Anda di halaman 1dari 7

JAWABAN NO 1

Memaksimalkan nilai perusahaan (harga saham) tidak identik atau tidak sama dengan
memaksimalkan laba / profit. Adapun perbedaan-perbedaan nya antara lain:

- Pertama, Memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimumkan nilai sekarang semua


keuntungan di masa yang akan datang yang akan diterima oleh pemilik perusahaan. Sedangkan
memaksimalkan laba/profit tidak memperhatikan dimensi waktu, profit maksimum dapat dicapai
pada saat biaya marginal sama dengan pendapatan marginal.

- Kedua, Nilai perusahaan adalah merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli
apabila perusahaan dijual, semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin besar kemakmuran yang
akan diterima oleh pemilik perusahaan. Sedangkan pengertian dari laba/profit itu sendiri bisa
menyesatkan. Apakah perusahaan harus memaksimumkan jumlah profit secara nominal ataukah
tingkat profit?

- Ketiga, Memaksimalkan nilai perusahaan merupakan pedoman di dalam pengambilan keputusan


yang memperhatikan faktor resiko. Sedangkan memaksimalkan profit tanpa memperhitungkan
tingkat risiko setiap alternatif akan sangat menyesatkan.

- Keempat, Memaksimalkan nilai perusahaan lebih menekankan pada aliran kas daripada sekedar
laba bersih dalam pengertian akuntansi.

Memaksimalkan kemakmuran pemegang saham adalah tujuan yang lebih tepat sebagai pedoman
keputusan manajemen keuangan.

Perbedaan mendasar antara maksimalisasi laba dan maksimalisasi kekayaan dijelaskan dalam poin di
bawah ini:

1. Proses di mana perusahaan mampu meningkatkan kapasitas penghasilan yang dikenal


sebagai Profit Maximization. Di sisi lain, kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai
sahamnya di pasar dikenal sebagai maksimalisasi kekayaan.

2. Maksimalisasi keuntungan adalah tujuan jangka pendek dari perusahaan sedangkan tujuan
jangka panjang adalah Maksimalisasi Kekayaan.

3. Maksimalisasi Keuntungan mengabaikan risiko dan ketidakpastian. Berbeda dengan Wealth


Maximization, yang mempertimbangkan keduanya.

4. Maksimalisasi Keuntungan menghindari nilai waktu dari uang, tetapi Maksimisasi Kekayaan
mengenalinya.

5. Maksimalisasi Keuntungan diperlukan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan


perusahaan. Sebaliknya, Wealth Maximization mempercepat laju pertumbuhan perusahaan
dan bertujuan untuk mencapai pangsa pasar maksimum ekonomi.
Kesimpulan

Selalu ada kontradiksi antara Profit Maximization dan Wealth Maximization. Kita tidak bisa
mengatakan mana yang lebih baik, tetapi kita bisa membahas mana yang lebih penting bagi
perusahaan. Laba adalah persyaratan dasar dari setiap entitas. Kalau tidak, ia akan kehilangan
modal dan tidak bisa bertahan dalam jangka panjang. Tetapi, seperti kita ketahui, risiko selalu
dikaitkan dengan laba atau dalam bahasa sederhana, laba secara langsung berbanding lurus
dengan risiko dan semakin tinggi laba, semakin tinggi pula risiko yang terlibat dengannya.
Jadi, untuk mendapatkan jumlah laba yang lebih besar, seorang manajer keuangan harus
mengambil keputusan seperti itu yang akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Dalam jangka pendek, faktor risiko dapat diabaikan, tetapi dalam jangka panjang, entitas
tidak dapat mengabaikan ketidakpastian. Pemegang saham menginvestasikan uang mereka di
perusahaan dengan harapan mendapatkan pengembalian yang baik dan jika mereka melihat
tidak ada yang dilakukan untuk meningkatkan kekayaan mereka. Mereka akan berinvestasi di
tempat lain. Jika manajer keuangan mengambil keputusan sembrono tentang investasi
berisiko, pemegang saham akan kehilangan kepercayaan mereka pada perusahaan itu dan
menjual saham yang akan berdampak buruk pada reputasi perusahaan dan akhirnya nilai
pasar saham akan turun.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa untuk pengambilan keputusan sehari-hari,
Maksimalisasi Keuntungan dapat dipertimbangkan sebagai parameter tunggal tetapi ketika
sampai pada keputusan yang secara langsung akan mempengaruhi kepentingan pemegang
saham, maka Maksimalisasi Kekayaan harus dipertimbangkan secara eksklusif.

