Disusun oleh:
Kelompok 7 ESR-4F
1. Hamzah Saifullah (1950110211)
2. Leafatra Noer Laela (1950110218)
3. Ula Ulyana (1950110224)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benarkah kebanyakan orang ingin mengelakan risiko? Karena selalu
ingin aman dan hidup tentram, maka memang kebanyakan orang takut
menanggung resiko. Namun semua tahap kehidupan kita mengandung resiko.
Kemanapun kita mengelak atau lari dari resiko, maka disitupun kita akan
menemukan risiko yang lainnya. Resiko merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan. Bahkan ada orang yang mengatakan, bahwa tak
ada hidup tanpa resiko sebagaimana tak ada hidup tanpa maut. Jadi dengan
demikian setiap hari kita menghadapi resiko, baik sebagai perorangan,
maupun sebagai perusahaan. Orang berusaha melindungi diri tehadap resiko,
demikian pula badan usaha pun harus berusaha melindungi diri terhadap
resiko.
Agar resiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka
seharusnyalah itu dimanajemeni dengan sebaik-baiknya. Namun benarkah
para pengusaha Indonesia kurang memperhatikan manajemenn resiko?
Program Manajemen Resiko pertama-tama bertugas mengidentifikasikan
resiko-resiko yang dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya
resiko itu dan kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk menghadapi atau
menangani resiko itu. Ini berarti orang harus menyusun strategi untuk
memperkecil ataupun mengendalikannya.
Pendeknya dengan program itu, dapatlah dilindungi keefektifan operasi
perusahaan yang bersangkutan. Jadi pernyataan yang harus dicari jawabannya
oleh manajer resiko antara lain adalah: Resiko apa saja yang dihadapi
perusahaannya. Bagaimana dampak resiko itu terhadap kehidupan bisnis
perusahaannya. Resiko mana yang harus dihadapi sendiri, mana yang harus
dipindahkan kepada asuransi. Metode mana yang cocok dan efisien untuk
menghadapinya.
2
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
asuransi, dengan membayar premi yang jauh lebih kecil atau minim
bila dibandingkan dengan resiko kerugian financial bila terjadi
musibah. Asuransi adalah satu pilar utama dalam merencanakan
keuangan masa depan. Terdapat tiga aliran pemikiran mengenai
asuransi. Aliran pertama memandang asuransi merupakan hubungan
tetanggung dengan penanggung sebagai alat pemindah resiko. Aliran
kedua mengabaikan hubungan ini dan memandang asuransi sebagai
teknik atau mekanisme penaggungan. Sedangkan aliran ketiga
menggabungkan kedua aliran sebelumnya.
Asuransi meratakan beban kerugian dengan memakai dana-
dana yang disumbangkan oleh para anggota kelompok untuk
pembayarannya. Jadi, asuransi dapat dikatakan alat pemerataan
kerugian. Untuk mengurangi beban ekonomi para anggota
kelompok, penaggung juga ikut serta dalam kegiatan pencegahan
kerugian. Akan tetapi tujuan pokok asuransi bukanlah pemerataan
atau pencegahan kerugian, melainkan mengurangi uncertainty
(ketidakpastian) yang disebabkan oleh kesadaran kemungkinan
terjadinya kerugian.
Adapun resiko-resiko yang dapat diasuransikan harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Kerugian potensial cukup besar, namun probabilitasnya rendah
Resiko kerugian yang cukup besar merupakan suatu syarat
kelayakan ekonomis asuransi. Kerugian yang mungkin terjadi
haruslah cukup besar bagi tertanggung, sedangkan biaya
asuransinya, relatif rendah dibandingkan kemungkinan kerugian
tersebut.
Jika kemungkinan kerugian tidak cukup besar bagi
tertanggung, mereka tidak akan tertarik memindahkan resikonya
kepada perusahaan asuransi. Banyak resiko yang cukup
ditangani sendiri oleh perusahaan, karena kemungkinan
kerugiannya sedemikian kecil. Contoh, jika karyawan
5
perusahaan sakit ringan, maka cukup di tangani oleh perusahaan
sendiri.
