Anda di halaman 1dari 9

JAWABAN SOAL UTS MANAJEMEN RISIKO

NPM : A10170187
Nama : RIYAN NUGRAHA
Prorgam / Program Studi : Reguler Sore / Manajemen
Mata Kuliah : A1A305 | Manajemen Risiko
Nama Dosen : Dr.HJ. Heppy Agustiana Vidyastuti, MP.

1. Jelaskan definisi resiko, sebab terjadinya resiko dala suatu upaya pengendalian
resiko
Jawab :
- Definisi Resiko
Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam
bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika
terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.
- Sebab terjadinya Resiko dalam upaya pengendalian resiko

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu kerugian merupakan hal yang


penting dalam analisis risiko. Dua faktor yang menimbulkan kerugian adalah bencana
(perils) dan bahaya (hazard).
a. Bencana (perils)
Adalah penyebab penyimpangan peristiwa sesungguhnya dari yang diharapkan.
Bencana (perils) dapat didefinisikan sebagai penyebab langsung terjadinya kerugian.
Bencana yang umum adalah kebakaran, topan, ledakan, kecelakaan, mati muda,
penyakit, kecerobohan, dan ketidakjujuran.
b. Bahaya (hazard)
Dapat didefinisikan sebagai keadaan yang melatar belakangi terjadinya chance of loss
(kemungkinan kerugian) dari bencana tertentu. Bahaya meningkatkan risiko
kemungkinan terjadinya kerugian.
Macam-macam bahaya:
1. Bahaya fisik (physical hazard)
Adalah suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara fisik dari suatu obyek
yang dapat memperbesar kemungkinan terjadi suatu peril ataupun memperbesar
terjadinya suatu kerugian.
Contoh: Gesekan pohon yang terjadi pada saat musim kemarau dan menimbulkan
suatu panas yang mudah sekali menimbulkan percikan api. Kondisi yang demikian
dapat memperbesar kemungkinan terjadinya bahaya kebakaran. Hutan yang
terbakar itu disebabkan oleh kondisi fisik dari hutan yang bersangkutan yaitu
mengalami kekeringan karena musim kemarau yang berkepanjangan.
2. Bahaya moral (moral hazard)
Adalah suatu kondisi yang bersumber dari orang yang bersangkutan yang berkaitan
dengan sikap mental atau pandangan hidup serta kebiasaannya yang dapat
memperbesar kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Adanya kerugian ini karena
sikap mental dari orang yang bersangkutan misalnya karena kelalaian di mana unsur
kesengajaan terlihat.
Contoh: seseorang mempertanggunkan rumahnya terhadap risiko kebakaran. Pada
suatu hari rumah yang dipertanggungkan itu terbakar, sebenarnya kebakaran itu
dapt dicegah seandainya ia berusaha memadamkan tatkala api itu masih kecil.
Namun hal itu tidak dilakukan, tentu saja api membesar dan memusnahkan. Dalam
kondisi yang demikian itu tampak sikap mental dari orang yang bersangkutan yaitu
memperbesar kemungkinan terjadinya suatu kerugian.
3. Bahaya morale (morale hazard)
adalah bahaya yang ditimbulkan oleh sikap ketidak hati-hatian dan kurangnya
perhatian sehingga dapat meningkatkan terjadinya kerugian.
Contoh: seseorang yang memiliki mobil dan ia telah mengasuransikannya, karena
merasa bahwa mobilnya telah diasuransikan maka seringkali sikapnya kurang hati-
hati. Misalnya dalam menyimpan atau mengendarai mobilnya dibandingkan apabila
mobil tersebut tidak diasuransikan. Sikap yang demikian itu akan memperbesar
kemungkinan terjadinya suatu peril atau kerugian.
Beda bahaya moral dan morale adalah: bahaya moral timbul apabila si tertanggung
menciptakan kerugian untuk mendapatkan keuntungan berdasarkan polis
asuransinya, sedangkan bahaya morale timbul karena si tertanggung tidak
melindungi hartanya atau ia lalai karena merasa hartanya diasuransikan.
4. Bahaya karena hukum/peraturan (legal hazard)
Seringkali berdasarkan peraturan-peraturan ataupun perundang-undangan yang
bertujuan melindungi masyarakat justru diabaikan atau pun kurang diperhatikan
sehingga dapat memperbesar terjadinya suatu peril.
Contoh: adanya keharusan asuransi kecelakaan kerja untuk para karyawan
perusahaan yang relatif besar karena sudah memenuhi hal tersebut maka kewajiban-
kewajiban hukum lainnya seperti keselamatan kerja, jam kerja kontinyu sering
diabaikan.

