1 butir (2)
Undang-undang No. 2 tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, adalah:
"benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua
kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau berkurang nilainya"
Dari batasan tersebut, resiko-resiko seputar sistem keamanan jaringan komputer dan internet dapat
dijadikan sebagai obyek asuransi atau dengan kata lain dapat diasuransikan. Hal ini yang
menimbulkan apa yang kita kenal sebagai cyber insurance.
Cyber insurance sebagai suatu bentuk produk asuransi yang menutup resiko-resiko yang terkait
dengan sistem keamanan jaringan komputer. Jaringan komputer yang terhubung dengan jaringan
internet berimplikasi mendatangkan kerugian baik dikarenakan serangan hackers maupun virus.
Fenomena baru inilah yang menjadi persoalan cyber insurance dalam dunia perasuransian dewasa

ini. Bila kita lihat lebih jauh, cyber insurance yang mencakup lingkup komputasi dibagi menjadi 2
tipe, yaitu; tipe pertama berkaitan dengan first party or cyber property yang meliputi penutupan
resiko kerugian akibat tindak kejahatan, pencurian, perusakan perangkat lunak (software) maupun
database, rehabilitasi data, extortion, dan business interuption. Sedangkan, tipe kedua adalah
berkaitan dengan third party or cyber liability yang meliputi pencemaran nama baik yang terkait
dengan materi suatu website, pelanggaran hak cipta, hiperlinking liability, maupun contextual liability.
Saat ini, nilai premi yang dihasilkan cyber insurance memang tidak terlalu besar bila dibanding
dengan sektor asuransi kerugian lain (tradisional). Namun diprediksikan laju pertumbuhan sektor
cyber insurance akan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dihubungkan dengan
pertumbuhan usaha yang memanfaatkan teknologi informasi semakin meningkat.
Meskipun memiliki pangsa pasar yang cukup menjanjikan, namun tidak mudah bagi perusahaan
asuransi untuk menerjemahkan kerugian yang akan muncul dalam e-business. Dengan kata lain
tidak semua perusahaan asuransi dapat bergerak dalam bisnis cyber insurance.
Beberapa cyber insurance yang tersedia dan cukup terkenal saat ini antara lain AIG, Marsh, dan St.
Paul. Ketiga perusahaan asuransi tersebut telah menawarkan penutupan resiko pemanfaatan
teknologi informasi. Misalnya AIG dengan polisnya yang disebut dnegan ProTech Technology
Liability Insurance, St. Paul dengan polis Cybertech + liability. Selain itu ada pula perusahaan
reasuransi terkemuka yang memberikan perlindungan terhadap resiko internet seperti Munich Re
dan Swiss Re.
Resiko asuransi yang harus ditanggung perusahaan asuransi tersebut tergolong tinggi, jadi wajar
bila premi yang mesti dibayar tertanggung relatif besar. Selain itu juga adanya beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi tertanggung antara lain manajemen jaringan komputer yang harus dilengkapi
dengan penerapan sistem keamanan seperti firewall, maupun penggunaan teknik enkripsi yang
memadai. Perusahaan asuransi Lloyd of London, misalnya, dengan polis Computer Information and
Data Security Insurance dan E-Comprehensive, mengenakan premi cyber insurance sebesar US$
20.000 hingga US$ 75.000 untuk penutupan resiko US$ 1 juta hingga US$ 10 juta.
Di Indonesia sendiri belum menjadi suatu yang fenomenal bagi suatu perusahaan asuransi untuk
mengembangkan usahanya dalam bentuk cyber insurance. Hal ini karena kurangnya dorongan
kebutuhan masyarakat yang ditunjukkan rendah atau bahkan kurangnya tingkat permintaan
masyarakat di bidang ini. Namun diprediksikan dalam rentang waktu yang relatif singkat permintaan
untuk proteksi cyber insurance di Indonesia akan meningkat dan terdapat kecenderungan akan
semakin berkembang.

Asuransi Dalam Pandangan Islam

Asuransi dalam Sudut Pandang Hukum Islam Mengingat masalah asuransi ini sudah memasyarakt
di Indonesia ini dan di perkirakan ummat Islam banyak terlibat didalamnya maka perlu juga dilihat
dari sudut pandang agama Islam. Di kalangan ummat Islam ada anggapan bahwa asuransi itu tidak
Islami. Orang yg melakukan asuransi sama halnya dgn orang yg mengingkari rahmat Allah. Allah-lah
yg menentukan segala-segalanya dan memberikan rezeki kepada makhluk-Nya sebagaimana
firman Allah SWT yg artinya Dan tidak ada suatu binatang melata pun dibumi mealinkan Allah-lah
yg memberi rezekinya. ?dan siapa yg memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah
di samping Allah ada Tuhan ?? Dan kami telah menjadikan untukmu dibumi keperluan-keprluan
hidup dan makhluk-makhluk yg kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya. Dari ketiga ayat
tersebut dapat dipahami bahwa Allah sebenarnya telah menyiapkan segala-galanya utk keperluan
semua makhluk-Nya termasuk manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Allah telah menyiapkan
bahan mentah bukan bahan matang. Manusia masih perlu mengolahnya mencarinya dan
mengikhtiarkannya. Orang yg melibatkan diri kedalam asuransi ini adl merupakan salah satu ikhtiar
utk mengahdapi masa depan dan masa tua. Namun krn masalah asuransi ini tidak ada dijelaskan
secara tegas dalam nash maka masalahnya dipandang sebagai masalah ijtihadi yaitu masalah
perbedaan pendapat dan sukar dihindari dan perbedaan pendapat tersebut juga mesti dihargai.
Perbedaan pendapat itu terlihat pada uraian berikut
Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya temasuk asuransi jiwa Pendapat ini
dikemukakan oleh Sayyid Sabiq Abdullah al-Qalqii Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil
al-Muthi . Alasan-alasan yg mereka kemukakan ialah
Asuransi sama dgn judi
Asuransi mengandung ungur-unsur tidak pasti.
Asuransi mengandung unsur riba/renten.
Asurnsi mengandung unsur pemerasan krn pemegang polis apabila tidak bisa melanjutkan
pembayaran preminya akan hilang premi yg sudah dibayar atau di kurangi.
Premi-premi yg sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba.
Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.
Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis dan sama halnya dgn mendahului takdir
Allah.
Asuransi di perbolehkan dalam praktek seperti sekarang Pendapat kedau ini dikemukakan
oleh Abd. Wahab Khalaf Mustafa Akhmad Zarqa Muhammad Yusuf Musa dan Abd. Rakhman
Isa . Mereka beralasan
Tidak ada nash yg melarang asuransi.
Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.
Saling menguntungkan kedua belah pihak.
Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum sebab premi-premi yg terkumpul dapat di
investasikan utk proyek-proyek yg produktif dan pembangunan.