2) Probabilitas dapat diperhitungkan
Premi asuransi didasarkan atas ramalan tentang masa
depan, sedangkan ramalan itu didasarkan atas taksiran
probabilitas. Probabilitas itu sendiri biasanya didasari pada
pengalaman masa yang lalu.
3) Massal dan Homogen
Syarat utama bagi suatu perusahan untuk dapat
diasuransikan adalah massal. Artinya, harus ada sejumlah besar
unit yang terbuka untuk resiko yang sama. Dalam hal asuransi
mobil, harus ada sejumlah besar mobil. Dalam asuransi jiwa,
harus ada sejumlah besar orang. Untuk memperoleh taksiran
probabilitas yang akurat, diperlukan pengamatan terhadap
sejumlah besar kejadian.
4) Kerugian yang terjadi bersifat kebetulan
Tertanggung tidak boleh memiliki kontrol atau pengaruh
terhadap kejadian yang akan diasuransikan. Dalam
kenyataannya, situasi ini hanya berlaku untuk peristiwa-
peristiwa yang tidak disengaja, misalnya gempa bumi atau
cuaca.
5) Kerugian tertentu
Umumnya perusahaan asuransi berjanji akan membayar
kerugian jika terjadi selam waktu tertentu dan di tempat tertentu.
Misalnya, perjanjian untuk menutup kerugian kebakaran pada
lokasi tertentu, berlakunya kontrak ini harus diketahui kapan
dan dimana kerugian itu terjadi.
b. Transfer resiko kepada perusahaan lain yang bukan perusahaan
asuransi (non- insurance transfer)
Kebanyakan pemindahan resiko kepada pihak non-asuransi
dilakukan melalui kontrak-kontrak bisnis biasa dan melalui kontrak
6
khusus untuk pemindahan resiko. Isi kontrak berkenaan dengan
pemindahan tanggungjawab keuangan atas harta, kerugian atas net
income, kerugian personil dan tanggung gugat kepada pihak ketiga.
Pemindahan ini dapat dibedakan berdasarkan tanggungjawab
yang dipindahkan. Pada keadaan yang ekstrim, transfer hanya
memindahkan tanggung jawab keuangan saja untuk tindakan yang
tidak disengaja oleh pihak transferee. Pada keadaan ekstrim yang
lain pihak transfreror akan menerima ganti rugi berkenaan dengan
yang disebutkan dalam kontrak, tidak memperhatikan apa penyebab
kerugian itu apakah kelalaian transferee, pihak ketiga atau bencana
alam Non-insurance mempunyai beberapa keterbatasan yang harus
diperhatikan oleh manjer resiko, antara lain sebagai berikut:
Surety
Obligee prinsipal
8
2. Risk Retention (Menaggung SendiriResiko)
Retensi berarti bahwa perusahaan mempertahankan sebagian atau
seluruh kerugian yang dapat berakibat bagi kerugian yang diberikan.
Tidak semua resiko usaha harus diasuransikan, sehingga resiko-resiko
yang relatif tidak begitu berpengaruh terhadap operasi usaha atau
perusahaan, biasanya akan ditangani oleh perusahaan itu sendiri. Sumber
pendanaan untuk menangani resiko semacam ini berasal dari dalam
perusahaan. Penaggungan sendiri ini dapat bersifat pasif (tidak
direncanakan) dan dapat pula bersifat aktif (direncanakan).
Dikatakan pasif, bila manajer resiko tidak memperhatikan tentang
adanya exposure, oleh karena itu manajer resiko tidak melakukan usaha
sedikitpun untuk menanganinya. Sedikit sekali perusahaan yang telah
mengidentifikasikan semua exposure terhadap kerugian harta benda,
kerugian tanggung gugat dan kerugian personal. Sebagai akibatnya,
penanggungan resiko yang tidak terencana merupakan hal yang umum
dijumpai. Kadang-kadang dijumpai perusahaan yang telah
mengidentifikasi resiko, tetapi menaksir terlalu rendah terhadap kerugian
potensial yang mungkin dapat terjadi.
