Anda di halaman 1dari 13

RESUME MANAJEMEN RISIKO

PEMINDAHAN RISIKO PADA PERUSAHAAN ASURANSI


Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Hj. Marhawati, M.Si

Disusun Oleh:
Mursadilla
21090350102

Kelas Manajemen E
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Negeri Makassar
Tahun 2023
BAB 1
PENDAHULUAN

Risiko merupakan hal yang tidak mungkin dihindari dalam kehidupan ini, mengatur risiko
dengan tujuan mengurangi atau memindahkan risiko kepada pihak lain adalah hal yang dapat
dilakukan pelaku bisnis.
Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada
tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang. Asuransi merupakan suatu metode
untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan mengombinasikan ketidakpastian
akan adanya kerugian keuangan (finansial)
Asuransi akan membantu untuk mengganti biaya kerugian yang diderita oleh pelaku bisnis
bisa diperkecil. Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan
mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yag diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung.
Mekanisme ini sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan risiko.
Secara rasional, para pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang
dihadapi. Pada tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga diperlukan untuk
mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu anggota
keluarga yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia. Dalam hal ini akan dibahas
lebih lanjut mengenai pemindahan risiko kepada perusahaan asuransi
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi


Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan
cara mengalihkan/transfer risiko dari satu pihak ke pihak lain dalam hal ini
adalah perusahaan asuransi. Sedangkan menurut UU No. 2 Tahun 1992 Tentang
Usaha Perasuransian yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang perasuransian, dikatakan
bahwa asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis yang menjadi dasar penerimaan premi oleh perusahaan asuransi
sebagai imbalan untuk:
1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tangggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu perisiwa yang tidak
pasti
2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung
atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat
yang besarnya telah ditetapkan dan/ atau didasarkan pada hasil pengelolaan
dana.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246, dikatakan bahwa
asuransi atau pertanggungjawaban adalah suatu perjanjian yang mana seorang
penanggung, mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi untuk
memberi pergantian kepadanya suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tak tentu. Definisi ini menunjukkan terdapat empat unsur penting dalam
asuransi, yaitu pihak tertanggung (insured), penanggung (insurer), suatu peristiwa
(accident), dan kepentingan (interest).
Dalam konsep manajemen risiko pada risiko perusahaan asuransi terdapat dua pihak,
yaitu:
1) Penanggung
2) Tertanggung
Dalam hal ini, penanggung adalah perusahaan asuransi yang akan memberikan
penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,
biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau memberikan pembayaran yang
didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada
hidup tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan. Tertanggung
adalah yang membayar uang premi ke pihak penanggung.
Manfat asuransi yang sebenarnya adalah mengganti kerugian bagi mereka yang
menderita menderita kerugian tak diharapkan. Mereka-mereka ini dipulihkan atau
setidak-tidaknya untuk mengubah posisi ekonomi yang sebelumnya. Keuntungan bagi
individu ini jelas. Masyarakat juga memperoleh keuntungan karena orang-orang ini
dipulihkann untuk berproduksi kembali, pendapatan pajak ditingkatkan dan dana
kesejahteraan yang harus dibayar pemerintah berkurang. Mengurangi ketidakpastian
(reduction of uncertainly). Manfaat yang lebih berarti tapi kurang nyata dari asuransi
muncul dari kenyataan bahwa asuransi itu dapat:
 Menghilangkan risiko, ketidakpastian, dan reaksi pribadi terhadap risiko bagi
pihak tertanggung individual
 Mengurangi total risiko, ketidakpastian, dan reaksi sebaliknya terhadap risiko
dalam masyarakat.
Namun demikian untuk mengasuransikan suatu risiko, ada beberapa karakteristik atau
ciri yang harus dipenuhi. Menurut Dahlan Siamat, dalam Manajemen Lembaga
Keuangan (2005), risiko-risiko tersebut harus memenuhi sifat berikut, yang sering
disingkat dengan LURCH, yaitu:
1. Loss, berarti bahwa risiko yang dapat diasuransikan harus berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya kerugian
2. Unexpected, tidak dapat diperkirakan kepatian risiko tersebut benar-benar
terjadi, seperti habis atau rusak karena dipakai
3. Reasonable, risiko yang dapat diasuransikan adalah benda yang memiliki nilai,
baik dari pihak penanggung maupunn pihak yang tertanggung
4. Catasrophic, supaya risiko dapat digolongkan sebagai insurable, risiko tersebut
suatu kemungkinan rugi yang besar atau sangat besar
5. Homogeneous, berarti sama atau serupa dalam bentuk atau sifat. Hal ini juga
berkaitan dengan prinsip the law of large numbers. Seandainya kita ingin
mengetahui besarnya kemungkinan kerugian suatu benda, kita harus memiliki
jenis pertanggungan yang serupa sebagai bahan perbandingan untuk
memperkirakan kerugian yang mungkin terjadi tersebut.