Asuransi termasuk akad mudhrabah


Asuransi termasuk koperasi .
Asuransi di analogikan dgn sistem pensiun seperti taspen.
Asuransi yg bersifat sosial di perbolehkan dan yg bersifat komersial diharamkan Pendapat
ketiga ini dianut antara lain oleh Muhammad Abdu Zahrah . Alasan kelompok ketiga ini sama
dgn kelompok pertama dalam asuransi yg bersifat komersial dan sama pula dgn alasan
kelompok kedua dalam asuransi yg bersifat sosial . Alasan golongan yg mengatakan
asuransi syubhat adl krn tidak ada dalil yg tegas haram atau tidak haramnya asuransi itu.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa masalah asuransi yg berkembang dalam
masyarakat pada saat ini masih ada yg mempertanyakan dan mengundang keragu-raguan
sehingga sukar utk menentukan yg mana yg paling dekat kepada ketentuan hukum yg
benar. Sekiranya ada jalan lain yg dapat ditempuh tentu jalan itulah yg pantas dilalui. Jalan
alternatif baru yg ditawarkan adl asuransi menurut ketentuan agama Islam. Dalam keadaan
begini sebaiknya berpegang kepada sabda Nabi Muhammad SAW Tinggalkan hal-hal yg
meragukan kamu kepada hal-hal yagn tidak meragukan kamu. Asuransi menurut ajaran
agama Islam yg sudah mulai digalakkan dalam masyarakat kita di Indonesia ini sama seperti
asuransi yg sudah ada selama ini pada PT. Asuransi Bumi Putera Asuransi Jiwasraya dan
asuransi lainnya. Macamnya sama tetapi sisitem kerjanya berbeda yaitu dengan system
mudharabah . Kita lihat dalam asuransi Takaful berdasarkan Syariah ada beberapa macam
diantaranya
Takaful KebakaranAsuransi takaful kebakaran memberikan perlindungan tehadap harta
benda seperti toko industri kantor dan lain-lainnya dari kerugian yg diakibatkan oleh
kebakaran kejatuhan pesawat terbang ledakan gas dan sambaran petir.
Takaful pengankutan barangAsuransi bentuk ini memberikan perlindungan terhadap
kerugian atas harta benda yg sedang dalam pengiriman akibat terjadi resiko yg disebabkan
alat pengankutannya mengalami musibah atau kecelakaan.
Takaful keluarga Asuransi takaful kelurga ini tercakup didalamnya takaful berencana
pembiayaan berjangka pendidikan kesehatan wisata dan umroh dan takaful perjalanan haji.
Dana yg terkumpul dari peserta diinvestasikan sesuai prinsip syariah. Kemudian hasil yg
diperoleh dgn cara mudharabah dibagi utk seluruh peserta dan utk perusahaan.
Umpamanya 40% utk peserta dan 60% utk perusahaan. Sebagaimana telah disinggung
diatas bahwa macam suransi konvensional sama saja dgn asuransi yg berlandaskan
syariah. Namun dalam pelaksanaanya ada perbedaan mendasar yaitu bagi hasil pada
asuransi yg berlandaskan syariah dan tidak demikian pada asuransi konvesional. Disamping
itu ada alasan lain lagi yg perlu jadi bahan pertimbangan terutama oleh golongan yg
menghramkan asuransi konvensional disebabkan oleh tiga hal yaitu

Gharar Dalam asuransi konvensional ada gharar krn tidak jelas akad yg melandasinya.
Apakah akad Tabaduli atau akad Takafuli . Umpamanya saja sekiranya terjadi klaim seperti
asuransi yg diambil sepuluh tahun dan pembayaran premi itu adl gharar dan tidak jelas dari
mana asalnya. Berbeda dgn asuransi takaful bahwa sejak awal polis dibuka sudah diniatkan
95% premi utk tabungan dan 5% diniatkan utk tabarru . Jika terjadi klaim pada tahun kelima
maka dan yg Rp. 7.500.000- itu tidak gharar tetapi jelas sumbernya yaitu dari dana
kumpulan terbaru/derma.
Maisir Mengenai judi jelas hukumnya yaitu haram sebagaimana di firmankan Allah dalam
surat al-Maidah 90. Dalam asuransi konvensional judi timbul krn dua hal
Sekiranya seseorang memasuki satu premi ada saja kemungkinan dia berhenti krn alasan
tertentu. Apabila berhenti dijalan sebelum mencapai masa refreshing pheriod dia bisa
menerima uangnya kembali dan jumlahnya kira-kira 20% dan uang itu akan hangus. Dalam
keadaan seperti inilah ada unsur judinya.
Sekiranya perhitungan kematian itu tepat dan menentukan jumlah polis itu juga tepat maka
pearusahaan akan untung. Tetapi jika salah dalam perhitungan maka perusahaan akan rugi.
Jadi jelas disini unsur judi . Dalam asuransi takaful berbeda krn sipenerima polis sebelum
mencapai refreshing period sekalipun bila dia mengambil dananya maka hal itu di bolehkan.
Perusahaan asuransi ialah sebagai pemegang amanah. Malahan kalu ada kelebihan/
untung maka pemegang polispun ada menerimanya.
Riba Dalam asuransi konvensioanal juga terjadi riba krn dananya di investasikan .
Sedangakn masalah riba dipersoalkan oleh para alim ulama. Ada ulama
mengharamkannnya ada yg membolehkannya dan adapula yg mengatakan syubhat. Jalan
yg ditempuh oleh asuransi takaful adl cara mudhrabah . Dengan demikian tidak ada riba
dalam asurasni takaful. Agar asuransi takaful yg berlandaskan syariah Islamiah dapat
berjalan dan berkembang dalam masyarakat kita di Indonesia ini maka asuransi takaful itu
perlu dimasyarakatakan dan manajemennya hendaknya dilaksankan dgn baik dan rapi
sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat luas. Masyarakat sebenarnya ingin bukti
nyata mengenai suatu gagasan ingin mendapat jaminan ketenangan selama masih hidup
dan ingin pula jaminan utk anak turunan sesudah meninggal dunia. Apabila asuransi takaful
yg berlandaskan syariah Islamiah sudah mewujudkan kehendak anggota masyarakat maka
orang yg senang bergelimang dgn hal-hal yg syubhat dan dihadapkan pada ketentuan
hukum yg bertolak belakang akan berkurang. Sumber Masail Fiqhiyah; Zakat Pajak Asuransi
dan Lembaga Keuangan M Ali Hasan sumber file al_islam.chm

Sumber :
http://managedaily.co.id/journal/index/category/risk_management/84/80

http://munawarkasan.wordpress.com/2012/03/24/urgensi-penerapan-manajemen-risiko-diindustri-asuransi/

BAB 1

PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang

Pemahaman tentang asuransi kesehatan di Indonesia masih sangat beragam.


Dahulu banyak yang menganggap bahwa JPKM bukan asuransi kesehatan, apalagi
asuransi kesehatan komersial; perkembangan selanjutnya menyebutkan JPKM sebagai
asuransi sosial karena dijual umumnya kepada masyarakat miskin di daerah-daerah.
Padahal dilihat dari definisi dan jenis programnya, JPKM jelas bukan asuransi kesehatan social.
Asuransi kesehatan sosial (social health insurance) adalah suatu mekanisme pendanaan
pelayanan kesehatan yang semakin banyak digunakan di seluruh dunia karena kehandalan sistem
ini menjamin kebutuhan kesehatan rakyat suatu negara. Namun di Indonesia pemahaman tentang
asuransi kesehatan sosial masih sangat rendah karena sejak lama kita hanya mendapatkan
informasi yang bias tentang asuransi kesehatan yang didominasi dari Amerika yang didominasi
oleh asuransi kesehatan komersial. Litetaruryang mengupas asuransi kesehatan sosial juga sangat
terbatas. Kebanyakan dosen maupun mahasiswa di bidang kesehatan tidak memahami asuransi
sosial. Pola piker (mindset) kebanyakan sarjana kita sudah diarahkan kepada segala sesuatu yang
bersifat komersial, termasuk dalam pelayanan rumah sakit. Sehingga, setiap kata sosial, seperti
asuransi sosial dan fungsi sosial rumah sakit hampir selalu difahami sebagai pelayanan atau
program untuk orang miskin. Sesungguhnya asuransi sosial bukanlah asuransi untuk orang
miskin. Fungsi sosial bukanlah fungsi untuk orang miskin. Pendapat tersebut merupakan
kekeliruan besar yang sudah mendarah daging di Indonesia yang menghambat pembangunan
kesehatan yang berkeadilan sesuai amanat UUD45. Bahkan konsep Undang-undang Kesehatan
yang dikeluarkan tahun 1992 (UU nomor 23/1992) jelas memerintahkan Pemerintah untuk
mendorong pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang diambil
dari konsep HMO (Health Maintenance Organization) yang merupakan salah satu bentuk
asuransi kesehatan komersial. Parapengembang JPKM di Depkes-pun, tidak banyak yang
memahami bahwa HMO dan JPKM sesungguhnya asuransi komersial yang tidak sesuai dengan