Pada keadaan lain dijumpai pula, bahwa manjer resiko memang
peka terhadap exposure(terpaan), tetapi terus menerus menunda
mengambil keputusan tentang bagaimana menanganinya. Unplanned
retention secara kebetulan dapat dijadikan sebagai pendekatan yang
terbaik bagi eksposur tertentu tetapi tidak pernah menjadi cara yang
rasional.
Retention disebut aktif jika manajer mempertimbangkan metode-
metode lagi untuk menangani resiko, kemudian memutuskan secara sadar
untuk tidak memindahkan resiko potensial itu. Suatu planned retention
dikatakan rasional atau tidak, tergantung pada keadaan yang melingkupi
pengambilan keputusan untuk menanggung sendiri resiko itu. Kadang-
kadang ditemui bahwa resiko yang menurut pertimbangan orang banyak
seharusnya tidak ditanggung sendiri, ternyata di tanggung sendiri oleh
9
perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, resiko yang harusnya
ditanggung sendiri ternyata justru diasuransikan.
C. Alasan Perusahaan Melakukan Retention
Suatu perusahaan yang menanggung sendiri resiko, dapat digolongkan
kedalam salah satu kategori sebagai berikut:
1) Keharusan karena perusahaan tidak punya pilihanlain
Keharusan (default) menaggung sendiri resiko disebabkan
perusahaan tidak mungkin memindahkan suatu resiko. Misalnya, resiko
tanggung jawab untuk tindakan kriminal, atau keusangan harta. Belum
ada perusahaan asuransi yang bersedia untuk menangani kedua resiko
tersebut.
2) Biaya
Jika perusahaan memindahkan resiko kepada perusahaan asuransi
maka perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar premi yang
dikategorikan sebagai berikut :
a) Loss allowance, yaitu perkiraan pihak asuransi tentang kerugian
harapan pihaktertanggung.
b) Loading yang meliputi biaya profit margin dan perkiraan
pengeluaran tak terduga. Loading dapat mencapai 30% sampai 40%
dari premi. Jika perusahaan bermaksud menaggungsendiri resiko,
maka harus dipertimbangkan, apakah lebih murah diasuransikan
dibandingkan diasuransikan dengan penghematan pembayaran
premi tersebut.
c) Jika perusahaan bermaksud menanggung sendiri risiko, maka harus
dipertimbangkan apakah akan lebih mudah karena menghemat biaya
premi.1
3) Kerugian dan harapan
Jika perusahaan percaya bahwa kerugian harapan yang dihitungnya
lebih rendah dari perkiraan pihak asuransi, maka perusahaan dalam
1
Diakses dari laman https://slideplayer.info/slide/12034757/, pada tanggal 01 Mei 2021, pukul
23.50 WIB
10
jangka panjang dapat menghemat pengeluaran sebesar selisih kedua
perhitungan itu. Bahkan, jika kerugian harapan sama dengan perhitungan
pihak asuransi, maka pilihan yang tepat masih pada retention.
Disamping perkiraan kerugian harapan, harus pula
dipertimbangkan perkiraan penyebaran kerugian harapan. Jika
perusahaan menghadapi kerugian yang mungkin tahun berikutnya lebih
besar dari yang sanggup ditanggungkan, maka perusahaan harus sanggup
membayar premi asuransi lebih besar dari kerugian harapan, dengan
maksud menghilangkan ketidak pastian dalam jangka pendek. Jumlah
ekstra yang ingin dibayar itu tergantung atas keparahan kerugian
potensial, kemampuan untuk menanggung kerugian, resiko yang
diperkirakan (variasi kerugian potensial) serrta tujuan manajemen resiko
perusahaan yang bersangkutan. Misalnya, jika tujuan manjemen resiko
adalah menciptakan ketenangan berpikir dan menstabilkan pendapat,
maka perusahaan akan menaruh perhatian pada variasi kerugian tersebut.
