Dosen Pengampu :
Abdul Hamid, S.E., M.Hum.
Disusun oleh :
KLASIFIKASI RISIKO
Dilihat dari tipenya, risiko pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua tipe, yaitu risiko
murni dan risiko spekulatip. Risiko murni adalah risiko dimana kerugian ada, tetapi
kemungkinan keuntungan tidak ada. contohnya yaitu risiko kebkaran dan risiko kecelakaan.
Risiko spekulatip adalah dimana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan,
misalkan usaha bisnis. dalam bisnis , perusahaan bisa untung maupun bisa rugi . contoh lain
adalah ketika kita melakukan pembelian saham. ada kemungkinan untung ada juga
kemungkinan rugi.
BAB 2
MANAJEMEN RISIKO KORPORASI
PENGERTIAN MANAJEMEN RISIKO
Awal dari proses manajemen risiko adalah pimpinan korporasi harus memiliki kesadaran akan risiko
dan memahami sepenuhmya bahwa risiko ini harus dikelola dengan baik. setelah manajemen
menyadari, seorang pimpinan korporasi harus pula menilai risiko yang harus dikelola tersebut.
Penilaian risiko disesuaikan dengan sifat dan karakteristik risiko. contoh, risiko kebakaran gedung
dapat menggunakan audit fisik dalam penilaiannya. begitu juga dengan risiko bisnis, yang mana juga
tentu saja juga memerlukan riset dan analisis lebih detail.
Lanagkah selanjutnya bagaimana memerlukan risiko yang akan dihadapi. apakah akan dihindari
(nvoid), diminimalisasi(minimize), ditransfer(transfer), disebar(spread), atau diterima(accept). risiko
bisa dihindari apabila dampak terjadinya risiko itu lebih besar bagi korporasi.
langkah terakhir melakukan monitor serta dengan melakukan audit perbaikan guna memastikan
bahwa prosedure operasional diikuti dengan baik.
IDENTIFIKASI RISIKO
Proses identifikasi risiko perusahaan dilakukan dengan menganalisis seluruh sumber risiko
yang paling kurang dilakukan terhadap risiko dari produk dan aktivitas prusahaan serta
memastikan bahwa risiko dari produk dan aktivitas baru telah melalui proses manajemen
risiko yang layak sebelum diperkenalkan atau dijalankan.
PENGUKURAN RISIKO
Sistem pengukuiran risiko perusahaan digunakan untuk mengukur eksposur risiko perusahaan
sebagai acuan untuk melakukan pengendalian. Sistem pengukuran risiko tersebut paling tidak
dapat mengukur:
1. sensitivitas produk / aktivitas terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
baik dalam kondisi normal maupun tidak normal
2. kecendrungan perubahan faktor-faktor yang di maksud berdasarkan fluktuasi yang terjadi
di masa lalu dan korelasinya
3. faktor risiko secara individual
4. eksposur risiko secara keseluruhan maupun per risiko, dengan mempertimbangkan
keterkaitan antar risiko
5. seluruh risiko yang melekat pada seluruh transaksi serta produk perusahaan, termasuk
produk dan aktivitas baru, dan dapat diintegrasikan ke dalam sistem informasi manajemen
perusahaan
Metode pengukuran risiko dapat dilakukan secara kuantitatif atau kualitatif. metode ini harus
dipahami oleh treasury manager, chief dealer, komite manajemen risiko, serta satuan kerja
manajemen risiko , dan direktur bidang terkait.
Validasi modal merupakan suatu proses evaluasi tehadap logika internal suatu modal
tertentu. Validasi juga harus dilakukan terhadap modal baru, baik yang dikembangkan sendiri
oleh perusahaan maupun yang dibeli dari vendor. modal yang digunakan oleh perusahaan
harus di evaluasi secara berkala maupun sewaktu-waktu, terutama ketika terjadi perubahan
kondisi pasar yang signifikan.
PEMANTAUAN RISIKO
Pemantauan dapat dilakukan baik oleh unit pelaksanaan maupun oleh satuan kerja manajemen
risiko. hasil pemantauan disajikan dalam laporan berkala yang disampaikan kepada
manajemen dalam rangka mitigasi risiko dan tindakan yang diperlukan. evaluasi terhadap
eksposur risiko dilakukan dengan cara pemantauan dan pelaporan risiko yang bersifat
material atau yang berdampak kepada kondisi permodalan perusahaan, antara lain didasarkan
atas penilaian potensi risiko dengan penggunaan historical trend.
