Anda di halaman 1dari 16

RESIKO BISNIS

1. Definisi Resiko
Pada kehidupan manusia itu selalu berkisar antara ketidakpastian yang
berkepanjangan dan terus menerus. Keadaan tidak pasti tersebut lazim disebut sebagai
suatu risiko. Bahwa manusia itu selalu menghadapi risiko, karena memang
sesungguhnya manusia pada hakekatnya merupakan suatu obyek tumpuan risiko, yang
sebagaimana sifat hakiki manusia itu sendiri. Jadi risiko itu memang suatu yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Disamping itu tidak ada seorangpun yang
bebas dari suatu risiko.

Secara lebih jelas. Sr. Diacon dan RL. Carter, mengatakan : “ Risiko itu ada
setiap kali orang tidak menguasai dengan sempurna, atau mengetahui lebih dulu
mengenai masa depan “
Misalnya risiko dalam menjalankan kendaraan bermotor, tidak ada seorang
pengemudi yang dapat menjamin bahwa ia akan selalu selamat dalam perjalanan,
namun juga kecelakaan yang mengakibatkan kerugian.

Arti dan pengertian risiko, sebenarnya tidak dapat segera di jawab, mengingat
luasnya ruang lingkup serta banyaknya segi-segi yang mempengaruhinya. Disamping
itu juga karena banyaknya pendapat dari para sarjana yang memberikan pengertian dan
batasnya sesuai sudut pandang dan titik berat dari mana seseorang itu melihat dan
mengamatinya.
Risiko adalah “ sebagai suatu konsep dengan beberapa arti, yang pemakaiannya
tergantung kepada hubungan-hubungan apa dan disiplin ilmu dari mana orang
memandang. Sebagaimana digunakan oleh Robert I. Mahr dan Emerson Cammack
dalam bukunya Principle of insurance. Selanjutnya juga dinyatakan bahwa pengertian
risiko apabila dipergunakan secara longgar, akan berarti “ mengalami kemalangan atau
kebahagiaan”
Seorang ahli matematika mendifinisikan risiko sebagai berikut : “ suatu tingkat
penyebaran dari nilai-nilai dalam suatu pembagian sekeliling, suatu kedudukan secara
seimbang, makin besar tingkat penyebaran makin besar pula risiko”. Keterkaitan antara
matematika dan ketidakpastian, akan menimbulkan suatu teori risko yang mempunyai
peranan sangat penting dalam asuransi. Teori risiko merupakan suatu teori dari
matematika yang memberikan prediksi untuk mengatasi kemungkinan yang dapat
terjadi.
Teori risiko mempunyai kaitan yang erat dengan asuransi, karena teori risiko
dapat memberikan suatu gambaran untuk waktu yang akan datang dengan lebih dahulu
memberikan ramalan terhadap suatu rospek. Mengingat arti dan pengertian risiko hanya

1
berkaitan atau berhubungan dengan asuransi atau pertanggungan saja, maka menurut
Robert I. Mahr CS, dalam bukunya menyatakan bahwa : “risiko mempengaruhi
asuransi, sehingga secara sederhana risiko dapat disebut sebagai ketidakpastian
mengenai kerugian”
“ Ketidakpastian adalah sebagai suatu keadaan yang belum pasti terjadi, dan
yang merupakan satu keadaan yang dihadapi oleh manusia dalam setiap kegiatannya.
Oleh karena itu tepat apa yang disitir oleh Prof. Emmy Pangaribuan Simajuntak, dalam
bukunya Hukum Pertanggungan dan perkembangan. “ Setiap manusia yang menghadapi
kemungkinan akan kehilangan hak miliknya karena berbagai sebab.

Selanjutnya Ferdinand silalahi dalam bukunya menejemen risiko dan asuransi


berpendapat, Setiap orang, rumah tangga, perusahaan dan bagian-bagian dari organisasi-
organisasi lain, dalam setiap kegiatannya mengandung risiko, karena apa yang akan
terjadi di waktu yang akan datang tidak dapat diketahui secara pasti (the future is
unknown). Risiko merupakan suatu variasi kemungkinan kejadian yang akan terjadi
pada waktu yang akan datang. Dengan demikian, risiko ada jika paling sedikit ada dua
kemungkinan kejadian yang akan terjadi. Makin besar risiko berarti mungkin sulit
meramalkan kejadian yang akan datang.

