Anda di halaman 1dari 14

Manajemen Risiko

Segala kegiatan baik usaha maupun bisnis tak lepas dari kata manajemen risiko. Dimana hal
tersebut terdiri dari dua kata yakni manajemen dan risiko. Hal penting yang harus ada dalam
segala aktivitas usaha maupun bisnis. Pada dasarnya risiko tidak dapat dihindari dari aktivitas
bisnis perusahaan sehingga diperlukan manajemen risiko untuk mengatasi permasalahan ini.1
Maka diperlukan pengertian yang mendetail terkait apa itu manajemen risiko. Risiko merupakan
bentuk dari keadaan ketidak pastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future)
dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Menurut
Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, risiko adalah uncertainty about future events. Adapun Joel
G. Siegel dan Jae K. Shim mendefinisikan risiko pada tigal hal:

1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana hasilnya dapat
diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambil keputusan.
2. Variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variable keuangan lainnya.
3. Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi
perusahaan atau posisi keuangan seperti risiko ekonomi, ketidakpastian politik, dan
masalah industry.

Joel G. Siege dan Jae K. Shim menjelaskan pengertian dari analisis risiko adalah proses
pengukuran dan penganalisaan risiko disatukan dengan keputusan keuangan dan investasi.
Sementara itu David K. Eiteman, Arthur I. Stonehill dan Michael H. Moffett mengatakan bahwa
risiko dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities.2
Maka dari pengertian resiko tersebut, manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang
membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukurandalam memetakan berbagai
permasalahan yang ada dengan menepatkan berbagai pendekatan manajemen secara
komprehensif dan sistematis.3 Manajemen risiko dilakukan untuk memastikan kesinambungan,
profitabilitas dan pertumbuhan usaha sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Dimana
manajemen risiko melibatkan seluruh komponen yang ada dalam suatu struktur organisasi atau
perusahaan.

1
Hanggraeni Dewi. 2010. Pengelolaan Risiko Usaha. Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Hal. 1.
2
Fahmi Irfan. 2010. Manajemen Risiko (Teori, Kasus, Solusi). Bandung; Alfabeta. Hal. 2.
3
Ibid.
Manajemen risiko memiliki sejarah yang dimulai pada tahun 2100 SM. Di Babilonia,
Hammurabi mencetuskan konsep ‘bottomry’, yaitu bentukasuranasi untuk perkapalan, dimana
pemilik kapal dapat meminjam uang untuk membeli kargo dan tidak harus membayar utangnya
bila kapal pengangkut kargo tersebut hilang di laut. Setelah era ‘bottomry’, manajemen risiko
beralih ke tahapan first age. Pada tahapan ini, perusahaan hanya mempertimbangkan risiko non-
entrepreneurial dalam menjalankan bisnisnya. Asuransi merupakan sarana manajemen risiko
yang paling di andalkan pada era ini. Kemudian manajemen risiko masuk ke tahapan second age.
Di tahapan ini dengan tetap menggunakan asuransi, manajemen risikomulai mempertimbangkan
pengelolaan risiko secara preventif. Perusahaan yang menjalankan manajemen risiko tidak hanya
menanggulangi risiko ketika risiko itu terjadi, namun juga melakukan tindakan pencegahan
sebelum risiko itu terjadi. Tindakan tersebut merupakan bukti bahwa banyaknya perusahaan
yang mulai menerapkan penjaminan kualitas. Pencetus ide penjaminan kualitas ini ialah British
Standards Institution, dengan mengeluarkan BS 5750 tentang standar kualitas pada tahun 1979.
Hingga manajemen risiko masuk ke era third age, manajemen risiko tidak hanya
mempertimbangkan risiko non-entrepreneurial , namun juga risiko entrepreneurial. Munculnya
era third age ditandai dengan banyaknya standar untuk manajemen risiko yang bermunculan.
Pertama dikeluarkan oleh Standards Australia of the world risk management standard yaitu AS/
NZS 4360:1995. Kemudian disusul oleh Canadian standard, yaitu CAN/ CSA-Q850-97. Hingga
di akhir tahun 1990, manajemen risiko mulai lebih memperhatikan laporan keuangan. Laporan
keuangan menjadi bagian yang wajib dipantau untuk dapat mengelola risiko dengan baik. Pada
tahun 1980, Departemen Perindustrian dan Perdagangan Inggris menetapkan peraturan baru
untuk bisnis. Kemudian pada tahun 1999, Institute of Chartered Accountants di Inggris
mempublikasikan Turnbull Report. Turnbull Report menetapkan bahwa pengawasan dan
pengauditan yang ketat harus dilakukan untuk setiap bisnis yang ada untuk mengelola risiko.4

