Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari sering kali mendengar istilah
kata “Risiko” dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh
kebanyakan orang. Risiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual
maupun organisasi.  Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, risiko
kecelakaan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, sehingga mau
tidak mau  harus menanggung kerugianya jika risiko-risiko tersebut tidak di
antisipasi dari awal. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan
yang belum pasti yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi. Sebagaimana yang telah penulis pahami dan sepakati bersama bahwa
tujuan perusahaan adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif
organisasi.
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian terjadi karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut
Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah risiko (risk).  Dalam
beberapa tahun terakhir, manajemen risiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja.  Hal ini secara konkret
menunjukkan pentingnya manajemen risiko dalam bisnis pada masa kini.
Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan.
Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang
sangat besar, dan walaupun mengalami kerugian sangat kecil sekali.  Misalnya
membeli seperti lotere, jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat
besar, tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli lotere relatif
kecil.  Apakah ini juga tergolong risiko?  Jawabannya adalah hal ini juga
tergolong risiko. Selama mengalami yang namanya kerugian walau sekecil
apapun hal itu dianggap risiko.
Mengapa risiko harus dikelola?  Jawabannya mudah yaitu karena risiko
mengandung biaya yang mungkin tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di
mana suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung
dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar
(misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk
dijual).  Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa
beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus
kas.  Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan
kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas
dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Risiko dapat diminimalisir dan bahkan dihindari melalui manajemen
risiko.  Peran dari manajemen risiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan
yang cepat berubah, mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan
strategic management, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki
organisasi, serta mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak.
dari pernyataan diatas menimbulkan pertanyaan “bagaimana melakukan
manajemen risiko yang baik dalam perusahaan?”
Dalam kesempatan ini penulis ingin membahas Manajemen Risiko yang
terkait dengan perusahaan/bisnis Ritel. dimana pengertian Bisnis Ritel adalah
suatu penjualan dari sejumlah komoditas kepada konsumen. Retail berasal dari
bahasa Perancis, diambil dari kata retailer yang berarti “memotong menjadi kecil-
kecil”. Sehingga dapat disimpulkan sejauh manakah peran manajemn risiko dalam
perusahaan/bisnis ritel untuk tetep menjaga kelangsungan hidup perusahaan atau
bisnis tersebut.

1.2       Rumusan Masalah


            Adapun penulis dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah yang
terkait dengan Peran Manajemen Risiko Terhadap Perusahaan/Bisnis Ritel. sebagi
berikut :
1.    Apa yang dimaksud dengan Risiko ?
2.    Seperti apakah Manajemen Risiko itu ?
3.    Pentingnya Manajemen Risiko Terhadap Perusahaan/Bisnis Ritel ?

1.3       Tujuan
            Adapun tujuan yang ingin penulis harapkan terkait dengan pembuataan
Makalah Peran Manajemen Risiko Terhadap Perusahaan/Bisnis Ritel, yaitu
sebagai berikut :
1.    Mahaiswa lebih mengerti akan perusahaan/bisnis ritel
2.    Mahasiswa lebih mengerti akan Manajemen Risiko
3.    Mahasiswa dapat memahami pentingnya manajemen risiko dalam suatu
perusahaan
4.    Mahasiswa masmpu memahami cara penanggulangan risiko di dalam
perusahaan/bisnis ritel
5.    Mahasiswa mampu dan bisa mengimplementasikan Manajemen risiko terhadap
sesuatu hal yang kecil atau biasa
6.    Mahasiswa lebih mampu untuk memahami manajemen risiko secara teoritis
maupun praktis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Konsep Risiko


Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang
atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu
yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Istilah resiko memiliki beberapa definisi. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan
kejadian, atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi. Menurut Vaughan (1978) mengemukakan beberapa definisi resiko
sebagai berikut:
·         Risk is the chance of loss (resiko adalah kans kerugian).
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap
kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk
menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Dalam hal
chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga resiko tidak ada.
·         Risk is the possibility of loss (resiko adalah kemungkinan kerugian). Istilah
possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan
satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
·         Risk is uncertainty (resiko adalah ketidakpastian). Uncertainty dapat bersifat
subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu
terhadap situasi resiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang
bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi resiko dan
fakta yang telah terjadi.
·         Risk is the dispersion of actual from expected results (resiko merupakan
penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan).
Ahli statistik mendefinisikan resiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu
nilai di sekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata. Risk is the
probability of any outcome different from the one expected (resiko adalah
probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan). Menurut
definisi di atas, resiko bukan probabilitas dari suatu kejadian tunggal, tetapi
probabilitas dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan. Dari
berbagai definisi di atas, resiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya
akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata
lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Konsep lain
yang berkaitan dengan resiko adalah peril dan hazard. Peril merupakan suatu
peristiwa yang dapat menimbulkan terjadinya suatu kerugian. Sedangkan hazard
merupakan keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya
peril. Hazard terdiri dari beberapa tipe, yaitu:
a.    Physical hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik
secara fisik dari objek yang dapat memperbesar terjadinya kerugian.
b.    Moral hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber dari orang yang berkaitan
dengan sikap mental, pandangan hidup dan kebiasaan yang dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya peril.
c.    Morale hazard merupakan suatu kondisi dari orang yang merasa sudah
memperoleh jaminan dan menimbulkan kecerobohan sehingga memungkinkan
timbulnya peril.
d.    Legal hazard merupakan suatu kondisi pengabaian atas suatu peraturan atau
perundang-undangan yang bertujuan melindungi masyarakat sehingga
memperbesar terjadinya peril.
Resiko dapat terjadi pada pelayanan, kinerja, dan reputasi dari institusi yang
bersangkutan. Resiko yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain kejadian alam, operasional, manusia, politik, teknologi, pegawai, keuangan,
hukum, dan manajemen dari organisasi. Suatu resiko yang terjadi dapat berasal
dari resiko lainnya, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Resiko rendahnya
kinerja suatu instansi berasal dari resiko rendahnya mutu pelayanan kepada
publik. Resiko terakhir disebabkan oleh faktor-faktor sumber daya manusia yang
dimiliki organisasi dan operasional seperti keterbatasan fasilitas kantor. Resiko
yang terjadi akan berdampak pada tidak tercapainya misi dan tujuan dari instansi
tersebut, dan timbulnya ketidakpercayaan dari publik.
Resiko diyakini tidak dapat dihindari. Berkenaan dengan sektor publik yang
menuntut transparansi dan peningkatan kinerja dengan dana yang terbatas, resiko
yang dihadapi instansi Pemerintah akan semakin bertambah dan meningkat. Oleh
karena itu, pemahaman terhadap resiko menjadi keniscayaan untuk dapat
menentukan prioritas strategi dan program dalam pencapaian tujuan organisasi.
serta harus adanya pengelolaan risiko secara efektif dan efisien agar perusahaan
tetap dapat menjalankan usahanya.