Frans Wijono dalam Workshop khusus bagi pegawai Direktorat Asuransi


Departeman Keuangan beliau berpendapat Dalam menjalankan kegiatannya, semua
manusia dalam kedudukanya dan profesi apapun akan selalu menghadapi risiko. Namun
kalau kita perhatikan lebih jauh, apa yang dimaksud dengan risiko itu, setiap orang akan
mengartikannya secara tidak sama. Pada umumnya masyarakat mengartikan risiko itu
sebagai berikut :

 Risiko diartikan sebagai suatu bahaya, hal ini dapat kita simpulkan dalam
kalimat seperti kalau ngebut, risikonya besar. Maksudnya adalah bahwa ngebut
itu bahayanya besar.
 Risiko diartikan sebagai obyek, bila seorang akan mengasuransikan maka akan
ditanyakan, risiko apa yang akan diasuransikan. Risiko di sini ditafsirkan
sebagai obyek, yaitu obyek apakah yang akan di asuransikan.
 Risiko diartikan sebagai kerugian, misalnya kalau naik sepeda motor ngebut,
maka kalau terjadi kecelakaan risikonya akan besar Risiko di sini diartikan
sebagai kerugian.
 Risiko diartikan sebagai kemungkinan, misalnya kalau seseorang mengikuti
ujian, maka risikonya lulus atau tidak lulus.
Jeff Woodward, dalam buknya Insurance Principle disebutkan bahwa, di dalam
industri asuransi, risiko itu diartikan sangat khusus dan sangat sederhana. Secara
operasional, risiko diartikan sebagai uncertainty of financial loss atau kerugian yang
tidak pasti. Jadi risiko mempunyai dua unsur, yaitu ketidakpastian dan kerugian
(uncertainty dan loss). Oleh karena itu, apapun yang dapat menyebabkan timbulnya

2
kerugian itu disebut sebagai risiko. Apabila dalam difinisi itu kita bicara tentang
ketidakpastian, berarti kita bisa menderita suatu kergian. Namun itu tidak perlu
diartikan bahwa kita akan mengalami kerugian. Disini ada unsur keragu-raguan atau
ketidakpastian.

2. Resiko dan Wirausahawan


Resiko adalah segala sesuatu yang menghambat tercapainya satu tujuan. Jadi
sebelum kita sampai ke pembahasan tentang keuntungan-keuntungan menjadi
wirausaha, mungkin akan lebih bak jika kita terlebih dahulu mengetahui apa saja resiko
wirausaha. Jadi sangat penting mengetahui resiko wirausaha? Sangat Penting! Kenapa
kita perlu mengetahui resiko wirausaha?

Berikut adalah beberapa resiko wirausaha yang sering dijumpai :


 Resiko Administrasi seperti kurangnya modal, kredit macet, laporan keuangan
tidak jelas, penempatana tenaga kerja tidak tepat.
 Resiko Pemasaran yang memungkinkan barang tidak laku, harga turun naik,
tingkat penjualan rendah dan saluran distribusi yang tidak jelas
 Resiko Produksi yang bermasalah seperti perawatan mesin, proses produksi
terhambat, tenaga tidak memadai atau SDM tidak dapat diandalkan, waktu yang
kurang dan bahan baku tidak siap.
 Resiko Administrasi seperti kurangnya modal, kredit macet, laporan keuangan
tidak jelas, penempatana tenaga kerja tidak tepat.
 Cara pengelolaan yang kurang dalam administrasi, produksi dan pemasaran
 Resiko Pemasaran yang memungkinkan barang tidak laku, harga turun naik,
tingkat penjualan rendah dan saluran distribusi yang tidak jelas
 Resiko Produksi yang bermasalah seperti perawatan mesin, proses produksi
terhambat, tenaga tidak memadai atau SDM tidak dapat diandalkan, waktu yang
kurang dan bahan baku tidak siap.
Wirausahawan juga harus mampu menerima adanya perubahan berinovasi,
kreatif, pretatif, dan melaksanakan alternatif. Mampu bersaing, mengembangkan dan
menghasilkan produk, barang, jasa yang berkualitas dan berani menerima tantangan
serta resiko yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Wirausaha harus memiliki
perecanaan yang tepat dan matang serta dapat melaksanakannya dengan baik.
Menjalankan bisnis sesuai visi dan misi yang sudah ditentukan.
Mengetahui resiko yang muncul dalam sebuah bisnis adalah untuk
meminimalisir kerugian dimasa mendatang. Bila sudah diminimalisir maka peluang
untuk rugi atau gagal dalam menjalankan usaha sangatlah kecil. Selanjutnya jika
peluang rugi sudah diperkecil, maka peluang untung juga akan besar.