2.2 Usaha Perasuransian


Menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian, dikatakan
bahwa usaha perasuransian adalah segala usaha menyangkut jasa pertanggung atau
pengelolaan risiko, pertanggungan ulang risiko, pemasaran, dan distibusi produk
asuransi atau asuransi syariah, konsultasi, dan keperantaraan asuransi, asuransi
syariah, reasuransi atau resasuransi syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau
asuransi syariah.
Dalam kaitannya dengan manajemen risiko, terdapat dua jenis usaha perasuransian
yang sangat terkait, yaitu usaha asuransi umum dan usaha asuransi jiwa. Usaha
asuransi umum adalah usaha jasa pertanggungan risiko yang memberikan pengertian
kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang
timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab, hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu
peristiwa yang tidak pasti. Perusahaan asuransi umum hanya dapat menyelenggarakan
usaha asuransi umum, termasuk lini usaha asuransi Kesehatan dan lini usaha asuransi
kecelakaan diri dan usaha reasuransi untuk risiko perusahaan asuransi umum lain.
Usaha asuransi jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko
yang memberikan pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung atau pihak lain
yang berhak dalam hal bertanggung meninggal dunia atau tetap hidup atau
pembayaran lain kepada pemegang polis, tertanggung atau pihak lain yang berhak
pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian yang besarnyatelah ditetapkan dan
atau didasarkan pada hasil pengelolaan data.
Perushaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha asuransi, jiwa
termasuk lini usaha anuitas, lini usaha asuransi Kesehatan, dan lini usaha asuransi
kecelakaan diri.
Berdasarkan mekanisme pengelolaan risikonya, lini usaha asuransi Kesehatan dan lini
usaha asuransi kecelakaan diri lebih tepat digolongkan sebagai usaha asuransi umum.
Namun, menginat objek asuransi yang dipertanggungkan dalam kedua lini usaha
dimaksud memyangkut diri manusia, lini usaha asuransi Kesehatan dan lini asuransi
kecelakaan diri juga dapat di golongkan sebagai usaha asuransi jiwa. Dalam
praktiknya, kedua lini usaha asuransi tersebut telah diselenggarakan dengan baik oleh
perusahaan asuransi jiwa maupun asuransi umum
Lembaga perbankan biasanya menggunakan asuransi kebakaran (fire insurance),
asuransi angkutan laut (marine insurance), dan asuransi kendaraan bermotor (motor
vehicle insurance) terhadap barang-barang jaminan kredit.