2.2       Manajemen Risiko


            Sehubungan dengan kenyataan, bahwa ketidakpastian itu selalu ada,
semua orang termasuk juga manajemen perusahaan harus selalu berusaha
menanggulangi risiko-risiko yang terjadi atau yang mungkin terjadi, artinya
berupaya untuk menghilangkan kerugian, atau paling tidak meminimalkan
kerugian bila risiko dari ketidakpastian itu terjadi. Manajemen Risiko yang baik
akan dapat meminimalkan kerugian-kerugian yang dihadapi perusahaan. 
Sehingga perusahaan bisa tetap menjaga kelangsungan hidupnya bahkan bisa
berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar dan sukses dalam bisnisnya. 
Sebaliknya perusahaan yang tidak memiliki Manajemen Risiko yang baik,
sama saja perusahaan tersebut membiarkan dari segala kemungkinan yang bisa
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.  Tentu saja kalau kerugian yang terjadi
sangat besar bisa membuat perusahaan tersebut bangkrut. Kemungkinan ini sangat
besar, oleh karena risiko itu bisa datang dari mana saja, sumber-sumber ataupun
sebab-sebab yang bisa menimbulkan risiko tersebut sangat banyak. Selanjutnya
bila perusahaan terhindar dari risiko-risiko yang sangat merugikan maka
perusahaan tersebut akan terjaga kelangsungan hidupnya bahkan bisa berkembang
lebih besar, perusahaan pun dapat meningkatkan kesejahteraan karyawannya.
Karyawan yang bekerja di perusahaan tentunya akan lebih tenang dalam
bekerja.  Karyawan yang lebih tenang, sehat dan aman dalam bekerja karena
antara lain adanya Manajemen Risiko yang baik dari perusahaan yang  menjamin
keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan karyawan, maka selanjutnya para
karyawan dari perusahaan ini akan lebih mampu memberikan kesejahteraan
kepada keluarganya. Pada gilirannya ketika semua perusahaan telah menerapkan
Manajemen Risiko yang baik, setiap individu juga menerapkan Manajemen
Risiko yang baik maka pada gilirannya masyarakat secara keseluruhan terhindar
atau dapat meminimalkan kerugian dari risiko-risiko yang merugikan, pada
akhirnya masayarakat pun akan meningkat kesejahteraannya,
Secara sederhana pengertian manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen dalam menanggulangi risiko, terutama risiko yang dihadapi
oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. sehingga mencakup
kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoordinir dan
mengawasi program penanggulangan risiko. Manajemen Risiko
merupakan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari
sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau
proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan
tersebut (Smith, 1990).             Manjememen resiko adalah bagian penting dari
strategi manajemen semua perusahaan. Proses di mana suatu organisasi yang
sesuai metodenya dapat menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas
menuju keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas.
Fokus dari manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi
resiko. Sasarannya untuk menambah nilai maksimum berkesinambungan
(sustainable) organisasi. Tujuan utama untuk memahami potensi upside dan
downside dari semua faktor yang dapat memberikan dampak bagi organisasi.
Manajemen resiko meningkatkan kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan
kegagalan dan ketidakpastian dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan mengembangkan
proses yang bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam
mengimplementasikan. Manajemen resiko seharusnya ditujukan untuk
menanggulangi suatu permasalahan sesuai dengan metode yang digunakan dalam
melaksanakan aktifitas dalam suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan masa
depan. Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan
kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen
senior. Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis
dan sasaran operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta kemampuan
merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan
pekerja memandang manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi kerja.
Manajemen resiko mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja pengukuran
dan reward, mempromosikan efisiensi operasional dari semua tingkatan.