3
Sering sekali kita terburu-buru dalam mengambil keputusan. Terlalu semangat.
Padahal belum membaca pasar sama sekali. Tidak belajar dari orang memiliki usaha
yang sama dengan yang akan dibuka. Tahukah anda, jika ingin disebut sebagai
Wirausaha. Ia harus mampu menanggung resiko yang berbeda. Karena kalau kita tidak
mampu, siap-siap bisnis anda bangkrut karena utang menumpuk.
Kemampuan memperkecil resiko usaha itu adalah keterampilan seorang
wirausaha yang dapat ditingkatkan dan dikembangkan.
Tapi ada kok usaha teman atau saudara yang sukses tanpa mempelajari tentang
resiko usaha. Memang ada. Tidak hanya usaha milik saudara anda yang sukses
walaupun tidak mengeahui resiko bisnis. Mungkinkan da memiliki keberuntungan.
Keberuntungan yang tepat, dimana ketika ia mendapat masalah. Ia selalu beruntung
mendapat bantuan ketika bisnisnya diterpa masalah, ia mendapat keberuntungan dengan
selalu mempunyai jalan keluar saat ada masalah dalam bisnisnya.

3. Manfaat Manajemen Resiko


Manajemen risiko sangat penting untuk dilakukan karena bisa mempersiapkan
perusahaan untuk menghadapi kondisi tertentu yang menyebabkan kerugian bagi
perusahaan. Adapun manfaat manajemen risiko bagi perusahaan sebagai berikut.
 Manajemen risiko bisa mencegah kegagalan sehingga peningkatan laba bisa
dilakukan atau setidaknya kerugian perusahaan tidak terlalu besar.
 Manajemen risiko bisa melindungi perusahaan dari risiko murni karena kreditor
pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang terlindungi mungkin
dengan asuransi tertentu sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan
public image.
 Manajemen risiko bisa memberikan informasi dan persektif kepada pihak
manajemen perusahaan tentang profil risiko serta perubahan yang mendasar
tentang produk, pasar, lingkungan bisnis, dan perubahan lainnya yang
diperlukan dalam proses manajemen risiko
 Manajemen risiko bisa membuat cadangan yang memadai untuk mengantisipasi
risiko yang terukur sehingga potensi kerugian yang relatif lebih besar bisa
dihindari.
 Manajemen risiko bisa menghitung dan mengukur besarnya risk exposure dan
menetapkan alokasi sumber-sumber dana sekaligus limit risiko yang lebih tepat.
Seorang manajer pendanaan (fund manager) atau investor sangat jeli saat
melakukan manajemen risiko karena potensi kerugian yang mungkin dialami ketika
berinvestasi harus bisa diprediksi. Setelah mengetahui risiko yang mungkin terjadi,
selanjutnya bisa menyusun rencana dan mengambil tindakan yang tepat untuk
mengurangi nilai risiko tersebut sesuai dengan tujuan investasi. Risiko yang mungkin
dihadapi dapat ditoleransi berdasarkan beberapa kategori risiko. Risiko yang

4
menimbulkan bahaya kecil biasanya dibiarkan, sedangkan risiko yang menimbulkan
bahaya besar bagi perusahaan cenderung harus dihindari atau disiapkan strategi yang
terperinci untuk mengatasinya.

