NPM : A10170187
Nama : RIYAN NUGRAHA
Prorgam / Program Studi : Reguler Sore / Manajemen
Mata Kuliah : A1A305 | Manajemen Risiko
Nama Dosen : Dr.HJ. Heppy Agustiana Vidyastuti, MP.
1. Jelaskan definisi resiko, sebab terjadinya resiko dala suatu upaya pengendalian
resiko
Jawab :
- Definisi Resiko
Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam
bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika
terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.
- Sebab terjadinya Resiko dalam upaya pengendalian resiko
Jawab :
Gambar di atas menunjukkan komponen-komponen yang diperlukan dalam kerangka kerja
untuk mengelola risiko dan bagaimana komponen tersebut saling berhubungan.
4. Jelaskan jenis-jenis kategori resiko dan cara pengukuran resiko, dan buatkan
contoh kasusnya
Jawab :
- Jenis-jenis kategori Resiko
Jenis resiko cukup beragam bentuknya, mulai dari risiko kebakaran, kecelakaan,
risiko kerugian, fluktuasi kurs, perubahan tingkat bunga, dan masih banyak lagi. Salah satu
cara yang paling mudah untuk mengelompokkannya dengan melihat tipe dari resikonya.
Resiko dibedakan menjadi risiko murni dan risiko spekulatif dengan penjelasan
sebagai berikut:
a. Risiko murni (pure risks)
Adalah suatu risiko dimana kemungkinan kerugian terjadi, akan tetapi kemungkinan
tidak terdapat keuntungan. Beberapa contoh dari jenis risiko ini adalah risiko
kecelakaan, kebakaran, rumah kebanjiran, dan lain lain.
b. Resiko spekulatif
Merupakan risiko dimana kita mengharapkan terjadinya kerugian sekaligus
mendatangkan keuntungan. Contohnya usaha dibidang bisnis. Umumnya dalam
kegiatan bisnis, kita mengharapkan keuntungan, walaupun terdapat potensi kerugian.
Contoh lain dari adalah, bilamana kita membeli saham. bila harga saham mengalami
kenaikan (kita memperoleh keuntungan), bisa saja analisis kita salah, harga saham
bukannya meningkat, akan tetapi malah turun (menderita kerugian). Risiko spekulatif
juga dapat dikatakan sebagai resiko bisnis.
Disamping dua jenis risiko diatas, jenis resiko juga dapat dibedakan menjadi resiko
dinamis dan statis.
1. Risiko dinamis, merupakan risiko yang muncul akibat dari kondisi keseimbangan
tertentu. Contoh risiko terkena petir, merupakan risiko yang muncul akibat kondisi
alam yang tertentu. Karakteristik risiko ini peraktis tidak berubah dari waktu ke
waktu.
2. Risiko statis, merupakan risiko yang muncul akibat dari perubahan kondisi tertentu.
Misalnya, perubahan kondisi masyarakat, perubahan teknologi, memunculkan jenis
jenis risiko baru. Misalkan, bila masyarakat semangkin kritis, sadar akan haknya,
maka risiko hukum yang muncul karena masyarakat lebih berani mengajukan
gugatan hukum terhadap perusahaan akan semakin tinggi.
Selain jenis resiko diatas, risiko juga dapat dikelompokkan menjadi risiko subjektif
dan objektif.
a. Risiko objektif, merupakan risiko yang didasarkan pada obsevasi parameter yang
objektif. Misalnya, fluktuasi harga atau tingkat keuntungan investasi di pasar
modal dapat diukur melalui standar deviasi, misal standar deviasi return saham adalah
25% per tahun.
b. Risiko subjektif yang berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap suatu risiko.
Dengan kata lain kondisi kondisi mental seseorang dapat menentukan kesimpulan tinggi
rendahnya suatu resiko tertentu. Misalnya, untuk standar deviasi return pasar yang
sama sebesar 25%, dua orang dengan keperibadian yang berbeda akan memiliki cara
pandang yang berbeda. Disatu sisi Orang yang konservatif akan mengganggap risiko
investasi dipasar modal terlalu tinggi. Di sisi lain orang yang agresif, resiko investasi
dipasar modal dianggap tidak terlalu tinggi. Kedua orang tersebut melihat pada risiko
objektif yang sama, yaitu standar deviasi return sebesar 25% per tahun.
2. Notional Risiko
Diukur berdasarkan nilai eksposur (obyek yang rentan terhadap resiko). Contohnya,
pengukuran risiko kredit dengan metode notional. Jika perusahaan meminjamkan uang
kepada pihak lain senilai Rp 2 milyar, maka besarnya risiko kredit berdasarkan
pendekatan notional adalah Rp 2 milyar.
3. Sensitivitas Risiko
Diukur berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur (obyek yang rentan terhadap
resiko) terhadap perubahan faktor penentu. Contoh paling populer adalah risiko aset
keuangan atau sekuritas, yang diukur berdasarkan sensitivitas tingkat pengembalian
(return) aset yang bersangkutan terhadap perubahan tingkat pengembalian pasar.
Ukuran ini dikenal sebagai Beta Pasar. Contoh lain adalah degree of operating leverage
(DOL), yang mengukur sensitivitas laba operasi terhadap perubahan penjualan. DOL
digunakan sebagai ukuran risiko bisnis.
4. Volatilitas Risiko
Diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur (obyek yang rentan terhadap
resiko) berfluktuasi (tidak tetap). Ukuran yang umum adalah standar deviasi
(penyimpangan). Semakin besar standar deviasi suatu eksposur, semakin berfluktuasi
(tidak tetap) nilai eksposur tersebut, yang berarti semakin Beresiko eksposur atau aset
tersebut.
5. Pendekatan VaR ( value at risk )
Risiko diukur berdasarkan kerugian maksimum yang bisa terjadi pada suatu aset atau
investasi selama periode tertentu, dengan tingkat keyakinan (level of confidence)
tertentu. Untuk mengukur risiko dengan pendekatan VaR, diperlukan data standar
deviasi dan skor Z dari tabel distribusi normal. Contoh: diketahui standar deviasi dari
suatu aset bernilai Rp 1 juta adalah 2,4%. Pada tingkat keyakinan 95%, skor Z-nya
adalah 1,645. Maka besarnya risiko (dalam nilai Z) adalah 0,024 x 1,645 = 0,040. Jika
nilai Z tersebut dikembalikan ke nilai awalnya menjadi 0,040 x Rp 1 juta = Rp 40 ribu.
6. Matriks frekuensi dan signifikansi risiko
Teknik pengukuran yang cukup sederhana (tidak terlalu melibatkan kuantifikasi yang
rumit) adalah mengelompokkan risiko berdasarkan dua dimensi yaitu frekuensi (jumlah)
dan signifikansi (meyakinkan). Terdapat 2 hal dalam proses tersebut yaitu :
Mengembangkan standar risiko
Menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi.
7. Analisis skenario
Kemampuan manajer/perusahaan untuk memprediksi apa yang akan terjadi, dan
berapa besarnya kerugian yang diperoleh. Example: Teknik pengukuran berbeda tingkat
kecanggihannya (tingkat kuantifikasi), dalam artian beda tipe resiko beda juga tekhnik
yang digunakan.