Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pembelanjaan Resiko” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu
Ana Mufidah selaku dosen Manajemen Resiko atas pengarahan, dan kemudahan yang
telah diberikan kepada tim penulis dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah
ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca sekalian. Tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.

Jember, 4 Maret 2019

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................................................... i


Kata Pengantar.................................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................................................ 2
BAB IIPEMBAHASAN ................................................................................ Error! Bookmark not defined.
2.1 Pembelanjaan Resiko ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Pendekatan Dalam Pembelanjaan Resiko...................................... Error! Bookmark not defined.
2.3 Risk Financing Transfer ................................................................................................................. 4
2.4Risk Retention (Penanggungan atau Penahanan Risiko) ............................................................... 7
BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 1Error! Bookmark not defined.
3.1 Kesimpulan ................................................................................... 1Error! Bookmark not defined.
3.2 Saran ............................................................................................ 1Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Risiko merupakan hal yang tidak dapat lepas dari suatu keputusan. Setiap
keputusan maupun pilihan pasti memiliki risiko yang menyertainya. Oleh
karena itu, risiko sering kali disebut sebagai bagian dari kehidupan manusia
maupun perusahaan.Sepanjang hidup manusia maupun perusahaan, mereka
akan selalu dihadapi dengan risiko. Hal tersebut semata-mata terjadi karena
manusia tidak tahu persis apa yang akan terjadi pada masa mendatang, bisa jadi
apa yang direncanakan pelaksanaannya gagal, atau tidak sesuai dengan
harapan. Ketika kegagalan terjadi akibat beberapa factor yang dapat maupun
tidak dapat diprediksi, maka kerugianlah yang akan didapatkan oleh pengambil
keputusan sebagai bentuk risiko dari keputusan mereka ambil.

Perusahaan sebagai lembaga bisnis, sama halnya juga dengan manusia,


berada dalam suatu lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian. Berbagai
faktor dari lingkungan, baik itu konsumen, perantara, pesaing, pemerintah dan
faktor lingkungan lainnya akan memberikan pengaruh kepada perusahaan baik
pengaruh positif yang dapat memberikan dorongan atau motivasi, atau
pengaruh yang negatif yang dapat memberikan hambatan, tantangan, atau
bahkan kemunduran kepada perusahaan. Selanjutnya ketika pengaruhnya
positifmaupun negatif, sejauhmanapengaruh positif atau negative
tersebutmemberikan efek kepada kelangsungan kehidupan perusahaan. Semua
itu tentu harus diperhatikan, dianalisis dan didiagnosis, namun tetap saja
ketidak pastian itu tidak bisa kita rubah sesuatu yang pasti. Hanya dengan
perhatian yang memadai, melalui analisis dan diagnosis yang tepat diharapkan
manajemen perusahaan akan dapat memprediksi lebih tepat kemungkinan risiko
yang terjadi, sehingga akan dapat meminimalkan kerugian dari resiko tersebut
apabila hal-hal yang tidak diharapkan terjadi, karena sudah diprediksi
sebelumnya dan disiapkan antisipasinya.
Oleh karena adanya risiko yang selalu melekat dalam setiap keputusan,
maka hadirlah suatu konsep yang disebut sebagai pengendalian
resiko.Pembelanjaan resiko tersebut akan dibahas lebih dalam lagi dalam
makalah ini.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, yang telah diuraikan diatas, maka perumusan


masalah makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan pembelanjaan resiko?


2. Apa saja pendekatan yang adadalam pembelanjaan resiko?
3. Apa yang dimaksud dengan Risk financial Transfer?
4. Apa yang dimaksud dengan Risk Retention ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Penulisan makalah tentang pembelanjaan resiko bertujuan untuk memenuhi tugas


mata kuliah Pengantar Manajemen, sekaligus memahami materi mengenai
pembelanjaan resiko