Kedudukan manajer risiko, di Indonesia saat ini dapat dikatakan memang belum ada perusahaan
yang mepunyai manajer atau bagian yang khusus menangani pengelolaan risiko secara
keseluruhan yang dihadapi oleh perusahaanyang sudah ada baru seorang manajer asuransi yang
fungsinya hanya mengurusi masalah-masalah yang beruhubungan dengan perusahaan asuransi,
dimana perusahaan menjalin hubungan pertanggungan, yang meliputi antara lain: mengurusi

4
Hanggraeni Dewi. 2010. Pengelolaan Risiko Usaha. Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Hal. 4.
penutupan kontrak-kontrak asuransi mengurusi ganti rugi bila terjadi peril dan sebagainya. Tugas
dari manajer risiko umumnya mencakup: mengidentifikasi, dan mengukur kerugian dari
exposures, menyelesaikan klaim-klaim asuransi, merencanakan, dan mengelola jaminan tenaga
kerja, ikut serta mengontrol kerugian dan keselamatan kerja.

Manajemen risiko juga memiliki definisi pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam


penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi, perusahaan , keluarga,
maupun masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisisr, menyusun,
memimpin/mengkoordinir, dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan
risiko. Maka tugas manajemen risiko mencakup identifikasi, mengukur atau menentukan
besarnya risiko, mencari jalan untuk menghadapi atau menanggulangi risiko selanjutnya
menyusun setrategi untuk memperkecil risiko, mengkoordinir pelaksanaan penanggulangan
risiko serta mengevaluasi program penanggulangan yang telah dibuat.5

Dalam buku manajemen risiko bisnis mencatatkan bahwa, hasil riset George dan James Watson
(1990-1995) dari Virginia University, USA, menyimpulkan bahwa manajemen risiko akan
meningkatkan nilai perusahaan sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi dengan
menurunkan biaya modal serta mengurangi ketidakpastian aktivitas social.6

Manajemen risiko merupakan pengetahuan yang badan teorinya masih muda, maka hal ini yang
menyebabkan seringkali ditemukan banyak kontradiksi dalam pengertian tentang konsep risiko.
Menurut Australian Risk Management Standard (4360: 2004), manajemen risiko merupakan
kultur, proses, dan struktur yang diarahkan untuk merealisasikan peluang potensial dan sekaligus
mengelola dampak yang merugikan. Sedangkan definisi yang lain menyebutkan bahwa
manajemen risiko merupakan suatu pendekatan tekstruktur atau metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Manajemen risiko juga merupakan suatu system
pengawasan risiko bahkan perlindungan atas harta benda, keuntungan, serta keuntungan suatu
badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulya suatu kerugian karena adanya risiko
tersebut. Dalam pengertian praktis konsep ini dapat diartikan sebagai proteksi ekonomis terhadap
kerugian yang mungkin timbul atas asset dan pendapatan suatu perusahaan.7

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan para manajer risiko dalam menilai risiko:

A. Exposure
Merupakan risiko kerugian maksimum yang harus dihadapi apabila terjadi suatu kejadian
terburuk. Makin besar nilai eksposur, maka semakin besar kerugian yang timbul.
B. Volatility
Semakin bervariasi hasil yang akan terjadi pada masa yang akan dating, maka semakin
besar risikonya.
C. Probability
Merupakan kemungkinan terwujudnya kejadian yang mengandung risiko. Semakin besar
probabilitas dari kejadian berisiko, maka semakin besar risiko.
D. Severity
Berbeda dengan eksposur yang menekan pada kerugian maksimum, severity menekan
pada kerugian yang sekiranya akan dialami. Severity erta hubungannya dengan
probabilitas kejadian risiko.
E. Time Horizon
Semakin lama jangka waktu suatu investasi, maka tingkat risiko akan semakin besar.
F. Correlation
Jika risiko yang dihadapi saling berhubungan , maka risiko yang dihadapi perusahaan
akan semakin besar.
G. Capital
Perusahaan menyimpan modal untuk dua alas an utama. Alasan pertama adalah untuk
memenuhi kebutuhan kas. Alasan kedua, untuk menutupi kerugian yang tidak
diperkirakan sebelumnya akibar dari eksposur risiko.8