2.3       Peran Manajemen Risiko Terhadap Bisnis Ritel


            Bisnis Ritel secara umum adalah kegiatan usaha menjual aneka barang
atau jasa untuk konsumsi langsung atau tidak langsung. Dalam matarantai
perdagangan bisnis ritel merupakan bagian terakhir dari proses distribusi suatu
barang atau jasa dan bersentuhan langsung dengan konsumen. Secara umum
peritel tidak membuat barang dan tidak menjual ke pengecer lain. Akan tetapi
dalam praktik bisnis ritel modern saat ini tidak tertutup kemungkinan, banyak
pengecer kecil membeli barang di gerai peritel besar, mengingat perbedaan harga
yang muncul pada waktu-waktu promosi tertentu yang dilakukan oleh peritel
besar. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu, ritel modern dan ritel tradisional. Ritel modern sebenarnya merupakan
pengembangan dari ritel tradisional, yang pada praktiknya mengaplikasikan
konsep yang modern, pemanfaatan teknologi, dan mengakomodasi perkembangan
gaya hidup di masyarakat (konsumen).
            Mengelola risiko adalah bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan
Perusahaan/bisnis ritel dalam mencapai sasaran usaha yang mengarah pada
maksimalisasi pendapatan dan mengurangi biaya (pengeluaran). untuk
mewujudkan hal tersebut dengan membangun sistem dan pendekatan manajemen
risiko yang komprehensif untuk mengantisipasi, mengidentifikasi,
memprioritaskan, dan mengelola risiko-risiko material terhadap pencapaian
sasaran Perusahaan/bisnis ritel. Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah
untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang
telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat
berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi,
manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen risiko
melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi pemeran
manajemen risiko (manusia, staf, dan organisasi).
            Dalam proses pelaksanaanya terdapat beberapa risiko yang mungkin dapat
terjadi dalam perusahaan/bisnis ritel yang akan mempengaruhi kelangsungan
hidup dari bisnis tersebut. sebagai contoh :
a.    Risiko ekonomi
Mencakup faktor-faktor seperti fluktuasi nilai tukar Rupiah, suku bunga, dan
inflasi. Faktor-faktor ini berdampak nyata terhadap kinerja Perusahaan/bisnis ritel,
khususnya dalam mempengaruhi posisi saldo pinjaman Perusahaan dan daya beli
konsumen yang menjadi sasaran. Fluktuasi dalam hal-hal ini berdampak terhadap
daya beli konsumen untuk membeli produk dan layanan yang ditawarkan oleh
Perusahaan/bisnis ritel. Dalam rangka meminimalkan risiko ekonomi, manajemen
risiko dapat memantau kondisi ekonomi yang berlaku secara intensif dan juga
meminta saran para profesional dari sumber yang kompeten.
b.    Risiko Bisnis dan Properti
Sebagai perusahaan yang memiliki aset-aset yang sangat bernilai, perusahaan ritel
juga rentan terhadap bencana alam dan efek samping lainnya, seperti kebakaran,
gempa bumi, banjir, dan gangguan usaha lainnya. Untuk meminimalkan risiko ini,
Manajemen risiko telah memastikan semua propertinya diasuransikan dengan
cakupan yang sepadan dengan nilai pasar dari properti tersebut. Untuk
memastikan akurasinya, semua asuransi ditanggung oleh perusahaan asuransi
yang terpercaya dan dapat diandalkan. Perusahaan juga menerapkan prosedur
operasional standar untuk menangani kejadian-kejadian darurat
c.    Risiko Persaingan
Dalam beberapa tahun terakhir, persaingan usaha di sektor ritel telah menjadi
semakin agresif, dengan bertumbuhnya penjual kecil, mall, kios dan pedagang
pakaian keliling, yang semuanya membidik segmen pasar yang sama. Persaingan
dengan demikian muncul dalam dua bentuk pertama dari pesaing di dalam
industri, dan kedua dari pasokan ruang ritel yang berlebih di pasar. Karena itu,
pemasok mencoba menarik lebih banyak pelanggan dengan potongan harga dan
promosi khusus. Untuk menjadi unggul dalam persaingan, inovasi produk tetap
menjadi prioritas utama dalam kegiatan pengembangan usaha Perseroan, dengan
menghadirkan orisinalitas, keunikan, dan produk-produk kualitas tertinggi, serta
pelayanan dan fasilitas pendukung yang lengkap sesuai kebutuhan pelanggan
Untuk memperkecil risiko usaha, Perusahaan berusaha untuk selalu
melakukan studi kelayakan atas masing-masing produk, membuat jadwal kerja,
dan juga melakukan analisa secara berkala. Apabila terjadi insiden, proyek-proyek
harus melaporkan kejadian tersebut, baik insiden bersifat biasa maupun kritis.
Setiap kejadian akan dilaporkan secara berkala. Peta risiko dan pemantauan
tingkat risiko terus menerus mengalami penyempurnaan, dan diimplementasikan
dalam budaya Perseroan.