4. Tahap-tahap Dalam Melaksanakan Manajemen Resiko


Manajemen risiko harus menerapkan beberapa tahapan efektif yang harus
dilakukan. Tahapan-tahapan dalam manajemen risiko yang dimaksud sebagai berikut.
1. Lingkungan internal (internal environment) berhubungan dengan lingkungan
internal perusahaan sehingga struktur organisasi perusahaan, budaya kerja, dan
pendelegasian wewenang harus jelas dan tertulis.
2. Penentuan sasaran (objective setting) bagi perusahaan harus memiliki tujuan
yang jelas dari organisasi yang sudah dibentuk sehingga risiko yang mungkin
terjadi lebih mudah diidentifikasi, diakses, dan dikelola sesuai tujuan yang telah
dibuat.
3. Identifikasi peristiwa (event identification) dilakukan setelah tujuan organisasi
dibuat. Perusahaan juga harus mengidentifikasi kejadian yang berpotensi
memengaruhi pencapaian dan strategi dalam kegiatan operasional. Hal yang
berisiko memengaruhi tujuan organisasi yang menimbulkan efek positif dan
negatif bagi perusahaan.
4. Penilaian risiko (risk assessment) dilakukan untuk menilai dan mengukur
seberapa besar kejadian atau keadaan yang bisa mengganggu pencapaian tujuan.
5. Tanggapan risiko (risk response) harus dilakukan oleh perusahaan setelah
mengetahui hasil dari penilaian risiko tersebut. Perusahaan bisa melakukan
beberapa langkah tindakan seperti menerima, memindahkan risiko, mengurangi,
dan menghindari risiko sesuai dengan penilai risiko yang telah dibuat.
6. Aktivitas pengendalian (control activities) harus dilakukan untuk menyusun
kebijakan dan prosedur agar manajemen risiko bisa terlaksana secara efektif.
7. Informasi dan komunikasi (information and communication) juga harus
dilakukan untuk menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait
dengan kualitas informasi yang tepat serta arah dan alat komunikasi yang sesuai
prosedur.
8. Pemantauan (monitoring) harus dilakukan secara konsisten untuk menghindari
pelaporan yang tidak lengkap, berlebihan, atau terjadinya kecurangan/pemalsuan
data tertentu.
Setelah mengetahui secara mendalam tentang manajemen risiko tentu akan
mempermudah untuk melaksanakan berbagai kebijakan dan keputusan pihak
manajemen agar perusahaan terhindar dari risiko atau kerugian yang mengancam
keberlangsungan perusahaan.

5
5. Tipe Resiko
Risiko memiliki berbagai macam jenis dan tipe untuk mempermudah dalam
mengelompokkanya dan menemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Beberapa
tipe dari risiko yang mungkin akan muncul adalah sebagai berikut:

 Strategic Risk

Strategic risk adalah risiko yang mungkin muncul ketika strategi dari perusahaan
menjadi tidak efektif dan akhirnya perusahaan mengalami kesulitan dalam mencapai
tujuannya. Permasalahan seperti ini bisa saja muncul ketika adanya perubahan
teknologi, adanya kompetitor baru yang cukup kuat, perubahan pada permintaan pasar
atau perubahan lainnya yang memiliki dampak besar.

 Compliance Risk

Risiko ini dapat dikatakan sebagai risiko yang muncul dari luar. Perubahan yang
selalu terjadi akan mengharuskan kita melakukan penyesuaian terhadap perubahan
tersebut. Contohnya saja ketika sebuah produk akan diekspor keluar negeri. Tentunya
produk yang dieskpor haruslah memenuhi peraturan yang ada pada negara tujuan yang
tentunya memiliki risiko yang harus diminimalisir dengan baik.

 Operational Risk

Selain pada lingkungan eksternal, risiko juga dapat muncul dari dalam atau
internal. Operational risk adalah risiko yang muncul dari operasional harian. Risiko ini
bisa ditimbulkan dari kesalahan teknis, atau kesalahan yang dilakukan oleh pegawai
maupun proses yang ada.

 Financial Risk

Sebagian dari kategori risiko yang ada memang menyebabkan membengkaknya


biaya yang harus dibayarkan. Akan tetapi tipe dari risiko ini menspesifikkannya pada
alur uang yang masuk dan keluar dan kemungkinan adanya ketidakstabilan keuangan
secara tiba-tiba.

 Reputational Risk

Reputasi adalah segalanya dan risiko yang mengancamnya masuk dalam tipe ini.
Jika reputasi yang baik rusak, maka bisa saja dapat mempengaruhi pemasukan dari
perusahaan dan mengurangi kepercayaan dari pelanggan. Selain itu stakeholder luar
akan enggan melakukan hubungan apapun terhadap perusahaan hingga dapat
menyebabkan kebangkrutan pada perusahaan. Risiko ini dapat berbentuk penarikan
masal produk cacat atau gagal, gugatan hukum yang cukup besar, ataupun bahkan
review buruk yang terjadi secara berantai.