2. Jelaskan definisi manajemen resiko dan keterkaitan manajemen resiko dengan


fungsi-fungsi lain dalam suatu organisasi
Jawab :
- Definsi Manajemen Resiko
Manajemen resiko adalah Suatu pendekatan terstruktur, dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman dari suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko
dengan menggunakan pemberdayaan / pengelolaan sumber daya.
Manajemen Resiko mempunyai arti yang lebih luas, yaitu semua resiko yang terjadi
di dalam masyarakat baik itu kergian harta,jiwa, keuangan,Usaha dan lain-lain.
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang terjadi . Sesuatu yang tidak pasti (uncertain)
dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.

- keterkaitan manajemen resiko dengan fungsi-fungsi lain dalam suatu organisasi


Manajemen risiko berkaitan erat dengan fungsi perusahaan lainnya (yaitu dengan
fungsi: akunting, keuangan, marketing, produksi, personalia, engeenering dan
maintenance), karena bagian-bagian itu ada yang menciptakan risiko dan ada yang
menjalankan sebagai fungsi manajemen risiko. Marilah kita analisi satu persatu di bawah ini.
1. Hubungan Dengan Fungsi Akunting
Bagian akunting menjalankan kegiatan manajemen risiko yang penting, yaitu:
 Mengurangi kesempatan pegawai melakukan penggelapan, dengan jalan melakukan
internal control dan internal audit.
 Melalui rekening asset bagian akunting mengidentifikasikan dan megukur exposure
kerugian terhadap harta.
 Melalui penilaian rekening seperti rekening piutang, bagian akunting mengukur risiko
piutang dan mengalokasikan cadangan dana exposure kerugian piutang.
2. Hubungan Dengan Fungsi Keuangan
Bagian keuangan melakukan banyak penetapan yang mempengaruhi manajemen risiko.
Pertama, manajer risiko biasanya bawahan Direktur Keuangan. Kedua, bagian keuangan
menganalisis pengaruh turunnya profit dan cash flow. Karena menurun profit bias
menghalangi tujuan perusahaan, maka kegiatan seprti itu juga tercantum dalam program
manajemen risiko. Ketiga, dalam menetapkan apakah perusahaan akan membeli
peralatan yang mahal atau gedung baru, maka manajer finansial seharusnya
mempertimbangkan risiko murni yang tercipta karena tindakan itu.
3. Hubungan Dengan Marketing
Kegiatan marketing dapat menciptakan risiko, terutama risiko tanggung-gugat. Misalnya
perusahaan dituntut oleh pihak luar berkenan dengan penggunaan packaging yang tidak
memenuhi syarat. Dalam mengangkut produk ke langganan, mengandung bermacam
risiko yang perlu terlebih dahulu dianalisis oleh manajemen risiko. Itulah sebabnya bagian
marketing harus selalu awas terhadap risiko yang timbul pada setiap aktivitas marketing,
dan bagian manajemen risiko seharusnya diberi informasi secepatny.
4. Hubungan Dengan Bagian Produksi
Kegiatan produksi juga banyak menciptakan risiko. Dalam mendesain atau membuat
produk atau memberikan service, pekerja sering kali di-ekspose pada kecelakaan kerja.
Demikian pula produk atau service yang dijualnya mungkin juga bisa menciptakan
kerusakan atau kecelakaan badan bagi pemakainya; oleh karena itu perusahaan harus
selalu siap sedia menghadapi “tuntutan hukum” dari pihak ketiga.
5. Hubungan Dengan Engineering dan Maintenance
Bagian ini bertanggung jawab untuk desain pabrik, maintenance, dan melaksanakan
fungsi perawatan gedung, pabrik, dan peralatan, yang semuanya sangat vital untuk
mencegah, mengurangi frekuensi dan keparahan kerugian
6. Hubungan Dengan Bagian Personalia
Bagian personalia mempunyai banyak tanggung jawab dibidang risiko. Contoh yang
paling jelas adalah perancangan, instalasi, dan administrasi program-program
kesejahteraan pegawai. Bagian personalia biasanya bertugas mengadakan perundingan
dengan serikat kerja, menetapkan hak dan kewajiban serta kesejahteraan. Sedangkan
Manajemen Risiko menseleksi asuransi dan merundingkan penutupan asuransi atau
memanajeri aspek finansial daripada program (penenggungan risiko).

