Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH MANAJEMEN RISIKO DI INDONESIA DAN DUNIA

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


“Manajemen Risiko Bisnis Syariah”
Dosen Pengampu:
Vina Septiana Permatasari, M.SEI

Disusun oleh:

1. Muhammat Zainur Rosyid (21403101)


2. Nurul Habibah (21403102)
3. Binti Dheta Elisaputri (21403103)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Manajemen Risiko
Bisnis Syariah ini, dengan judul “Sejarah Manajemen Risiko di Indonesia dan Dunia”

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Risiko Bisnis Syariah dengan judul makalah “Sejarah Manajemen Risiko
di Indonesia dan Dunia”. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
kemampuan dalam berbisnis bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami ucapkan terimakasih kepada Vina Septiana Permatasari,M.SEI selaku dosen


mata kuliah Manajemen Risiko Bisnis Syariah yang telah memberikan dukungan atas
terselesainya makalah ini. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah dan kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk bahan
pertimbangan perbaikan makalah ini.

Kediri, 31 Februari 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen risiko merupakan salah satu elemen penting dalam menjalankan
bisnis perusahaan karena semakin berkembangnya dunia perusahaan serta
meningkatnya kompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya
tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Sasaran utama dari implementasi manajemen
risiko adalah melindungi perusahaan terhadap kerugian yang mungkin timbul.
Lembaga perusahaan mengelola risiko dengan menyeimbangkan antara strategi bisnis
dengan pengelolaan risikonya sehingga perusahaan akan mendapatkan hasil optimal
dari operasionalnya. Perusahaan perlu menganalisis kemungkinan kerugian potensi
dalam bisnisnya tersebut kemudian mengevaluasi dan mencari cara untuk
menanggulanginya.
Dengan demikian diharapkan bisnis yang dijalaninya dapat sukses meraih
tujuan dengan mudah. Risiko merupakan sesuatu yang pasti akan terjadi ketika kita
melakukan suatu tindakan. Risiko, bisnis, kecelakaan kerja, bencana alam,
perampokan, dan pencurian, kebangkrutan adalah beberapa contoh dari risiko yang
lazim terjadi di berbagai perusahaan. Terutama perusahaan yang tidak melakukan
tindakan apa-apa, bahkan tindakan preventif pun tidak dilakukan. Perusahaan ini tidak
melakukan tindakan untuk pencegahan risiko yang akan timbul nantinya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengatar Manajemen Risiko
2. Sekilas Sejarah Manajemen Risiko di Indonesia dan Dunia
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGANTAR MANAJEMEN RISIKO


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia risiko adalah kemungkinan
terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan.
1. Risk is the chance of loss (Resiko adalah kerugian )
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap
kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk
menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian
penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara tingkat risiko
dengan tingkat kerugian. Dalam ha lchance of loss 100%, berarti kerugian adalah
pasti sehingga risiko tidak ada.
2. Risk is the possibility of loss (Resiko adalah kemungkinan kerugian)
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara
nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara
kuantitatif.
3. Risk is uncertainty (Resiko adalah ketidakpastian)
Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty
merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada
pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan.
4. Risk is the dispersion of actual from expected result (Resiko merupakan
penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan).1
Sedangkan Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan
perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan
atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko. Manajemen
risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk : Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan
mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak

1
Agus Sucipto. Manajemen Resiko. Malang.
lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.2

B. SEKILAS SEJARAH MANAJEMEN RISIKO DI INDONESIA DAN DUNIA


Studi keilmuan mengenai manajemen risiko sebenarnya cenderung baru
berkembang dibandingkan cabang disiplin ilmu manajemen lainnya. Beberapa
literatur mencantumkan bahwa studi mengenai manajemen risiko pertama kali mulai
berkembang setelah Perang Dunia II usai. Awalnya, pengertian terminologi
manajemen risiko cenderung melekat pada fungsi asuransi bagi korporasi maupun
individual. Namun pada perkembangannya, manajemen risiko akhirnya mulai dikenali
sebagai aktivitas organisasi untuk mengendalikan dan mengelola risiko secara luas
dan tidak hanya terkait dengan aktivitas perasuransian saja.

