Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN RISIKO LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Tentang

“Identifikasi Risiko dan Pengukuran Risiko”

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Chintya Aulia Putri (1816050011)
2. Fany Elwista Saputry (1816050012)
3. Zamhur (1816050018)
4. Wahyu Aji Afrian (1816050024)
5. Abd. Rahman Karim (1816050025)
6. Alisya Salsabila (1816050038)

Dosen Pembimbing :
Irsadunas, SE,. M. Si

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH-A


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )
IMAM BONJOL PADANG
1441 H / 2019 M
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Salawat dan
salam semoga dilimpahkan atas Nabi besar Muhammad SAW. Salah satu momen teragung
dalam hidup adalah kala hati kita membungkuk mengucapakan “terima kasih”. Makalah ini tidak
akan selesai tanpa bantuan banyak pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Irsadunas,
SE,. M. Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Risiko Lembaga Keuangan
Syariah yang telah meluangkan waktu untuk membaca dan mengomentari makalah ini, juga
semangatnya yang “ditularkan” pada penulis untuk menyusun makalah ini dengan baik dan
benar.

Sembah sujud Ananda untuk kedua orang tua tercinta yang telah banyak berkorban serta doa
yang tiada henti yang selalu menyertai setiap langkah Ananda. Terakhir kepada teman
sekelompok yang banyak memberikan bantuan, motivasinya, dan ide yang berguna bagi
penyusunan makalah ini.

Namun demikian, Ananda menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna . Oleh karena
itu, Ananda sangat mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat Ananda gunakan
sebagai masukan untuk perbaikan makalah inI, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin

Sungai Bangek, 05 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Identifikasi Risiko......................................................................2
B. Metode, Sasaran, dan Strategi atau Cara Mengidentifikasi Risiko.........2
C. Proses Identifikasi Risiko........................................................................4
D. Konsep Pengukuran Risiko ....................................................................5
E. Pengukuran Risiko dengan Distribusi Probabilitas ................................7
F. Pengukuran Risiko dengan Pendekatan Statistik ...................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................12
B. Saran .......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Risiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai
macam risiko dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika risiko-risiko tersebut tidak
kita antisipasi dari awal. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang
dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan
sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun dan memperluas keuntungan
kompetitif organisasi.
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya
cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat
berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang
menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity),
sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah
risiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen risiko menjadi trend utama baik
dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan
pentingnya manajemen risiko dalam bisnis pada masa kini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep identifikasi risiko?
2. Bagaimana metode, sasaran, dan strategi atau cara mengidentifikasi risiko?
3. Bagaimana proses identifikasi risiko?
4. Bagaimana konsep pengukuran risiko?
5. Bagaimana pengukuran risiko dengan distribusi probabilitas?
6. Bagaimana pengukuran risiko dengan pendekatan statistik?
C. Tujuan
1. Bagaimana konsep identifikasi risiko?
2. Bagaimana metode, sasaran, dan strategi atau cara mengidentifikasi risiko?
3. Bagaimana proses identifikasi risiko?
4. Bagaimana konsep pengukuran risiko?
5. Bagaimana pengukuran risiko dengan distribusi probabilitas?
6. Bagaimana pengukuran risiko dengan pendekatan statistik?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Identifikasi Risiko
Menurut Herman Darmawi (2014) Pengidentifikasian risiko pada dasarnya merupakan
kegiatan analisis secara sistematis dan berkesinambungan untuk menemukan/mengidentifikasi
kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian yang potensial yang dihadapi/mengancam
perusahaan. Langkah ini merupakan langkah yang relatif paling sulit tetapi paling penting,
sebab pengelolaan risiko selanjutnya sangat tergantung pada hasil identifikasi ini. Jika
kerugian potensial yang mungkin menimpa perusahaan tidak diketahui, maka tidak mungkin
dapat mengelola risiko perusahaan yang bersangkutan dengan baik.1
B. Metode, Sasaran, dan Strategi atau Cara Mengidentifikasi Risiko
1. Metode Mengidentifikasi Risiko
Pengidentifikasi risiko dapat dilakukan dengan penelitian langsung terhadap objek risiko
untuk mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan. Misalnya jika ingin
mengidentifikasi risiko pada bagian produk maka lakukan analisis dan diagnosis terhadap
proses produksi yang dilakukan termasuk mesin dan bahan-bahan yang digunakan, tenaga
kerja yang terlibat, dan berbagai faktor yang ada dalam bagian produksi tersebut. Adapun
cara yang dapat digunakan antara lain:
a. Observasi, observasi adalah melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang
diidentifikasi. Jika akan mengidentifikasi risiko di bagian produksi, maka hal yang perlu
diamati adalah di mana saja risiko dapat terjadi di bagian produksi, kejadian apa saja
yang dapat menimpa dan apa penyebabnya. Demikian juga jika ingin melakukan
identifikasi risiko di bagian lainnya. Hal yang dilakukan adalah mengamati bagian
tersebut, mencari tahu risiko apa saja yang dapat terjadi pada bagian tersebut, kejadian
apa yang bisa menimpa dan apa saja penyebabnya.
b. Wawancara, wawancara dilakukan dengan bertanya kepada orang-orang yang bekerja
pada unit kerja yang menjadi objek identifikasi risiko, meliputi manajemen, karyawan,
dan orang lain yang berhubungan dengan unit kerja yang diidentifikasi. Mereka
dianggap kompeten untuk memberikan informasi tentang keberadaan risiko, termasuk
kejadian-kejadian yang menimpa dan penyebabnya.