PENGENDALIAN RISIKO
Perusahaan harus memiliki sistem pengendalian sisterm risiko yang memadai dengan
mengacu kepada kebijakan dan prosedure yang telah ditetapkan. proses pengendalian risiko
yang telah diterapkan perusahaan harus disesuaikan dengan ekposur risiko maupun tingkat
risiko yang akan diambil dan toleransi risiko. Langkah-langkah pengendalian risiko dapat
dilakukan dengan metode mitigasi risiko, antara lain lindung nilai dan penambahan modal
untuk menyerap potensi kerugian.
BAB 4
ORGANISASI DAN FUNGSI MANAJEMEN RISIKO
KOMITE MANAJEMEN RISIKO
Keanggotaan komite medik di mana resiko dapat berupa keanggotaan tetap atau tidak tetap sesuai
dengan kebutuhan titik anggota tetap adalah direksi dan pejabat eksekutif yang ditunjuk direktur
utama untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab secara permanen untuk jangka waktu
tertentu, seperti direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan dan direktur yang membawahkan
fungsi manajemen risiko, sedangkan anggota tidak tetap adalah direksi dan pejabat eksekutif yang
terkait dengan topik yang dibahas dan direkomendasikan dalam komite manajemen risiko, seperti
Kepala Divisi treasury untuk topik pengelolaan eksposur suku bunga dan nilai tukar.
Pejabat eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi atau
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan atau operasional perusahaan. Komite
manajemen risiko paling sedikit terdiri atas mayoritas direksi dan pejabat eksekutif terkait. Mayoritas
direksi berarti lebih dari 50% dari seluruh jumlah anggota direksi. Misalnya, jumlah direksi adalah 4
orang, maka mayoritas adalah 3 orang direksi.
Komite manajemen risiko berwenang dan bertanggung jawab untuk memberikan rekomendasi
kepada direktur utama yang mencakup:
1.) Penyusunan kebijakan, strategi, dan pedoman penerapan manajemen risiko.
2.) Perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan manajemen risiko berdasarkan
hasil evaluasi pelaksanaan manajemen risiko.
3.) Penetapan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang tidak sesuai
dengan prosedur normal. Keputusan bisnis yang tidak sesuai dengan prosedur
normal, antara lain pelampauan ekspansi usaha yang signifikan dibandingkan
rencana bisnis bank yang mengambil posisi atau eksposur risiko yang tidak
sesuai dengan limit yang telah ditetapkan
Metode statistik dapat dipakai untuk melakukan estimasi kemungkinan terjadinya peristiwa di masa
depan. Tidak ada kepastian dalam estimasi statistik karena masa depan titik diketahui dan tidak dapat
dipastikan.
Data statistik tidak hanya digunakan untuk mengetahui, akan tetapi yang lebih penting lagi untuk
digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan dalam upaya pemecahan masalah. Metode statistik
merupakan alat yang berguna untuk melaksanakan estimasi perubahan faktor risiko yang dapat
mengakibatkan kerugian finansial. Risiko finansial didefinisikan sebagai estimasi perubahan faktor
risiko yang dapat mengakibatkan diperolehnya hasil yang tidak diharapkan.
BAB 8
MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL
PENGERTIAN RISIKO OPERASIONAL
BAB 10
MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN
PENGERTIAN RISIKO KEPATUHAN
Risiko kepatuhan Allah resiko akibat perusahaan tidak mematuhi atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku di sebuah negara. Risiko
kepatuhan dapat bersumber dari perilaku hukum, yakni perilaku atau aktivitas perusahaan
yang menyimpang atau melanggar dari ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku titik bentuk resiko ini diantaranya berupa ketidakmampuan perusahaan memenuhi
dan melaksanakan aturan perpajakan atau memenuhi ketentuan otoritas lainnya. Risiko ini
juga disebabkan tidak dipatuhinya ketentuan dalam penyediaan produk. Risiko
ketidakpatuhan juga bisa terjadi pada ketidakpatuhan unit operasional perusahaan yang
melanggar kebijakan manajemen terhadap suatu transaksi perusahaan.