6
6. Mengelola Resiko
Dalam beraktivitas, yang namanya risiko pasti terjadi dan sulit untuk dihindari
sehingga bagi sebuah lembaga bisinis seperti misalnya : perbankan sangat penting untuk
memikirkan bagaimana mengelola atau men-manage risiko tersebut,Pada dasarnya
risiko itu sendiri dapat dikelola dengan beberapa cara ,yaitu:
a. MEMPERKECIL RISIKO

Keputusan untuk memperkecil risiko adalah dengan cara tidak memperbesar


setiap keputusan yang mengandung risiko tinggi tapi membatasinya bahkan
meminimalisasinya agar risiko tersebut tidak bertambah besar diluar dari kontrol pihak
manjamen perusahaan .Karena mengambil keputusan diluar dari pemahaman
manajemen perusahaan maka itu sama artinya dengan melakukan keputusan yang
sifatnya spekulasi.
b. MENGALIHKAN RISIKO
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima
tersebut kita alihkan ketempat lain sebagian ,seperti dengan keputusan
mengasuransikan bisnis guna untuk menghindari terjadinya risiko yang sifatnya tidak
diketahui kapan waktunya..

c. MENGONTROL RISIKO
Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan
antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi . Kebijakan seperti ini
biasanya dilakukan dengan memasang alat pengaman atau pihak penjaga keamanan
pada tempat-tempat yang dianggap vital.Seperti memasang alarm kebakaran pada
rumah dan menempatkan satpam pada siang atau malam.

d. PENDANAAN RISIKO
Keputusan pendanaan risiko merupakan menyangkut penyediaan sejumlah
dana sebagai cadangan (reserve ) guna untuk mengantisipasi timbulnya risiko di
kemudian dari seperti perubahan nilai tukar dolar mata dollar terhadap mata uang
domestik di pasaran. Maka kebijakan sebuah perbankan adalah harus memiliki
cadangan dalam bentuk mata uang dollar sehingga jumlah perkiraan akan terjadi
kenaikan perubahan tersebut.

7. Alternatif-alternatif Menghindari Resiko


Untuk menghindari risiko yang timbul terhadap aktivitas. investasi yang
dilakukan perlu dilakukan alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan. Alternatif
keputusan yang diambil adalah yang dianggap realistis dan tidak akan menimbulkan
masalah nantinya. Tindakan seperti ini dianggap sebagai bagian strategi investasi.

7
Bahwa berbagai keputusan-keputusan strategi akan menghasilkan nilai yang
lebih besar bagi perusahaan. Tindakan lanjut dari keputusan strategis ini adalah dengan
melibatkan secara maksimal sumber daya yang ada untuk mengimplementasikan
keputusan yang dimaksud dan menentukan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas
implementasi ini. Artinya adalah risiko yang timbul merupakan bentuk realita yang
terjadi yang mana risiko itu selalu saja sulit untuk di hindari namun diusahakan terjadi
dalam jumlah yang sangat minim.
Contoh sederhana dalam usaha menghindari risiko bisnis adalah pada saat orang
pebisnis membutuhkan pinjaman dana untuk melakukan usahanya adalah sebesar Rp 2
miliar maka sebaiknya ia mengajukan pinjaman sebsar Rp 2,3 miliar. Dalam artian
angka yang berlebihan Rp 300 juta lagi itu tetap saja disimpan di bank sebagai bentuk
heding (lindung nilai) atau semacam antisipasi jika dalam proses pelunasan tersebut ia
mengalami kendala atau tidak tercapainya target keuntungan secara sistimatis dari hasil
usaha maka untuk sementara waktu ia bisa menggunakan angka yang tersimpan di bank
tersebut untuk membayar cicilan pinjaman. Dengan begitu pihak pemberi pinjaman
akan melihat bahwa nasabahnya tersebut tidak mengalami kesulitan dalam melunasi
pinjaman dan sudah pasti penilaian yang baik ini bisa saja bila pihak nasabah dalam
pertengahan pembayaran yang sudah mencapai 50% pelunasan mengajukan lagi
tambahan pinjaman tapi dengan konsep yang sama tentunya, maka bukan tidak mungkin
pemberi pinjaman akan segera mencairkan. Perlunya dibuat posisi hedging
dimaksudkan guna mengantisipasi kondisi ekonomi yang sering berubah dan tak
menentu seperti kondisi fluktuatif pada Negara Indonesia dan beberapa perusahaan
swasta karena memiliki tingkat hutang valas tinggi.