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembelanjaan Resiko

Pengendalian resiko (risk control) adalah suatu tindakan untuk


menyelamatkan perusahaan dari kerugian yang disebabkan oleh pengambilan
keputusan yang telah dilakukan.Pengendalian resiko merupakan usaha untuk
mengurangi kerugian potensial dan mengusahakan agar resiko lebih dapat
diramalkan. Untuk melaksanakan pengendalian risiko tersebut, salah satu cara yang
dapat dilakukan ialah melakukan pembelanjaan (pembiayaan) yang berhubungan
dengan cara-cara pengadaan dana dalam memulihkan kerugian tersebut.Pembelanjaan
risiko merupakan cara pengadaan dana guna memulihkan kerugian yang disebabkan
oleh risiko yang diterima atas keputusan yang telah diambil. Pendekatan yang ada
dalam pembelanjaan risiko antara lain adalah risk financial transferatau yang biasa
disebut dengan pengalihanrisikodanrisk retention (Penanggungan atau Penahanan
Risiko)

Sebagaimana sudah ditegaskan, bahwa pemindahan resiko dapat digolongkan


dalam dua cara, yaitu pengendalian resiko dan pembelanjaan resiko. Pemindahan
resiko melalui pengendalian resiko tidak memerlukan pengerahan dana, karena dapat
dijalankan dengan :

1. Memindahkan harta atau kegiatan kepada pihak lain

2. Memindahkan tanggungjawab kepada transfree (pihak yang menerima


pemindahan) dengan maksud menghilangkan atau mengurangi tanggungjawab
transferor (pihak yang melakukan pemindahan) terhadap kerugian yang bersangkutan,
dan

3. Menganggap kerugian yang bersangkutan dipikul pihak lain.

2.2 Pendekatan Dalam Pembelanjaan Resiko

5
Pengendalian resiko merupakan usaha untuk mengurangi kerugian potensial
dan mengusahakan agar resiko lebih dapat diramalkan. Pembelanjaan resiko
merupakan cara pengadaan dana untuk memulihkan kerugian. Pendekatan
pembelanjaan resiko dibagi menjadi risk financial transfer atau yang biasa disebut
dengan pengalihanrisiko danrisk retention (Penanggungan atau Penahanan Risiko).

Riskfinancing transfer merupakan usaha memindahkan resiko disertai dengan


pembiayaan. Pemindahan resiko melalui riskfinancing berarti transferer mencari dana
eksternal untuk membayarkan kerugian yang bersangkutan, jika kerugian itu benar-
benar terjadi. Sedangkan risk retention atau yang biasa disebut dengan
Penanggungan atau Penahanan Risikoberarti bahwa perusahaan mempertahankan
sebagian atau seluruh kerugian yang dapat berakibat bagi kerugian yang diberikan.
Tidak semua resiko usaha harus diasuransikan, sehingga resiko-resiko yang relatif
tidak begitu berpengaruh terhadap operasi usaha atau perusahaan, biasanya akan
ditangani oleh perusahaan itu sendiri. Sumber pendanaan untuk menangani resiko
semacam ini berasal dari dalam perusahaan. Penaggungan sendiri ini dapat bersifat
pasif (tidak direncanakan) dan dapat pula bersifat aktif (direncanakan).

2.3 RiskFinancing Transfer

Riskfinancing transfer merupakan usaha memindahkan resiko disertai dengan


pembiayaan. Pemindahan resiko melalui riskfinancing berarti transferer mencari dana
eksternal untuk membayarkan kerugian yang bersangkutan, jika kerugian itu benar-
benar terjadi.

Adapun riskfinancingtranfer dapat dilakukan dengan cara :

 Transfer resiko kepada perusahaan asuransi ( insurance transfer).


 Transfer resiko kepada perusahaan lain yang bukan perusahaan asuransi (non-
insurance transfer) .

A. Insurance Transfer

Insurance Transfer merupakan pemindahan resiko kepada perusahaan


asuransi. Asuransi adalah salah satu cara dalam menghadapi resiko, dengan
mentransfer resiko ke perusahaan asuransi, dengan membayar premi yang jauh lebih
kecil atau minim bila dibandingkan dengan resiko kerugian financial bila terjadi
musibah. Asuransi ialah satu pilar utama dalam merencanakan keuangan masa depan.
Terdapat tiga aliran pemikiran mengenai asuransi. Aliran pertama memandang
asuransi merupakan hubungan tetanggung dengan penanggung sebagai alat pemindah
resiko. Aliran kedua mengabaikan hubungan ini dan memandang asuransi sebagai

6
teknik atau mekanisme penaggungan. Sedangkan aliran ketiga menggabungkan kedua
aliran sebelumnya.