Risiko kepatuhan melekat pada risiko perusahaan yang terkait dengan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, mengetahui pembaruan terkini
mengenai Ketentuan dan peraturan serta disiplin pelaksanaan sangat penting.
SUMBER – SUMBER RISIKO KEPATUHAN
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya risiko kebutuhan di suatu
perusahaan, yaitu jenis dan signifikan pelanggaran yang dilakukan, frekuensi pelanggaran
yang dilakukan atau track record kepatuhan perusahaan, dan pelanggaran terhadap ketentuan
atas transaksi keuangan tertentu.
JENIS SIGNIFIKAN PELANGGAN YANG DILAKUKAN
Cakupan pelanggaran merupakan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku dan
komitmen kepada pemegang otoritas, termasuk sanksi yang dikenakan atas pelanggaran yang
dilakukan oleh perusahaan. Dengan demikian, jumlah sanksi denda kewajiban membayar
yang dikenakan kepada perusahaan dan jenis pelanggaran atau ketidakpatuhan yang
dilakukan oleh perusahaan merupakan parameter penting dari sumber risiko kepatuhan ini.
FREKUENSI PELANGGAN YANG DILAKUKAN ATAU TRACK RECORD
KEPATUHAN PERUSAHAAN
Frekuensi lebih bersifat historis dengan melihat tren kepatuhan perusahaan selama 3 tahun
terakhir untuk mengetahui apakah jenis pelanggaran yang dilakukan berulang ataukah
memang Atas kesalahan tersebut tidak dilakukan perbaikan signifikan oleh perusahaan. Jenis
dan frekuensi pelanggaran yang sama dengan ditemukan setiap tahunnya dalam 3 tahun
terakhir dan signifikan tindak lanjut perusahaan atas temuan tersebut menjadi penting untuk
melihat pengaruh faktor ini pada risiko kepatuhan.
PELANGGARAN TERHADAP KETENTUAN ATAS TRANSAKSI KEUANGAN
TERTENTU
Dalam aktivitas perusahaan, terdapat kemungkinan dimana perusahaan melakukan
pelanggaran ketentuan transaksi keuangan tertentu yang diatur oleh sebuah standar yang
berlaku umum. Pelanggaran ini terjadi karena aktivitas perusahaan yang melakukan aktivitas
ekspor dan impor yang harus memenuhi standar yang berlaku umum. Sebagai contoh adalah
pelanggaran terhadap ketentuan internasional swaps and derivatives Association.
BAB 11
Kasus Japan Airlines (JAL), menurut Nova (2001), membuktikan betapa maskapai terbesar
penerbangan di Asia bangkrut dengan menanggung kewajiban hingga 2,32 triliun yen. Kebangkrutan
JAL merupakan yang terbesar dalam sejarah Jepang Pascaperang dunia. Untuk mencegah JAL
ambruk total yang dapat berpengaruh pada 13 ribu mitra bisnis, dibutuhkan keringanan utang hingga
US$7 Miliar dan miliar dollar lain untuk kredit. Kejatuhan JAL makin cepat seiring sulitnya bersaing
melawan AII Nippon Airways yang merupakan rival domestic serta diperparah dengan krisis finansial
global yang terjadi ditahun 2008. Saham JAL terjun bebas dan nilai pasarnya hanya US$150 juta, jauh
berkurang disbanding sebelum bangkrut. Pada 20 februari 2010, saham JAL telahdihapusdari pasar
modal.