8. Manajemen Perusahaan Dan Manajemen Resiko

8.1 Manajemen Perusahaan


a. Pengertian Manajemen Perusahaan
Manajemen Perusahaan secara umum adalah serangkaian unsur dalam
perusahaan sebagai proses memimpin, mengarahkan dan
mengadministrasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Melalui
penjelasan pengertian manajemen perusahaan tersebut sudah terlihat bahwa
manajemen adalah unsur penting yang harus dimiliki sebuah perusahaan atau
bisnis.
Dalam sebuah perusahaan, manajemen merupakan komponen penting
yang harus dimiliki perusahaan untuk mewujudkan visi misi yang ingin
dicapai. Tanpa adanya manajemen perusahaan yang baik atau struktur
organisasi yang jelas, tujuan perusahaan akan sulit dicapai dan justru

8
menimbulkan ketidakjelasan pekerjaan dan tanggung jawab setiap anggota
atau timnya.
Menurut George R. Terry (1997), manajemen di perusahaan adalah
suatu proses yang berbeda terdiri dari perencanaan (planning), penyusunan
(organizing), pengarahan (actuating), dan pengendalian (controlling) dimana
dilakukan untuk mencapai tujuan utama perusahaan dengan melibatkan
manusia dan sumber daya lainnya.

b. Fungsi Manajemen Perusahaan


Dengan adanya manajemen perusahaan yang baik dan terstruktur dalam
sebuh bisnis atau organisasi memiliki beberapa fungsi penting antara lain
sebagai berikut:

1. Memimpin (Leading)
Manajemen perusahaan yang dijalankan oleh seorang manajer yang
bertindak untuk memimpin agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Adanya
seorang manajer yang menjalankan manajemen perusahaan memiliki tugas
untuk:

 Mengambil keputusan
 Melakukan komunikasi
 Memberi motivasi
 Menentukan sumber daya manusia untuk masuk divisi tertentu
 Pengembangan SDM melalui penilaian terhadap hasil kinerja dengan
memberikan saran maupun promosi.

2. Merencanakan (Planning)

Manajemen di dalam perusahaan berfungsi sebagai perencana kegiatan


dan aktivitas seperti apa yang akan dilakukan anggota perusahaan.
Perencanaan tersebut meliputi:

 Menentukan jenis kegiatan


 Menetapkan waktu pelaksanaan kegiatan
 Membuat target atau sasaran dari setiap kegiatan
 Mengatur jadwal (scheduling)
 Mengendalikan biaya agar tidak overbudget
 Membuat standar operasional prosedur dari setiap kegiatan
Fungsi ini sangat penting karena tanpa adanya manajemen perusahaan
yang baik, perusahaan akan sulit bergerak sesuai dengan tujuannya.

9
3. Menyusun (Organizing)
Adanya manajemen perusahaan dapat berperan sebagai pengatur dan
penghubung antar divisi pekerjaan sehingga pelaksanaan setiap
tanggungjawab lebih efisien dan efektif, seperti:

 Membuat desain struktur organisasi


 Menentukan job description
 Mendelegasikan tanggung jawab
 Menetapkan hubungan-hubungan yang membedakan antara atasan dan
staff
 Mendeskripsikan setiap yang hal yang berkaitan dengan pemanfaatan
sumber daya manusia.

4. Pengawasan (Controlling)
Setiap kegiatan dan tanggung jawab masing-masing divisi di dalam
perusahaan perlu dilakukan pengawasan guna pengendalian jika sewaktu-
waktu terjadi penyimpangan dari suatu divisi. Manajer perusahaan
berkewajiban untuk mengarahkan, memberi saran dan menentukan keputusan
seperti apa yang harus diambil jika terjadi penyimpangan.
Kegiatan pengawasan, pengendalian dan pengamatan meliputi:

 Perkembangan pekerjaan
 Pengukuran hasil pekerjaan
 Melakukan tindakan koreksi dan perbaikan terhadap kesalahan

c. Tingkat Level Manajemen Perusahaan


Umumnya level atau tingkatan manajemen dalam perusahaan terdiri
dari beberapa bagian, diantaranya:
1. Top Management
Pada level ini terdiri dari Boards of Director atau lebih dikenal
dengan Chief Of Executif, dan Senior Executif.