Asuransi meratakan beban kerugian dengan memakai dana-dana yang


disumbangkan oleh para anggota kelompok untuk pembayarannya. Jadi, asuransi
dapat dikatakan alat pemerataan kerugian. Untuk mengurangi beban ekonomi para
anggota kelompok, penaggung juga ikut serta dalam kegiatan pencegahan kerugian.
Akan tetapi tujuan pokok asuransi bukanlah pemerataan atau pencegahan kerugian,
melainkan mengurangi uncertainty (ketidakpastian) yang disebabkan oleh kesadaran
kemungkinan terjadinya kerugian.

Adapun resiko-resiko yang dapat diasuransikan harus memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut :

 Kerugian potensial cukup besar, namun probabilitasnya rendah

Resiko kerugian yang cukup besar merupakan suatu syarat kelayakan ekonomis
asuransi. Kerugian yang mungkin terjadi haruslah cukup besar bagi tertanggung,
sedangkan biaya asuransinya, relatif rendah dibandingkan kemungkinan kerugian
tersebut. Jika kemungkinan kerugian tidak cukup besar bagi tertanggung, mereka
tidak akan tertarik memindahkan resikonya kepada perusahaan asuransi. Banyak
resiko yang cukup ditangani sendiri oleh perusahaan, karena kemungkinan
kerugiannya sedemikian kecil. Contoh, jika karyawan perusahaan sakit ringan, maka
cukup di tangani oleh perusahaan sendiri.

 Probabilitas dapat diperhitungkan

Premi asuransi didasarkan atas ramalan tentang masa depan, sedangkan ramalan
itu didasarkan atas taksiran probabilitas. Probabilitas itu sendiri biasanya didasari
pada pengalaman masa yang lalu.

 Massal dan homogen

Syarat utama bagi suatu perusahan untuk dapat diasuransikan adalah massal.
Artinya, harus ada sejumlah besar unit yang terbuka untuk resiko yang sama. Dalam
hal asuransi mobil, harus ada sejumlah besar mobil. Dalam asuransi jiwa, harus ada
sejumlah besar orang. Untuk memperoleh taksiran probabilitas yang akurat,
diperlukan pengamatan terhadap sejumlah besar kejadian.

 Kerugian yang terjadi bersifat kebetulan

Tertanggung tidak boleh memiliki kontrol atau pengaruh terhadap kejadian yang
akan diasuransikan. Dalam kenyataannya, situasi ini hanya berlaku untuk peristiwa-
peristiwa yang tidak disengaja, misalnya gempa bumi atau cuaca.

7
 Kerugian tertentu

Umumnya perusahaan asuransi berjanji akan membayar kerugian jika terjadi


selama waktu tertentu dan di tempat tertentu. Misalnya, perjanjian untuk menutup
kerugian kebakaran pada lokasi tertentu, berlakunya kontrak ini harus diketahui
kapan dan dimana kerugian itu terjadi.

B. Non Insurance Transfer

Kebanyakan pemindahan resiko kepada pihak non-asuransi dilakukan melalui


kontrak-kontrak bisnis biasa dan melalui kontrak khusus untuk pemindahan resiko.
Isi kontrak berkenaan dengan pemindahan tanggungjawab keuangan atas harta,
kerugian atas net income, kerugian personil dan tanggung gugat kepada pihak ketiga.

Pemindahan ini dapat dibedakan berdasarkan tanggungjawab yang


dipindahkan. Pada keadaan yang ekstrim, transfer hanya memindahkan tanggung
jawab keuangan saja untuk tindakan yang tidak disengaja oleh pihak transfree. Pada
keadaan ekstrim yang lain pihak tramsfree akan menerima ganti rugi berkenaan
dengan yang disebutkan dalam kontrak, tidak memperhatikan apa penyebab kerugian
itu sendiri.

Non-insurance mempunyai beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan


oleh manjerresiko, antara lain sebagai berikut:

 Pertama: Kontrak itu tidak mungkin hanya memindahkan sebagian resiko daripada
resiko yang menurut pendapat manajer telah dipindahtangankan kepada pihak lain.
Oleh karena itu manajer harus mempelajari isi kontrak dengan seksama.