2.3 Biaya dan Manfaat Asuransi


Sebagai lembaga keuangan yang telah diatur oleh relugasi dan perundang-undangan,
asuransi memiliki manfaat berikut:
1. Rasa aman dan perlindungan. Tertangggung terhindar dari kerugian-kerugian
yang mungkin timbul.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat lebih adil. Semakin besar kemungkinan
terjadinya suatu kerugian, semakin besar kerugian yang mungkin timbul ,
sehingga semakin besar preminya
3. Polis asuransi dapat dijadikan jaminan memperoleh kredit
4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
5. Alat penyebaran risiki. Kerugian disebarkan kepada penanggung.
Di samping memerikan manfaat, ternyata asurasnsi juga menimbulkan biaya-biaya,
yaitu:
1. Biaya operasional
Biaya operasional ini harus dikeluarkan perusahaan asuransi dalam
menciptakan laba perusahaannya. Biaya tersebut diantaranya adalah biaya
penilaian, biaya gaji karyawan, pajak, ditambah profit dan cadangan yang
harus bisa ditutup oleh premi
2. Moral hazard
Moral hazard adalah sebuah kondisi ketika seseorang atau perusahaan dengan
sengaja menyebabkan kerugian dengan maksud memperoleh asuransi
misalnya membuat klaim fiktif. Sebagi contoh, misalkan Farhan
mengasuransikan rumahnya. Suatu hari rumahnya terbakar. Sebenarnya,
kebakaran dapat dicegah ketika api kecil, namun itu tidak dilakukan sehingga
tentu saja api membesar. Hal ini terjadi karena sikap mental Farhan yang
memperbesar kemungkinan terjadinya kerugian
3. Morale hazard
Kalalaian dan Tindakan yang tidak bertanggung jawab seseorang akan
menyebabkan terjadinya suatu kerugian. Contohnya, Sean membeli mobil Ayla
dan ia telah mengansuransikan mobilnya, sehingga seringkali sikapnya kurang
hati-hati, misalnya memarkirkan dan mengendarai mobil lebih kurang hati-hati
ketimbang ketika mobil Ayla tidak diasuransikan.

2.4 Prinsip Dasar Asuransi


Dalam kaitannya antara manajemen risiko dan asuransi, perlu diperhatikan prinsip
dasar asuransi. Terdapat lima prinsip asuransi yang diperhatikan antara lain:
1. Insurable interest
Seseorang boleh mengasuransikan barang apabila yang bersangkutan
mempunyai kepentingan atas barang yang dipertanggungjawabkan (Pasal 250
KUHD)
2. Utmost good faith
Penutupan asuransi baru sah apabila penutupannya didasari itikad baik (Pasal
251 KUHD)
3. Indemnity
Dasar penggantian dari penanggung kepada tertanggung dalam kerugian
setinggi-tingginya adalah sebesar kerugian yang sesungguhnya diderita
tertanggung dalam arti tidak dibenarkan mencari keuntungan dari ganti rugi
asuransi
4. Subrogation
Apabila tertanggung sudah dapat ganti rugi atas dasar indemnity, ia tidak
berhak lagi memperoleh penggantian dari pihak lain walaupun jelas ada pihak
lain bertanggung jawab pula atas kerugian yang dideritanya. Penggantian dari
pihak lain harus diserahkan pada penanggung yang telah memberikan ganti
rugi yang dimaksud (Pasal 284 KUHD)
5. Proximate cause
Proximate cause adalah peristiwa suatu sebab aktif efisien yang
mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara beranta atau berurutan tanpa
intervensi suatu kekuatan lain diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu
sumber baru dan independent. Asuransi harus paham betul hubungan yang
dijamin polis dengan prinsip proximate cause

2.5 Premi Asuransi


Menurut Undang-Undang perasuransian, dikatakan bahwa premi adalah sejumlah
uang yang ditetapkan oleh perusahaan auransi dan disetujui pemegang polis untuk
dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi atau sejumlah uang yang ditetapkan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang mendasari program asuransi wajib
untuk memperoleh manfaat. Di dalam asuransi, berlaku ungkapan no premium no
insurance. Jadi, apabila premi belum dibayar lunas, maka penanggung (underwriter)
belum terikat dalam transaksi untuk membayar ganti rugi apabila timbul risiko. Premi
biasanya ditetapkan sekian persen dari jumlah yang dipertanggungkan.
Sebagai contoh, untuk asuransi kebaakaran, maka faktor-faktor yang memengaruhi
besarnya premi adalah:
1. Konstruksi bangunan
2. Lokasi bangunan
3. Terhadap apa saja bang itu dipertanggungkan