Adapun beberapa tonggak sejarah3 yang penting sebagai catatan


perkembangan manajemen risiko sebagai disiplin ilmu maupun sebagai bagian dari
aktivitas organisasi dapat dibagi ke dalam beberapa periode waktu sebagai berikut:

1. Era sebelum tahun 1970


a. Tahun 1932 – berdiri American Risk and Insurance Association, sebuah
asosiasi yang beranggotakan para akademisi dan profesional di bidang
asuransi dan manajemen risiko di Amerika Serikat. Saat didirikan, organisasi
ini dikenal dengan nama American Association University Teachers of
Insurance. Organisasi yang berbasis di Pennsylvania, Amerika Serikat ini,

2
Muhammad Muchlis. Manajemen Resiko Operasional-Teori & Praktek. (Jakarta: Sinar Grafika Offset, PT.
Bumi Aksara, 2007).
3
Charles R. Vorst, D.S. Priyarsono, Arif Budiman. Manajemen Risiko Berbasis SNI ISO 31000. (Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional, 2018), 152.
secara rutin hingga kini menerbitkan jurnal akademis The Journal of Risk
and Insurance sejak tahun 1961.
b. Tahun 1950 – berdiri Risk and Insurance Management Society di Amerika
Serikat. Organisasi ini kini beranggotakan lebih dari 3.500 organisasi di
berbagai belahan dunia dengan 11.000 individu praktisi di lebih dari 60
negara. Hingga kini, organisasi yang berbasis di New York, Amerika Serikat,
secara aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan edukasi bagi para
anggotanya maupun publik pada umumnya.
c. Tahun 1963 – terbit buku ajar pertama mengenai manajemen risiko berjudul
Risk Management in the Businesss Enterprise karangan R. I. Mehr dan B. A.
Hedges. Selanjutnya pada tahun 1964, terbit buku ajar berikutnya berjudul
Risk Management and Insurance karangan C. Arthur Williams dan Richard
M. Heins.

2. Era tahun 1970-an


a. Tahun 1974 – muncul default risk model yang dirumuskan oleh Robert C.
Merton. Merton, yang pada saat itu merupakan salah seorang tenaga pengajar
di Institut Teknologi Massachusetts (MIT), merilis sebuah paper akademis
mengenai sebuah model untuk menilai risiko kredit pada hutang sebuah
perusahaan.
b. Tahun 1976 – terbit the Geneva Papers of Risk and insurance yang dirilis
oleh the Geneva Association. Adapun the Geneva Papers ini merupakan
jurnal 3 bulanan yang diterbitkan secara rutin hingga saat ini. The Geneva
Association yang berbasis di Zurich, Swiss, beranggotakan CEO dari
berbagai perusahaan asuransi dan reasuransi terkemuka di dunia. Hingga
kini, organisasi ini aktif berkontribusi melalui beragam studi dan riset di
bidang perasuransian dan dalam interaksinya dengan berbagai organisasi
terkemuka dunia lainnya seperti, the Financial Stability Board dan
International Accounting Standards Board.

3. Era tahun 1980-an


a. Tahun 1987 – terbentuk sebuah Departemen Manajemen Risiko untuk
pertama kalinya pada sebuah bank, Merrill Lynch, yang telah berdiri sejak
tahun 1914. Adapun bank ini mempelopori keberadaan sebuah unit kerja
manajemen risiko dalam struktur rganisasi suatu perusahaan. Dalam
perkembangannya, Merrill Lynch kemudian diakuisisi oleh Bank of America
pada tahun 2009 sebagai akibat dari krisis finansial yang melanda di tahun
2008.
b. Tahun 1988 – terbit Basel I Accord yang dirilis oleh Komite Basel (Basel
Committee on Banking Supervision) di Basel, Swiss. Adapun Komite Basel
pertama kali dibentuk oleh gubernur bank sentral dari negara-negara yang
tergabung dalam G10 dan hingga kini berkantor pusat di Bank for
International Settlement (BIS) di Basel. Secara khusus, Basel Iini berisikan
kebijakan mengenai persyaratan minimum modal terhadap eksposur risiko
kredit, yang kemudian pada tahun 1996 ditambahkan dengan eksposur risiko
pasar, yang harus dipenuhi oleh seluruh bank yang aktif dalam settlement
Internasional pada akhir tahun 1992.