 Kedua: bahasa yang tertulis didalamnya adalah bahasa hukum yang sangat sukar
dipahami oleh orang yang tidak ahli hukum sehingga menyebabkan salah tafsir
atau salah mengerti.

 Ketiga: surat kontrak dapat dibatalkan oleh pengadilan, jika isi kontrak
bertentangan dengan undang-undang peraturan pemerintah, kebijaksanaan
pemerintah atau tidak wajar bagi transfree.

Contoh Non-Insurance RiskFinancing Transfer

 Melauileasing, lessor dapat memindahkan kepada penyewa tanggung jawab


keuangan untuk kerusakan harta atau kecelakaan badan bagi pihak ketiga.
Sebelum ditandatangaini, perjanjian tanggung jawab seperti itu berada pada
pihak lesson.
 Melalui perjanjian leasing, lesse juga dapat menggeser kerugian potensialnya
kepada lessor, tergantung bagaimana perjanjian itu dibuat.

8
 Pemindahan resiko juga terjadi pada kontrak pembangunan suatu bangunan,
dimana dalam kontrak disebutkan adanya pembayaran premi resiko.
 SuretyBond, dalam kontrak yang disebut sureybond terlibat 3 pihak yaitu pihak
surety ( penjamin), pihak obligee (yang dijamin) dan pihak principal.

Surety

Obligee Principal

Misalnya seseorang (obligeee) mengikat perjanjian dengan seorang kontraktor


(principal), di mana didalamnya disebutkan bahwa principal akan menyiapkan
pekerjaan sesuai dengan kontrak dan pihak obligee akan membayar sepenuhnya
apabila pekerjaan sudah diselesaikan, dan masing-masing pihak setuju
mengikatkan perjainjian itu dengan seorang surety. Jika ternyata kontraktor itu
tidak memenuhi kewajibannya, maka surety akan menagihnya jumlah itu pada
principal. Demikian pula sebaliknya.

 Neutralization merupakan proses menyeimbangkan kans kerugian atas kans


keuntungan. Contoh yang paling populer dalam dunia perdagangan adalah
hedging.Hedging ini dilaksanakan dengan jalan misalnya bersamaan dengan
pembuatan kontrak penjualan, maka penjual mengadakan kontrak pembelian
dengan pedagang lain untuk barang yang sama jenisnya; dengan demikian dapat
ditutup risiko kenaikan harga, resiko putusnya persediaan dan sebagainya.

2.4RiskRetention (Penanggungan atau Penahanan Risiko)

Retensi berarti bahwa perusahaan mempertahankan sebagian atau seluruh


kerugian yang dapat berakibat bagi kerugian yang diberikan. Tidak semua resiko
usaha harus diasuransikan, sehingga resiko-resiko yang relatif tidak begitu
berpengaruh terhadap operasi usaha atau perusahaan, biasanya akan ditangani oleh
perusahaan itu sendiri. Sumber pendanaan untuk menangani resiko semacam ini
berasal dari dalam perusahaan. Penaggungan sendiri ini dapat bersifat pasif (tidak
direncanakan) dan dapat pula bersifat aktif (direncanakan).

Dikatakan pasif, bila manajer resiko tidak memperhatikan tentang adanya


exposure, oleh karena itu manajer resiko tidak melakukan usaha sedikitpun untuk
menanganinya. Sedikit sekali perusahaan yang telah mengidentifikasikan semua

9
exposure terhadap kerugian harta benda, kerugian tanggung gugat dan kerugian
personal. Sebagai akibatnya, penanggungan resiko yang tidak terencana merupakan
hal yang umum dijumpai. Kadang-kadang dijumpai perusahaan yang telah
mengidentifikasi resiko, tetapi menaksir terlalu rendah terhadap kerugian potensial
yang mungkin dapat terjadi.

Pada keadaan lain dijumpai pula, bahwa manjerresiko memang peka terhadap
exposure, tetapi terus menerus menunda mengambil keputusan tentang bagaimana
menanganinya. Unplannedretention secara kebetulan dapat dijadikan sebagai
pendekatan yang terbaik bagi eksposur tertentu tetapi tidak pernah menjadi cara yang
rasional.

