Anda di halaman 1dari 11

 

 MAKALAH MANAJEMEN RESIKO


 PRINSIP MANAJEMEN RESIKO 
BAB I PRINSIP  –  PRINSIP

Disusun Oleh :

1.  Ani Erlina


2.  Septiana Diyah Ayuwardani
3.  Tri Ajeng

JURUSAN AKUNTANSI
INSTITUT INFORMATIKA DAN BISNIS DARMAJAYA
TAHUN AKADEMIK 2019
 

1. Sejarah Manajemen Resiko 

Bukti tertua terkait pengelolaan risiko dapat ditemukan pada Piagam


pada  Piagam Hammurabi (codex
 Hammurabi),
 Hammurabi), yang dibuat pada tahun 2100 sebelum masehi. Piagam tersebut mencantumkan
 peraturan dimana pemilik kapal dapat meminjam uang untuk membeli kargo; namun bila
dalam perjalanan kapalnya tenggelam atau hilang, ia tidak perlu
mengembalikan uang
mengembalikan uang pinjaman
 pinjaman tersebut. Masa ini disebut sebagai zaman
sebagai zaman pertama
risiko,, di mana perusahaan hanya melihat risiko non-entrepreneurial  (seperti
manajemen risiko  (seperti
misalnya keamanan). 
Tahun 1970-an dan 1980-an disebut sebagai zaman
sebagai zaman kedua manajemen risiko
risiko   di mana
 perusahaan-perusahaan asuransi
 perusahaan-perusahaan asuransi mulai berusaha mendorong pengusaha
mendorong pengusaha untuk benar-benar
menjaga barang yang diasuransikan. Pada masa ini juga lahir konsep jaminan
konsep jaminan mutu (quality
assurance)) yang menjamin setiap produk memenuhi spesifikasi standarnya. Konsep ini
assurance
dipopulerkan oleh British
oleh British Standards Institution
Institution  yang meluncurkan standar
meluncurkan standar kualitas BS
 pada tahun 1979. 
5750 pada
5750
Pada tahun 1993, James Lam diangkat menjadi Chief Risk Office,
Office, yang merupakan
 jabatan CRO pertama di dunia. 
 Zaman ketiga manajemen risiko 
risiko  dimulai tahun 1995 dengan diterbitkannya AS / NZS
4360 : 1995 oleh Standards Australia of the World's Risk management Standard . 

2. Pengertian Risiko 

Manajemen resiko
Manajemen resiko aadalah
dalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak
milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian
karena adanya suatu risiko. Proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi
dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas
 perusahaan
Suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan
dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko,
 pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan
 pemberdayaan /pengelolaan sumberdaya.

Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Menurut
Arthur J. Keown (2000), risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional
 

sebagai deviasi standar). Definisi risiko menurut Hanafi (2006) risiko merupakan besarnya
 penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return  – ER)
ER) dengan
tingkat pengembalian aktual (actual return).

Istilah lain dari pengertian resiko adalah (risk) atau risiko memiliki berbagai definisi. Risiko
dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi. Vaughan (1978) mengemukakan beberapa definisi risiko
sebagai berikut:

1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian).

Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan


kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas
akan munculnya situasi tertentu. Sebagian penulis menolak definisi ini karena terdapat
 perbedaan antara tingkat risiko dengan tingkat kerugian. Dalam hal chance of loss 100%,
 berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko tidak ada.

2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).

Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu.
 Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.

3. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).

Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan


 penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap
individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi risiko
 berikut.

4. Risk is the dispersion of actual from expected results (Risiko merupakan penyebaran hasil
aktual dari hasil yang diharapkan).

Ahli statistik mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai disekitar
suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.

5. Risk is the probability of any outcome different from the one expected (Risiko adalah
 probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome
outcome yang diharapkan).
 

Menurut definisi di atas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi
 probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang
yang diharapkan.

Resiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu. Suatu kemungkinan
akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak
diantisipasi serta tidak dikelola semestinya.