tujuan dan cita-cita bangsa mewujudkan sistem kesehatan yang berkeadilan (egaliter). Akibatnya,
asuransi kesehatan sosial di Indonesia tidak berkembang dengan baik sampai tahun 2005.
Kondisi tersebut sejalan pula dengan situasi negara-negara di Asia yang umumnya
memang tertinggal dalam pengembangan asuransi kesehatan sosial. Pada tanggal 7-9 Maret
2005, WHO kantor regional Asia Pasifik, Asia Tenggara, dan Timur Tengah berkumpul di Manila
untuk menggariskan kebijakan dan pedoman pengembangan asuransi kesehatan sosial di wilayah
Asia-Pasifik dan Timur Tengah. Berbagai ahli dalam bidang asuransi kesehatan atau pendanaan
kesehatan diundang untuk perumusan tersebut. Karena sistem pendanaan di Asia yang ada
sekarang ini sangat
bervariasi, maka disepakati tujuan pengembangan asuransi kesehatan sosial yaitu
mewujudkan akses universal kepada pelayanan kesehatan. Selain asuransi kesehatan
sosial, sistem pendanaan melalui pajak (National Health Service) dengan menyediakan
pelayanan kesehatan secara gratis atau hampir gratis kepada seluruh penduduk, seperti yang
dilakukan Malaysia, Sri Lanka, dan Thailand juga mampu menyediakan akses universal tersebut.
Dalam bab ini pembahasan akan dipusatkan pada pemahaman tentang asuransi dan asuransi
kesehatan sosial. Karena luasnya masalah asuransi kesehatan sosial, bab ini membatasi
pembahasan pada garis-garis besar asuransi kesehatan sosial. Pembaca yang ingin mengetahui
lebih dalam tentang praktek-praktek asuransi kesehatan social dapat membaca buku lain atau
mengikuti ujian asuransi kesehatan yang diselenggarakan oleh PAMJAKI (Perhimpunan Ahli
Manajemen Jaminan dan Asuransi KesehatanIndonesia)

BAB II
ASURANSI KESEHATAN

A. Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Th 1992

Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian adalah perjanjian
antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
<:-- more --> keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.

Badan yang menyalurkan risiko disebut "tertanggung", dan badan yang menerima risiko disebut
"penanggung". Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan: ini adalah sebuah kontrak
legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh
"tetanggung" kepada "penanggung" untuk risiko yang ditanggung disebut "premi". Ini biasanya
ditentukan oleh "penanggung" untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya administratif,
dan keuntungan.
Contohnya, seorang pasangan membeli rumah seharga Rp. 100 juta. Mengetahui bahwa
kehilangan rumah mereka akan membawa mereka kepada kehancuran finansial, mereka
mengambil perlindungan asuransi dalam bentuk kebijakan kepemilikan rumah. Kebijakan
tersebut akan membayar penggantian atau perbaikan rumah mereka bila terjadi bencana.
Perusahaan asuransi mengenai mereka premi sebesar Rp1 juta per tahun. Risiko kehilangan
rumah telah disalurkan dari pemilik rumah ke perusahaan asuransi.

1.

Pengertian Asuransi

Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin biaya
kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami
kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan
asuransi, yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-patient treatment).
Produk asuransi kesehatan diselenggarakan baik oleh perusahaan asuransi sosial, perusahaan
asuransi jiwa, maupun juga perusahaan asuransi umum.
Di Indonesia, PT Askes Indonesia merupakan salah satu perusahaan asuransi sosial yang
menyelenggarakan asuransi kesehatan kepada para anggotanya yang utamanya merupakan para
pegawai negeri baik sipil maupun non-sipil. Anak-anak mereka juga dijamin sampai dengan usia
21 tahun. Para pensiunan beserta istri ataupun suami juga dijamin seumur hidup.
Beberapa perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa telah memasarkan pula program-

program asuransi kesehatan dengan berbagai macam varian yang berbeda. Pada umumnya
perusahaan asuransi yang menyelenggarakan program asuransi kesehatan bekerja sama dengan
provider rumah sakit baik secara langsung maupun melalui institusi perantara sebagai asisten
manajemen jaringan rumah sakit.
Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin
biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau
mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis perawatan yang ditawarkan
perusahaan-perusahaan asuransi, yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (outpatient treatment).
Produk asuransi kesehatan diselenggarakan baik oleh perusahaan asuransi sosial, perusahaan
asuransi jiwa, maupun juga perusahaan asuransi umum.
Di Indonesia, PT Askes Indonesia merupakan salah satu perusahaan asuransi sosial yang
menyelenggarakan asuransi kesehatan kepada para anggotanya yang utamanya merupakan
para pegawai negeri baik sipil maupun non-sipil. Anak-anak mereka juga dijamin sampai
dengan usia 21 tahun. Para pensiunan beserta istri ataupun suami juga dijamin seumur hidup.
Di luar golongan tersebut pemerintah juga menyediakan program asuransi kesehatan kepada
warga berpenghasilan rendah, kini disebut Jamkesmas[1], jaminan kesehatan masyarakat, di
samping program itu yang dibiayai oleh APBN, sejumlah pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota juga punya program serupa yaitu Jamkesda[1]dan Jamkesos[2][3] seperti, antara
lain, di kabupaten Musi Banyuasin pada 2002[4],Jembrana sejak 2003[5] di DIY sejak 2003[3] dan
provinsi Sumatra Selatan, di sana disebutJamsoskes, sejak awal januari 2009[4] walaupun pada
awal maret 2010 pemerintah pusat mengkaji kemungkinan melarang pembiayaan asuransi
kesehatan lewat APBD[6]
Pada tahun 2009, 116,8 juta dari sekitar 230 juta penduduk Indonesia memiliki asuransi
kesehatan disediakan baik oleh PT Askes Indonesia, PT Jamsostek, PT Asabri maupun lewat
program Jamkesmas atau asuransi lain[7].
Beberapa perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa telah memasarkan pula programprogram asuransi kesehatan dengan berbagai macam varian yang berbeda. Pada umumnya

perusahaan asuransi yang menyelenggarakan program asuransi kesehatan bekerja sama


dengan provider rumah sakit baik secara langsung maupun melalui institusi perantara sebagai
asisten manajemen jaringan rumah sakit.

2.

Prinsip dasar asuransi

Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu :
Insurable interest Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan,
antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.
Utmost good faith Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua
fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta
maupun tidak. Artinya adalah : si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas
segala sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus
memberikan keterangan yang jelas dan benar atas obyek atau kepentingan yang
dipertanggungkan.
Proximate cause Suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang
menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari sumber
yang baru dan independen.
Indemnity Suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam
upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum
terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278).
Subrogation Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar.
Contribution Hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama
menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan
indemnity.

B. keuntungan perusahaan asuransi

Perusahaan asuransi juga mendapatkan keuntungan investasi. Ini diperoleh dari investasi premi
yang diterima sampai mereka harus membayar klaim. Uang ini disebut "float". Penanggung bisa
mendapatkan keuntungan atau kerugian dari harga perubahan float dan juga suku bunga atau
deviden di float. Di Amerika Serikat, kehilangan properti dan kematian yang tercatat oleh
perusahaan asuransi adalah US$142,3 milyar dalam waktulima tahun yang berakhir pada 2003.
Tetapi keuntungan total di periode yang sama adalah US$68,4 milyar, sebagai hasil dari float.