1
Reni Maralis dan Aris Triyono, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019), hlm. 18.
c. Studi dokumen, studi data dokumen dilakukan dengan mempelajari data dan informasi
dari berbagai laporan, manual, dan materi tertulis lainnya yang terdapat pada unit kerja
yang diidentifikasi dan unit lainnya untuk mengetahui kejadian apa saja yang terjadi dan
kemungkinan penyebabnya. Data-data sekunder tentang risiko juga dapat diperoleh dari
beberapa lembaga, seperti kepolisian, perusahaan asuransi dan instansi terkait lainnya2.
2. Sasaran Identifikasi Risiko
Sasaran identifikasi risiko adalah sebagai berikut:
a. Untuk kelangsungan hidup perusahaan (survival).
b. Ketenangan dalam berpikir.
c. Memperkecil biaya (least cost).
d. Menstabilisasi pendapatan perusahaan.
e. Memperkecil atau meniadakan dalam berproduksi.
f. Mengembangkan pertumbuhan perusahaan.
g. Mempunyai tanggung jawab sosial terhadap karyawan.
3. Strategi atau Cara Mengidentifikasi Risiko
a. Identifikasi risiko berdasarkan tujuan
Pendirian sebuah perusahaan tentulah mempunyai tujuan. Jadi, peristiwa-peristiwa yang
akan menyebabkan tidak tercapainya sebagian atau seluruh tujuan perusahaan akan
diidentifikasikan sebagai risiko. Contoh: kebijakan moratorium atau penghentian
sementara izin baru alih fungsi lahan gabut dan hutan alam menjadi Hutan Tanaman
Industri (HTI) yang akan mulai diberlakukan pada awal tahun 2011 oleh kementrian
kehutanan untuk semua sektor industri, mulai dari perkebunan, pertambangan sampai
kehutanan, dapat diidentifikasikan sebagai risiko yang akan dihadapi oleh pelaku bisnis
dibidang perkebunan kelapa sawit, pertambangan dan kehutanan yang telah
merencanakan ekspansi bisnis sebagai tujuan usaha mereka tahun 2010 sampai 2012,
karna dengan adanya kebijakan moratorium tersebut dapay membuat tidak tervcapainya
sebagian atau seluruh tujun perusahaan.
b. Identifikasi risiko berdasarkan skenario
Skenario yang dibuat dimana skenario-skenario tersebut merupakan alternatif untuk
mencapai tujuan perusahaan. Jadi, peristiwa-peristiwa yang memicu terjadinya alternatif