1. Tanggung jawabsosial
2. Daya Tarik emosional
3. Kinerja finansial
4. Produk dan pelayanan
5. Visi dan kepemimpinan
6. Lingkungan tempat kerja
BAB 12
No Sumber Parameter/Indikator
1. Komposisi dari asset, a. Asset likuid primer dan asset likuid sekunder dibagi
utang dan transaksi total asset. Asset likuid primer adalah asset yang
rekening administratif sangat likuid untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
atas penarikan dana pihak ketiga dan utang jatuh
tempo yang berupa kas, penempatan pada Bank
Indonesia. Aset likuid sekunder adalah sejumlah asset
likuid dengan kualitas lebih rendah untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas atas penarikan dana pihak ketiga
dan utang jatuh tempo.
b. Asset likuid primer dan asset likuid sekunder/
pendanaan jangka pendek. Pendanaan jangka pendek
adalah seluruh dana pihak ketiga yang tidak memiliki
jatuh tempo dan atau dana pihak ketiga yang memiliki
jatuh tempo satu tahun atau kurang.
c. Asset likuid primer dan asset likuid
sekunder/pendanaan non-inti. Pendanaan non-inti
adalah pendanaan yang menurut perusahaan relative
tidak stabil atau cenderung tidak mengendap di
perusahaan baik dalam situasi normal maupun krisis.
d. Pendanaan non-inti/total pendanaan. Total pendanaan
adalah sumber dana yang diperoleh oleh perusahaan
baik berupa dana pihak ketiga maupun pinjaman yang
diterima.
2. Konsentrasi dari asset a. Konsentrasi asset.
dan utang Konsentrasi pada asset tertentu atau penyediaan dana
pada sector yang tidak dikuasai perusahaan dapat
mengganggu posisi likuiditas apabila terjadi
penarikan dana dalam jumlah besar.
b. Konsentrasi utang.
Konsentrasi pada penyedia dan besar yang cenderung
sensitive terhadap peringkat kredit dapat
menimbulkan masalah pada posisi likuiditas apabila
terjadi penarikan dana dalam jumlah besar
3. Kerentanan pada Kerentanan perusahaan pada kebutuhan pendanaan dan
kebutuhan pendanaan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
pendanaan tersebut. Indicator penilaian kebutuhan pendanaan
perusahaan pada situasi normal maupun krisis dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
pendanaan tersebut antara lain melalui analisis laporan profil
maturitas, proyeksi arus kas, dan stress testing.
4. Akses terhadap Kemampuan perusahaan memperole hsumber-sumber
sumber pendanaan pendanaan pada kondisi normal maupun krisis.
Penilaian antara lain difokuskan pada reputasi perusahaan
untuk mempertahankan sumber-sumber pendanaan, kondisi
linikredit, kinerja akses kepada sumber-sumber pendanaan,
dan dukungan perusahaan induk atau intragroup.
BAB 13
Risiko spesifik adalah risiko yang timbul akibat pergerakan atas surat berharg aindividual
yang disebabkan oleh factor-factor yang terkait dengan surat berharga atau penerbitnya.
Misalnya, turunnya harga obligasi akibat memburuknya peringkat kredit penerbitnya.
Risiko umum adalah risiko yang timbul akibat pergerakan harga pasar yang berpengaruh
terhadap beberapa instrument keuangan. Misalnya, turunnya harga Bank Indonesia rate (BI
rate) akan mengakibatkan turunnya suku bunga pasar sehingga berpengaruh terhadap nilai
seluruh instrument yang terkait dengan suku bunga.
BAB 14
BAB 15
USAHA PERASURANSIAN
Menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian, dikatakan bahwa
Usaha perasuransian adalah segala usaha menyangkut jasa pertanggungan atau pengelolaan
risiko, pertanggungan ulang risiko, pemasaran dan distribusi produk asuransi atau asuransi
Syariah, konsultasi dan keperantaraan asuransi, asuransi Syariah, reasuransi atau reasuransi
Syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau asuransi Syariah.
PREMI ASURANSI
Di dalam transaksi asuransi,berlaku ungkapan no premium no insurance . Jadi apabila premi
belum dibayar (lunas), maka penanggung (underwriter) belum terikat dalam transaksi untuk
membayar ganti rugi apabila timbul risiko. premi biasanya ditetapkan sekian persen dari
jumlah yang dipertanggungkan.
Sebagai contoh, untuk asuransi kebakaran, maka faktor-faktor yang memengaruhi besarnya
premi adalah:
1. Konstruksi bangunan
2. Lokasi bangunan
3. Terhadap apa saja yang itu dipertanggungkan.
TRANSFER RISIKO
Terdapat beberap risiko yang umum dikenal dalam usaha perasuransian, yaitu risiko murni,
risiko spekulatif, dan risiko individu.