BAB III
RESIKO ASURANSI KESEHATAN

Risiko dan Risiko Sakit


Di Indonesia banyak orang menggunakan istilah resiko, bukan risiko. Sesungguhnya ada
perbedaan makna antara resiko dan risiko. Dalam bidang asuransi istilah resiko digunakan
untuk hal-hal yang sifatnya spekulatif. Sebagi contoh, seorang berdagang mobil mempunyai
resiko rugi apabila ia tidak hati-hati mengelola usahanya atau tidak mengikuti perkembangan
pasar mobil. Sedangkan istilah risiko digunakan dalam asuransi untuk kejadian-kejadian yang
dapat diasuransikan yang sifatnya bukan spekulatif. Risiko ini disebut juga pure risk atau risiko
murni. Dalam bahasa Indonesiamemang kita tidak memiliki istilah asal atau akar kata tentang
risiko. Sebab risiko diterjemahkan dari bahasa Inggris risk. Akan tetapi kalau kita pelajari benar,

sesungguhnya risk berkaitan dengan bahasa Arab rizk yang kita terjemahkan dalam
bahasa Indonesia menjadi rejeki. Keduanya mempunyai aspek ketidakpastian, yang
seringkali kita nyatakan bahwa hal itu merupakan Takdir Tuhan. Risiko bersifat tidak
pasti (uncertain), demikian juga rejeki. Asuransi sesungguhnya merupakan suatu cara
mengelola risiko dan dapat dinyatakan sebagai upaya preventif (sebelum terjadinya sakit) dalam
rangka mencegah ketidakmampuan penduduk membiayai pelayanan medis yang mahal.

C. Pemahaman tentang Risiko

Kata risiko berasal dari bahasa Inggris risk yang bermakna sebagai ................, ada
juga yang mengatakan kata itu juga dipengaruhi oleh bahasa Arab rizk yang berarti rizki (rejeki).
Kedua kata tersebut risk dan rizk memiliki kesamaan sifat yaitu
ketidakpastian(uncertainty). Asuransi mengambil konsep risk sebagai obyek asuransi karena
ketidakpastian itu dapat dikelola menjadi suatu bentuk kepastian dalam wujud yang lain.
Ketidakpastian risiko sakit dapat diterima semua orang, yang selanjutnya juga berarti ada risiko
biaya untuk membayar pelayanan kesehatan sebagai upaya pemulihan dari kondisi sakit. Risiko
tersebut dapat dikelola menjadi suatu bentuk kepastian yaitu dengan membuat produk asuransi
kesehatan yang memastikan adanya penggantian biaya pengobatan kalau pembeli produk
asuransi itu jatuh sakit. Produk asuransi ini memang tidak mengubah risiko sakitnya, namun
dapat mengubah risiko dampak biaya akibat sakit tersebut. Di Indonesia, risiko itu sering
diartikan sebagai dampak negative suatu keadaan yang terjadi akibat kelalaian seseorang.
Misalnya, pedagang mempunyai risiko rugi bila usahanya tidak dikelola dengan baik. Risiko itu
lebih diartikan sebagai bentuk konsekuensi negative sebuah keadaan atau tindakan. Padahal
dilihat dari asal katanya, berbeda sekali dengan pemahaman yang telah dianut secara turun
temurun oleh bangsaIndonesia. Risiko tidak selalu negative, ada juga risiko yang positif,

misalnya risiko keuntungan. Namun pembahasan risiko dalam konteks asuransi ini dibatasi pada
risiko negative.

Melihat sifat dan definisi risiko yang diartikan dari asal katanya, maka risiko yang
ada itu dapat dijadikan produk asuransi karena tingkat risiko tersebut dapat
diperhitungkan berdasarkan kekerapan dan kerugian yang ditimbulkan. Perhitungan
inilah yang disebut sebagai analisis risiko oleh asuransi untuk menghitung besar premi yang
harus dibayar oleh seseorang yang bergabung dalam kelompok untuk berbagi risiko sebagaimana
diuraikan pada bagian awal buku ini.

Dalam buku Asuransi Kesehatan di Indonesia, Thabrany (2001)1 telah membahas


dasar-dasar asuransi kesehatan. Dalam bab ini, dasar-dasar tersebut disajikan kembali
dengan modifikasi untuk memudahkan mahasiswa memahaminya.
Pembahasan tidak memperdalam kata-kata risiko atau resiko. Sering disebutkan
bahwa untuk suatu tindakan ada risiko atau bahayanya, setiap orang paham akan hal itu. Namun
waktu terjadinya dan besarnya bahaya yang akan terjadi, tidak diketahui oleh siapapun. Manusia
hanya dapat memperkirakan probabilitas kejadian dan besarnya (berat-ringannya) risiko atau
bahaya tersebut. Disini ada ketidakpastian (uncertainty) tentang terjadinya dan besarnya risiko
tersebut. Biasanya yang disebut risiko mempunyai konotasi negatif yaitu umumnya orang
mengartikan risiko sebagai sesuatu yang dapat mencelakakan atau merugikan diri, sesuatu yang
tidak diharapkan. Sebenarnya, dalam pengertian ketidakpastian, ada juga risiko keberuntungan.
Dalam konteks ini, kata keberuntungan itupun merupakan suatu risiko, yaitu risiko positif, risiko
yang diharapkan, yang kita bedakan sebagai resiko. Fokus perhatian dunia asuransi adalah risiko
yang terkait dengan kerugian baik berupa materiil maupun berupa kehilangan kesempatan
berproduksi akibat menderita penyakit berat. Dilihat dari ketidakpastiannya, risiko mengadung
kesamaan dengan kata rejeki yang menurut kepercayaan orang Indonesia, hanya Tuhan yang
mengetahui dengan pasti jumlah, waktu dan cara perolehannya. Jadi risiko dan rizki/rejeki

mempunyai kesamaan yaitu ketidakpastian, namun keduanya berbeda konotasi. Risiko


berkonotasi negative (tidak diharapkan), sedangkan rizki berkonotasi positif (diharapkan).
Asuransi membatasi areanya pada risiko yang berkonotasi negative karena tidak diharapkan oleh
siapapun, jadi asuransi bukanlah mekanisme untuk untung-untungan, untuk mendapatkan rizki
/rejeki.
Dalam setiap langkah kehidupan kita, selalu saja ada risiko, baik kecil seperti
terjatuh akibat tersandung kerikil sampai yang besar seperti kecelakaan lalu lintas yang dapat
menimbulkan kematian atau kecacatan. Beruntung Tuhan telah memberikan sifat alamiah
manusia yang selalu menghindarkan diri dari berbagai risiko. Setiap orang mempunyai cara
tersendiri untuk menghindarkan dirinya dari berbagai risiko. Secara umum, cara-cara
menghindarkan diri dari berbagai risiko hidup disebut sebagai manajemen risiko yang
dikelompokan menjadi empat kelompok besar, akan dibahas berikut ini.

Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang
sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat
diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak
dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.

a. Manajemen Risiko

Dalam ilmu manajemen risiko atau risk management, kita mengenal beberapa
teknik menghadapi risiko yang dapat terjadi pada semua aspek kehidupan. Teknik-teknik tersebut
adalah :
1.

Menghindarkan risiko (risk avoidance).

Kalau kita merokok, ada risiko terkena penyakit kanker paru atau penyakit jantung
(kardiovaskuler). Salah satu cara menghindari terjadinya risiko terkena penyakit paru atau

jantung tersebut adalah menjauhi bahan-bahan karsinogen (yang menyebabkan kanker) yang
terkandung dalam rokok. Kalau kita tidak ingin mendapat kecelakaan pesawat terbang, jangan
pernah naik pesawat terbang.
Banyak orang melakukan teknik manajemen ini untuk risiko besar yang kasat mata. Seseorang
akan menghindari naik gunung yang terjal tanpa alat pengaman, karena risiko jatuh ke jurang
dapat dilihat langsung oleh mata. Tetapi banyak orang tidak menyadari bahawa risiko tersebut
dapat muncul 20-30 tahun seperti yang terjadi pada risiko kanker paru atau kelainan jantung
akibat merokok, sehingga kebiasaan itu dianggap tidak berisiko atau berisiko rendah. Kesadaran
tentang risiko jangka panjang itu yang harus disosialisasikan kepada masyarakat supaya mereka
mampu mengantisipasinya. Tidak semua orang mampu mengenali, merasakan dan menghindari
risiko. Ada kelompok yang hanya mampu mengenali dan merasakan, namun tidak mampu
menghindarinya. Karenanya manajemen risiko dengan cara menghindari saja tidak cukup untuk
melindungi seseorang dari risiko yang akan terjadi.