2. Midle Management
Pada tingkatan ini terdiri Departement of Division Head.

3. Lower Management
Di level ini terdiri dari Superintenden, General Foreman, dan
Supervisor.

10
Jika mengacu kepada kemampuan manajerial dan kemampuan berfikir
maka mereka yang berada pada tingkatan tertinggi akan dituntut
kemampuannya dalam hal konseptual. Sedangkan mereka yang posisinya
berada di level bawah akan dituntut kemampuannya dalam hal teknis
operasional dan kemampuan mikro.

d. Tugas Manajemen Perusahaan


Untuk mewujudkan fungsi-fungsi tersebut, perusahaan biasanya
memiliki beberapa komponen manajemen perusahaan yang terbagi
berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya. Tugas dan tanggungjawab
tersebut diwujudkan melalui sistem atau divisi atau disebut juga departemen
yang bertingkat yaitu:
1. Human Research
Divisi ini bertugas sebagai penilai yang memberikan saran dan
wawasan terhadap sumber daya yang biasanya dipimpin oleh seorang
HRD.

2. Credit Risk
Divisi yang bertanggung jawab untuk melindungi dan memberi
pengawasan terhadap aset perusahaan serta memegang informasi
lengkap yang dapat berpengaruh terhadap perusahaan.

3. Corporate Treasury
Divisi yang bertanggungjawab untuk mengelola keuangan
perusahaan.

4. Compliance
Divisi yang bertindak untuk mengidentifikasi dan memberi
bimbingan terhadap pelanggaran aturan serta mendesain aturan yang
efektif untuk mendukung komitmen perusahaan.

5. Firm Risk Management


Divisi yang bertanggung jawab atas pengembangan manajemen
risiko.

6. Firm Strategy and Execution


Divisi yang bertanggungjawab untuk membantu dalam
pengambilan keputusan.

11
7. Finance
Divisi yang melaporkan keuangan perusahaan kepada pimpinan.

8. Internal Audit
Divisi ini bertugas memberikan tinjauan independen dari kualitas
pengendalian internal, manajemen risiko, dan sistem tata kelola proses
perusahaan.

9. Market Risk
Divisi ini bertugas mengelola semua eksposur risiko pasar dalam
kegiatan bisnis perusahaan.

10. Operational Risk


Bagian dari perusahaan yang bekerja sama dengan unit bisnis dan
kelompok kontrol untuk membantu memastikan perusahaan memiliki
program yang transparan.

8.2 Manajemen Resiko


a. Pengertian Manajemen Resiko
Manajemen risiko adalah suatu proses identifikasi, analisis, penilaian,
pengendalian, dan upaya menghindari, meminimalisir, atau bahkan
menghapus risiko yang tidak dapat diterima.
Dalam hal ini risiko berhubungan dengan pendekatan atau metodologi
dalam menghadapi ketidakpastian dalam bisnis. Dalam KBBI arti kata risiko
adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari
suatu tindakan. Ketidakpastian ini bisa berupa ancaman, pengembangan
strategi, dan mitigasi risiko.
Dalam perusahaan, manajemen risiko (risk management) adalah suatu
proses perencanaan, pengaturan, pemimpinan, dan pengontrolan aktivitas
sebuah organisasi untuk meminimalisir resiko pendapatan perusahaan.
Menurut Djojosoedarso (1999), manajemen risiko adalah pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang
dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. Hal ini
mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun,
memimpin/mengkoordinir, dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program
penanggulangan risiko.

12
b. Tujuan Manajemen Resiko
Secara umum ada enam tujuan risk management dalam perusahaan atau
badan usaha, diantaranya adalah:

1. Melindungi Perusahaan
Memberikan perlindungan terhadap perusahaan dari tingkat risiko
signifikan yang bisa menghambat proses pencapaian tujuan perusahaan.

2. Membantu Pembuatan Kerangka Kerja


Membantu dalam proses pembuatan kerangka kerja manajemen
risiko yang konsisten atas ririko yang ada pada proses bisnis dan fungsi-
fungsi di dalam sebuah perusahaan.

3. Mendorong Manajemen Agar Proaktif


Mendorong manajemen agar bertindak proaktif dalam
mengurangi potensi risiko, dan menjadikan manajemen risiko sebagai
sumber keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan.

4. Sebagai Peringatan untuk Berhati-Hati


Mendorong semua individu dalam perusahaan agar bertindak
hati-hati dalam menghadapi risiko perusahaan demi tercapainya tujuan
yang diinginkan bersama.

5. Meningkatkan Kinerja Perusahaan


Membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan
menyediakan informasi tingkat risiko yang disebutkan dalam peta
risiko/ risk map. Hal ini juga berguna dalam pengembangan strategi dan
perbaikan proses risk management secara berkesinambungan.