3. Jelaskan konsep kerangka manajemen resiko sebagai panduan di suatu


perusahaan, aplikasikan dalam suatu kasus

Jawab :
Gambar di atas menunjukkan komponen-komponen yang diperlukan dalam kerangka kerja
untuk mengelola risiko dan bagaimana komponen tersebut saling berhubungan.

Mandate and commitment


Bagian awal dari manajemen risiko dan memastikan efektivitas berkelanjutan dengan
komitmen yang kuat dan berkelanjutan oleh manajemen organisasi, serta perencanaan
strategis dan ketat untuk mencapai komitmen di semua tingkatan. Manajemen harus:
 mendefinisikan dan mendukung kebijakan manajemen risiko;
 memastikan bahwa budaya dan kebijakan manajemen risiko organisasi selaras;
 menentukan indikator kinerja manajemen risiko yang sejalan dengan indikator kinerja
organisasi;
 menyelaraskan tujuan manajemen risiko dengan tujuan dan strategi organisasi;
 memastikan kepatuhan hukum dan peraturan;
 menetapkan akuntabilitas dan tanggung jawab pada tingkat yang sesuai dalam
organisasi;
 memastikan bahwa sumber daya yang diperlukan dialokasikan untuk manajemen
risiko;
 menyampaikan manfaat manajemen risiko kepada semua stakeholder; dan
 memastikan bahwa kerangka kerja untuk mengelola risiko tetap sesuai.

Desain kerangka kerja untuk mengelola resiko


1. Pemahaman tentang organisasi dan konteksnya
2. Menetapkan kebijakan manajemen risiko
3. Akuntabilitas
4. Integrasi ke dalam proses organisasi
5. Sumber Daya
6. Membangun komunikasi internal dan mekanisme pelaporan
7. Membangun komunikasi eksternal dan mekanisme pelaporan

Penerapan Manajemen Resiko


1. Menerapkan kerangka kerja untuk mengelola risiko
Dalam melaksanakan kerangka kerja organisasi untuk mengelola risiko, organisasi
harus:
 menentukan waktu yang tepat dan strategi untuk menerapkan kerangka kerja;
 menerapkan kebijakan dan proses manajemen risiko ke proses organisasi;
 mematuhi persyaratan hukum dan peraturan;
 memastikan bahwa pengambilan keputusan, termasuk pengembangan dan
penetapan tujuan, sejalan dengan hasil dari proses manajemen risiko;
 menahan informasi dan sesi pelatihan; dan
 berkomunikasi dan berkonsultasi dengan para stakeholder untuk memastikan
bahwa kerangka kerja manajemen risiko tetap sesuai.
2. Menerapkan proses manajemen risiko
Manajemen risiko harus dilaksanakan dengan memastikan bahwa proses manajemen
risiko yang dijelaskan dalam klausa 5 diterapkan melalui rencana manajemen risiko di
semua tingkat dan fungsi organisasi yang relevan sebagai bagian dari praktis dan proses.

