Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS (BJT) TUGAS1

SEMESTER 2023/2024 Genap (2024.1) (2022.1)

Nama Mahasiswa : JENIFFER LAURENT BUDIJANTO

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042489405

Tanggal Lahir : 05 AGUSTUS 2002

Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4211/Manajemen Risiko Dan Asuransi

Kode/Nama Program Studi : 83 /AKUNTANSI

Kode/Nama UPBJJ : 45/YOGYAKARTA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
1. Ketidakpastian selalu berhubungan dengan keadaan yang memiliki beberapa
kemungkinan kejadian dan dampaknya.
Coba identifikasi dan jelaskan tingkatan ketidakpastian dan karakteristiknya.

Ketidakpastian selalu berhubungan dengan keadaan yang memiliki beberapa kemungkinan


kejadian dan dampaknya. Ketidakpastian (uncertainty) sering disebut "unexpected risk"
atau risiko tak terduga dari sebuah kejadian. Kondisi ketidakpastian timbul karena
beberapa sebab, antara lain: (1) Jarak waktu dimulai perencanaan atas kerugian sampai
kegiatan itu berakhir. Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya; (2)
Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan; dan (3) Keterbatasan pengetahuan
atau keterampilan atau teknik mengambil keputusan. Ketidakpastian itu sendiri banyak
tingkatannya.

Ada beberapa tingkat ketidakpastian dengan karakteristiknya masing-masing.


a) Ketidakpastian Sangat Tinggi (Relatif Pasti)
Pada tingkatan ketidakpastian yang tidak ada (sudah pasti), hasil bisa diprediksi
dengan relatif pasti. Pada tingkatan ini kondisi kepastian sangat tinggi. Hukum
alam merupakan contoh ketidakpastian tersebut. Sebagai contoh, kita bisa
memprediksi dengan pasti bahwa bumi mengitari matahari selama 360 hari (satu
tahun).
b) Ketidakpastian Objektif
Tingkatan selanjutnya adalah ketidakpastian obyektif, dengan contoh adalah dadu,
jika kita melempar dadu, ada enam kemungkinan yaitu angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6
(ada enam kemungkinan hasil). Kita bisa menghitung probabilitas masing-masing
angka untuk keluar yaitu 1/6.
c) Ketidakpastian Subjektif
Ketidakpastian subjektif mengandung pengertian psikologis yaitu suasana
pemikiran yang diliputi keraguan atau kesadaran akan kurangnya pengetahuan
mengenai hasil dari suatu peristiwa. Ketidakpastian demikian disebut
ketidakpastian subyektif yaitu penilaian individu (berdasarkan atas perilaku,
pengalaman, dan pengetahuannya) terhadap situasi (yang obyektif).Contoh adalah
kecelakaan mobil. Identifikasi hasil dan probabilitas (kemungkinan) yang berkaitan
dengan kecelakaan mobil lebih sulit dilakukan. Sebagai contoh, jika kita pergi ke
luar dengan mobil, berapa besar probabilitas kita mengalami kecelakaan mobil?
dan jika terjadi kecelakaan, kerusakan atau kerugian yang bagaimana yang akan
kita dapatkan? Tidak mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut.
d) Ketidakpastian Sangat Tidak Pasti
Ketidakpastian sangat tidak pasti adalah ketidakpastian yang jelas-jelas sulit untuk
memprediksi atau mengidentifikasi hasil dari suatu peristiwa. Contoh eksplorasi
angkasa. Kita tidak tahu apa hasil yang akan diperoleh dari eksplorasi angkasa,
apakah akan bertemu dengan makhluk asing (alien), ataukah menemukan planet
yang mirip bumi, atau apa yang akan kita temukan. Sangat sulit memprediksi atau
mengidentifikasi hasil yang barangkali bisa diperoleh dari eksplorasi angkasa
seperti itu. Tentu saja juga akan sangat sulit menentukan probabilitas untuk masing-
masing kemungkinan hasil tersebut.
2. Tujuan utama manajemen risiko harus mendukung tujuan perusahaan. Tujuan
manajemen risiko menurut Redja, E. George diklasifikasikan menjadi dua. Jelaskan
tujuan tersebut
Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk menjaga efisiensi operasional organisasi dan
untuk memastikan bahwa organisasi tidak dibatasi dalam mencapai tujuannya karena adanya risiko
atau kerugian aktual yang timbul dari risiko tersebut. Tujuan kedua adalah tujuan non-ekonomi,
yaitu tujuan kemanusiaan, yaitu melindungi pekerja dari kecelakaan yang berisiko meninggal atau
sakit parah. Selain itu, manajemen risiko dapat bertujuan untuk memelihara sumber daya, tanggung
jawab sosial, atau hubungan masyarakat yang baik.
Tujuan manajemen risiko dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tujuan sebelum terjadinya peril
(Pre-Lost Objectives) dan tujuan setelah terjadinya peril (Post-Loss Objectives). Tujuan masing-
masing dapat diringkas sebagai berikut.

