Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara
mengalihkan/transfer risiko dari satu pihak ke pihak lain dalam hal ini adalah perusahaan
asuransi.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda
yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh
masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan,
teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan
segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia,
staff, dan organisasi).
Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasi
menjadi
Risiko Operasional
Risiko Hazard
Risiko Finansial
Risiko Strategik
Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan Manajemen Risiko Terintegrasi
Korporasi (Enterprise Risk Management).
Sejarah
Rekaman tertua terkait pengelolaan risiko dapat ditemukan pada Piagam Hammurabi (codex
Hammurabi), yang dibuat pada tahun 2100 sebelum masehi.[1] Piagam tersebut mencantumkan
peraturan dimana pemilik kapal dapat meminjam uang untuk membeli kargo; namun bila dalam
perjalanan kapalnya tenggelam atau hilang, ia tidak perlu mengembalikan uang pinjaman
tersebut. Masa ini disebut sebagai zaman pertama manajemen risiko, di mana perusahaan hanya
melihat risiko non-entrepreneurial (seperti misalnya keamanan).
Tahun 1970-an dan 1980-an disebut sebagai zaman kedua manajemen risiko di mana
perusahaan-perusahaan asuransi mulai berusaha mendorong pengusaha untuk benar-benar
menjaga barang yang diasuransikan. Pada masa ini juga lahir konsep jaminan mutu (quality
assurance) yang menjamin setiap produk memenuhi spesifikasi standarnya. Konsep ini
dipopulerkan oleh British Standards Institution yang meluncurkan standar kualitas BS 5750
pada tahun 1979.
Pada tahun 1993, James Lam diangkat menjadi Chief Risk Office, yang merupakan jabatan CRO
pertama di dunia.
Zaman ketiga manajemen risiko dimulai tahun 1995 dengan diterbitkannya AS/NZS 4360:1995
oleh Standards Australia of the World’s Risk management Standard.[1]
Pengertian Risiko
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya
cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.menurut
Wideman, ketidak pastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan
istilah peluang (Opportunity), sedangkan ketidak pastian yang menimbulkan akibat yang
merugikan dikenal dengan istilah risiko (Risk).
Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau
perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang
dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar sedangkan kalaupun rugi hanya kecil
sekali? Misalnya membeli loterei. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar
tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli loterei relatif kecil.Apakah ini juga
tergolong Risiko? jawabannya adalah hal ini juga tergolong risiko. Selama mengalami kerugian
walau sekecil apapun hal itu dianggap risiko.
Kategori risiko
Risiko spekulatif
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.
Risiko spekulatif kadang-kadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis(business risk).
Seseorang yang menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Risiko
yang dihadapi seperti ini adalah risiko spekulatif. Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang
dihadapi yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat menimbulkan kerugian.
Risiko murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi
apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila
perusahaan menderita kebakaran,maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian.
kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian, kebakaran hanya
menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk
membakar dengan maksud-maksud tertentu. Risiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat
berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu
cara menghindarkan risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian
dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang dikenal dengan istilah risiko yang dapat
diasuransikan ( insurable risk ).
Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah kemungkinan untung ada
atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk risiko
murni tidak dapat kemungkinan untung.
Manajemen Risiko dimulai dari proses identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi,monitoring
dan evaluasi.
BAB 9
PRINSIP – ASURANSI
C. INDEMNITY PRINCIPLE.
D. SUBROGATION PRINCIPLE.
E. CONTRIBUTION and/or CHRONOLOGIS PRINCIPLE
Barang-barang atau harta benda dapat menimbulkan kerugian finansial bagi pemiliknya
karena harta benda tersebut mengalami kerugian/kerusakan atau menimbulkan tanggung
gugat kepada pihak atau pihak-pihak lain.
Misal : Jika kita berbicara tentang polis asuransi kebakaran atas sebuah rumah tinggal,
maka yang menjadi pokok pertanggungan (the subject matter of insurance) dalam polis
tersebut adalah bangunan rumah tinggal itu sendiri berikut prabot rumah tangganya. Apabila
pokok pertanggungan tersebut mengalami kerugian/kerusakan sebagai akibat kebakaran, maka
Penanggung akan memberikan ganti-rugi.