4. Era tahun 1990-an


a. Tahun 1992 – terbit sebuah karya tulis A Framework for Integrated Risk
Management in International Business karangan Kent D. Miller dalam
Journal of International Business Studies. Tulisan ini berisikan suatu
kategorisasi berbagai potensi ketidakpastian yang dihadapi oleh sebuah
perusahaan dalam lingkungan bisnis internasional serta respons perusahaan
terhadap ketidakpastian tersebut berupa beragam bentuk pengelolaan risiko
finansial dan strategis.
b. Tahun 1992 – terbit Risk Metrics model, serta Credit Metrics model pada
tahun 1997, yang dirilis oleh JP Morgan, sebuah bank komersial dan
investasi berbasis di Amerika Serikat yang kemudian berganti nama menjadi
JPMorgan Chase & Co. pada tahun 2000 setelah melakukan merger dengan
Chase Manhattan Bank. Adapun Risk Metrics merupakan sebuah metodologi
untuk melakukan penilaian terhadap eksposur risiko pasar, dan Credit
Metrics bagi eksposur risiko kredit, sebuah bank. Publikasi mengenai Risk
Metrics ini selanjutnya mendorong meluasnya penggunaan model
perhitungan Value-at-Risk (VaR) di berbagai kalangan dalam menghitung
kerugian maksimal dari suatu portofolio yang dimiliki sebuah perusahaan di
mana model VaR ini kemudian diterapkan dalam Basel II dan Basel III untuk
menghitung kebutuhan modal sebuah bank.
c. Tahun 1993 – istilah Chief Risk Officer (CRO) pertama kali digunakan dalam
jabatan C-Level. Adapun GE Capital, sebuah intitusi jasa keuangan milik
General Electric Co., mengangkat seorang executive director dengan jabatan
CRO yang bertanggung jawab kepada Komite Eksekutif dan Dewan
Perusahaan untuk menjaga perimbangan antara risiko dengan hasil dalam
bisnis.
d. Tahun 1995 – terbit Australian/New Zealand Standard (AS/NZS) no. 4360
mengenai manajemen risiko, dengan judul dokumen AS/NZS 4360:1995
Risk Management. Adapun standar ini berisikan langkah- langkah aktivitas
dalam menjalankan proses manajemen risiko. Pada perkembangannya,
AS/NZS 4360:1995 semakin luas diterima sebagai sebuah rujukan praktik
hingga ke luar Australia dan New Zealand, khususnya setelah terbit edisi
revisi tahun 2004, yaitu AS/NZS 4360:2004. Standar ini kemudian juga
diadopsi ke dalam standar internasional ISO 31000:2009 yang dirilis oleh
ISO sebagai rujukan praktik bagi proses manajemen risiko.