2.

Mengurangi risiko (risk reduction).

Jika upaya menghindari risiko tidak mungkin dilakukan, manajemen risiko dapat dilakukan
dengan cara mengurangi risiko (risk reduction). Contohnya, kita membuat jembatan
penyeberangan atau lampu khusus penyeberangan untuk mengurangi jumlah orang yang
menderita kecelakaan lalu lintas. Dengan demikian, pengemudi kendaraan akan berhati-hati.
Atau jika ada jembatan penyeberangan, maka risiko tertabrak mobil akan menjadi lebih kecil,
tetapi tidak meniadakan sama sekali. Seorang pengendara sepeda motor diwajibkan memakai
helm karena tidak ada satu orangpun yang bisa terhindar seratus persen dari kecelakaan
berkendara sepeda motor. Jika helm digunakan, maka beratnya risiko (severity of risk) dapat
dikurangi, sehingga seseorang dapat terhindar dari kematian atau gegar otak yang memerlukan
biaya perawatan sangat besar. Perawatan intensif selama 7 (tujuh) hari di rumah sakit bagi
penderita gegar otak di tahun 2005 ini dapat mencapai lebih dari Rp 20 juta. Tetapi, bagi

kebanyakan pengendara sepeda motor, yang belum pernah menyaksikan betapa dahsyatnya
akibat gegar otak dan berapa mahalnya biaya perawatan akibat gegar otak, tidak menyadari hal
itu. Kalaupun mereka mengenakan helm, seringkali sekedar untuk menghindari dari tekanan
penalty akibat pelanggaran (tilang) peraturan lalu lintas oleh polisi yang sesungguhnya
merupakan risiko kecil (yang hanya sebesar ratusan ribu rupiah saja).

3.

Memindahkan risiko (risk transfer).

Sebaik apapun upaya mengurangi risiko yang telah kita lakukan tidak menjamin 100% kita akan
terbebas dari segala risiko. Karena itu kita perlu melindungi diri kita dengan tameng lapis ketiga
dari manajemen risiko yaitu mentransfer risiko diri kita ke pihak lain. Kita dapat memindahkan
seluruh atau sebagian risiko kepada pihak lain (yang dapat berupa perusahaan asuransi, badan
penyelenggara jaminan sosial, pemerintah, atau badan sejenis lain) dengan membayar sejumlah
premi atau iuran, baik dalam jumlah nominal tertentu maupun dalam jumlah relatif berupa
prosentase dari gaji atau harga pembelian (transaksi). Dengan teknik manajemen risiko ini, risiko
yang ditransfer hanyalah risiko finansial, bukan seluruh risiko. Ada sebagian risiko yang tidak
bisa ditransfer, misalnya rasa sakit atau perasaan kehilangan yang dirasakan oleh penderita.. Ini
merupakan prinsip yang sangat fundamental di dalam asuransi. Kebanyakan orang tidak
menyadari bahwa setiap saat sesungguhnya ada risiko kematian dan risiko kematian itu yang
berpotensi menyebabkan ketiadaan dana bagi ahli warisnya untuk menjalani hidup sehari-hari
atau untuk membiayai pendidikan anak, dapat ditransfer dengan membeli asuransi jiwa. Itulah
sebabnya, kebanyakan orang di negara berkembang tidak membeli asuransi jiwa, karena banyak
orang tidak melihat kematian sebagai suatu risiko finansial bagi ahli warisnya

4.

Mengambil risiko (risk asumption).

Jika risiko tidak bisa dihindari, tidak bias dikurangi, dan tidak dapat ditransfer akibat
ketidakmampuan seseorang atau tidak ada perusahaan yang dapat menerima transfer risiko
tersebut, maka alternatif terakhir adalah mengambil atau menerima risiko (sebagai takdir).

b.Bentuk Risiko

Bentuk-bentuk risiko antara lain risiko murni, risiko spekulatif, risiko partikular dan risiko
fundamental.

a.

Risiko murni adalah risiko yang akibatnya hanya ada 2 macam: rugi atau break even, contohnya
pencurian, kecelakaan atau kebakaran.

b. Risiko spekulatif adalah risiko yang akibatnya ada 3 macam: rugi, untung atau break even,
contohnya judi.
c.

Risiko partikular adalah risiko yang berasal dari individu dan dampaknya lokal, contohnya
pesawat jatuh, tabrakan mobil dan kapal kandas. Sedangkan risiko fundamental adalah risiko
yang bukan berasal dari individu dan dampaknya luas, contohnya angin topan, gempa bumi dan
banjir.

c.

Risiko yang dapat diasuransikan

1.

Risiko tersebut haruslah bersifat murni (pure).

Menurut sifat kejadiannya, risiko dapat timbul benar-benar sebagai suatu kebetulan
atauaccidental dan dapat timbul karena suatu perbuatan spekulatif. Risiko murni adalah risiko
yang spontan, tidak dibuat-buat, tidak disengaja, atau dicari-cari bahkan tidak dapat dihindari
dalam jangka pendek. Orang berdagang mempunyai risiko rugi, tetapi risiko rugi tersebut dapat
dihindari dengan manajemen yang baik, belanja dengan hati-hati, dan sebagainya. Risiko rugi

akibat suatu usaha dagang merupakan risiko spekulatif yang tidak dapat diasuransikan. Oleh
karenanya tidak ada asuransi yang menawarkan pertanggungan kalau suatu perusahaan merugi.
Suatu risiko yang
timbul akibat suatu tindakan kesengajaan, karena ingin mendapatkan santunan
asuransi misalnya, tidak dapat diasuransikan. Contoh, seseorang mempunyai asuransi kematian
sebesar satu milyar rupiah, dapat saja dibunuh oleh ahli warisnya guna mendapatkan
manfaat/jaminan asuransi sebesar satu milyar rupiah tersebut. Kematian yang disebabkan karena
kesengajaan seperti itu tidak dapat ditanggung. Seseorang yang sengaja mencoba bunuh diri
dengan meminum racun serangga dan gagal sehingga perlu perawatan di rumah sakit tidak
berhak atas jaminan perawatan, karena risiko sakitnya bukanlah risiko murni. Contoh risiko
murni adalah penyakit kanker. Sakit kanker, yang membutuhkan perawatan yang lama dan
mahal, tidak pernah diharapkan oleh si penderita dan karenanya penyakit kanker merupakan
risiko murni yang dapat diasuransikan atau dijamin oleh asuransi.

2.

Risiko bersifat definitif.

Pengertian definitif artinya risiko dapat ditentukan kejadiannya secara pasti dan jelas serta
dipahami berdasarkan bukti kejadiannya. Risiko sakit dan kematian dibuktikan
dengansurat keterangan dokter. Risiko kecelakaan lalu lintas dibuktikan dengan surat keterangan
polisi. Risiko kebakaran dibuktikan dengan berita acara dan bukti-bukti lain seperti foto
kejadian.
3.

Risiko bersifat statis.