Namun, jika tujuan perusahaan adalah survival, maka variasi kerugian itu
akan diabaikan.
Pihak tertanggung yang akan menaggung resiko dalam batas
tertentu, tetapi ingin mendapatkan perlindungan terhadap kerugian yang
melebihi batas tersebut dapat menggabungkan retention dan asuransi
melalui axcess insurance atau deductibles. Hal tersebut, biasanya
melindungi tertanggung atas kerugian perunit atau perkejadian diatas
suatu jumlah tertentu, tetapi kadang-kadang asuransi ini melindungi
kerugian diatas jumlah kerugian pertahun.
4) Opportunitycost
Opportunity cost menyangkut timing pembayaran premi
dibandingkan dengan pengeluaran untuk kerugian. Jika premi akan sama
atau lebih kecil dari kerugian dan pengeluaran alternatif, serta jarak dan
waktu antara pembayaran premi dan pembayaran kerugian dan
pengeluaran alternatif itu akan memberikan keuntungan lebih besar atas
hasil investasi dana cadangan untuk pembayran kerugian itu, maka
11
perusahaan mungkin lebih memilih retention.
Misalnya, premi itu Rp 115.000.000,00 yang dibayar pada
permulaan jangka waktu polis. Pembayaran harapan untuk kerugian dan
pengeluaran alternatif Rp 40.000.000,00 dibayar segera dan Rp
40.000.000,00 dibayar pada akhir bulan ke-6 serta Rp 40.000.000,00
dibayar pada akhir bulan ke-8. Pembayaran alternatif itu berjumlah Rp
120.000.000,00, tingkat suku bunga yang berlaku 12% pertahun, maka
present value-nya adalah Rp 40.000.000,00 + Rp 37.740.000,00 + Rp
33.690.000,00 = Rp. 111.430.000,00. Jadi, jika resiko ditanggung
sendiri, maka akan ada keuntungan sebagai berikut: Rp 115.000.000,00 –
Rp 111.430.000,00 = Rp 3.570.000,00
Pengembalian investasi yang tinggi, panjang jarak waktu sebelum
kerugian dan pengeluaran, maka akan semakin penting
mempertimbangkan aliran kas tersebut. Semakin panjang time log (jarak
waktu) sehubungan denga kerugian tanggung gugat, menyebabkan faktor
ini menjadi alasan lebih penting untuk menaggung sendiri rsiko
tanggung gugat dari pada resiko harta.
5) Kualitas dari pertanggungan
Sebagian pengusaha percaya, bahwa pelayanan yang disediakan
oleh penaggung (pihak asuransi) dapat dilaksanakan lebih baik oleh suatu
perusahaan lain atau oleh suatu biro jasa. Pihak asuransi meragukan
bahwa perusahaan akan menyelenggarakan service pertanggungan lebih
baik dari pada yang disedikan perusahaan asuransi, karena perusahaan
kurang berpengalaman dan kekurangan tenagaprofesional.
D. Factor Pendorong dan Kelemahan Melakukan Retention
1. Hal-hal yang mendorong perusahaan melakukan retention, antara lain
sebagai berikut :
a. Jika biaya lebih rendah dari biaya yang dibebankan oleh asuransi.
b. Jika kerugian harapan lebih rendah dari perkiraan perusahaan
asuransi.
12
c. Jika unit yang mengghalangi resiko jumlahnya sangat banyak,
sehingga profitabilitas resiko akan menjadi lebih rendah.
d. Tujuan manajemen resiko yang menerima variasi lebih besar dalam
kerugian tahunan.
e. Biaya dan jumlah kerugian membengkak dalam jangka panjang,
sehingga mengakibatkan opportunity cost menjadi sangat besar.
f. Peluang yang kuat bagi investasi dan mengakibatkan opportunity
cost menjadi besar.
g. Keuntungan pelayanan internal (non-insurerservicing).