2.6 Transfer Risiko


Terdapat beberapa risiko yang umum dikenal dalam usaha perasuransian yaitu risiko
murni, risiko spekulatif, dan risiko individu. Risiko murni adalah terdapat
ketidakpastian terjadinya suatu kerugian atau, dengan kata lain, hanya ada peluang
merugi dan bukan suatu peluang keuntungan. Misalnya, sepeda motor yang
dikendarai tertabrak. Dengan ini, risiko murni tersebut disebut subjek dalam asuransi.
Risiko spekuolatif terkait dengan kemungkinan peluang kerugian finansial. Berbeda
dengan risiko murni, risiko spekulatif memiliki kemungkinan rugi atau untung.
Misalnya, investasi saham di bursa efek
Risiko individu dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat tiga macam
risiko, yaitu risiko pribadi, risiko harta, dan risiko tanggung gugat. Risiko pribadi
adalah risiko yang memengaruhi kapasitas atau kemampuan seseorang mendapat
keuntungan. Misalnya risiko kecelakaan dipabrik sehingga menjadi cacat. Risiko lain
adalah mati akibat mati muda, uzur, cacat fisik, atau kehilangan pekerjaan.
Risiko harta terjadinya kerugian bila memiliki harta sedangkan risiko tanggung gugat
adalah risiko yang dderita akibat kerugian pihak lain.
Secara umum, menurut Fahmi (2015), terdapat 2 model transfer risiko yang dapat
dilakukan, yaitu:
1. Mentransfer risiko ke perusahaan asuransi. Dalam konteks ini, perusahaan
mendaftarkan dirinya ke perusahaan asuransi. Pendaftaran dapat dilakukan
dengan bentuk:
 Asuransi pada benda-benda yang dimiliki perusahaan, misalnya
kendaraan, mesin, dan bangunan
 Asuransi jiwa dan Kesehatan yang mencakup asuransi yang dilakukan
pada setiap karyawan yang bekerja di perusahaan. Jadi, saat tejadi
kecelakaan kerja, maka karyawan mendapatkan tanggunggan biaya.
2. Menstransfer risiko ke perusahaan non-asuransi. Perusahaan akan
memindahkan sejumlah risiko yang dialaminya ke perusahaan lain. Misalnya:
 Perusahaan menstransfer sejumlah pekerjaannya kepada pihak lain
karena jika dikerjakan sendiri tidak bisa maksmimal atau tidak dapat
diselesaikan tepat waktu.
 Perusahaan memindahkan sejumlah asetnya dari bentuk uang ke tanah
atau Gedung dengan prediksi memiliki nilai profit lebih baik.
 Menitipkan sejumlah barang berharga ke tempat lebih aman, yaitu safe
deposit box perbankan
 Mendisversifikasikan asset. Diversifikasi asset adalah meletakkan asset
pada tempat yang berbeda. Perusahaan dengan kepemilikan
finansialnya tidak hanya focus pada pembelian satu asset saja.
Misalkan perusahaan menghasbiskan asetnya untuk membeli obligasi
perusahaan. Saat terjadi krisis ekonomi, banyak perusahaan hancur
terguncang sehingga menyebabkan jatuhnya harga obligasi di
perusahaan. Ketika perusahaan penjual obligasi mengalami masalah
dalam membayar bunga obligasi, keuntungan yang diharapkan dari
bunga obligasi tidak terpenuhi dan perusahaan justru merugi.
Dari uraian diatas, menjadi jelas bahwa orang atau perusahaan bersedia, membayar
kerugian yang sedikit di masa sekarang agar bisa menghadapi kerugian di masa
depan. Dalam asuransi kebakaran, seseorang mengasuransikan rumahnya kepada
perusahaan asuransi. Dalam hal ini, orang tersebut membayar premi terhadap
perusahaan asuransi. Dalam hal ini, orang tersebut membayar premi terhadap
perusahaan asuransi. Manakala terjadi kebakaran, maka perusahaan asuransi akan
mengganti kerugian yang disebabkan kebakaran itu.