Tujuan Sebelum Kerugian Tujuan Setelah Kerugian


Ekonomis Survival
Penurunan kegelisahan Berlanjutnya operasional
organisasi
Memenuhi kewajiban eksternal Stabilitas penghasilan
Tanggung jawab social Pertumbuhan berkelanjutan
Tanggung jawab sosial

A. Tujuan sebelum terjadinya peril


Tujuan yang ingin dicapai yang menyangkut hal-hal sebelum terjadinya peril ada bermacam-
macam, antara lain sebagai berikut.
1. Hal-hal yang bersifat ekonomis misalnya: upaya untuk menanggulangi kemungkinan
kerugian dengan cara yang paling ekonomis, yang dilakukan melalui analisa keuangan
terhadap biaya program keselamatan, besarnya premi asuransi, biaya dari bermacam-
macam teknik penanggulangan risiko.
2. Hal-hal yang bersifat nonekonomisyaitu upaya untuk mengurangi kecemasan, sebab
adanya kemungkinan terjadinya peril tertentu dapat menimbulkan kecemasan dan
ketakutan yang sangat, sehingga dengan adanya upaya penanggulangan maka kondisi itu
dapat diatasi.
3. Tindakan penanggulangan risiko dilakukan untuk memenuhi kewajiban yang berasal dari
pihak ketiga/pihak luar perusahaan, seperti:
a) Memasang/memakai alat-alat keselamatan kerja tertentu di tempat kerja/pada waktu
bekerja untuk menghindari kecelakaan kerja misalnya: pemasangan rambu- rambu,
pemakaian alat pengaman (misal: “gas masker”) untuk memenuhi ketentuan yang
tercantum dalam Undang-Undang Keselamatan Kerja.
b) Mengasuransikan aktiva yang digunakan sebagai agunan, yang dilakukan oleh debitur
untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh kreditur.
4. Melakukan tanggung jawab sosial dari perusahaan. Artinya harus dapat menyusun
kebijaksanaan yang membuat seminimum mungkin pengaruh jelek dari suatu peril yang
diderita perusahaan terhadap karyawannya, para pelanggan/penyalur, para supplierdan
sebagainya. Artinya akibat dari peril jangan sampai menimbulkan masalah sosialmisalnya
3 dari 3
jangan sampai mengakibatkan terjadinya pengangguran.
B. Tujuan setelah terjadinya peril
Pada pokoknya mencakup upaya untuk penyelamatan operasi perusahaan setelah terkena peril,
yang dapat berupa berikut ini.
1. Menyelamatkan operasi perusahaan (survival), artinya manajer risiko harus
mengupayakan pencarian strategi bagaimana agar kegiatan tetap berjalan sehabis
perusahaan terkena peril,meskipun untuk sementara waktu yang beroperasi hanya sebagian
saja.
2. Mencari upaya-upaya agar operasi perusahaan tetap berlanjut sesudah perusahaan terkena
peril. Hal ini sangat penting terutama untuk perusahaan yang melakukan pelayanan
terhadap masyarakat secara langsung misalnya: bank, sebab bila tidak akan menimbulkan
kegelisahan dan nasabahnya bisa lari ke perusahaan pesaing.
3. Mengupayakan agar pendapatan perusahaan tetap mengalir, meskipun tidak sepenuhnya,
paling tidak cukup untuk menutup biaya variabelnya. Dimana kalau perlu ditempuh
dengan untuk sementara melakukan kegiatan usaha di tempat lain.
4. Mengusahakan tetap berlanjutnya pertumbuhan usaha bagi perusahaan yang sedang
melakukan pengembangan usaha misalnya: yang sedang memproduksi barang baru,
memasuki pasar baru dan sebagainya. Jadi harus berupaya untuk mengatur strategi agar
pertumbuhan yang sedang dirintis tetap berlangsung. Sebab untuk melakukan perintisan
tersebut sudah dikeluarkan biaya yang tidak kecil.
5. Berupaya tetap dapat melakukan tanggung jawab sosial dari perusahaan. Artinya harus
dapat menyusun kebijaksanaan yang membuat seminimum mungkin pengaruh jelek dari
suatu peril yang diderita perusahaan terhadap karyawannya, para pelanggan/penyalur,
para supplierdan sebagainya. Artinya akibat dari peril jangan sampai menimbulkan
masalah sosialmisalnya jangan sampai mengakibatkan terjadinya pengangguran.Tujuan
spesifik manajemen risiko bisa bervariasi antar perusahaan. Sering pula terhadap beberapa
tujuan yang saling bertentangan satu dengan yang lain. Untuk menghindari pertentangan
ini, maka penetapan tujuan survivalharus ditentukan terlebih dahulu sebelum tujuan yang
lainnya.

4 dari 3
3. Salah satu risiko keuangan perusahaan adalah risiko likuiditas. Identifikasi dan jelaskan
sebab yang melatarbelakangi terjadinya risiko likuiditas
Sebab-sebab Terjadinya Risiko Likuiditas
Pada saat perusahaan mengalami risiko likuiditas ada beberapa sebab yang melatarbelakanginya,
yaitu:
1. Utang perusahaan yang berada pada posisi extreme leverege yang berarti utang perusahaan
sudah berada dalam kategori yang membahayakan perusahaan itu sendiri.
2. Jumlah utang dan berbagai tagihan yang datang di saat jatuh tempo sudah begitu besar, baik
utang di perbankan, leasing, mitra bisnis, utang dagang dan berbagai bentuk tagihan lainnya.
3. Perusahaan telah melakukan kebijakan strategi yang salah sehingga memberi pengaruh pada
kerugian yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang.
4. Kepemilikan aset perusahaan tidak lagi mencukupi untuk menstabilkan perusahaan, yaitu sudah
terlalu banyak aset yang dijual sehingga jika aset yang tersusa tersebut masih ingin dijual
maka itu juga tidak mencukupi untuk menstabilkan perusahaan.
5. Penjualan dan hasil keuntungan yang diperoleh adalah terjadi penurunan yang sistematis serta
fluktuatif.

SUMBER REFERENSI:
ADBI4211/Manajemen Risiko Dan Asuransi

5 dari 3

Anda mungkin juga menyukai