2
Ibid, hlm. 18-19.
terjadinya skenario yang tidak diharapkan atau diluar yang telah ditetapkan oelh
perusahaan dapat diidentifikasikan sebagai risiko. Hasil dari identifikasi risiko dalah
sebuah daftar yang berisi risiko-risiko. Apa yang akan dilakukan terhadap risiko-risiko
yang telah didaftarkan itu tergantung dari sifat risiko-risiko itu sendiri.
C. Proses Identifikasi Risiko
1. Menentukan Unit Risiko
Misalnya yang mau diidentifikasi adalah Unit Penjualan, maka risk ownernya adalah unit
penjualan.
2. Memahami Proses Bisnis
Setiap unit memberikan layanan (menghasilkan produk) kepada unit yang lain atau kepada
pelanggan. Dalam menghasilkan produk atau jasa ini, setiap unit melakukan aktivitas.
Dengan memahami proses bisnis, kita bisa mengetahui aktivitas-aktivitas yang ada pada
suatu unit risiko. Pada umumnya, proses bisnis terdiri dari dua kelompok aktivitas yaitu
aktivitas utama dan aktivitas pendukung.
3. Menentukan Aktivitas yang Krusial
Yang dikatakan krusial atau kritis adalah apabila unit risiko tidak dapat menghasilkan
produk atau jasa oleh karena aktivitas yang bersangkutan terganggu atau tidak berjalannya
aktivitas dengan semestinya. Aktivitas yang tidak krusial dapat diabaikan karena
pengaruhnya tidak signifikan pada produk atau jasa yang dihasilkan.
4. Menentukan Barang dan Orang yang Ada pada Aktivitas Krusial Tersebut
5. Menentukan Bentuk Kerugian yang Dapat Terjadi pada Barang atau Orang dari Aktivitas
Krusial Tersebut
Bentuk kerugian pada orang misalnya cedera, sakit, meninggal, hilang, demonstrasi,
mogok kerja, berhenti bekerja, berhalangan dan lain-lain. Sedangkan bentuk kerugian pada
barang misalnya rusak, hilang, tidak sesuai, usang, terbakar, tidak berkualitas, dicuri dan
lain-lain.
6. Menentukan Penyebab atau Kerugian Risiko
Mengetahui penyebab risiko sangat penting karena penanganan risiko yang sama akan
berbeda jika penyebabnya berbeda.
7. Membuat Daftar Risik
Berisi dua hal penting yaitu pernyataan risiko dan penyebab risiko untuk mengetahui
apakah itu sebuah risiko. Ada tiga kriteria risiko, yang pertama, merupakan sebuah
kejadian. Kedua, kejadian tersebut mengandung kemungkinan. Ketiga, jika terjadi akan
mengakibatkan kerugian.
D. Konsep Pengukuran Risiko
1. Definisi Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar/kecilnya risiko yang akan terjadi.
Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi perusahaan serta
dampak dari risiko terhadap kinerja perusahaan, sekaligus melakukan prioritisasi risiko,
yang mana yang paling relevan.
Pengukuran risiko dilakukan dengan cara memperkirakan seberapa besar tingkat kerugian
(kerusakan) dan probabilitas terjadinya suatu kejadian sangatlah subjektif serta lebih
berdasarkan nalar dan pengalaman. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan
kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk
beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali
cukup sulit untuk aset immaterial. Dampak adalah efek biaya, waktu, dan kualitas yang
dihasilkan oleh suatu risiko. Setelah mengetahui probabilitas dan dampak dari risiko, kita
dapat mengetahui potensi atas risiko tersebut.3
Pengukuran risiko adalah keputusan penting yang harus dilakukan oleh manager keuangan
atau Chief Financial Officer (CFO) yang mencakup keputusan investasi (Investment
Decision) dan keputusan pendanaan (Financial Decision). Dalam memasuki pasar, yang
kondisi persaingannya sangat ketat, kedua keputusan tersebut harus selalu diupayakan
efektif dan efisien karena dapat mengakibatkan biaya tetap. Biaya tetap yang timbul dari
keputusan investasi disebut biaya tetap operasi, sedangkan biaya tetap yang ditimbulkan
dari keputusan pendanaan disebut biaya tetap pendanaan. Penggunaan biaya tetap yang
diupayakan untuk meningkatkan laba disebut leverage.
Dengan demikian, ada dua leverage, yaitu leverage operasi dan leverage pendanaan.
Dilihat dari sifatnya, biaya tetap menunjukkan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi atau
tidak berubah meskipun volume penjualan atau produksi mengalami perubahan.4