2.7 Risiko Yang Dapat Diasuransikan


Menurut Darmawi (2016), risiko yang dapat diasuransikan harus memiliki 6 syarat
sebagai berikut.
1. Kerugian potensial cukup besar tetapi probabilitasnya tidak tinggi
Sehingga membuat perusahaan asuransi dapat bekerja seekonomis mungkin
(kelayakan ekonomis)
2. Probabilitas kerugian dapat diperhitungkan
Tingkat premi asuransi itu didasarkan atas ramalan tentang masa depan.
Ramalan ini didasarkan atas taksiran probabiltas. Probabilitas inipada
umumnya didasarkan pada pengalaman masa lampau. Cara inilah yang
digunakan oleh perusahaan asuransi untuk menaksir probabilitas. Tetapi car
aini hanya bermanfaat bila dapat dianggap bahwa faktor-faktor penentu masa
depan itu akan sama dengan faktor-faktor penentu masa lampau tersebut. Jika
tidak demikian pengalaman masa lampau itu tidak bisa dijadikan pedoman
untuk masa depan. Apabila probabilitas kerugian yang hendak diasuransikan
itu tidak dapat dihitung, maka risikonya tidak dapat diasuransikan
3. Terdapat sejumlah unit yang terbuka (expose) tehadap risiko yang sama
(massal dan homogeny)
Syarat utama untuk dapat diasuransikan adalah massal, artinya harus ada
sejumlah besar unit, misalnya dalam hal asuransi mobil, harus ada sejumlah
besar mobil. Dalam asuransi jiwa, harus ada sejumah besar orang. Untuk
memperoleh taksiran probabilitas yang akurat diperlukan pengamatan terhadap
sejumlah besar kejadian. Setelah probabilitas diketahui, maka ia dijadikan
dasar untuk membuat ramalan, tetapi ramalan ini hanya berlaku untuk suatu
kelompok besar. Perusahaan asuransi tidak lebih mampu meramalkan
kerugiaan seseorang tertentu daripada orang itu sendiri.
4. Kerugian yang terjadi bersifat kebetulan
Risiko yang ditanggung oleh penanggung haruslah bersifat kebetulan.
Idealnya, tertanggung tidak boleh memiliki control atau pengaruh terhadap
kejadian yang hendak diasuransikan itu. Dalam kenyataannya, situasi ini
hanya berlaku untuk bencana-bencana seperti gempa bumi dan iklim. Baik
bahaya moral maupun bahaya morale mempengaruhi kemungkinan kerugian.
Ramalan kerugian itu didasarkan atas probabilitas yang ditaksir dengan
mengamati pengalaman masa lampau. Jadi, peristiwa yang diamati itu
Sebagian besar adalah kejadian kebetulan.
5. Kerugian tertentu
Umumnya perusahaan asuransi berjanji akan membayar kerugian jika terjadi
selama waktu tertentu dan ditempat tertentu. Contoh, perjanjian ini mungkin
menutup kerugian kebakaran pada lokasi tertentu. Untuk berlakunya kontrak
ini, haruslah dapat diketahui “kapan” dan “dimana” kerugian yang terjadi.
6. Bukan risiko catastrophe (bencana besar dan serentak)
Bila suatu perusahaan asuransi menanggung sekeklompok risiko, makai a
memperkirakan bahwa kelompok itu secara keseluruhan akan mengalami
suatu kerugian. Akan tetapi, teori asuransi menyatakan bahwa hanya Sebagian
kecil saja dari kelompok itu yang akan menderita kerugian pada waktu yang
sama. Kontribusi yang relative kecil dari masing-masing anggota kelompok itu
akan sudah cukup untuk membayar semua kerugian tersebut. Jadi kontribusi
dari yang banyak untuk kerugian yang sedikit.
Akan tetapi jika terjadi Sebagian besar atau seluruh tertanggung itu serentak
menderita kerugian maka “kontribusi yang relative kecil” itu tidak akan
mencukupi. Jadi suatu syarat pokok untuk dapat diasuransikan adalah tidak
boleh catastrophe (bencana besar). Harus ada limit kerugian yang penanggung
cukup pasti tidak akan terlampaui. Jika limit ini tidak dapat diramalkan dengan
akrat, maka tidak mungkin menentukan besarnya premi asuransi maupun
besarnya surplus yang dibutuhkan.
RANGKUMAN MATERI
Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan
cara mengalihkan/transfer risiko dari satu pihak ke pihak lain dalam hal ini
adalah perusahaan asuransi. Sedangkan menurut UU No. 2 Tahun 1992 Tentang
Usaha Perasuransian yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Menurut Undang-Undang perasuransian, dikatakan bahwa premi adalah sejumlah
uang yang ditetapkan oleh perusahaan auransi dan disetujui pemegang polis untuk
dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi atau sejumlah uang yang ditetapkan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang mendasari program asuransi wajib
untuk memperoleh manfaat. Di dalam asuransi, berlaku ungkapan no premium no
insurance.
Terdapat beberapa risiko yang umum dikenal dalam usaha perasuransian yaitu risiko
murni, risiko spekulatif, dan risiko individu. Risiko murni adalah terdapat
ketidakpastian terjadinya suatu kerugian atau, dengan kata lain, hanya ada peluang
merugi dan bukan suatu peluang keuntungan. Risiko spekuolatif terkait dengan
kemungkinan peluang kerugian finansial. Risiko individu dapat terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Terdapat tiga macam risiko, yaitu risiko pribadi, risiko harta,
dan risiko tanggung gugat.
Dalam kaitannya dengan manajemen risiko, terdapat dua jenis usaha perasuransian
yang sangat terkait, yaitu usaha asuransi umum dan usaha asuransi jiwa. Adapun
prinsip dasar akuntansi antara lain: Insurable interest, Utmost good faith, Indemnity,
Subrogation, dan Proximate cause.
Menurut Darmawi (2016), risiko yang dapat diasuransikan harus memiliki 6 syarat
sebagai berikut.
1. Kerugian potensial cukup besar tetapi probabilitasnya tidak tinggi sehingga
membuat perusahaan asuransi dapat bekerja seekonomis mungkin (kelayakan
ekonomis)
2. Probabilitas kerugian dapat diperhitungkan
3. Terdapat sejumlah unit yang terbuka (expose) tehadap risiko yang sama
(massal dan homogeny)
4. Kerugian yang terjadi bersifat kebetulan
5. Kerugian tertentu
6. Bukan risiko catastrophe (bencana besar dan serentak)
LATIHAN/ PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan asuransi menurut Undang-Undang dan KUHD?
2. Jelaskan perbedaan antara tertanggung dan penanggung?
3. Sebutkan 6 syarat yang harus dipenuhi agar risiko dapat diasuransikan?
4. Sebutkan dan jelaskan model transfer risiko!
5. Sebutkan manfaat asuransi?
DAFTAR PUSTAKA
Darmawi, H. (2016). Manajemen Risiko, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Darmawi, W. (2006). Manajemen Asuransi. Jakarta: Penerbit Bumi aksara.