Monitoring & review tenaga kerja


Dalam rangka memastikan bahwa manajemen risiko secara efektif dan berkelanjutan
dalam mendukung kinerja organisasi, organisasi harus:
 mengukur kinerja manajemen risiko melalui indikator, yang secara berkala direview;
 mengukur secara berkala kemajuan dan penyimpangan dari rencana manajemen
risiko;
 meninjau secara berkala apakah kerangka kerja manajemen risiko, kebijakan dan
rencana masih sesuai, mengingat konteks eksternal dan internal organisasi;
 laporan risiko, kemajuan terhadap rencana manajemen risiko dan seberapa baik
kebijakan manajemen risiko dilaksanakan; dan
 review efektivitas kerangka kerja manajemen risiko.

Perbaikan kerangka kerja yang berkelanjutan


Berdasarkan hasil monitoring & review, keputusan harus dibuat bagaimana kerangka
manajemen risiko, kebijakan dan rencana dapat diperbaiki. Keputusan ini harus mengarah
pada perbaikan dalam manajemen risiko organisasi dan budaya manajemen risiko.

4. Jelaskan jenis-jenis kategori resiko dan cara pengukuran resiko, dan buatkan
contoh kasusnya
Jawab :
- Jenis-jenis kategori Resiko
Jenis resiko cukup beragam bentuknya, mulai dari risiko kebakaran, kecelakaan,
risiko kerugian, fluktuasi kurs, perubahan tingkat bunga, dan masih banyak lagi. Salah satu
cara yang paling mudah untuk mengelompokkannya dengan melihat tipe dari resikonya.
Resiko dibedakan menjadi risiko murni dan risiko spekulatif dengan penjelasan
sebagai berikut:
a. Risiko murni (pure risks)
Adalah suatu risiko dimana kemungkinan kerugian terjadi, akan tetapi kemungkinan
tidak terdapat keuntungan. Beberapa contoh dari jenis risiko ini adalah risiko
kecelakaan, kebakaran, rumah kebanjiran, dan lain lain.

b. Resiko spekulatif
Merupakan risiko dimana kita mengharapkan terjadinya kerugian sekaligus
mendatangkan keuntungan.  Contohnya usaha dibidang bisnis. Umumnya dalam
kegiatan bisnis, kita mengharapkan keuntungan, walaupun terdapat potensi kerugian.
Contoh lain dari adalah, bilamana kita membeli saham. bila harga saham mengalami
kenaikan (kita memperoleh keuntungan), bisa saja analisis kita salah, harga saham
bukannya meningkat, akan tetapi malah turun (menderita kerugian). Risiko spekulatif
juga dapat dikatakan sebagai resiko bisnis.
Disamping dua jenis risiko diatas, jenis resiko juga dapat dibedakan menjadi resiko
dinamis dan statis.
1. Risiko dinamis, merupakan risiko yang muncul akibat dari kondisi keseimbangan
tertentu. Contoh  risiko terkena petir, merupakan risiko yang muncul akibat kondisi
alam yang tertentu. Karakteristik risiko ini peraktis tidak berubah dari waktu ke
waktu.
2. Risiko statis, merupakan risiko yang muncul akibat dari perubahan kondisi tertentu.
Misalnya, perubahan kondisi masyarakat, perubahan teknologi, memunculkan jenis
jenis risiko baru. Misalkan, bila masyarakat semangkin kritis, sadar akan haknya,
maka risiko hukum yang muncul karena masyarakat lebih berani mengajukan
gugatan hukum terhadap perusahaan akan semakin tinggi.
Selain jenis resiko diatas, risiko juga dapat dikelompokkan menjadi risiko subjektif
dan objektif.
a. Risiko objektif, merupakan risiko yang didasarkan pada obsevasi parameter yang
objektif. Misalnya, fluktuasi harga atau tingkat keuntungan investasi di pasar
modal dapat diukur melalui standar deviasi, misal standar deviasi return saham adalah
25% per tahun.
b. Risiko subjektif yang berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap suatu risiko.
Dengan kata lain kondisi kondisi mental seseorang dapat menentukan kesimpulan tinggi
rendahnya suatu resiko tertentu. Misalnya, untuk standar deviasi return pasar yang
sama sebesar 25%, dua orang dengan keperibadian yang berbeda akan memiliki cara
pandang yang berbeda. Disatu sisi Orang yang konservatif akan mengganggap risiko
investasi dipasar modal terlalu tinggi. Di sisi lain orang yang agresif, resiko investasi
dipasar modal dianggap tidak terlalu tinggi. Kedua orang tersebut melihat pada risiko
objektif yang sama, yaitu standar deviasi return sebesar 25% per tahun.