Risiko Murni adalah terdapat ketidak pastian terjadinya suatu kerugian atau, dengan kata lain,
hanya ada peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan. Misalnya sepeda otor yang
dikendarai tertabrak. Dengan ini, risiko murni terseabut disebut subjek dalam auransi.
Risiko Spekulatif terkait dengan kemungkinan peluang kerugian finansial. Berbeda dengan
risiko murni, risiko spekulatif memiliki kmeungkinan rugi atau untung. Misalnya, investasi
saham atau Bursa Efek.
Risiko Individu dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari. terdapat tiga macam risiko, yaitu
risiko pribadi, risiko harta, dan risiko tanggung gugat.
Risiko harta terjadinya kerugian bila memiliki harta sedangkan tanggung gugat adalah risiko
yang diderita akibat kerugian pihak lain.
RISIKO STRATEGI
Resiko strategi adalah potensi kegagalan asuransi dalam merealisasikan kewajiban kepada
pemegang polis / tertanggung / nasabah akibat ketidak layakan atau kegagalan dalam
melakukan perencanaan, penetapan, dan pelaksanaan strategi, pengambilan keputusan bisnis
yant t epat, dan atau kurang reponsifnya asuransi terhadap perubahan eksteranal.
Risiko strategi bersumber dari strategi yang diajalankan asuransi yang tidak sesuai dengan
kondisi lingkungannya, kebijakan asuransi yang diterapkan tidak sesuai dengan posisi
strategis asuransi. Risiko strategi bisa meningkat karena stabilitas politik tidak kondusif,
inflasi tinggi, dan stabilitas keamanan yang kurang.
RISIKO OPERASIONAL
Risiko operasional adalah potensi kegagalan asuransi dalam merealisasikan kewajiban kepada
tertanggung dan pemegang polis sebagai akibat ketidak layakan atau kegagalan proses
internal maunusia, sistem teknologi informasi, dan atau kejadian dari luar lingkungan
perusahaan.
Sumber risiko operasional adalah struktur organisasi, SDM, Volume, dan beban kerja yang
dimiliki, tingkat kompleksitas perusahaan yang tinggi, sistem teknologi informasi tidak
memadai, adanya kecurangan dan permasalahan hukum, serta adanya gangguan tehadap
bisnis perusahaan.
RISIKO KEPENGURUSAN
Risiko kepengurusan adalah risiko kegagalan asuransi dalam mencapai tujuan akibat
kegagalan asuransi dalam memelihara komposisi terbaik pengurus yang memiliki kompetensi
dan integritas tinggi. Pengurus adalah dewan komisaris dan direksi. Sumber risiko
kepengurusan adalah penunjukan dan pemberhentian dewan komisaris dan direksi yag tidak
memadai, komposisi dan proporsi dewan komisaris dan direksi yang tidak mencukupi dan
tidak sesuai kebutuhan asuransi, komposisi dan integritas dewan komisaris dan direksi
asuransi yang tidak memadai dan tidak menunjang tugas dan wewenang dewan komisaris dan
direksi, seta kepemimpinan dewan komisaris dan direksi yang tidak baik.
RISIKO ASURANSI
Risiko asuransi adalah potensi kegagalan asuransi untuk memnuhi kewajiban kepada
tertanggung dan pemegang polis sebagai akibat ketidak cukupan proses seleksi risiko
(underwriting), penetapan premi (pricing), penggunaan reasuransi, dan atau penanganan
klaim. Sumber risiko asuransi adalah karakteristik bisnis asuransi dan bauran produk. Tujan
manajemen risiko asuransi adalah mwminimalkan kemungkinan ketidak cukupan proses
seleksi risiko, penetapan premi, penggunaan reasuransi, dan atau penanganan klaim sehingga
asuransi tidak dapat memenuhi kewajiban pada pemegang polis.
BAB 17
RISIKO STRATEGI
Risiko strategi adalah potensi kegagalan dana pensiun dalam merealisasikan kewajiban
kepada peserta akibat ketidak layakan atau kegagalan dalam melakukan perencanaan,
penetapan, dan pelaksanaan strategi, pengambilan keputusan bisnis yang tepat, dan atau
kurang responsifnya dana pensiun terhadap perubahan ekternal.