Fahmi, I. (2015). Manajemen Risiko, Teori Kasus dan Solusi. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Indonesia, R. (2014Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian).

Keuangan, O. J. (2016). Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 10/PJOK.05/ 2014 tentang Penilaian Tingkat
Risiko Lembaga Jasa Keuangan Nonbank. Jakarta.

Rustam, B. R. (2014). Manajemenn Risiko: Prinsip, Penerapan, dan Penelitian. Jakarta Selatan:
Salemba Empat.
GLOSARIUM
Insurable interest Prinsip akuntansi yang memberikan hak kepada tertanggung
yang diakui secara hukum untuk mengasuransikan jiwa
maupun asset, karena adanya hubungan keuangan antara
tertanggungg dengan jiwa maupun asset yang akan
diasransikan
Indemnity Suatu bentuk penggantian kerugian keuangan hingga pihak
yang dirugikan memiliki keuangan seperti sebelum kerugian
terjadi
Pemegang polis Pihak yang memutuskan untuk mengadakan pertanggungan
jiwa pada pihak penanggung da dapat juga sebagai pembayar
premi asuransi
Penanggung Pihak yang memiliki izin formal untuk melakukan izin usaha
yang berkaitan dengan pengambilalihan risiko pihak lain
berdasarkan suatu polis
Premi sejumlah uang yang harus dibayarkan setiap bulannya sebagai
kewajiban dari tertanggung atas keikutsertaannya dalam
asuransi
Subrogation Prinsip asuransi yang memberikan hak penuntutan ganti rugi
dari tertanggung kepada penanggung atau hak untuk meminta
penggantin rugi kepada pihak ketiga yang menyebabkan
terjadinya kerugian
Tertanggung Pihak yang menghadapi risiko sebagaimana diatur dalam
perjanjian asuransi atau perjanjian reasuransi
Total loss only Asuransi yang memberikan perlindungan mobil dari risiko
kehilangan
Utmoss good faith Niat atau itikad baik. Dalam proses membeli produk asuransi
baik tertanggung maupun penanggung harus menyampaikan
informasi dengan terbuka, rinci, dan jujur.

Anda mungkin juga menyukai