8
Hanggraeni Dewi. 2010. Pengelolaan Risiko Usaha. Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Hal. 12.
Pada umumnya tahapan risk assessment pada semua level pad suatu organisasi dimulai dari risk
assessment pad semua level. Selanjutnya dilakukan pendefinisian atau pool odf activities.
Kegiatan ini dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari

 Processed historical data


 Output form other planning service
 Organizational level specific

Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi risiko. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan
berbagai pendekatan antara lain: menyebarkan kuesioner, interview terhadap participant relevan
stakeholder representative (internal dan eksternal), focus group discussion, dana melihat data
sekunder dari perusahaan yang bersangkutan. Kemudian setelah melakukan pengidentifikasian,
perusahaan melakukan risk measurement / pengukuran risiko. Pengukuran ini dapat dilakukan
secara kualitatif maupun kuantitatif;

 Pengukuran Kualitatif
A. Brainstorming, berasal dari Madison Avenue pada tahun 1950, kini brainstorming
digunakan diseluruh industry bisnis, dimana sesi ini maksimal berjumlah dua belas
orang dengan durasi 15-45 menit. Beberapa ketentuan dasar proses pengukuran ini,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
 Penetuan batas waktu.
 Perumusan yang jelas terhadap masalah yang dihadapi.
 Metode pengumpulan ide, dengan menerapkan prinsip bahwa tidak ada ide yang
buruk.
 Menunda dalam menganalisis ide, hanya mengumpulkan ide sebanyak mungkin
tanpa melihat kualitas ide (evaluasi terhadap ide akan dilakukan setelahnya).
 Medorong setiap partisipan untuk menghilangkan hambatan mereka dalam
mengularkan ide mereka bermimpi dengan harapan akan menghasilkan ide yang
lebih bervariasi.
 Menggabungkan kelompok-kelompok ide dan mengembangkannya.
B. Assumption Analysis, merupakan taknik intuisi dan mengikutsertakan asumsi dalam
pembuatan rencana kerja. Secara umum asumsi-asumsi yang dibuat, dalam
perencanaan proyek, sudah teridentifikasi sebelumnya, kemudian diukur dampaknya
terhadap hasil akhir proyek apabila asumsi tersebut salah. Asumsi yang terlihat
sensitive dan memiliki kemungkinan salah, maka akan digabungkan sebagai
kumpulan daftar risiko.
C. Delphi, merupakan teknik untuk memprediksi kejadian atau hasil yang akan dating
bersumber dari sekelompok ahli independen yang perkiraan dan kemudian
menghilangkan setiap pandangan yang terlalu berisiko.
D. Interview, merupakan teknik yang diperlukan jika membutuhkan informasi detail
yang tidak mampu disediakan oleh kelompok. Hal ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan informasi langsung dari individu.
E. Hazard and Operability Studies (HAZOP), teknik yang dikembangkan oleh imperial
chemical Ltd untuk mengidentifikasi risiko pada proses kimia tanaman. Hal ini
hamper sama dengan teknik brainstorming namun lebih tersktrukturdimana suatu
kelompok secara sistematis memeriksa elemen-elemen proses dan mendifiniskan
tujuan masing-masing elemen (Ansel and Wharton 1995).
F. Failure Modes and Effects Critically Analysis (FMECA), merupakan teknik induktif
yang dilakukan oleh seorang analis dengan pengetahuan mendalam tentang system
yang diteliti.
G. Checklist, teknik deduktif yang berasal dari risiko sebelumnya yang dihadapi dan
menyediakan sebuah pemahaman yang sederhana dengan tujuan agar pihak
manajemen mampu melakukan identifikasi kemungkinan risiko secara cepat.
H. Prompt Lists, merupakan teknik deduktif yang mengklasifikasi risiko kedalam tipe
atau kelompok, misalnya keuangan, teknik atau kelompok tugas dimana mereka
tergabung.
I. Risk Registers, merupakan upaya dokumentasi setiap rekaman risiko yang berkaitan
dengan proyek atau investasi dan asset tertentu.
J. Risk Mapping, merupakan teknik yang menampilkan grafik risiko dalam bentuk dua
dimensi, dimana sumbu X terkait dengan potensi risiko dan sumbu Y terkait dengan
kemungkinan risiko tersebut dapat terjadi.
K. Probability-Impact Tables, merupakan teknik yang digunakan untuk menilai tingkat
relatifitas kepentingan dari sebuah risiko.
L. Risk Matrix Chart, merupakan sebuah matrik yang digunakan untuk menilai tingkat
relatifitas kepentingan dari sebuah risiko.
M. Project Risk Management Road Mapping9
 Pengukuran Kuantitatif
A. Decision Trees, merupakan teknik yang digunakan untuk mengambil keputusan
secara cepat dan tepat dengan menggali bermacam pilihan investasi yang tersedia
kepada pengambil keputusan yang dilengkapi dengan kemungkinan risiko dan
ketidakpastian yang tergambar dalam diagram keputusan dan kemungkinan kejadian.
B. Controlled Interval and Memory Technique, teknik yang menyediakan pemahaman
matematika atas kombinasi beberapa peluang distribusi untuk risiko individu.
C. Monte Carlo Simulation, teknik yang menggunakan peluang atau ketidakpastian
situasi dan penggunaan nomor acak untuk mensimulasikan konsekuensinya.
D. Sensitivity Analysis, teknik yang digunakan untuk menghasilkan nilai yang lebih
realistis, didukung oleh berbagai kemungkinan alternative yang mecerminkan setiap
ketidakpastian dan menyediakan beberapa pengertian dari asumsi valid.
E. Probability-Impact Grid Analysis
F. Statistic – Probability Analysis
G. Value at Risk (VAR)10
 Tahapan-Tahapan dalam melaksanakan manajemen risiko
A. Identifikasi Risiko, pada tahap ini manajer risiko akan melakukan tindakan berupa
pengidentifikasian setiap bentuk risiko yang dialami perusahaan, termasuk bentuk
risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan.
B. Identifikasi Bentuk-Bentuk Risiko, pada tahap ini manajer diharap mampu
memnemukana bentuk dan format risiko yang dimaksud secara mendetail.
C. Menempatkan Ukuran-Ukuran Risiko, pada tahap ini manajemen perusahaan sudah
menempatkan ukuran atau skala yang dipakai, termasuk rancangan model metodologi
penelitian yang akan digunakan.
D. Menempatkan Alternative-Alternatif, pada tahap ini manajemen perusahaan telah
melakukan pengelolahan data. Hasil pengolahan kemudian dijabarkan dalam bentuk