2. Prinsip  –  Prinsip
 Prinsip Manajemen Risiko

Menurut ISO 31000:2009, agar manajemen risiko menjadi lebih efektif maka perusahaan
harus mematuhi prinsip-prinsip manajemen risiko, yaitu sebagai berikut:

1.  Pengelolaan risiko menciptakan dan melindungi nilai. Manajemen risiko


memberikan kontribusi melalui peningkatan kemungkinan pencapaian sasaran
 perusahaan secara nyata. Selain itu juga memberikan perbaikan dalam aspek
keselamatan, kesehatan kerja, kepatuhan terhadap peraturan perundangan,
 perlindungan lingkungan hidup, persepsi publik, kualitas produk, reputasi, corporate
governance, efisiensi dan operasi.
2.  Pengelolaan risiko merupakan bagian yang terintegrasi dengan seluruh proses
bisnis organisasi. Manajemen risiko bukan suatu aktivitas yang berdiri sendiri namun
merupakan bagian dari tanggung jawab manajemen dan merupakan bagian proses
organisasi, termasuk perencanaan strategis dan proyek serta proses perubahan
manajemen.
3.  Pengelolaan risiko merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan .
Pengelolaan risiko membantu memberikan informasi kepada pembuat keputusan,
membantu menentukan prioritas dan menunjukkan semua risiko yang memerlukan
tindakan pengendalian.
4.  Pengelolaan risiko secara eksplisit memperhitungkan ketidakpastian.
Pengelolaan risiko eksplisit memperhitungkan ketidakpastian, memperkirakan sifat
ketidakpastian dan bagaimana harus ditangani.
5.  Pengelolaan risiko dibangun melalui pendekatan yang sistematis, terstruktur
dan tepat waktu. Secara sistematis, terstruktur dan tepat waktu merupakan
 pendekatan pengelolaan risiko yang dapat memberikan kontribusi secara efisien dan
konsisten. Hasilnya dapat dibandingkan dan memberikan hasil serta perbaikan.
 

6.  Pengelolaan risiko membutuhkan ketersediaan informasi yang memadai.


Informasi dalam proses manajemen risiko merupakan dasar sumber informasi yang
 berupa data historikal, respon pemangku kepentingan, pengalaman, observasi,
estimasi dan pertimbangan ahli. Akan tetapi harus disadari bahwa semua informasi
memberikan keterbatasan yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan,
 baik dalam membuat model risiko maupun perbedaan pendapat yang mungkin terjadi
diantara para ahli.
7.  Pengelolaan risiko membutuhkan kustomisasi. Manajemen risiko harus
diselaraskan dengan lingkungan eksternal organisasi dan konteks internal serta profil
risiko.
8.  Pengelolaan risiko mempertimbangkan faktor manusia dan budaya . Penerapan
manajemen risiko disesuaikan dengan kapabilitas organisasi, persepsi dan tujuan
individu secara internal maupun eksternal di luar organisasi yang dapat menunjang
atau menghambat pencapaian tujuan organisasi.
9.  Pengelolaan risiko bersifat transparan dan inklusif . Untuk memastikan bahwa
manajemen risiko masih tetap relevan, para pemangku kepentingan dari seluruh level
organisasi dan pemangku kepentingan secara efektif. Keterlibatan para pemangku
kepentingan harus dapat terwakili dengan baik dan mendapatkan kesempatan
menyampaikan pendapat dalam menentukan kriteria risiko.
10. Pengelolaan risiko bersifat dinamis, berulang dan tanggap terhadap perubahan .
Ketika organisasi mengalami perubahan dan terjadi peristiwa baru, konteks dan
 pemahaman risiko juga akan mengalami perubahan. Dalam hal ini monitoring dan
review berperan memberikan kontribusi atas perubahan yang terjadi sehingga muncul
risiko baru, ada yang berubah frekuensi maupun dampaknya dan ada risiko yang
sudah tidak muncul kembali. Sehingga manajemen risiko harus senantiasa tanggap
terhadap perubahan yang terjadi.
11. Pengelolaan risiko dapat memfasilitasi pengembangan berkelanjutan dari
organisasi. Organisasi mengembangkan dan menerapkan perbaikan strategi
manajemen risiko serta meningkatkan kematangan pelaksanaan manajemen risiko dari
seluruh proses bisnisnya.

Anda mungkin juga menyukai