3
Suswinarno, Aman dari Risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, (Jakarta: Visimedia, 2012),
hlm. 9.
4
Setia Mulyawan, Manajemen Risiko, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), hlm. 119-120.
a. Risiko Leverage Operasi
Keputusan leverage operasi menunjukkan keputusan investasi yang menggunakan biaya
tetap operasi oleh perusahaan. Leverage operasi dapat digunakan untuk mengukur
seberapa besar penggunaan biaya tetap operasi dalam suatu perusahaan. Biaya-biaya
yang termasuk dalam biaya tetap operasi, antara lain gaji pegawai, biaya asuransi,
depresiasi gedung dan peralatan.
b. Risiko Leverage Pendanaan
Keputusan leverage pendanaan menunjukkan keputusan pendanaan yang
mengakibatkan adanya biaya tetap pendanaan. Biaya tetap tersebut berupa bunga untuk
pendanaan dengan utang, dan dividen untuk pendanaan dengan saham preferen.
c. Risiko Leverage Total
Leverage total merupakan kombinasi antara leverage operasi dan leverage pendanaan.
Leverage total digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam penggunaan
biaya tetap, baik biaya tetap operasi maupun biaya tetap pendanaan.
2. Dimensi Risiko yang Diukur
Dimensi yang harus diukur yang berkenaan dengan dua dimensi risiko, yaitu:
a. Frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi.
b. Keparahan dari kerugian tersebut.
Dengan melakukan pengukuran tersebut, dapat diketahui hasil dari identifikasi tersebut,
yaitu:
a. Rata-rata nilainya dalam periode anggaran.
b. Variasi nilai dari suatu periode anggaran ke periode anggaran sebelum dan berikutnya.
c. Dampak keseluruhan dari kerugian itu jika kerugian tersebut ditanggung sendiri.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam dimensi pengukuran tersebut, antara lain:
a. Memperhitungkan semua tipe kerugian yang dapat terjadi, terutama dalam kaitannya
dengan pengaruhnya terhadap situasi finansial perusahaan.
b. Memerhatikan orang, harta kekayaan atau exposures yang lain, yang tidak terkena peril.
c. Akibat akhir dari peril terhadap kondisi finansial perusahaan lebih parah daripada yang
diperhitungkan, antara lain akibat tidak diketahuinya atau tidak diperhitungkannya
kerugian-kerugian tidak langsung.
d. Dalam mengestimasi adanya kerugian penting pula diperhatikan jangka waktu dari
suatu kerugian, di samping nilai rupiahnya.
3. Menentukan Tingkat Kerugian (Keparahan)
Dalam menentukan keparahan kerugian, manager harus berhati-hati untuk memasukkan
semua kerugian yang mungkin dapat terjadi sebagai akibat peristiwa tertentu, beserta
dampaknya yang terakhir terhadap keuangan perusahaan yang bersangkutan.kerugian rata-
rata ini dapat dibandingkan dengan premi asuransi yang harus dibayar jika perusahaan itu
meminta perlindungan asuransi.5
E. Pengukuran Risiko Dengan Distribusi Probabilitas
1. Macam Distribusi Probabilitas
Tiga macam distribusi probabilitas memperhatikan outcome yang mungkin untuk :
a. Total kerugian per tahun (atas per periode budget).
b. Banyaknya kejadian per tahun.
c. Kerugian per kejadian.
Untuk menggambarkan ketiga jenis probabilitas itu, kita akan mempertimbangkan contoh
tentang kerugian tabrakan mobil:
a. Total kerugian harta langsung (tidak termasuk kerugian net income, liability loss, atau
personal) yang mungkin dialami perusahaan yang disebabkan oleh tabrakan armada atau
pengangkutan.
b. Banyaknya tabrakan per tahun.
c. Total kerugian harta per tabrakan.
Contoh ini berkenaan dengan satu jenis kerugian untuk semua unit yang dihadapkan pada
kerugian dengan satu penyebab (tabrakan). Distribusi probabilitas bisa di bangun untuk
berbagai kombinasi pada:
a. Jenis kerugian.
b. Unit-unit yang mengalami exposure.
c. Penyebab kerugian.
Misalnya kehilangan harta sementara dalam pengangkutan karena dicuri orang, kerugian
tanggung-gugat yang timbul karena kelalaian, dan seterusnya. Dalam prakteknya manajer
resiko tidak harus mempertimbangkan semua kombinasi yang mungkin. Biasanya ia akan