Pengertian statis artinya probabilitas kejadian relatif statis atau konstan tanpa dipengaruhi
perubahan politik dan ekonomi suatu negara. Hal tersebut berbeda dengan risiko bisnis yang
bersifat dinamis karena sangat dipengaruhi stabilitas politik dan ekonomi. Tentu saja, risiko yang
benar-benar statis dalam jangka panjang tidak banyak. Risiko seseorang terserang kanker atau
gagal jantung akan relatif statis, tidak dipengaruhi keadaan ekonomi dan politik, namun dalam

jangka panjang risiko serangan jantung dipengaruhi keadaan ekonomi. Di negara maju, yang
relatif kaya dan penduduk cenderung mengkonsumsi makan enak dengan kandungan tinggi
lemak, memperlihatkan probabilitas serangan jantung lebih tinggi dibandingkan dengan negara
miskin.

4.

Risiko berdampak finansial.

Setiap risiko mempunyai dampak finansial dan non finansial. Risiko yang dapat diasuransikan
adalah risiko yang mempunyai dampak financial, karena yang dapat diperhitungkan adalah
kerugian finansial. Transfer risiko dilakukan dengan cara membayar premi atau kontribusi
kepada perusahaan asuransi, yang akan memberikan penggantian bila terjadi dampak finansial
suatu risiko yang telah terjadi. Suatu kecelakaan diri misalnya mempunyai dampak finansial
berupa biaya prawatan dan atau kehilangan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan. Selain
berdampak finansial, suatu kecelakaan juga menimbulkan rasa nyeri dan beban psikologis jika
kecelakaan tersebut menimbulkan kematian atau kecacatan, sehingga risiko tersebut
menimbulkan dampak yang besar. Dari semua dampak yang terjadi, hanya risiko financial
berupa biaya perawatan dan kehilangan penghasilan akibat kehilangan jiwa atau kecacatan.
Dampak rasa nyeri dan perasaan kehilangan tidak dapat diasuransikan
karena ukurannya sangat subyektif. Manfaat yang dapat ditawarkan asuransi untuk mengganti
dampak finansial tersebut adalah penggantian biaya pengobatan dan perawatan (baik dalam
bentuk uang atau pelayanan) maupun uang tunai sebagai pengganti kehilangan penghasilan
akibat kematian atau kecacatan tersebut.

5.

Risiko measurable atau quantifiable.

Syarat lain adalah besarnya kerugian finansial akibat risiko tersebut dapat diperhitungkan secara
akurat. Kalau seorang sakit, harus dapat diterangkan lokasi terjadinya penyakit, waktu
kejadian,jenis penyakit, tempat perawatan (nama dan lokasi rumah sakit), dan biaya yang
dibutuhkan untuk perawatan yang dijalani. Misalnya, Tn Budi mengalami serangan jantung
di Bogor, tanggal 5 September 2006 dan dirawat di RS. Anu di kotaBogor. Biaya yang
diperlukan untuk perawatan Tn Budi adalah Rp. 20 Juta. Jadi yang dapat dimasukkan kedalam
skema asuransi hanyalah biaya perawatan. Adapun rasa sakit sangat sulit diukur, meskipun kita
punya berbagai instrumen, karena rasa sakit bersifat sangat subyektif. Besar penggantian biaya
perawatan harus disepakati oleh pemegang polis dan asuradur yang dituangkan dalam kontrak
pertanggungan/jaminan/polis. Khusus untuk asuransi jiwa, besar kerugian finansial akibat
kematian umumnya ditawarkan dalam jumlah tertentu,
mengingat kesulitan mengukur besar kerugian finansial akibat suatu kematian.
Jumlah tersebut ditawarkan oleh perusahaan asuransi dan disepakati oleh pemegang polis.
Penentuan jumlah tertentu ini disebut quantifiable (dapat ditetapkan jumlahnya) yang dijadikan
dasar perhitungan premi yang harus dibayarkan oleh pemegang polis.

6.

Ukuran risiko harus besar (large).

Derajat risiko (severity) memang relatif dan dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lain dan
dari satu waktu ke waktu lain. Risiko yang dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi
hendaknya memenuhi syarat ukurannya. Risiko biaya rawat inap sebesar Rp 5 juta bisa dinilai
besar oleh yang berpenghasilan rendah akan tetapi dinilai kecil oleh yang berpenghasilan diatas
Rp 50 juta per bulan. Sebuah sistem asuransi harus secara cermat menilai kelompok risiko yang
akan diasuransikan. Kecenderungan asuransi kesehatan di dunia adalah menjamin pelayanan
kesehatan secara komprehensif karena ada kaitan antara risiko dengan biaya kecil dan pelayanan
yang memerlukan biaya

mahal. Sebagai contoh kasus demam berdarah yang berkunjung ke dokter, mengandung risiko
menjadi fatal bila pengobatan lanjutannya tidak ditanggung,
karena ada kemungkinan orang tersebut tidak meneruskan pelayanannya karena
kendala biaya. Jadi menjamin pelayanan kesehatan secara komprehensif
merupakan kombinasi penurunan risiko (risk reduction) dan transfer risiko. Suatu
skema asuransi yang hanya menanggung risiko yang kecil, misalnya hanya
pengobatan di puskesmasseperti yang dulu dipraktikkan dengan skema dana
sehat atau JPKM, tidak memenuhi syarat asuransi. Oleh karena itu, dimanapun di
dunia, model asuransi mikro seperti itu tidak memiliki sustainabilitas (kesinambungan) jangka
panjang. Umumnya skema semacam itu berusia pendek
dan tidak menjadi besar.

BAB IV
JENIS ASURANSI

Telah dibahas sebelumnya bahwa asuransi adalah manajemen risiko, dimana


seseorang atau sekelompok kecil orang (yang disebut pemegang polis/policy holder atau
peserta/participant) melakukan transfer risiko yang dihadapinya kepada pihak asuransi (yang
disebut asuradur/insurer atau badan penyelenggara asuransi)dengan membayar sejumlah premi
(iuran atau kontribusi). Bila pemegang polis atau peserta adalah perseorangan, maka ia akan
menjamin dirinya sendiri dan atau termasuk anggota keluarganya. Dalam hal pemegang polis
atau peserta bersifat kelompok kecil (misalnya suatu perusahaan atau instansi), maka yang
dijamin biasanya anggota kelompok tersebut (karyawan dan anggota keluarganya). Dengan
pembayaran premi/iuran tersebut, maka segala risiko biaya yang terjadi akibat kejadian yang
terjadi pada pemegang polis atau peserta sesuai kesepakatan yang tercantum dalam perjanjian/
kontrak akan menjadi kewajiban asuradur. Peserta yang termasuk dalam daftar yang dijamin
sesuai ketentuan dalam kontrak atau peraturan disebut tertanggung atau insured. Risiko yang
harus ditanggung asuradur disebut benefit atau manfaat asuransi, yang cakupan (scope) dan
besarnya telah ditetapkan dimuka dalam kontrak atau peraturan. Dalam asuransi kesehatan,
manfaat ini sering disebut paket jaminan (benefit package) karena manfaat asuransi kesehatan
pada umumnya berbentuk pelayanan kesehatan yang dijamin oleh asuradur, sedangkan manfaat
asuransi jiwa atau kerugian umumnya dalam bentuk nilai nominal uang, Secara sederhana
pengertian asuransi dapat digambarkan dengan ilustrasi berikut.

a. Kotrak Asuransi
Mekanisme asuransi merupakan hubungan kontraktual yang mengatur kewajiban
dan hak para pihak. Peserta wajib membayar premi, dan berhak mendapatkan manfaat
asuransi, sedangkan asuradur berhak menerima pembayaran premi dan wajib

membayarkan manfaat dalam bentuk uang langsung kepada peserta atau membayarkan manfaat
tersebut kepada pihak ketiga yang memberikan pelayanan kepada peserta, seperti bengkel mobil
atau fasilitas kesehatan. Namun demikian, dibandingkan dengan hubungan kontraktual lainnya,
kontrak asuransi memiliki ciri khas yang secara bersama-sama tidak dimiliki oleh hubungan
kontraktual lainnya. Karena kekhasan kontrak asuransi inilah, maka pengelolaan atau bisnis
asuransi diatur sangat ketat atau dilaksanakan langsung oleh pemerintah. Ciri khas kontrak
asuransi tersebut adalah sebagai berikut:

Bersifat kondisional.