2. Kelemahan tindakan retention ada kemungkinan bahwa:
13
1. Tanpa penyediaan dana sebelumnya
Resiko yang ditanggung perusahaan pada suatu waktu dapat
menimbulkan kerugian. Dengan cara seperti ini, maka kerugian
perusahaan akan ditutup dengan dana yang kebetulan tersedia atau
dibebankan pada pendapatan ditahun yang bersangkutan. Pendekatan
semacam ini mengandung bahaya jika kerugian sedemikian besar,
sehingga tidak dapat ditutup oleh laba pada tahun yang bersangkutan.
Dalam keadaan seperti ini, perusahaan terpaksa mencari dana yang
mungkin diperoleh dengan biaya mahal atau dengan menjual murah aset
perusahaan untuk menutup kerugian yang dihadapi.
2. Membentuk dana dan cadangan
Dengan cara ini, dana untuk menutup resiko dapat diperoleh dari
dana cadangan yang setiap tahun dikredit dengan laba yang disisihkan.
Banyaknya dana yang disisihkan itu adalah sejumlah kerugian yang
diperkirakan pertahun. Ada perusahaan yang membentuk cadangan
umum saja, ada pula yang membentuk cadangan khusus. Misalnya,
cadangan piutang tak tertagih, cadangan biaya pengobatan, cadangan
biaya kecelakaan kerja dan sebagainya.
Beberapa kelemahan dengan cara ini adalah sebagai berikut:
a. Cadangan adalah pemindah bukuan secara accounting yang setiap
hari belum tentu tersedia uang tunai sebanyak yang tercatat dalam
rekening cadangan yang bersangkutan, sehingga perusahaan akan
mengalami kesulitan memperoleh uang tunai untuk menutupiresiko.
b. Penaksiran expected loss jarang sekali tepat.
c. Berkaitan dengan pajak, belum tentu cara seperti ini diizinkan oleh
pemerintah, karena kan mengurangi pendapatan kenapajak.
3. Self insurance (asuransi sendiri)
Untuk mengatasi kelemahan pengelolaan dana seperti yang
disebutkan diatas, perusahaan yang memisahkan pengelolaan dana
cadangan itu dari pengelolaan dana perusahaan. Self-insurance adalah
bagian dalam organisasi suatu perusahaan yang berwenang mengelola
14
dana yang dicadangkan. Self insurance dapat menginvestasikan dana
cadangan perusahaan dalam kegiatan yang produktif, selama dana
tersebut belum terpakai dengan catatan dana tersebut dapat ditarik
sewaktu-waktu jika perusahaan menderita kerugian karena suatu
peristiwa secara tiba-tiba.
4. Captiveinsurer
Ada perusahaan yang mengorganisasikan sebuah perusahaan
asuransi yang sebagian besar nasabahnya adalah orang perusahaan itu
sendiri. Asuransi seperti itu disebut captive insurer. Keuntungan yang
mendorong perusahaan mendirikan captive insurer karena captive insurer
dapat membeli perlindungan dari perusahaan re-asuransi yang lebih
flexible dan tidak begitu banyak pembatasan, sedangkan self insurer
tidak dapat memperoleh perlindungan dari re-asuransi. Oleh karena itu,
perusahaan melalui captive insurer-nya dapat membeli perlindungan
untuk resiko yang luar biasa atau untuk resiko yang tidak sanggup
ditanggung oleh perusahaan asuransi biasa.2
2
Diakses dari laman https://www.academia.edu/12969179/pembelanjaan_resiko, pada tanggal 1
Mei 2021 pukul 23.53 WIB
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Diakses dari laman https://slideplayer.info/slide/12034757/, pada tanggal 01 Mei
2021, pukul 23.50 WIB
Diakses dari laman https://www.academia.edu/12969179/pembelanjaan_resiko,
pada tanggal 1 Mei 2021 pukul 23.53 WIB
17