Grafik perbandingan

Dasar untuk
Memaksimalkan keuntungan Maksimalisasi Kekayaan
Perbandingan
Tujuan utama dari suatu keprihatinan Tujuan akhir dari keprihatinan
Konsep adalah untuk mendapatkan jumlah ini adalah untuk meningkatkan
keuntungan yang lebih besar. nilai pasar sahamnya.
Mencapai tujuan jangka
Tekankan pada Mencapai tujuan jangka pendek.
panjang.
Pertimbangan Risiko
Tidak iya nih
dan Ketidakpastian
Bertindak sebagai tolok ukur untuk
Memperoleh pangsa pasar yang
Keuntungan menghitung efisiensi operasional
besar.
entitas.
Pengakuan Pola
Tidak iya nih
Pengembalian Waktu

Perbedaan yang bersifat prinsip di antara tujuan perusahaan memaksimalkan laba dengan
memaksimalkan kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan.
TUJUAN PERUSAHAAN MEMAKSIMALKAN LABA

1. Memaksimumkan laba tidak memperhatikan dimensi waktu atau berorientasi jangka pendek.

2. Laba yang disajikan pada laporan laba-rugi bukanlah besaran yang menunjukkan arus kas. Namun
dalam manajemen keuangan, pengambilan keputusan justru didasarkan atas arus kas ( cashflow ).

3. Memaksimumkan laba tidak memperhatikan faktor resiko

4. Memaksimumkan laba tidak memperhatikan waktu (timing).

TUJUAN PERUSAHAAN MEMAKSIMALKAN KEKAYAAN PEMEGANG SAHAM ATAU NILAI PERUSAHAAN

1. Memaksimumkan nilai perusahaan berarti memaksimumkan nilai sekarang dari semua keuntunga
yang akan diterima oleh pemegang saham di masa yang akan datang atau berorientasi jangka
panjang.

2. Memaksimumkan laba lebih menekankan pada arus kas dari pada sekadar laba menurut
pengertian akuntansi.

3. Mempertimbangkan faktor risiko.

4. Memaksimumkan nilai perusahaan memperhatikan waktu (timing).

JAWABAN NO 2

Hubungan Risiko dan Tingkat Pengembalian

Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam
pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk).
Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di masa mendatang,
sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan. Dalam
industri keuangan pada umumnya, terdapat suatu jargon yaitu “high risk bring about high
return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada risiko
yang lebih besar pula.

Risk and return adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi, dan individu
dalam keputusan keuangan yaitu, baik kerugian maupun keuntungan dalam suatu periode
akuntansi. Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian adalah :

 Bersifat linear atau searah.


 Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko.
 Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin
besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
 Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.

JAWABAN NO 3

Ketika kita mempelajari laporan keuangan dalam akuntansi, penekanannya adalah pada laba
bersih perusahaan yang tercantum di dalam laporan laba rugi. Sedangkan dalam finance
(keuangan), kita memfokuskan pada arus kas bersih.

Walaupun demikian, arus kas dan laba bersih memiliki hubungan yang cukup erat. Arus kas
bersih merupakan penjumlahan dari laba bersih perusahaan, pendapatan nonkas dan beban
nonkas. Sehingga makin besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan, semakin besar pula
arus kas perusahaan.

Hal itu dikarenakan nilai aset atau nilai perusahaan secara keseluruhan ditentukan oleh arus
kas yang dihasilkannya. Laba bersih perusahaan itu penting, akan tetapi arus kas lebih
penting karena deviden harus dibayarkan dalam bentuk kas dan kas diperlukan untuk
membeli aset yang diperlukan untuk melanjutkan operasi.