Rentention disebut aktif jika manajer mempertimbangkan metode-metode lagi


untuk menangani resiko, kemudian memutuskan secara sadar untuk tidak
memindahkan resiko potensial itu. Suatu plannedretention dikatakan rasional atau
tidak, tergantung pada keadaan yang melingkupi pengambilan keputusan untuk
menanggung sendiri resiko itu. Kadang-kadang ditemui bahwa resiko yang menurut
pertimbangan orang banyak seharusnya tidak ditanggung sendiri, ternyata di
tanggung sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, resiko yang
harusnya ditanggung sendiri ternyata justru diasuransikan.

A. Alasan Perusahaan Melakukan Retention

Suatu perusahaan yang menanggung sendiri resiko, dapat digolongkan kedalam salah
satu kategori sebagai berikut:

1. Keharusan karena perusahaan tidak punya pilihan lain

Keharusan (default) menaggung sendiri resiko disebabkan perusahaan tidak mungkin


memindahkan suatu resiko. Misalnya, resiko tanggung jawab untuk tindakan
kriminal, atau keusangan harta. Belum ada perusahaan asuransi yang bersedia untuk
menangani kedua resiko tersebut.

2. Biaya

Jika perusahaan memindahkan resiko kepada perusahaan asuransi maka


perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar premi yang dikategorikan sebagai
berikut :

· Lossallowance, yaitu perkiraan pihak asuransi tentang kerugian harapan pihak


tertanggung.

· Loading yang meliputi biaya profit margin dan perkiraan pengeluaran tak terduga.
Loading dapat mencapai 30% sampai 40% dari premi. Jika perusahaan bermaksud

10
menaggung sendiri resiko, maka harus dipertimbangkan, apakah lebih murah
diasuransikan dibandingkan diasuransikan dengan penghematan pembayaran premi
tersebut ?

3. Kerugian harapan

Jika perusahaan percaya bahwa kerugian harapan yang dihitungnya lebih rendah
dari perkiraan pihak asuransi, maka perusahaan dalam jangka panjang dapat
menghemat pengeluaran sebesar selisih kedua perhitungan itu. Bahkan, jika kerugian
harapan sama dengan perhitungan pihak asuransi, maka pilihan yang tepat masih
pada retention.

Disamping perkiraan kerugian harapan, harus pula dipertimbangkan perkiraan


penyebaran kerugian harapan. Jika perusahaan menghadapi kerugian yang mungkin
tahun berikutnya lebih besar dari yang sanggup ditanggungkan, maka perusahaan
harus sanggup membayar premi asuransi lebih besar dari kerugian harapan, dengan
maksud menghilangkan ketidakpastian dalam jangka pendek. Jumlah ekstra yang
ingin dibayar itu tergantung atas keparahan kerugian potensial, kemampuan untuk
menanggung kerugian, resiko yang diperkirakan (variasi kerugian potensial) serrta
tujuan manajemen resiko perusahaan yang bersangkutan. Misalnya, jika tujuan
manjemenresiko adalah menciptakan ketenangan berpikir dan menstabilkan pendapat,
maka perusahaan akan menaruh perhatian pada variasi kerugian tersebut. Namun, jika
tujuan perusahaan adalah survival, maka variasi kerugian itu akan diabaikan.

Pihak tertanggung yang akan menaggungresiko dalam batas tertentu, tetapi ingin
mendapatkan perlindungan terhadap kerugian yang melebihi batas tersebut dapat
menggabungkan retention dan asuransi melalui axcessinsurance atau deductibles. Hal
tersebut, biasanya melindungi tertanggung atas kerugian perunit atau
perkejadiandiatas suatu jumlah tertentu, tetapi kadang-kadang asuransi ini melindungi
kerugian diatas jumlah kerugian pertahun.