6. Sosialisasi Manajemen Risiko


Membangun kemampuan individu maupun manajemen untuk
mensosialisasikan pemahaman tentang risiko dan pentingnya risk
management.

c. Jenis-Jenis Manajemen Resiko


Seiring dengan perkembangannya, manajemen risiko terbagi dalam
beberapa hal; Resiko Operasional, Resiko Hazard, Resiko Finansial, Resiko
Strategik.
1. Manajemen Risiko Operasional
Manajemen ini berkaitan dengan resiko yang timbul akibat gagal
fungsi proses internal, misalnya karena human error, kegagagalan

13
sistem, faktor luar seperti bencana dsb. Dalam menejemen resiko
operasional, ada empat faktor penyebab resiko antara lain manusia,
proses, sistem dan kejadian eksternal.
Dengan memahami manajemen risiko ini, perusahaan bisa
mengambil langkah preventif atau bahkan sanksi supaya kapasitas
produksi dan layanan terjaga semisal ada hal yang tidak diinginkan
terjadi.

2. Manajemen Hazard
Manajemen hazard berkaitan dengan kondisi potensial yang
mengakibatkan kebangkrutan dan kerusakan. Ketika kita membahas
hazard, tentu kita juga membahas peril. Resiko perilaku yaitu peristiwa
yang bisa menimbulkan kerugian bisnis. Dalam hal ini ada tiga macam
hazard yang harus diketahui, antara lain legal hazard, physical hazard
dan moral hazard.
Contoh hazard legal misalnya pelanggaran atau pengabaian
peraturan bisnis yang bisa menyebabkan kebangkrutan, seperti
pelanggaran SOP atau peraturan perusahaan yang akhirnya berakibat
fatal. Sementara physical hazard bisa berupa mesin yang sudah tua dan
menimbulkan resiko kerugian saat produksi.
Seperti kecelakaan pegawai karena mesin dan sebagainya. Untuk
moral hazard contohnya yaitu sikap seorang karyawan dilingkungan
kerja yang menimbulkan kerugian. Misalnya karyawan tidak jujur dan
sering korupsi uang. Atau karyawan yang tidak melayani konsumen
dengan baik sehingga berakibat buruk pada perusahaan.

3. Manajemen Resiko Finansial


Manajemen resiko finansial yaitu upaya pengawasan resiko dan
perlindungan hak milik, keuntungan, harta dan aset sebuah badan usaha.
Pada prakteknya, proses pengelolaan resiko ini meliputi identifikasi,
evaluasi dan melakukan pengendalian resiko bila ditemukan hal yang
mengancam keberlangsungan organisasi.
Manajemen ini sangat penting karena ini merupakan salah satu
sumber daya perusahaan. Karena itu seorang akuntan harus benar-benar
mempertimbangkan berbagai resiko lainnya yang berhubungan dengan
keuangan, seperti:

 Resiko likuiditas
 Diskpntinuitas pasar
 Resiko kredit
 Resiko regulasi
 Resiko pajak

14
 Resiko akuntansi

Menejemen ini juga tidak lepas dari perubahan kurs mata uang
yang erat kaitannya dengan perubahan inflasi, neraca perdagangan,
kapasitas utang, suku bunga dsb.

15
DAFTAR PUSTAKA
Jeff Woodward, 1986, Insurance Principle, The Merrit Company
Frans Wijono, 1994 : “Workshop khusus bagi pegawai Direktorat Asuransi
Departeman Keuangan” pada bulan Pebruari 1994 di Departemen
Keuangan Jakarta.
H. Abbas Salim, 2005, Asuransi & Manajemen Risiko, PT. Raja Grafindo,
Jakarta
FerdinandSilalahi, 1997, Manajemen Risiko dan Asuransi, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta,
Robert Riegel, et, al., 1976, Insurance Principles Property and liability
Emmy Pangaribuan Simajuntak, 1980, Hukum Pertanggungan dan
Perkembangan, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta, Jakarta,
Gunarto, 1984, Asuransi Kebakaran di Indonesia, Tirta Pustaka, Jakarta
Sri Redjeki Hartono, 1990, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi,
Sinar Grafika, Jakarta,
Irham Fahmi, 2010. Manajemen risiko teori, kasus dan solusi. Penerbit
Alfabeta, Bandung.

16

Anda mungkin juga menyukai