9
Hanggraeni Dewi. 2010. Pengelolaan Risiko Usaha. Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Hal. 22.
10
Ibid.
kualitatif dan kuantitatif beserta akibat-akibat atau pengaruh-pengaruh yang akan
timbul jika keputusan-keputusan tersebut diambil. Berbagai untuk penjabaran yang
dikemukakan tersebut dipilah dan ditempatkan sebagai alternative-alternatif
keputusan.
E. Menganalisis Setiap Alternative, pada tahap ini setiap alternative yang ada
selanjutnya dianalisis dan dikemukakan berbagai sudut pandang serta efek-efek yang
mungkin timbul.11
F. Memutuskan Satu Alternative, pada tahap ini setelah berbagai alternative dipaparkan
dan dijelaskan baik dalam bentuk lisan dan tulisann oleh para manajemen perusahaan
maka diharapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki pemahaman secara
khusus dan mendalam.
G. Melaksanakan Alternative Yang Dipilih, pada tahap ini setelah alternative dipilih dan
ditegaskan serta dibentuk untuk melaksanakan ini, maka artinya manajer perusahaan
sudah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang dilengkapi dengan rincian biaya.
H. Mengontrol Alternative Yang Dipilih, pada tahap ini alternative yang dipilih telah
dilaksanakan dan pihak tim manajemen beserta para manajer perusahaan. Tugas
utama manajer perusahaan adalah melakukan control yang maksimal guna
menghindari timbulnya berbagai risiko yang tidak diinginkan.
I. Mengevaluasi Jalannya Alternative Yang Dipilih, pada tahap ini setelah alternative
dilaksanakan dan control dilakukan maka selanjutnya pihak tim manajemen secara
sistematis melaporkan kepada pihak manajer perusahaan. Pelaporan tersebut
berbentuk data-data yang bersifat fundamental dan teknikal serta dengan
mengesampingkan informasi yang bersifat lisan. Dimana tahap ini bertujuan agar
pekerjaan yang dilakukan dapat terus dilaksanakan sesuai dengan yang
direncanakan.12
 Tipe Risiko, secara umum risiko hanya dikenal hanya dengan dalam 2 (dua) tipe saja,
yaitu risiko murni (pure risk) dan risiko spekulastif (speculative risk).
A. Risiko Murni, dikelompokkan menjadi tiga tipe risiko yaitu:

11
Fahmi Irfan. 2010. Manajemen Risiko (Teori, Kasus, Solusi). Bandung; Alfabeta. Hal. 3.
12
Fahmi Irfan. 2010. Manajemen Risiko (Teori, Kasus, Solusi). Bandung; Alfabeta. Hal. 5.
1) Risiko Asset Fisik, merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada ast
fisik suatu perusahaan/organisasi. (kebakaran, banjir, gempa)
2) Risiko Karyawan, merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan yang
bekerja di perusahaan/organisasi tersebut.(kecelakaan kerja)
3) Risiko Legal, merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau
kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. (adanya perselisihan dengan
perusahaan lain)
B. Risiko Spekulatif, risiko spekulatif ini dikelompokkan menjadi empat tipe risiko yaitu:
1) Risiko Pasar, merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga dipasar. (Harga
saham)
2) Risiko Kredit, merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal
memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. (kredit macet)
3) Risiko Likuiditas, merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan kas. (kepemilikan kas menurun)
4) Risiko Operasional, merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional
yang tidak berjalan dengan lancar.
 Mengelola Risiko
Ada empat cara dalam mengelola risiko agar dapat menekan tingkat kerugian yang
ditimbulkan oleh risiko tersebut:
A. Memperkecil Risiko, Keputusan memeperkecil risiko dengan cara tidak memperbesar
setiap keputusan yang mengandung risiko tinggi tapi membatasinya bahkan
meminimalisasinya agar risiko tersbeut tidak bertambah besar diluar dari control
pihak manajemen perusahaan.
B. Mengalihkan Risiko, Keputusan mengalihkan risiko dengan cara risiko yang kita
terima tersbut kita alihkan ke tempat lain sebagian, seperti dengan keputusan
mengasuransikan bisnis guna menghindari terjadinya risiko yang sifatnya tidak
diketahui kapan waktunya.
C. Mengontrol Risiko, keputusan mengontrol risiko dengan cara melakukan kebijakan
antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi.
D. Pendanaan Risiko, keputusan pendanaan risiko menyangkut penyediaan sejumlah
dana sebagai cadangan (reserve) guna mengantisipasi timbulnya risiko dikemudian
haris seperti perubahan nilai tukar dollar terhadap mata uang domestic dipasaran.13
 Metode Pengidentifikasian Risiko
Dalam mengidentifikasi risiko ada beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain,
A. Menggunakan Daftar Pertanyaan (quesioner) untuk menganalisa risiko, yang dari
jawaban-jawaban terhadap pertanyaan tersebut diharapkan dapat memberikan
petunjuk-petunjuk tentang dinamika informasi khusus, yang dapat dirancang secara
sistematis tentang risiko yang menyangkut kekayaan maupun operasi perusahaan.
B. Menggunakan laporan keuangan, yaitu dengan menganalisa neraca, laporan
pengoperasian dan catatan-catatan pendukung lainnya, akan dapat
diketahui/diidentifikasi semua harta kekayaan, hutang-hutang dan sebagainya.
C. Membuat flow-chart, aliran barang mulai dari bahan mentah sampai menjadi barang
jadi akan dapat diketahui risiko-risiko yang dihadapi pada masing-masing tahap dari
aliran tersebut. Contoh:
Flow-Chart mulai dari: Supplier  gudang bahan  fabrikasi/proses produksi 
gudang barang jadi  penyalur  konsumen
Dari flow-chart tersebut akan dapat diidentifikasi kemungkinan kerugian pada
masing-masing tahap. Misalnya pad tahap supplier: risiko kenaikan harga, waktu
penyerahan, volume dan sebagainya.
Kerugian potensiil yang dapat terjadi antara lain:
1) Kerugian berupa harta kekayaan: barang rusak, barang hilang di gudang, barang
rusak karena kesalahan proses dan sebagainya.
2) Kerugian yang menyangkut liability: tuntutan konsumen, karena barang tidak
sesuai dengan yang seharusnya dan seterusnya.
3) Kerugian personil: kecelakaan kerja yang terjadi pada pabrik pada saat karya
bekerja dan sebagainya.
D. Dengan inspeksi langsung ditempat, artinya dengan mengadakan pemeriksaan secara
langsung ditempat dimana dilakukan oprasi/aktivitas perusahaan. Dari pemeriksaan