Ganti kerugian polis itu sebenarnya adalah atas kepentingan keuangan (pecuniary
interest) si tertanggung pada pokok pertanggungan itu. Dengan kata lain, pokok perjanjian
asuransi (the subject matter of the contract) dalam polis itu sebenarnya adalah kepentingan
keuangan (pecuniary interest atau finansial interest) si tertanggung pada pokok pertanggungan
itu. Oleh sebab itu, adanya insurable interest merupakan suatu elemen penting dari kontrak
asuransi dan menjadi prinsip asuransi yang sangat mendasar.
2. DEFINISI
Hingga saat ini tidak ada atau belum ada suatu definisi insurable interest yang universal.
Tetapi apabila kita perhatikan kasus-kasus yang berkenaan dengan hal ini di masa lalu
dan kemudian kita coba mengidentifikasi faktor-faktor apa yang dianggap penting oleh
para hakim dalam pengadilan, Keharusan adanya insurable interest si tertanggung
dalam suatu kontrak asuransi dipertegas kembali oleh hakim yang memeriksa perkara
atau kasus di Inggris antara Mr. Macaura melawan Northern Assurance Company pada
tahun 1925. Definisi Insurable Interest Principle.
3. HAL-HAL POKOK (ESSENTIAL OF INSURABLE INTEREST)
Insurable Interest bukan hanya sekedar adanya sesuatu yang dapat diasuransikan,
namun merupakan perpaduan dari beberapa faktor penting atau hal-hal penting
(Essential of Insurable Interest) yang semuanya mendukung atau menciptakan
keberadaan dari Insurable Interest, adalah hal-hal pokok dibawah ini :
4 (empat) hal pokok dalam Insurable Interest :
a. Harus ada benda, hak, jiwa yang dapat dipertanggungkan/diasuransikan.
b. Benda, Hak & Jiwa tersebut harus merupakan objek pertanggungan.
c. Tertanggung akan memperoleh manfaat bila pokok pertanggungan itu tidak
mengalami kerusakan. Dan sebaliknya akan menderita kerugian apabila pokok
pertanggungan tersebut mengalami kerusakan.
d. Harus ada hubungan yang berdasarkan Hukum antara Tertanggung dengan Pokok
Pertanggungan.
Sedangkan menurut K.U.H.D. pasal 268 diatas, menyebutkan bahwa asuransi dapat
mengenai segala kepentingan yang :
a. dapat dinilai dengan uang,
b. dapat diancam oleh suatu bahaya
c. tidak dikecualikan oleh Undang-undang.
Jika pengalihan pemilikan atas barang terjadi seperti itu, maka pembeli barang diakui
mempunyai insurable interest pada barang itu dari saat terjadinya pengalihan kepemilikan
tersebut, meskipun ia tidak mempunyai insurable interest pada saat asuransi diadakan atau
ditutup. Dengan demikian maka si pembeli barang tidak perlu lagi untuk meminta
diterbitkannya sebuah polis lain untuk barang tersebut.
Tentang kapan insurable interest harus ada dalam asuransi jiwa, di Inggris yang menjadi
rujukan adalah Life Assurance Act 1774 (Gambling Act), menyatakan suatu larangan
pembuatan/penerbitan polis asuransi jiwa untuk orang atau orang-orang yang tidak
mempunyai insurable interest, ini berarti bahwa dalam Asuransi Jiwa, Insurable Interest harus
ada pada saat polis atau asuransi diadakan.
Baik pasal 250 KUHD maupun Life Assurance Act 1774 menegaskan bahwa Insurable
Interest harus ada pada saat polis atau asuransi diadakan/ditutup. Dalam case-law di Inggris,
dalam perkara Sadler’s Co. VS Badvock tahun 1743, hakim menyatakan bahwa dalam kontrak
asuransi harta benda paling kurang harus ada insurable interest pada saat kontrak itu diadakan.