5
Ibid., hlm. 121-122.
mempelajari dan menangani secara terpisah ketiga jenis utama kerugian (harta meliputi
laba bersih, tanggung-gugat, dan personil) semua unit dari pada suatu klas tertentu produk,
mobil dan sebagainya) dan beberapa peril utama (seperti kebakaran, peledakan, kelalaian
atau kematian) atau semua penyebab yang bersifat terjadinya secara kebertulan, kecuali
yang khusus tidak termasuk ke dalamnya.
Dalam menentukan kerugian yang mungkin yang harus dimasukkan dalam distribusi
probabilitas dari pada total kerugian per kejadian, manajer resiko seharusnya memasukkan
semua jenis kerugian yang boleh jadi bisa terjadi sebagai akibat event tertentu,
mempertimbangkan dampak keuangan terakhir dari pada setiap kerugian, ingat bahwa
lebih dari satu unit bisa terkena oleh satu kejadian tunggal, dan gunakan nilai yang
didiskontokan untuk kerugian-kerugian yang disebarkan atas periode yang di perpanjang.
Disamping itu manajer resiko seharusnya mengenal komplikasi yang sampai saat ini masih
diabaikan yaitu bahwa sebagian exposure units bisa mengalami lebih dari satu kerugian per
periode budget. Misalnya sebuah mobil mungkin mengalami lebih dari satu kali tabrakan
per tahun.
Akhirnya untuk kebanyakan keputusan manajemen resiko, sebaiknya juga membangun
distribusi probabilitas untuk total kerugian sesudah pajak dan distribusi probabilitas
kerugian sesudah pajak pada setiap kejadian.
2. Teknik Pengukuran Risiko
a. Konsep Probabilitas
Pengukuran kerugian menyangkut kemungkinan (probabilitas) dari kerugian potensial.
Dalam mengukur risiko, manajer risiko harus memahami konsep probabilitas tersebut
sehingga strategi yang diterapkan akan tepat. Secara umum, probabilitas adalah
“kesempatan/kemungkinan terjadinya suatu kejadian” atau “kemungkinan jangka
panjang terjadinya sesuatu”.
1) Aksioma definisi probabilitas, probabilitas adalah suatu nilai/rangka yang besarnya
berkisar antara 0 sampai 1, yang diberikan pada tiap-tiap event. Jumlah hasil
penambahan keseluruhan probabilitas dari event-event yang saling pilah dalam
sample space adalah 1. Probabilitas suatu event yang terdiri atas sekelompok event
yang saling pilah dalam suatu set merupakan hasil penjumlahan dan tiap-tiap
probabilitas yang terpisah.
2) Nilai harapan (expected value), expected value dari suatu event dapat ditentukan
dengan membuat table untuk hasil-hasil yang mungkin diperoleh dari menilai
masing-masing hasil tersebut berdasarkan probabilitasnya. Dengan menjumlahkan
masing-masing event akan diperoleh expected valuenya.
Dalam menjelaskan konsep mengenai “sample space” (lingkungan kejadian) dan
“event” suatu kejadian/peristiwa. Bayangkanlah suatu set, S dari kemungkinan kejadian
atau hasil dari suatu keadaan tertentu. Set, S tersebut mungkin saja berupa daftar dari
jumlah tabrakan kendaraan di suatu wilayah tertentu, tahun tertentu. Set seperti inilah
yang kita sebut dengan ‘sample space’ dari kejadian atau peristiwa yang kita amati. Set
yang lain mungkin saja berupa daftar dari orang-orang berusia 25 tahun yang meninggal
dunia disuatu daerah tertentu minsalnya saja daerah Sumatra Barat atau mungkin juga
berupa daftar dari kapal yang tenggelam ketika berlayar di Samudera Indonesia.6
Rumus konsep probabilitas:
Bila tanpa bobot : P (E) = E/S
Bila dengan bobot : P (E) = W (E)
P (E) = probabilitas terjadinya event
E = sub set atau event
S = sample space atau set
W = bobot dari masing-masing event
b. National Risiko Diukur Berdasarkan Nilai Eksposur
Contohnya, pengukuran risiko kredit dengan metode national. Jika perusahaan
meminjamkan uang kepada pihak lain senilai Rp. 2 miliar, besarnya risiko kredit
berdasarkan pendekatan national adalah Rp. 2 miliar.
1) Sensitivitas risiko diukur berdasarkan seberapa sensitive suatu ekposur terhadap
perubahan faktor penentu. Contoh paling popular adalah risiko aset keuangan atau
sekuritas, yang diukur berdasarkan sensitivitas tingkat pengembalian (return) aset
yang bersangkutan terhadap perubahan tingkat pengembalian pasar
2) Volatilitas risiko diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur berfluktuasi.
Ukuran yang umum adalah standard deviasi. Semakin besar standard deviasi suatu