Tujuan utama manajemen risiko strategi dana pensiun adalah meminimalkan kemungkinan
terjadinya risiko strategi yang berdampak pada kegiatan usaha dana pensiun.
RISIKO OPERASIONAL
Risiko operasional adalah potensi kegagalan dana pensiun dalam merealisasikan kewajiban
kepada para peserta, pensiunan, dan pihak yang berhak sebagai akibat ketidak layakan atau
kegagalan proses internal manusia, sistem teknologi informasi, dan atau kejadian dari luar
lingkungan dana pensiun.
Sumber risiko operasional adalah struktur organisasi, SDM, volume dan beban kerja yang
dimiliki, tingkat kompleksitas dana pensiun yang tinggi, sistem teknologi inforasi yang tidak
memadai, adanya kecurangan yang dilakukan dana pensiun dan permasalahan hukum, serta
adanya gangguan terhadap kegiatan usaha.
RISIKO KEPENGURUSAN
Risiko kepengurusan adalah risiko kegagalan dana pensiun untuk mencapai tujuan akibat
kegagalan dalam memelihara komposisi terbaik pengurus yang memiliki kompetensi dan
integritas tinggi. Pengurus adalah dewan komisaris dan direksi. Sumber risiko kepengurusan
adalah peujukan adalah pemberhentian dewan komisris dan direksi yang tidak memadai,
komposisi dan proporsi dewan komisaris dan direksi yang tidak mencukupi dana dan tidak
sesuai kebutuhan dana pensiun, komposisi dan inetgritas dewan komisaris dan direksi dana
pensiun tidak memadai dan tidak menunjang tugas dan wewenang dewan komisaris dan
direksi, serta kepemimpinan dewan komisaris dan direksi yang tidak baik. Risiko
kepengrurusan dapat meningkat karna tidak tersedianya sistem remunerasi memadai bagi
dewan komisasris dan direksi.
BAB 18
RISIKO STRATEGI
Risiko strategi adalah potensi kegagalan lembaga pembiayaan dalam mencapai tujuan
perusahaan akibat ketidaklayakan atau kegagalan dalam melakukan perencanaan, penetapan,
dan pelaksanaan strategi, pengambilan keputusan bisnis yang tepat, dan atau kurang
responsifnya lembaga pembiayaan terhadap perubahan eksternal.
Tujuan utama manajemen risiko strategi lembaga pembiayaan adalah meminimalkan
kemungkinan terjadinya risiko strategi yang berdampak pada bisnis lembaga pembiayaan.
RISIKO PEMBIAYAAN
Risiko pembiayaan adalah potensi kegagalan debitur untuk memenuhi kewajiban kepada
lembaga pembiayaan (leasing). Risiko yang dihadapi leasing ini sebenarnya hampir sama
dengan risiko kredit di bank. Sumbr risiko pembiayaan adalah komposisi portofolio fiutang
pembiayaan dan tingkat konsentrasi yang tinggi strategi penyaluran pembiayaan tidak
memadai, kualitas piutang rendah, kecukupan pencadangan tidak memadai, dan adanya faktor
eksternal debitur. Tujuan manajemen risiko pembiayaan adalah meminimalkan kegagalan
debitur dan atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada perusahaan. Mengingat
kesamaan sifatnya dengan risiko kredit.
BAB 19
TATA KELOLA KORPORASI
BAB 20
RISIKO PASAR
Penelitin risiko pasar termasuk risiko yang paling sering dilakukan oleh peneliti muda. Riset
yang dilakukan terhadap risiko pasar ini dapat dikelasifikasikan dalam jenis manajemen
keuangan.
Diantaranya, riset yang dilakukan oleh Revani Ratna Sari (2016) meneliti pengaruh infesmen
toppurtunities, leverage, ukuran perusahaan, dan risiko pasar terhadap difindend payout ratio
pada indsutri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2011-2014). Sampel adalah
34 perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan infesment opportunities dan leverage memiliki hubungan
negatif signifikan terhadap diffidend payout ratio (DPR), ukuran perusahaan berpengaruh
positif signifikan terhadap DPR. Risiko psar tidak memiliki pengaruh teradap DPR.