- Cara Pengukuran Resiko dan Contoh kasusnya


1. Pengukuran resiko dengan distribusi probabilitas (kemungkinan)
Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi. Kemungkinan dari
kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang
spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil. Probabilitas dilambangkan
dengan angka dari 0 dan 1, dengan 0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak
mungkin dan 1 menandakan kejadian atau hasil yang pasti. Konsep probabilitas yaitu
dengan konsep mengenai “sample space”(lingkup kejadian) dan event suatu kejadian
atau peristiwa. Sample Space (Set S) merupakan suatu set dari kejadian tertentu yang
diamati.  Misalnya : jumlah kecelakaan mobil di wilayah tertentu selama periode
tertentu. Suatu Set S bisa terdiri dari beberapa segmen (sub set) atau event (Set E). 
misalnya : jumlah kecelakaan mobil di atas terdiri dari segmen mobil pribadi & mobil
penumpang umum.
Seberapa besar kemungkinan (probabilitas) risiko akan terjadi. Ada 5 (lima) kategori
probabilitas risiko:
a) Paling kecil kemungkinan terjadinya  (very rare);
b) Jarang (rare);
c) Mungkin (possible);
d) Sangat mungkin (likely); dan
e) Hampir pasti (almost certain).
Untuk menghitung secara cermat probabilitas dari kecelakaan mobil tersebut masing-
masing Set E perlu diberi bobot.  Pembobotan tersebut biasanya didasarkan pada bukti
empiris dari pengalaman masa lalu.  Misalnya :  untuk mobil pribadi diberi bobot 2,
sedang untuk mobil penumpang umum diberi bobot 1, maka probabilitas dari
kecelakaan mobil tersebut dapat dihitung dengan rumus:
a.       bilatanpabobot  :          P  (E)  =  E/S
b.      bila dengan bobot :       P (E)  =  W (E)
                                                   W (S)
Keterangan :      P (E)    =  probabilitas terjadinya event.
                             E          =  sub set atau event
                             S          =  sample space atau set
                             W        =  bobot dari masing-masing event
Contoh :
Dari catatan polisi diketahui jumlah kecelakaan mobil di Bandung selama tahun
2000 sebanyak 10.000 kali.  Dari jumlah tersebut, 1000 menimpa mobil pribadi dan
9000 menimpa mobil penumpang umum.
Dengan demikian probabilitas terjadinya kecelakaan mobil pribadi adalah :
a.  Tanpadibobot P (E)   = 1000/10.000 = 0,1 = 10 %
b.  Denganbobot P (E)   = 1,818  = 18,18 %