6
Herma Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 49-50.
eksposur, semakin berfluktuasi nilai eksposur tersebut, yang berati semakin berisiko
eksposur atau aset tersebut
3) Pendekatan VaR (valu at risk), risiko diukur berdasarkan kerugian. Maksimum yang
bias terjadi pada suatu aset atau investasi selama periode tertentu, dengan tingkat
keyakinan (level of confidence) tertentu.
4) Matriks frekuensi dan sifnifikansi risiko, teknik pengukuran yang cukup sederhana
(tidak terlalu melibatkan kuantifikasi yang rumit) adalah mengelompokkan risiko
berdasarkan dua dimensi yaitu frekuensi dan signifikansi.
Ada dua hal dalam proses tersebut, yaitu sebagai berikut:
1) Mengembangkan standar risiko, menetapkan standard tersebut untuk risiko yang
telah diidentifikasi. Analisis scenario, kemampuan manajer/perusahaan untuk
memprediksi sesuatu yang akan terjadi, dan besarnya kerugian yang diperoleh.
2) Example, teknik pengukuran berbeda tingkat kecanggihannya, dalam arti berbeda
tipe risiko, berbeda juga teknik yang digunakan.
F. Pengukuran Risiko Dengan Pendekatan Statistik
1. Pengukuran Risiko Bisnis
Berkaitan dengan adanya keputusan leverage operasi, perusahaan akan menanggung risiko,
yang disebut risiko bisnis. Dalam pendekatan statistika, risiko bisnis diartikan sebagai
variabilitas laba operasi atau laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and
tax/EBIT). Dalam pendekatan statistika, risiko total diukur dengan Koefisien Variasi EPS,
atau dihitung dari Koefisien Variasi EBIT kali Degree of Financial Leverage (DFL). Risiko
bisnis diukur dengan Koefisien Variasi EBIT, dan risiko pendanaan diukur dengan
Koefisien Variasi EPS dikurangi dengan Koefisien Variasi EBIT.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah variabilitas penjualan, variabilitas biaya
operasi, dan leverage operasi. Jika ketiga faktor variabilitas tersebut meningkat, risiko
bisnis juga meningkat. Sebaliknya, jika ketiga variabilitas tersebut menurun, risiko bisnis
juga menurun. Jika manajer keuangan perushaan menginginkan risiko bisnis berkuranhg,
tindakan yang dilakukan adalah menstabilkan penjualan, menstabilkan biaya operasi, dan
menutrunkan leverage operasi.
2. Pengukuran Risiko Pendanaan
Karena menggunakan biaya pendanaan tetap, perusahaan sering menghadapi risiko
pendanaan. Risiko pendanaan adalah tambahan risiko sebagai akibat perusahaan
menggunakan pendanaan dengan hutang dan/atau dengan saham preferen. Risiko
pendanaan dapat dicari dengan rumus: koefesien variasi EPS.
Risiko pendanaan memungkinkan terjadi keadaanyang membuat perusahaan tidak dapat
menutup biaya tetap pendanaan yang berupa bunga utang jangka panjang (obligasi)
dan/atau dividen saham preferen. Apabila penggunaan perdanaan dengan obligasi atau
saham preferen semakin meningkat, risiko pendanaan yang ditanggung perusahaan juga
seamkin tinggi adanya biaya tetap pendanaan yang semakin tinggi pula.
3. Pengukuran Risiko Total
Risiko total sama dengan risiko bisnis tambah risiko pendanaan. Jumlah risiko bisnis dan
pendanaan membentuk risiko keseluruhan perusahaan. Risiko perusahaan yang tinggi
mengarahkan perusahaan ke dalam insolvency. Insolvency yang terjadi pada suatu
perusahaan dapat mengakibatkan perusahaan tersebut dilikuidasi.
Apabila kondisinya sedemikian buruk sehingga suatu dengan perusahaan terpaksa harus
dilikuidasi, pemegang saham biasa mempunyai posisi yang sangat lemah dan kecil
kemungkinan untuk mendapatkan laba.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko merupakan suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat
kemungkinan yang merugikan. Oleh karenanya, identifikasi risiko dapat dijabarkan sebagai
proses dimana perusahaan secara terus menerus mengidentifikasi kerugian sebelum terjadinya
suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian atau kerusakan (penyebab langsung
terjadinya kerugian). Kegiatan pengidentifikasian adalah hal yang sangat penting bagi seorang
Manajer. Sebab dalam pengidentifikasian risiko akan menghasilkan daftar kerugian potensial
yang sangat penting bagi seorang manajer untuk dapat menyusun strategi yang lengkap guna
menanggulangi semua kerugian potensial tersebut.
Pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar/kecilnya risiko yang akan terjadi.
Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi perusahaan, kemudian
bisa melihat dampak dari risiko terhadap kinerja perusahaan sekaligus bisa melakukan
prioritisasi risiko, risiko yang mana yang paling relevan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, maka dari itu saran dan kritik yang
membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawi, Herma. 2013. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara.

Maralis, Reni dan Aris Triyono. 2019. Manajemen Risiko. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Mulyawan, Setia. 2015. Manajemen Risiko. Bandung: CV Pustaka Setia.

Suswinarno. 2012. Aman dari Risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta:
Visimedia.

Anda mungkin juga menyukai