4. Opportunitycost

Opportunitycost menyangkut timing pembayaran premi dibandingkan dengan


pengeluaran untuk kerugian. Jika premium akan sama atau lebih kecil dari kerugian
dan pengeluaran alternatif, serta jarak dan waktu antara pembayaran premi dan
pembayaran kerugian dan pengeluaran alternatif itu akan memberikan keuntungan
lebih besar atas hasil investasi dana cadangan untuk pembayran kerugian itu, maka
perusahaan mungkin lebih memilih retention. Misalnya, premium itu Rp
115.000.000,00 yang dibayar pada permulaan jangka waktu polis. Pembayaran
harapan untuk kerugian dan pengeluaran alternatif Rp 40.000.000,00 dibayar segera
dan Rp 40.000.000,00 dibayar pada akhir bulan ke-6 serta Rp 40.000.000,00 dibayar
pada akhir bulan ke-8. Pembayaran alternatif itu berjumlah Rp 120.000.000,00,

11
tingkat suku bunga yang berlaku 12% pertahun, maka presentvalue-nya adalah Rp
40.000.000,00 + Rp 37.740.000,00 + Rp 33.690.000,00 = Rp 111.430.000,00. Jadi,
jika resiko ditanggung sendiri, maka akan ada keuntungan sebagai berikut:

Rp 115.000.000,00 – Rp 111.430.000,00 = Rp 3.570.000,00

Pengembalian investasi yang tinggi, panjang jarak waktu sebelum kerugian dan
pengeluaran, maka akan semakin penting mempertimbangkan aliran kas tersebut.
Semakin panjang time log (jarak waktu) sehubungan denga kerugian tanggung gugat,
menyebabkan faktor ini menjadi alasan lebih penting untuk menaggung sendiri rsiko
tanggung gugat dari pada resiko harta.

5. Kualitas pertanggungan

Sebagian pengusaha percaya, bahwa pelayanan yang disediakan oleh penaggung


(pihak asuransi) dapat dilaksanakan lebih baik oleh suatu perusahaan lain atau oleh
suatu biro jasa. Pihak asuransi meragukan bahwa perusahaan akan menyelenggarakan
service pertanggungan lebih baik dari pada yang disedikan perusahaan asuransi,
karena perusahaan kurang berpengalaman dan kekurangan tenaga profesional.

 Hal-hal yang mendorong perusahaan melakukan retention, antara lain sebagai


berikut :

 Jika biaya lebih rendah dari biaya yang dibebankan oleh asuransi.
 Jika kerugian harapan lebih rendah dari perkiraan perusahaan asuransi.
 Jika unit yang mengghalangiresiko jumlahnya sangat banyak, sehingga
profitabilitas resiko akan menjadi lebih rendah.
 Tujuan manajemen resiko yang menerima variasi lebih besar dalam kerugian
tahunan.
 Biaya dan jumlah kerugian membengkak dalam jangka panjang, sehingga
mengakibatkan opportunitycost menjadi sangat besar.
 Peluang yang kuat bagi investasi dan mengakibatkan opportunitycost menjadi
besar.
 Keuntungan pelayanan internal (non-insurerservicing).

 Kelemahan tindakan retention ada kemungkinan bahwa :

 Biaya yang lebih besar daripada biaya yang dibebankan pihak asuransi
 Kerugian harapan lebih besar dari pada kerugian yang diperkirakan
perusahan asuransi

12
 Ekspor unit sedikit, kemungkinan resiko tinggi dan perusahaan sukar untuk
meramalkan probabilitas kemungkinan kerugian secara cermat
 Ketidakmampuan keuangan menopang maximumpossibleloses atau
maximumprobableloses dalam shortrun
 Tujuan manajemen resiko yang ditekankan kepada ketenangan pikiran dan
variasi laba tahunan yang kecil
 Pembayaran kerugian dan expense membengkak selama jangka waktu yang
pendek
 Peluang investasi terbatas serta tingkat pengembalian yang rendah
 Lebih menguntungkan jasa perusahaan asuransi
 Peraturan perpajakan dapat pula menyebabkan retention menjadi kurang
menarik.