5. Tahun 2000-an
a. Tahun 2002 – terbit Sarbanes-Oxley Act (SOX), sebuah hukum federal
Amerika Serikat, di mana salah satu ketetapannya mengharuskan setiap
perusahaan terbuka di Amerika melakukan penilaian atas efektivitas kendali
internal yang dijalankan terhadap eksposur risiko yang dihadapi perusahaan.
Terbitnya SOX memicu meluasnya keberterimaan perusahaan terbuka yang
tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) terhadap kerangka kerja
terintegrasi untuk kendali internal yang dirilis oleh the Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) pertama
kali tahun 1992 dan direvisi pada tahun 1994, berjudul Internal Control –
Integrated Framework. Adapun COSO selanjutnya juga merilis kerangka
kerja terintegrasi untuk manajemen risiko korporat, berjudul Enterprise Risk
Management – Integrated Framework, pada tahun 2004.
b. Tahun 2002 – terbit Keputusan Menteri (Kepmen) Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek
GCG pada BUMN. Kepmen ini mendorong penerapan manajemen risiko di
kalangan BUMN sebagaimana dalam salah satu pasalnya mengarahkan
direksi BUMN untuk menetapkan sistem pengendalian internal yang efektif
melalui pengkajian dan pengelolaan risiko usaha. Adapun selanjutnya pada
tahun 2011, Kepmen ini diperbaharui dengan terbitnya Peraturan Menteri
Keuangan BUMN No. PER-01/MBU/2011 yang berisikan ketentuan secara
eksplisit mengenai manajemen risiko pada salah satu pasalnya dengan
kewajiban bagi direksi BUMN untuk melaporkan profil risiko perusahaan
berikut penanganannya dalam laporan berkala perusahaan.
c. Tahun 2003 – terbit Peraturan Bank Indonesia (PBI) pertama kali yang
secara eksplisit berjudul dan berisikan mengenai penerapan manajemen
risiko pada bank di Indonesia. Adapun setelah PBI No. 5/8/PBI/2003 ini
dikeluarkan menyusul kemudian serangkaian PBI- PBI lainnya mengenai
manajemen risiko perbankan hingga pada akhirnya fungsi pengaturan dan
pengawasan sektor perbankan yang dijalankan Bank Indonesia beralih ke
Otoritas Jasa Keuangan per akhir tahun 2013.
d. Tahun 2004 – terbit Basel II Accord yang dirilis oleh Komite Basel.Terdapat
3 pilar pengaturan dalam Basel II yaitu i) kalkulasi modal minimum
perbankan terhadap eksposur risiko pasar, kredit, dan operasional; ii) validasi
oleh pihak pengawas perbankan terhadap metode statistik dan data yang
digunakan bank dalam menghitung jumlah modal terhadap eksposur
risikonya; serta iii) keterbukaan informasi finansial oleh perbankan dalam
menginformasikan eksposur risikonya kepada publik.
e. Tahun 2004 – terbit dokumen Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang
dirilis oleh Bank Indonesia. Adapun arsitektur terdiri atas 6 pilar sistem
perbankan Indonesia dengan salah satu sasarannya adalah “Menciptakan
industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing tinggi serta memiliki
ketahanan dalam menghadapi risiko”. Lebih lanjut, terdapat beberapa
program implementasi API yang terkait dengan manajemen risiko, yaitu
“mendesain risk - based model untuk pengawasan” dengan target
pelaksanaan tahun 2004 - 2005, serta “mempersyaratkan sertifikasi manajer
risiko” dengan target pelaksanaan tahun 2005.
f. Tahun 2008 – terbit Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tahun 2008 mengenai
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Adapun PP No. 60/2008 ini
mewajibkan seluruh pimpinan instansi pemerintahan menyelenggarakan
pengendalian internal yang efektif dan terpadu dengan dilengkapi
manajemen risiko yang efektif sebagai elemen di dalamnya.
g. Tahun 2009 – terbit ISO 31000:2009 Risk Management – Principles and
Guideline yang dirilis oleh International Organization for Standardization
(ISO). Bersama dengan standar ini, diterbitkan juga beberapa dokumen
standar ISO terkait, yaitu ISO/IEC 31010:2009 Risk Assessment Techniques
dan ISO Guide 73:2009 Risk Management - Vocabulary yang merupakan
versi revisi dari tahun 2002, serta kemudian ISO/TR 31004:2013 pada tahun
2013 yang berisikan panduan penerapan ISO 31000. Adapun pada tahun
2011, Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengadopsi ISO 31000:2009
menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nama SNI ISO
31000:2011.