Selain itu, posisi kas yang mencukupi perlu dimiliki oleh sebuah perusahaan. hal itu
disebabkan karena kelangsungan hidup perusahaan menjadi tidak terjamin pada bisnis yang
kehabisan kas. Ketika hal ini terjadi, perusahaan tidak mampu membayarkan biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan penjualan berikutnya. Oleh karena itu, sudah selayaknya
seorang investor juga menaruh perhatian yang besar terhadap arus kas dari sebuah perusahaan
yang diinvestasikan.

JAWABAN NO 4

Definisi Efisiensi Pasar

Secara umum, efisiensi pasar (Market efficiency) didefinisikan oleh Beaver (1989) sebagai
hubungan antara harga-harga sekuritas dengan informasi.

Suatu pasar dikatakan efisien apabila harga barang-barang yang dijual telah menunjukan
semua informasi yang ada sehingga tidak bias menjadi terlalu murah atau terlalu mahal.

Fama (1970) menyatakan bahwa pasar yang efisien adalah pasar yang harganya mencerminkan
informasi yang relevan, yang berarti harga saham tersebut sulit untuk diprediksi.

Pasar efisien (market efficient) adalah suatu kondisi dimana pasar bereaksi dengan cepat dan
akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi
yang tersedia.
(Hartono, 2013). Fama (1970)dalamHartono(2013:559)mendefinisikan pasar yangefisien
adalah:“ Suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritasmencerminkan
secara penuh informasi yangtersedia (a security market isefficient if securityprices“fully
reflect”the informartion available).”

IMPLIKASI PASAR EFISIEN

Implikasi hipotesis pasar efisien terhadap investor yang berinvestasi di pasar modal dilihat
dari implikasinya terhadap investor yang menerapkan:

• Analisis teknikal. Mereka pada dasarnya percaya bahwa pergerakan harga saham di masa
yang akan datang bisa diprediksi dari data pergerakan harga saham di masa lampau.
• Analisis fundamental. Merupakan analisis saham yang dilakukan dengan mengestimasi nilai
intrinsik saham berdasar informasi fundamental yang telah dipublikasikan perusahaan
(seperti laporan keuangan, perubahan dividen dan lainnya) untuk menentukan keputusan
menjual atau membeli saham.

Konsep pasar efisien memiliki implikasi penting bagi investor khususnya terkait dengan
strategi perdagangan yang dipilih. Investor yang tidak percaya dengan pasar efisien akan
cenderung melakukan strategi perdagangan aktif untuk memperoleh return lebih tinggi
dibanding sesama investor lainnya.

Untuk menganalisis dan menilai saham dengan tepat investor dapat menggunakan beberapa
analisis. Pertama, Analisis Teknikal yaitu mereka pada dasarnya percaya bahwa pergerakan
harga saham di masa yang akan datang bisa diprediksi dari data pergerakan harga saham di
masa lampau. Kedua, Analisis Fundamental yaitu analisis saham yang dilakukan dengan
mengestimasi nilai intrinsik saham berdasar informasi fundamental yang telah dipublikasikan
perusahaan (seperti laporan keuangan, perubahan dividen dan lainnya) untuk menentukan
keputusan menjual atau membeli saham.

JAWABAN NO 5

Masalah keagenan adalah masalah yang mungkin timbul antara pemegang saham dengan
manajemen. Masalah keagenan biasanya terjadi ketika ada konflik kepentingan dalam hal
kebijakan yang harus dilakukan di dalam sebuah hubungan keagenan. Keadaan ini dapat
terjadi pada perusahaan dengan kepemilikan saham manajerial. Perusahaan yang memiliki
masalah keagenan akan mengalami penurunan saham. Penetapan masalah keagenan
digunakan untuk mengurangi tindakan pengelolaan perusahaan yang dapat merugikan pihak
pemilik modal. Perhitungan tingkat masalah keagenan ditentukan melalui selisih antara hasil
nyata dan hasil yang diharapkan.