B. Cara Penyediaan Dana

Penyediaan dana untuk program retention dapat dilakukan dengan salah satu cara dari
cara-cara berikut :

1. Tanpa penyediaan dana sebelumnya

Resiko yang ditanggung perusahaan pada suatu waktu dapat menimbulkan


kerugian. Dengan cara seperti ini, maka kerugian perusahaan akan ditutup dengan
dana yang kebetulan tersedia atau dibebankan pada pendapatan ditahun yang
bersangkutan. Pendekatan semacam ini mengandung bahaya jika kerugian
sedemikian besar, sehingga tidak dapat ditutup oleh laba pada tahun yang
bersangkutan. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan terpaksa mencari dana yang
mungkin diperoleh dengan biaya mahal atau dengan menjual murah aset perusahaan
untuk menutup kerugian yang dihadapi.

2. Membentuk dana dan cadangan

Dengan cara ini, dana untuk menutup resiko dapat diperoleh dari dana
cadangan yang setiap tahun dikredit dengan laba yang disisihkan. Banyaknya dana
yang disisihkan itu adalah sejumlah kerugian yang diperkirakan pertahun. Ada
perusahaan yang membentuk cadangan umum saja, ada pula yang membentuk
cadangan khusus. Misalnya, cadangan piutang tak tertagih, cadangan biaya
pengobatan, cadangan biaya kecelakaan kerja dan sebagainya.

 Beberapa kelemahan dengan cara ini adalah sebagai berikut :

Cadangan adalah pemindah bukuan secara accounting yang setiap hari belum
tentu tersedia uang tunai sebanyak yang tercatat dalam rekening cadangan yang

13
bersangkutan, sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan memperoleh uang
tunai untuk menutupi resiko.

 Penaksiran expectedloss jarang sekali tepat.


 Berkaitan dengan pajak, belum tentu cara seperti ini diizinkan oleh
pemerintah, karena kan mengurangi pendapatan kena pajak.

3. Selfinsurance

Untuk mengatasi kelemahan pengelolaan dana seperti yang disebutkan diatas,


perusahaan yang memisahkan pengelolaan dana cadangan itu dari pengelolaan dana
perusahaan. Self-insurance adalah bagian dalam organisasi suatu perusahaan yang
berwenang mengelola dana yang dicadangkan. Selfinsurance dapat menginvestasikan
dana cadangan perusahaan dalam kegiatan yang produktif, selama dana tersebut
belum terpakai dengan catatan dana tersebut dapat ditarik sewaktu-waktu jika
perusahaan menderita kerugian karena suatu peristiwa secara tiba-tiba.

4. Captiveinsurer

Ada perusahaan yang mengorganisasikan sebuah perusahaan asuransi yang


sebagian besar nasabahnya adalah orang perusahaan itu sendiri. Asuransi seperti itu
disebut captiveinsurer. Keuntungan yang mendorong perusahaan mendirikan
captiveinsurer karena captiveinsurer dapat membeli perlindungan dari perusahaan re-
asuransi yang lebih flexible dan tidak begitu banyak pembatasan, sedangkan
selfinsurer tidak dapat memperoleh perlindungan dari re-asuransi. Oleh karena itu,
perusahaan melalui captiveinsurer-nya dapat membeli perlindungan untuk resiko
yang luar biasa atau untuk resiko yang tidak sanggup ditanggung oleh perusahaan
asuransi biasa

14
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Pengendalian resiko merupakan usaha untuk mengurangi kerugian potensial


dan mengusahakan agar resiko lebih dapat diramalkan. Pembelanjaan resiko
merupakan cara pengadaan dana untuk memulihkan kerugian. Pendekatan
pembelanjaan resiko dibagi menjadi risk financial transfer atau yang biasa disebut
dengan pengalihanrisiko danrisk retention (Penanggungan atau Penahanan Risiko).

3.2 Saran
Perusahaan dapat memilih alternatif pendekatan dalam melakukan
pengendalian resiko sesuai dengan situasi dan kondisi dalam perusahaan yang
bersangkutan. Karena,
tidak semua resiko usaha harus diasuransikan. Sehingga,resiko-resiko yang relatif
tidak begitu berpengaruh terhadap operasi usaha atau perusahaan, biasanya akan
ditangani oleh perusahaan itu sendiri.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Manajemen Risiko di https://repository.unikom.ac.id/32967/1/9 (akses


3Maret 2019)
Darmawi, Herman. 2013. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara

16

Anda mungkin juga menyukai