2.4       Analisis Perusahaan/Bisnis Ritel


Ciri-ciri usaha retail tradisional adalah sederhana, tempatnya tidak terlalu
luas, barang yang dijual tidak terlalu banyak jenisnya, sistem
pengelolaan/manajemennya masih sederhana, tidak menawarkan kenyamanan
berbelanja dan masih ada proses tawar-menawar  harga dengan  pedagang, serta
produk yang dijual tidak dipajang secara terbuka sehingga pelanggan tidak
mengetahui apakah peretail memiliki barang yang dicari atau tidak.
Sedangkan usaha retail modern  adalah sebaliknya, menawarkan
tempat yang luas, barang yang dijual banyak jenisnya, sistem manajemen
terkelola dengan baik, menawarkan kenyamanan berbelanja, harga jual sudah
tetap (fixed price) sehingga tidak ada proses tawar-menawar dan adanya sistem
swalayan / pelayanan mandiri, serta pemajangan produk pada rak terbuka
sehingga pelanggan bisa  melihat, memilih, bahkan mencoba produk terlebih
dahulu sebelum memutuskan untuk membeli.
            Penulis dalam melakukan observasi langsung terhadap 2 perusahaan/bisnis
ritel yang pertama dengan bisnis ritel dan selanjutnya dengan bisnis ritel modern,
dimana setelah dilakukan pengamatan dikeduanya terdapat perbedaan yang sedikit
mencolok yang mengundang perhatian terkait dengan penanganan atau
pengelolaan manajemen risiko yang dilakukan perusahaan/bisnis tersebut, yang
mana perbedaan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a.    Perusahaan/bisnis ritel tradisional (toko)
Didalam bisnis ritel tradisional yang berbentuk sebuah toko yang
menyediakan berbagai kebutuhan-kebutuhan sehari-hari untuk konsumen. Dalam
hal penanganan atau pengelolaan risiko yang dihadapi oleh bisnis ritel (toko)
seperti ini terdapat beberapa hal yang dipertimbangkan, yaitu :
1)    Produk potensial yang ditawarkan sales
Dalam hal ini, dimana posisi toko sebagai konsumen yang membeli suatu
barang/produk yang ditawarkan oleh sales yang dianggap potensial/produktif
yang  dijual kembali kepada konsumen, dengan harapan barang/produk tersebut
banyak diminati oleh konsumen serta sebagai pelengkap atas barang/produk yang
dijual oleh toko tersebut. pembelian dapat dilakukan secara cash ataupun kredit.
sehingga resiko yang mungkin akan timbul ditanggung sepenuhnya oleh pihak
pemilik bisnis ritel (toko). Dalam kasus ini pemilik toko dalam rangka
meminimalisir terjadinya resiko-resiko atas barang tersebut maka pemilik
melakukan penataan produk yang baik, seperti strategi FIFO (Fisrt In First Out),
melihat ketahanan barang/produk (masa expired), dan melihat potensial dari
produk tersebut, dan sebagainya.
2)    Adanya Kesepakatan antara sales dengan pemilik toko
Merupakan adanya perjanjian/kesepakatan antara sales dan pemilik toko dalam
hal pembelian produk, adanya sistem retur yaitu mengembalikan atau mengganti
barang/produk yang tidak terjual atau sudah masa expired dengan barang/produk
yang baru sesuai dengan kesepakatan bersama. dalam hal ini tidak semua
barang/produk dapat dilakukan sistem retur.
b.    Perusahaan/bisnis ritel Modern (mini market)
Ritel modern merupakan kegiatan usaha ritel yang fungsinya mirip dengan
ritel tradisional namun dalam sistem pengelolaan perusahaan/bisnis tersebut sudah
dilakukan dengan baik, sistem manajemen terkelola dengan baik, menawarkan
kenyamanan berbelanja, harga jual sudah tetap (fixed price) dan adanya sistem
swalayan / pelayanan mandiri yang lebih memanjakan para pembelinya.
Dalam melakukan manajemen risiko oleh minimarket ini yaitu untuk
meminimalisir adanya risiko yang timbul maka manajemen mini market tersebut
adalah adanya sistem retur dalam penyediaan barang atau pembelian barang dari
distributor. karena memiliki tata kelola dan manajemen yang profesional sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan dan memperoleh barang/produk dengan mudah
dari distributor dengan menggunakan sistem retur sesuai dengan perjanjian atau
kesepakatan. maka resiko yang mungkin terjadi seperti adanya barang/produk
yang tidak terjual dapat dilakukan penukaran barang baru sehingga upaya untuk
meminimumkan adanya resiko dapat terjadi.

BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
            Dari pernyataan diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu
sebagai berikut :
a.    Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Istilah
resiko memiliki beberapa definisi. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan
kejadian, atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi.   
b.    Manajemen Risiko yang baik akan dapat meminimalkan kerugian-kerugian yang
dihadapi perusahaan. perusahaan harus selalu berusaha menanggulangi risiko-
risiko yang terjadi atau yang mungkin terjadi, artinya berupaya untuk
menghilangkan kerugian, atau paling tidak meminimalkan kerugian bila risiko
dari ketidakpastian itu terjadi. Manajemen Risiko yang baik akan dapat
meminimalkan kerugian-kerugian yang dihadapi perusahaan. Secara sederhana
pengertian manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam
menanggulangi risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan,
keluarga dan masyarakat. sehingga mencakup kegiatan merencanakan,
mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoordinir dan mengawasi program
penanggulangan risiko. Manajemen Risiko merupakan sebagai proses identifikasi,
pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan
penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut (Smith, 1990).
c.    Mengelola risiko adalah bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan
Perusahaan/bisnis ritel dalam mencapai sasaran usaha yang mengarah pada
maksimalisasi pendapatan dan mengurangi biaya (pengeluaran). untuk
mewujudkan hal tersebut dengan membangun sistem dan pendekatan manajemen
risiko yang komprehensif untuk mengantisipasi, mengidentifikasi,
memprioritaskan, dan mengelola risiko-risiko material terhadap pencapaian
sasaran Perusahaan/bisnis ritel. Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah
untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang
telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat
berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi,
manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen risiko
melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi pemeran
manajemen risiko (manusia, staf, dan organisasi).

3.2       Kritik dan Saran


            Dalam melakukan usaha ritel perlunya informasi tentang peristiwa yang
akan terjadi dan untuk dapat mendapatkan barang/dari distributor serta dalam
menjalankan usaha bisnis ritel harus dipertimbangkan beberapa hal yang
menyangkut dengan pihak pemasok sehinga kesepakaan dapat terjadi dan tidak
merugikan salah satu pihak. dan membangun sistem dan pendekatan manajemen
risiko yang komprehensif untuk mengantisipasi, mengidentifikasi,
memprioritaskan, dan mengelola risiko-risiko material terhadap pencapaian
sasaran Perusahaan/bisnis ritel. Adanya pembatasan dan pemilihan produk yang
potensial untuk diperjualkan kepada konsumen sehingga barang-barang(produk)
yang tidak terjual tidak terlalu banyak dan dapat digunakan sendiri serta adanya
pemilihan artinya yaitu memilih barang-barang/produk yang sekiranya peminat
dari konsumen banyak dan dapat dijadikan pasar yang potensial untuk dapat
mencapai tujuan dari perusahaan/bisnis ritel sehingga upaya dalam
meminimumkan terjadinya resiko dapat diatasi bahkan di hindari/di cegah.

DAFTAR PUSTAKA
Djojosoedarso, Soeisno.Prinsip-prinsp manajemen risiko dan
asuransi.1999.Jakarta:Salemba Empat
Darmawi, Herman.Manajemen Risiko,1994.Jakarta:Bumi Aksara
Dedysupriyadid.blogdetik.com

Anda mungkin juga menyukai