Dalam kontrak asuransi, kewajiban asuradur baru akan terjadi jika kondisi yang telah ditentukan
(misalnya sakit atau kehilangan harta benda) terjadi pada diri tertanggung. Apabila tertanggung
tidak mengalami kejadian tersebut, maka tidak ada kewajiban asuradur memberikan manfaat.
Ciri tersebut tidak akan ditemukan dalam kontrak lain, seperti kontrak pembelian barang atau
sewa gedung. Oleh karena itu, dalam kontrak asuransi seperti asuransi kesehatan pegawai negeri,
pegawai yang lebih dari 20 tahun tidak pernah sakit sedangkan ia terus membayar iuran (karena
bersifat wajib dan langsung dipotong dari gajinya), tidak berhak menuntut pengembalian uang
iurannya. Berbeda dengan kontrak tabungan hari tua (yang disebut Dana Pensiun Lembaga
KeuanganDPLK) di bank, penabung atau ahli warisnya berhak mendapatkan kembali uang
yang disimpannya secara rutin tiap bulan pada suatu waktu tertentu atau setelah penabung
meninggal dunia.

Bersifat unilateral.

Pada umumnya kontrak bersifat bilateral yaitu masingmasing pihak mempunyai kewajiban dan
hak yang dapat dituntut jika salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya. Dalam kontrak
asuransi, pihak yang dapat dituntut karena tidak memenuhi kewajibannya hanyalah pihak

asuradur. Apabila tertanggung tidak memenuhi kewajibannya, tidak membayar premi misalnya,
ia tidak dapat dituntut,
akan tetapi haknya otomatis hilang atau kontrak otomatis terputus (yang dalam istilah
asuransi komersial disebut lapse). Kontrak unilateral ini merupakan padanan (offset) dari sifat
kondisional yaitu asurasur tidak selalu wajib membayarkan manfaat.

Bersifat Aleatory.

Kontrak pada umumnya mempunyai keseimbangan nilai tukar (economic value) antara
kewajiban dan hak bagi pihak pertama maupun pihak kedua. Namun kontrak asuransi
memberikan nilai manfaat jauh lebih besar dibandingkan kewajiban premi yang harus
dibayarkan oleh peserta. Sebagai contoh, seseorang yang menjadi peserta asuransi kesehatan
membayar premi sebesar Rp 250.000 tiap bulan. Baru saja empat bulan ia membayar premi ia
terkena serangan jantung dan memerlukan pembedahan yang memakan biaya (nilai tukar) Rp
150 juta. Asuradur akan memberikan manfaat tersebut, walaupun premi yang dibayarkan baru
Rp. 1 juta (4 x Rp 250.000), karena dalam kontrak asuransi tersebut pembedahan jantung
ditanggung penuh. Tanpa
kontrak yang bersifat aleatori, tidak mungkin peserta yang membayar premi Rp. 1 juta,
mendapatkan manfaat Rp 150 juta. Dalam hal ini, peserta tersebut tidak berhutang Rp 149 juta
ke perusahaan asuransi. Jika saja ia berhenti menjadi peserta setelah itu, peserta tidak
mempunyai kewajiban membayar premi lagi, sebaliknya peserta tersebut juga tidak mempunyai
hak mendapatkan manfaat lagi dan juga tidak akan dituntut untuk melunasi selisih biaya sebesar
Rp 149 juta. Sebaliknya, seorang peserta atau pemegang polis yang telah membayar premi
sebesar Rp 250.000 per bulan selama 10 tahun (total 10x12xRp.250.000 atau Rp 30 juta, tanpa
perhitungan bunga), akan tetapi ia tidak pernah sakit, sehingga tidak pernah mengklaim manfaat
asuransi. Peserta itu tidak berhak sama sekali atas manfaat asuransi (menerima hak senilai Rp 0
rupiah), karena tidak ada kondisi yang memenuhi ketentuan kontrak (sifat kondisional). Asuradur

tetap berhak menerima Rp 30 juta (plus bunga) tanpa kewajiban membayar apapun kepada
tertanggung.

Bersifat Adhesi.

Dalam ikatan kontrak pada umumnya kedua belah pihak mempunyai informasi yang relatif
seimbang tentang nilai tukar dan kualitas barang atau jasa yang diatur dalam kontrak. Namun
pada kontrak asuransi, pihak peserta atau pemegang polis, khususnya pada asuransi individual,
tidak memiliki informasi yang seimbang dengan informasi yang dimiliki asuradur. Asuradur tahu
lebih banyak tentang probabilitas terjadinya sakit dan biaya-biaya pengobatan yang diperlukan
untuk mengobati sakit tersebut, sedangkan pihak peserta tidak mengetahuinya dengan baik.
Akibatnya, sulit bagi peserta untuk menilai apakah premi yang dibebankan kepada mereka itu
murah, wajar, atau terlalu mahal. Dengan kata lain, peserta berada pada posisi yang lemah
(ignorance). Itulah sebabnya, dalam industri asuransi dimanapun di dunia, pemerintah selalu
mengatur dan mengawasi secara ketat berbagai aspek penyelenggaraan asuransi baik dalam hal
paket jaminan dan ketentuan polis menyangkut isi, bahasa, dan bahkan ukuran huruf dalam polis,
dan berbagai persyaratan asuradur yang menjamin peserta akan menerima haknya, jika obyek
asuransi terjadi. Dalam dunia asuransi, kontrak semacam ini sering disebut sebagai kontrak take
it or leave it.

b. Pembayaran Premi
Menurut sifat kepesertaannya, asuransi dapat dibagi menjadi dua golongan besar
yaitu kepesertaan yang bersifat wajib dan sukarela. Sifat kepesertaan itu terkait dengan
kewajiban membayar premi yang juga bersifat wajib dan sukarela (lihat ilustrasi). Asuransi
dengan kepesertaan wajib disebut asuransi social, sedangkan asuransi yang kepesertaannya
sukarela, digolongkan sebagai asuransi komersial karena tidak ada kewajiban seseorang untuk

ikut atau membeli asuransi. Sifat membeli merupakan suatu transaksi sukarela dalam
perdagangan (commerce). Banyak pihak di Indonesia yang mengasosiasikan asuransi sosial
sebagai asuransi bagi kelompok masyarakat ekonomi lemah (miskin), sehingga pada awalnya
JPKM dinyatakan bukan sebagai asuransi komersial. Padahal dengan sifat kepesertaan yang
sukarela, asuransi itu sudah dapat dikelompokkan menajdi asuransi komersial.

c.

Asuransi social

Banyak pihak di Indonesia yang mempunyai pengertian keliru tentang asuransi


sosial. Kebanyakan orang beranggapan bahwa asuransi sosial adalah suatu program
asuransi untuk masyarakat miskin atau kurang mampu. Pada berbagai kesempatan
interaksi dengan masyarakat di kalangan sektor kesehatan, banyak yang beranggapan
bahwa Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang diperkenalkan
Departemen Kesehatan (Depkes) juga merupakan program jaminan untuk masyarakat
miskin. Hal ini barangkali terkait dengan program JPKM dalam rangka Jaring Pengaman Sosial
Bidang Kesehatan (JPSBK) dimana Depkes memberikan insentif kepada organisasi di kabupaten
yang disebut pra bapel (badan penyelenggara) untuk
mengembangkan JPKM. Program JPSBK ini memberikan dana Rp 10.000 per tahun
untuk tiap keluarga miskin (gakin) kepada pra bapel yang berjumlah 354 di seluruh
Indonesia. Dana tersebut digunakan untuk membiayai administrasi pra bapel sebesar
Rp.800, dan sisanya untuk membiayai pelayanan kesehatan peserta yang dikelolanya.
Diharapkan setelah dua tahun program berjalan, pra bapel dapat membuat produk JPKM dan
menjualnya kepada masyarakat selain gakin. Mungkin dengan program inilah maka terbentuk
pemahaman bahwa program JPKM adalah program asuransi sosial. Sebenarnya, konsep JPKM
adalah konsep asuransi komersial yang dilandasi oleh kepesertaan sukarela. Diskusi lebih lanjut
tentang hal ini dibahas lebih lanjut dalam bab asuransi komersial.