6. Era setelah tahun 2010


a. Tahun 2010 – terbit Basel III Accord yang dirilis oleh Komite Basel.
Diterbitkan sebagai respons terhadap krisis finansial yang melanda dunia
tahun 2007-2008, Basel III ini berfokus pada penguatan pengaturan mikro
dan makroprudensial oleh pengawas perbankan, serta standar likuiditas
perbankan untuk jangka pendek dan jangka yang lebih panjang. Adapun
diharapkan keseluruhan ketentuan Basel III ini dapat terimplementasikan
secara penuh oleh perbankan pada awal tahun 2019.
b. Tahun 2011 – berdiri Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia
berdasarkan Undang-Undang No. 21/2011. Adapun OJK selanjutnya
menerbitkan peraturan-peraturan mengenai penerapan manajemen risiko bagi
sektor jasa keuangan yang mendorong semakin meluasnya penerapan
manajemen risiko pada institusi-institusi keuangan di Indonesia.
c. Tahun 2012 – terbit Peraturan Menteri Keuangan RI yang memperkenalkan
istilah dan penerapan “modal minimum berbasis risiko” (risk-based capital)
kepada perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia. Adapun Permenkeu
No. 53/PMK.010/2012 ini merupakan produk hukum terakhir mengenai
manajemen risiko dari Kementerian Keuangan sebelum akhirnya fungsi
pengaturan dan pengawasan sektor perasuransian dialihkan dari Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) kepada
Otoritas Jasa Keuangan di akhir tahun 2012.
d. Tahun 2015 – merupakan tenggat waktu pelaporan eksposur risiko lembaga
jasa keuangan non-bank (LJKNB) di Indonesia kepada Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) untuk pertama kalinya. Per tanggal 28 Februari 2015,
seluruh LJKNB di Indonesia mulai diwajibkan untuk melaporkan hasil
penilaian tingkat risiko perusahaan tahun 2014 kepada OJK sebagaimana
diatur dalam Peraturan OJK (POJK) No. 10/POJK.05/2014 tentang Penilaian
Tingkat Risiko LJKNB.
e. Tahun 2015 – terbentuk Komite Teknis (Komtek) Perumusan Standar
Nasional Indonesia 03-10 Manajemen Risiko di bawah naungan Badan
Standardisasi Nasional (BSN) Indonesia. Beranggotakan 15 orang praktisi
dan akademisi dari berbagai unsur masyarakat, Komtek ini selanjutnya
melaksanakan berbagai inisiatif pengadopsian standar-standar ISO di bidang
manajemen risiko menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan perumusan
SNI-SNI baru di bidang manajemen risiko. Seiring dengan peningkatan
status keanggotaan Indonesia Technical Committee (TC) 262 ISO dari
“observing” menjadi “participating member (P- member)” di tahun 2016,
Komtek 03-10 juga berperan aktif sebagai National Mirror Committee dalam
sidang-sidang TC 262 dalam rangka pembaharuan dan perumusan standar-
standar ISO di bidang manajemen risiko.
f. Tahun 2016 – penerapan Solvency II mulai dijalankan oleh 28 negara
anggota Uni Eropa. Merupakan program legislatif Uni Eropa, Solvency II
terdiri atas 3 pilar yang mengarahkan perhitungan kecukupan modal
minimum bagi perusahaan asuransi dan reasuransi di negara-negara Uni
Eropa, serta praktik manajemen risiko dan pengawasannya oleh pihak
regulator, serta pelaporan dan keterbukaan informasi oleh perusahaan
asuransi dan reasuransi dalam menginformasikan eksposur risikonya kepada
publik.
Adapun selain serangkaian peristiwa penting di atas, terjadi juga
beberapa peristiwa buruk di dunia yang sebenarnya ikut mendorong
meningkatnya perhatian dan keseriusan berbagai kalangan terhadap praktik
manajemen risiko, seperti:
- Insiden Three Mile Island, kerusakan reaktor nuklir pada sebuah
pembangkit listrik di pulau Three Mile, Amerika Serikat, pada tahun
1970. Adapun penanganan dampak dari insiden ini baru dapat
terselesaikan pada akhir tahun 1993 dengan total biaya pembersihan
material radioaktif hingga 1 milyar Dollar US;
- Kebangkrutan Barings Bank, sebuah bank besar asal Inggris yang berdiri
sejak tahun 1762, di tahun 1995;
- Kebangkrutan Enron, sebuah perusahaan energi terkemuka asal Amerika
Serikat, di tahun 2001 yang sekaligus mengakibatkan tutupnya sebuah
kantor akuntan publik Big 5 dunia, Arthur Andersen, yang telah berdiri
sejak tahun 1913;
- Kebangkrutan WorldCom, sebuah perusahaan telekomunikasi kedua
terbesar di Amerika Serikat yang berdiri sejak tahun 1983, di tahun 2002;
- Peristiwa terorisme 911, di Amerika Serikat pada tahun 2001 yang
mengakibatkan korban tewas sebanyak 2.996 jiwa dan 6.000 lebih
lainnya mengalami luka-luka; serta
- Krisis ekonomi dunia, pada tahun 2008 yang ditandai dengan
kebangkrutan sebuah intitusi finansial ke-4 terbesar di Amerika Serikat
yang telah berdiri sejak tahun 1850, Lehman Brothers.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap
kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk
menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian penulis
menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara tingkat risiko dengan tingkat
kerugian. Dalam halchance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko
tidak ada.
Studi keilmuan mengenai manajemen risiko sebenarnya cenderung baru
berkembang dibandingkan cabang disiplin ilmu manajemen lainnya. Beberapa
literatur mencantumkan bahwa studi mengenai manajemen risiko pertama kali mulai
berkembang setelah Perang Dunia II usai. Awalnya, pengertian terminologi
manajemen risiko cenderung melekat pada fungsi asuransi bagi korporasi maupun
individual.

B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kekurangan
dan sangat jauh dari kata sempurna. Penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Charles R. Vorst, D.S. Priyarsono, Arif. Manajemen Risiko Berbasis SNI ISO
31000. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. 2018.
Muchlis, Muhammad. Manajemen Resiko Operasional-Teori & Praktek. Jakarta: Sinar
Grafika Offset, PT. Bumi Aksara. 2007
Sucipto, Agus. Manajemen Resiko. Malang.

Anda mungkin juga menyukai