13
Fahmi Irfan. 2010. Manajemen Risiko (Teori, Kasus, Solusi). Bandung; Alfabeta. Hal. 7.
tersebut dapat membuat manajer risiko belajar banyak mengenai kenyataan-kenyataan
dilapangan.
E. Mengadakan interaksi dengan departemen/ bagian-bagian dalam perusahaan. Adapun
cara-cara yang ditempuh:
1) Dengan mengadakan kunjungan ke departemen/bagian-bagian akan dapat
meraih/memupuk saling pengertian antara kedua belah pihak dan akan dapat
memberikan pemahaman yang lengkap tentang aktivitas mereka dan kerugian-
kerugian potensiil yang dihadapi bagian mereka.
2) Dengan menerima, mengevaluasi, memonitor, dan menanggapi laporan-laporan
dari departemen/bagian-bagian akan dapat meningkatkan pemahaman tentang
aktivitas dan risiko yang mereka hadapi.
F. Mengadakan interaksi dengan pihak luar: artinya mengadakan hubungan dengan
perseorangan ataupun perusahaan-perusahaan lain, terutama pihak-pihak yang dapat
membantu perusahaan dalam penanggulangan risiko, seperti: kuntan, penasehat
hokum, konsultan manajemen dan sebagainya.
G. Melakukan analisa terhadap kontrak-kontrak yang telah dibuat dengan pihak lain.
Dari analisa tersebut akan dapat diketahui kemungkinan adanya risiko dari kontrak
tersebut.
H. Membuat dan menganalisa catatan/statistic mengenai bermacam-macam kerugian
yang telah pernah diderita. Dari catatan-catatan itu akan dapat diperhitungkan
kemungkinan terulangnya suatu jenis risiko tertentu.
I. Mengadakan analisa lingkungan, yang sangat diperhitungkan untuk mengetahui
kondisi yang mempengaruhi timbulnya risiko potensiil, seperti: konsumen, supplier,
penyalur, pesaing, dan penguasa (pembuat peraturan/perundang-undangan).14
 Cara menyelesaikan risiko:
A. Saling bekerja sama untuk memetakan risiko (risk maping).
B. Saling bekerja sama untuk memberikan solusi dan memilih satu alternative solusi
yang terbaik untuk dijadikan rekomendasi.
C. Dan saling bertanggungjawab untuk mnyelesaikan risiko hingga selesai.15