BAB V
KELEMAHAN ASURANSI

Selain berbagai keuntungan yang dapat dinikmati masyarakat baik secara mikro
maupun secara makro, asuransi sosial tidak lepas dari berbagai kelemahan.
Kelemahankelemahan tersebut antara lain:
1.

Pilihan terbatas.

Karena asuransi sosial mewajibkan penduduk dan pengelolanya yang merupakan suatu badan
pemerintah atau kuasi pemerintah, maka masyarakat tidak memiliki pilihan asuradur. Para ahli
umumnya berpendapat bahwa hal ini tidak begitu penting, karena pilihan yang lebih penting
adalah pilihan fasilitas kesehatannya. Asuransi sosial memungkinkan peserta bebas memilih
fasilitas kesehatan yang diinginkan. Itu dimungkinkan karena fasilitas kesehatan dapat dibayar
secara FFS atau cara lain yang tidak mengikat. Berbeda dengan konsep HMO/JPKM kini, yang
memberikan pilihan asuradur tetapi setelah itu pilihan fasilitas kesehatan terbatas pada yang telah
mengikat kontrak. Bagi peserta tentu akan lebih menguntungkan adanya kebebasam memilih
fasilitas kesehatan dengan biaya murah dibandingkan memilih asuradur tetapi pilihan fasilitas
kesehatan terbatas.

2.

Manajemen kurang keratif/responsif.

Karena asuransi sosial mempunyai produk yang seragam dan biasanya tidak banyak berubah,
maka tidak ada motivasi pengelolan untuk berusaha merespons keinginan(demand) peserta.

Apabila askes sosial dikelola oleh pegawai yang kurang selektif dan tidak memberikan insentif
pada yang berprestasi, maka manajemen cenderung kurang memuaskan peserta. Hal lain adalah
karena penyelenggaranya tunggal, tidak ada tantangan untuk bersaing, sehingga respons terhadap
tuntutan peserta kurang cepat.

3.

Pelayanan seragam.

Pelayanan yang seragam bagi semua peserta menyebabkan penduduk kelas menengah atas
kurang memiliki kebanggaan khusus. Kelompok ini pada umumnya ingin berbeda dari
kebanyakan penduduk, sehingga kelompok ini biasanya kurang suka dengan sistem asuransi
sosial. Pelayanan yang seragam juga sering menyebabkan waktu tunggu yang lama sehingga
kurang menarik bagi penduduk kelas atas.
4.

Penolakan fasilitas kesehatan.

Profesional dokter seringkali merasa kurang bebas dengan sistem asuransi sosial yang membayar
mereka dengan tarif seragam atau model pembayaran lain yang kurang memaksimalkan
keuntungan dirinya. Pada umumnya fasilitas kesehatan lebih senang melayani orang yang
membayar langsung dengan tarif yang ditentukannya sendiri. Tetapi perlu dipahami bahwa
semua negara maju, kecuali Amerika, menerapkan sistem asuransi sosial sebagai satu-satunya
sistem atau sebagai sistem yang dominan di negaranya

BAB VI
KESIMPULAN

Di Indonesia, PT Askes Indonesia merupakan salah satu perusahaan asuransi sosial yang
menyelenggarakan asuransi kesehatan kepada para anggotanya yang utamanya merupakan para
pegawai negeri baik sipil maupun non-sipil. Anak-anak mereka juga dijamin sampai dengan usia
21 tahun. Para pensiunan beserta istri ataupun suami juga dijamin seumur hidup.
Badan yang menyalurkan risiko disebut "tertanggung", dan badan yang menerima risiko disebut
"penanggung". Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan: ini adalah sebuah kontrak
legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh
"tetanggung" kepada "penanggung" untuk risiko yang ditanggung disebut "premi". Ini biasanya
ditentukan oleh "penanggung" untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya administratif,
dan keuntungan.
SARAN
Pemahaman tentang asuransi kesehatan sosial masih sangat rendah karena sejak lama kita hanya
mendapatkan informasi yang bias tentang asuransi kesehatan yang didominasi dari Amerika yang
didominasi oleh asuransi kesehatan komersial. Semogga saja asuransi diIndonesia dapat
menjamin semua aspek warga negaranya yang mengikuti asuransi agar lebih baik lagi. Layanan
asuransi yang baik dan menjamin dapat membuat banyak masyarakat semakin bertambah
mengikuti asuransi-asuransi yang ada di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1 Thabrany, Hasbullah. Asuransi Kesehatan di Indonesia. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan


FKMUI, Depok 2001.
2 Vughan. Principle of
3 Rejda. Principle
4 WHO. World Health Report 2000. Geneva, 2001

5 Laporan WHO 2000.


6 HIAA. Managed Care part B. Washington, D.C., 1997
7 HIAA. Health Insurance Premier, Washington, D.C., 2000
8 Health Insurance Association of America (HIAA). Source Book of Health Insurance Data.
HIAA,
Wahington D.C., 1999.
9 Depkes RI. Pembinaan Bapel JPKM: Kumpulan Materi. Depkes RI, Jakarta, 1995.
10 Thabrany, H. Introduksi Asuransi Kesehatan. Yayasan Penerbit Ikatan
DokterIndonesia, Jakarta,
1999.
11 Depkes Taiwan. Public Health in Taiwan, ROC. Taipei, 1997
12 Shalala, DE dan Reinhardt UE. Interview: Viewing the US Health Care System from Within:
Candid
Talk from HHS. Health Affairs 18(3): 47-55, 1999
13 Anderson, GF. And Paullier, JP. Health Spending, Access, and Outcomes: Trends in
Industrialized
Countries. Health Affairs, 18(3):178-192
14 Ikegami, N dan Campbell, JC. Health Care Reform in Japan: The Virtue of Muddling
Trhough. Health
Affairs 18(3):56-75.
15 Pelayanan kesehatan disini adalah berbagai lingkup pelayanan kesehatan mulai dari
promotif sampai
rehabilitatif, termasuk obat dan alat medis.
16 Health Insurance Association of America (HIAA). Source Book of Health Insurance Data.
HIAA,
Wahington D.C., 1999.
17 Health Affairs.

Boston Consulting Group Matrix Pada PT Unilever

PT. Unilever Indonesia, Tbk. memiliki 2 divisi yaitu Home & Personal Care dan Food &
Ice Cream.Berdasarkan Boston Consulting Group (BCG) Matrix, Divisi Home & Personal care
memiliki kontribusi terbesar dalam persentase penjualan yaitu 78% dari total revenue Rp. 12.545
Milyar, dengan growth rate rata-rata sebesar 22% sedangkan Divisi Food & Ice Cream hanya
22% dan growth rate sebesar 19%.
Sesuai diagram BCG Matrix, Divisi Home & Personal Care dianggap sebagai stars
karena memiliki kontribusi pertumbuhan penjualan yang besar dengan pangsa pasar yang relatif
besar juga, sedangkan Divisi Food & Ice Cream dianggap sebagai Cash cows karena tingkat
pertumbuhan penjualannya lebih rendah tapi mempunyai pangsa pasar yang relatif tinggi.
Dengan posisi ini stars, PT. Unilever Indonesia, Tbk. dapat memilih untuk melakukan strategi
seperti market penetration, market development, product development, backward integration,
forward integration, horizontal integration, di posisi Cash Cows, dapat mencoba melakukan
strategi product development atau concentric diversification.

Anda mungkin juga menyukai