Untuk jenis-jenis asuransi lainnya, Tertanggung harus mempunyai insurable interest pada saat
kerugian terjadi, karena tanggung jawab penanggung hanya lahir/timbul apabila Tertanggung
telah menderita suatu kerugian (contract of Indemnity). Maka untuk jenis-jenis asuransi
lainnya, Tertanggung harus mempunyai Insurable Interest pada pokok pertanggungan pada saat
penutupan asuransi diadakan atau ditutup berjalan terus sampai pada saat kerugian terjadi.
BAB 10
PERIZINAN USAHA
Setiap pihak yang melakukan usaha perasuransian wajib mendapat izin usaha dari Menteri
Keuangan, kecuali bagi perusahaan yang menyelenggarakan program Asuransi Sosial
KEPEMILIKAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN
• Perusahaan Asuransi hanya dapat didirikan oleh:
1. WNI dan atau badan hukum Indonesia yg sepenuhnya dimiliki WNI dan atau BH
Indonesia.
2. Perusahaan perasuransian yang pemiliknya sebagaimana angka 1 diatas, dengan
perusahaan perasuransian yang tunduk pada hukum asing.
1. Setiap usaha perasuransian wajib mendapat izin dari Men Keu, kecuali bagi perusahaan
yang menyelenggarakan Program Asuransi Sosial.
2. Pemberian ijin harus dipenuhi persyaratan:
a. Anggaran Dasar.
b. Susunan organisasi
c. Permodalan.
d. Kepemilikan.
e. Keahlian di bidang perasuransian.
f. Kelayakan rencana kerja.
g. Hal lain yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan usaha perasuransian yg
sehat.
Catatan: Usaha konsultan aktuaria & agen asuransi dapat dilakukan oleh perusahaan
perorangan.
BENTUK BADAN USAHA ASURANSI
2. Stock Company
4. Reciprocal
Hampir sama dengan Mutual Company bedanya disini tidak ada Dewan Direktur,
hanya menunjuk salah satu anggota untuk menjadi pengurus yang disebut Attorney in Fact
5. Lloyds Association
Adalah suatu organisasi dari individu penanggung yang bersatu untuk undewrite atas
dasar kerjasama
Ciri-ciri:
- Masing-masing individu penaggung menanggung resiko
atas namanya sendiri dan tidak mengikatorganisasi atas
segala kewajibannya
- Masing-masing underwriter menanggung resiko atas
namanya sendiri sampai dengan seluruh harta
pribadinya
-Organisasi yang mencari keuntungan
Macamnya:
- London Lloyds
- American Lloyds
FUNGSI YANG HARUS ADA:
• Perusahaan Asuransi & Reasuransi
– Fungsi Pengelolaan Risiko
– Fungsi Pengelolaan Keuangan
– Fungsi Pelayanan;
• Perusahaan Pialang Asuransi & Reasuransi
– Fungsi Pengelolaan Keuangan
– Fungsi Pelayanan;
• Perusahaan Agen Asuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, dan Perusahaan
Konsultan Aktuaria
– Fungsi Teknis sesuai dengan bidang jasa yang diselenggarakannya.
JENIS USAHA PERASURANSIAN
1. Usaha Asuransi Kerugian, jasa dalam penanggulangan risisko atas kerugian, kehilangan
manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa
tidak pasti.
2. Usaha Asuransi Jiwa, jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan
hidup/matinya orang yang dipertanggungkan.
3. Usaha Reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko
yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan Perusahaan Asuransi Jiwa.
BAB 11
PREMI ASURANSI
Premi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan setiap bulannya sebagai kewajiban dari
tertanggung atas keikutsertaannya di asuransi. Besarnya premi atas keikutsertaan di asuransi
yang harus dibayarkan telah ditetapkan oleh perusahaan asuransi dengan memperhatikan
keadaan-keadaan dari tertanggung
Premi asuransi adalah iuran yang harus dibayar setiap bulan (atau setiap tahun) sesuai dengan
kewajiban nasabah asuransi (sebagai tertanggung) atas keikutsertaan program asuransi. Ada
juga beberapa orang yang menyebut premi asuransi dengan menggunakan istilah premium.