14
Djojosoedarso Soeisno. 1999. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta; Salemba Empat. Hal. 22.
 Manfaat manajemen risiko
Risiko selalu muncul dan dampak yang ditimbulkannya bias saja tidak terprediksi.
Apalagi jika jika mengetahui polanya. Oleh karena itu pelaku bisnis harus mencatat dan
mempelajari timbulnya risiko, termasuk frekuensi dan aktivitasnya, untuk mengetahui
pola risiko bisnis tersebut. Risiko bisnis memang harus diidentifikasi dan dikelola karena
risiko itu mengandung biaya yang tidak sedikit. Seperti contoh pabrik sepatu yang
mengalami kebakaran. Kerugian dari peristiwan tersebut adalah kerugian finansial akibat
asset yang terbakar, misalnya gedung, material dll. Namun kerugian tidak langsungnya,
sperti tidak beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan aris
kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran utang kepada kreditor dan penyuplai
karena terhentinya arus kas sehingga menurunkan kredibilitas dan hubungan baik
perusahaan dengan rekanan-rekanan tersebut. Contoh tersebut menunjukkan pentingnya
manajemen risiko bisnis. Manajemen risiko yang efektif dapat meminimumkan biaya
risiko dan menjaga kinerja perusahaan. Manajemen risiko terkait dengan prinsip Tata
Kelola Perusahaan atu Good Orporate Governance (GCG) dimana prinsip transparansi
dalam GCG menuntut diterapkannya manajemen risiko secara luas (enterprise wide risk
management) oleh perusahaan-perusahaan.
Tak sedikit perusahaan yang mengalami kesusahaan dalam menghadapi risiko, hal itu
dikarenakan perusahaan tersebut tidak menjalankan manajemen risiko secara benar dan
konsisten. Dibalik setiap kegiatan selalu ada risiko yang menyertainya namun sampai
seberapa jauhnya dapat mengelola risiko tersebut. Pada prinsipnya, manajemen risiko
akan mampu mengurangi , memperkecil atau menghindari terjadinya kerugian, sekaligus
meningkatkan pendapatan.
Manajemen risiko juga akan memberikan wawasan yang luas tentang kedisiplinan,
hubungan antar-pihak, kepentingan masing-masing pihak dan kesetaraan, serta fair play.
Sebagai hasilnya, proses manajemen risiko akan memberikan beberapa keuntungan bagi
penggunanya (pengusaha). Berikut ini sejumlah manfaat dan keuntungan tersebut.
A. Mengurangi Kerugian
Meningkatkan nilai perusahaan dan memaksimalkan kemakmuran menjadi tujuan
semua perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, para pemilik perusahaan wajib

15
Fahmi Irfan. 2010. Manajemen Risiko (Teori, Kasus, Solusi). Bandung; Alfabeta. Hal. 8.
menerapkan manajemen risiko yang juga dibutuhkan oleh perusahaan untuk
meminimalkan kerugian yang cukup besar dalam aspek psikologis ataupun aspek
keuangan.
B. Peluang menjadi manajer risiko
Seluruh jajaran manajemen dalam suatu perusahaan harus menerapkan manajemen
risiko. Bahkan, para pemegang saham sebaiknya tidak hanya mendapatkan deviden
tapi juga menerapkan manajemen risiko dan peduli terhadap risiko yang mungkin
timbul dalam bisnis.
C. Menjaga arus kas
Manajemen risiko sangat bermanfaat dalam menjaga kestabilan arus kas bersih.
Secara umum, meskipun tidak memiliki pengaruh yang signifika terhadap discount
rate, manajemen risiko yang efektif dapat menjaga dan memperbaiki kondisi arus kas
bersih perusahaan sehingga pada dasarnya nilai perusahaan dapat ditingkatkan
dengan pengelolaan risiko yang efektif.
D. Mengurangi financial distress
Manajemen risiko yang efektif dapat mengurangi kemungkinan financial distress,
yaitu keadaan dimana perusahaan mengalami mengalami kesulitan yang serius untuk
memenuhi kewajibannya, baik bunga maupun pokok penjaminan.
E. Mengurangi penerbitan surat berharga
Serupa dengan poin mengenai financial distress, manajemen risiko juga mengurangi
kemungkinan perusahaan harus menerbitkan surat berharga baru untuk meutupi
kerugian ataupun untuk mendanai proyek investasi baru.16

Anda mungkin juga menyukai