2.   Notional Risiko
Diukur berdasarkan nilai eksposur (obyek yang rentan terhadap resiko). Contohnya,
pengukuran risiko kredit dengan metode notional. Jika perusahaan meminjamkan uang
kepada pihak lain senilai Rp 2 milyar, maka besarnya risiko kredit berdasarkan
pendekatan notional adalah Rp 2 milyar.
3.      Sensitivitas Risiko
Diukur berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur (obyek yang rentan terhadap
resiko) terhadap perubahan faktor penentu. Contoh paling populer adalah risiko aset
keuangan atau sekuritas, yang diukur berdasarkan sensitivitas tingkat pengembalian
(return) aset yang bersangkutan terhadap perubahan tingkat pengembalian pasar.
Ukuran ini dikenal sebagai Beta Pasar. Contoh lain adalah degree of operating leverage
(DOL), yang mengukur sensitivitas laba operasi terhadap perubahan penjualan. DOL
digunakan sebagai ukuran risiko bisnis.
4.      Volatilitas Risiko
Diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur (obyek yang rentan terhadap
resiko) berfluktuasi (tidak tetap). Ukuran yang umum adalah standar deviasi
(penyimpangan). Semakin besar standar deviasi suatu eksposur, semakin berfluktuasi
(tidak tetap) nilai eksposur tersebut, yang berarti semakin Beresiko eksposur atau aset
tersebut.
5.      Pendekatan VaR ( value at risk )
Risiko diukur berdasarkan kerugian maksimum yang bisa terjadi pada suatu aset atau
investasi selama periode tertentu, dengan tingkat keyakinan (level of confidence)
tertentu. Untuk mengukur risiko dengan pendekatan VaR, diperlukan data standar
deviasi dan skor Z dari tabel distribusi normal. Contoh: diketahui standar deviasi dari
suatu aset bernilai Rp 1 juta adalah 2,4%. Pada tingkat keyakinan 95%, skor Z-nya
adalah 1,645. Maka besarnya risiko (dalam nilai Z) adalah 0,024 x 1,645 = 0,040. Jika
nilai Z tersebut dikembalikan ke nilai awalnya menjadi 0,040 x Rp 1 juta = Rp 40 ribu.
6.      Matriks frekuensi dan signifikansi risiko
Teknik pengukuran yang cukup sederhana (tidak terlalu melibatkan kuantifikasi yang
rumit) adalah mengelompokkan risiko berdasarkan dua dimensi yaitu frekuensi (jumlah)
dan signifikansi (meyakinkan). Terdapat 2 hal dalam proses tersebut yaitu :
 Mengembangkan standar risiko
 Menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi.
7.      Analisis skenario
Kemampuan manajer/perusahaan untuk memprediksi apa yang akan terjadi, dan
berapa besarnya kerugian yang diperoleh. Example: Teknik pengukuran berbeda tingkat
kecanggihannya (tingkat kuantifikasi), dalam artian   beda tipe resiko beda juga tekhnik
yang digunakan.

Berikut contoh tipe resiko dan teknik pengukurannya:


Tipe risiko Definisi Teknik pengukuran
Risiko pasar Harga pasar bergerak kea rah Value at Risk  (VAR),
yang tidak menguntungkan stresstesting
(merugikan)
Risiko kredit Counterparty tidak bisa Credit rating, creditmetrics
membayar kewajibannya  (gagal
bayar) ke perusahaan
Risiko perubahan tingkat Tingkat bunga berubah yang Metode pengukuran jangka
bunga mengakibatkan kerugian pada waktu, durasi
portopolio perusahaan

Risiko operasional Kerugian yang terjadi melalui Matriks frekuensi dan


operasi perusahaan (misal signifikansi kerugian, VAR
system yang gagal, serangan Operasional
teroris)
Risiko kematian Manusia mengalami kematian Probabilitas kematian dengan
dini (lebih cepat dari usia table mortalitas
kematian wajar)
Risiko kesehatan Manusia terkena penyakit Probabilitas terkena penyakit
tertentu dengan menggunakan table
morbiditas

Risiko teknologi Perubahan teknologi mempunyai Analisis skenario


konsekuensi negative terhadap
perusahaan

Anda mungkin juga menyukai