Masalah keagenan dapat timbul akibat perbedaan kepentingan antara pihak manajemen
dengan pemilik modal. Manajemen sebagai agen dari pemilik modal memiliki kepentingan
untuk menghindari risiko sehingga dapat berselisih dengan kepentingan pemilik modal.
Penyebaran pemegang sahan juga mempengaruhi masalah keagenan yang timbul. Semakin
banyak pemegang saham maka semakin sulit pengawasan saham oleh pihak manajer
sehingga masalah keagenan dapat timbul. Masalah keagenan menimbulkan biaya keagenan.
Biaya ini timbul untuk menyelesaikan masalah keagenan.Semakin banyak masalah keagenan,
maka keuntungan pemilik modal semakin berkurang.

Masalah keagenan menurut Demsey dan Laber (1993) banyak dipengaruhi oleh insider
ownerShip. Insider ownership adalah pemilik perusahaan sekaligus menjadi pengelola
perusahaan. Semakin besar insider ownerShip, perbedaan kepentingan antara pemegang
saham (pemilik) dengan pengelola perusahaan semakin kecil, mereka akan bertindak
lebih hati-hati karena mereka akan ikut menanggung konsekuensi dari tindakan yang
dilakukan. Apabila insider ownership kecil, yang berarti hanya sedikit jumlah
pemegang saham yang ikut terlibat dalam mengelola perusahaan maka semakin tinggi
kemungkinan munculnya masalah keagenan karena perbedaan kepentingan antara
pemilik saham dengan pengelola perusahaan semakin besar.

Masalah keagenan (agency problem) muncul ketika principal kesulitan untuk memastikan
bahwa agent bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan principal (Yushita, 2010).
Manajemen bersikap tidak membedakan terhadap risiko, sedangkan pemilik menghindari
risiko, tetapi manajemen dan bukan pemilik yang menanggung risiko dengan bayaran
tertentu. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena prinsipal tidak dapat
memonitor aktivitas manajemen sehari-hari secara terus menerus untuk memastikan bahwa
manajemen bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal. Konflik kepentingan antara pemilik
dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan prinsipal
sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).

Bagaimana Mengatasi Masalah Keagenan?

Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengatasi atau lebih tepatnya meminimalkan konflik
kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan agen, seperti yang diutarakan oleh Bathala(1994):

1. Menyamakan kepentingan manajemen


2. Pengawasan Good corporate governance (GCG)
3. Pemberian reward dan punishment (penghargaan dan hukuman)
4. Utang sebagai sumber pendanaan perusahaan
5. Intervensi langsung oleh pemegang saham
6. Meningkatkan kepemilikan saham oleh institusi.

Sedangkan dalam penelitian Masdupi (2005) dikemukakan beberapa


Cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi masalah keagenan. Pertama, dengan
meningkatkan insider ownership. Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan manajemen
untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai
dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer
menjadi termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan
kemakmuran pemegang saham.

Kedua, dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui penggunaan


hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham
sehingga meminimalisasi biaya keagenan ekuitas. Akan tetapi, perusahaan memiliki
kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayarkan beban bunga secara periodik.
Selain itu penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan menimbulkan konflik keagenan
antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya keagenan hutang.

Ketiga, institutional investor sebagai monitoring agent. Bentuk distribusi saham dari luar


yaitu institutional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi biaya keagenan
ekuitas. Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat
digunakan untuk mendukung atau menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau
penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan dalam perusahaan.

Ernawaty (2009) mengemukakan cara-cara untuk mengatasi masalah keagenan, antara lain.
1. Meningkatkan kepemilikan manajerial
Dengan adanya kepemilikan saham, maka manajer akan merasakan langsung manfaat dari
keputusan yang diambil dan juga merasakan apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi
dari pengambilan keputusan yang salah.
2. Pendekatan pengawasan eksternal
Pendekatan ini dilakukan melalui penggunaan utang. Adanya utang akan dapat mengendalikan
penggunan free cash flow secara berlebihan oleh manajer karena perusahaan harus melakukan
pembayaran atas bunga dan pokok pinjaman secara periodik serta mematuhi ketentuan pada
perjanjian utang.
3. Institutional investor sebagai monitoring agent
Adanya kepemilikan saham oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan
yang lebih optimal terhadap kinerja manejemen.

Anda mungkin juga menyukai