Besaran premi asuransi yang harus dibayarkan, pasti ditulis dalam dokumen polis asuransi.
Premi asuransi digunakan untuk membayar biaya-biaya asuransi (cost of insurance).
Besaran premi asuransi ditentukan atau diukur dari tingkat risiko yang ditanggung perusahaan
asuransi. Semakin besar risiko yang ditanggung pastinya premi asuransi yang harus dibayarkan
menjadi semakin mahal. Contoh:
1. Orang yang merokok akan membayar premi asuransi kesehatan dan asuransi jiwa lebih
mahal dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
2. Orang yang obesitas akan membayar premi asuransi kesehatan dan asuransi jiwa lebih
mahal dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal.
3. Orang yang pekerjaannya berisiko tinggi (misal: petinju, pembersih dengan gondola),
memiliki premi asuransi jiwa lebih tinggi dibandingkan pekerja kantor.
4. Orang-orang yang sudah memiliki penyakit bawaan, memiliki premi asuransi jiwa yang
lebih mahal dibandingkan dengan orang yang masih sehat.
5. Apakah Anda memiliki hobi yang ekstrem? Panjat tebing, sky diving atau bela diri?
Biasanya premi asuransi jiwa orang-orang yang memiliki hobi ekstrem akan lebih mahal
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki hobi ekstrem.
Perhitungan premi asuransi untuk asuransi umum, seperti asuransi rumah dan asuransi
kendaraan tentunya menggunakan prinsip yang sama. Semakin besar risiko, maka semakin
tinggi juga biaya premi asuransi yang harus dibayar.
Cuti Premi adalah fitur yang memperbolehkan nasabah untuk berhenti membayar premi, sesuai
dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Fitur cuti premi pasti ditulis dalam dokumen polis
asuransi.
Apa yang terjadi jika nasabah asuransi tidak membayar premi asuransi?
Perlindungan atau proteksi asuransi akan hilang (disebut juga polis lapse).
Pengajuan klaim akan ditolak.
Rider pembebasan premi (waiver of premium & payor benefit) adalah asuransi tambahan yang
memberikan manfaat pembebasan pembayaran premi akibat adanya penyakit kritis atau cacat
total yang dialami pemegang polis. Kami sering melihat di masyarakat: orang membeli asuransi
dengan membandingkan premi. Orang akan membeli asuransi yang menawarkan premi paling
murah. Kami akan singkat saja penjelasannya.
Misal: Bu Glory ingin membeli sebuah asuransi jiwa berjangka (term life). Ternyata bu Glory
menghubungi 5 agen asuransi dari perusahaan asuransi jiwa yang berbeda. Berikut ini
penawaran premi untuk masing-masing produk:
Keterangan:
UP atau uang pertanggungan asuransi jiwa adalah uang yang dibayarkan oleh
perusahaan asuransi jiwa, jika terjadi risiko dengan nasabah. Dalam kasus ini, contoh
nasabah meninggal dunia, karena sakit.
Tabel di atas adalah contoh, sehingga angka yang tertera adalah simulasi belaka. Untuk
informasi lebih akurat, silakan hubungi agen asuransi jiwa atau datangi kantor
pemasaran produk asuransi jiwa.
1. Beli produk asuransi sesuai dengan kebutuhan Anda, dalam kasus ini beli uang
pertanggungan sesuai dengan kebutuhan Anda. Untuk menghitung kebutuhan Anda,
silakan cek di sini.
2. Misal uang pertanggungan yang dibutuhkan adalah Rp1.000.000.000. Nah sekarang
baru bandingkan penawaran dari agen 2, agen 3 dan agen 4. Nah dari ketiga agen,
rentang harganya diantara Rp2.475.000-Rp2.550.000. Kalau mau dibilang mana yang
paling murah, maka pilihan harusnya jatuh pada agen 3.
Pada saat membeli asuransi jiwa, jangan hanya membandingkan premi yang harus dibayarkan.
Pertimbangkan juga mengenai kemudahan klaim, rekam jejak perusahaan dan lain sebagainya.