Anda di halaman 1dari 7

PELUANG DAN TANTANGAN PERBANKAN

SYARI’AH DI INDONESIA

H. A. Khumaidi Ja’far
Dosen Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung
Jl Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung
email: komedjafar@yahoo.co.id

Abstrak
Perbankan syari’ah semakin hari perkembangannya semakin dikenal di masyarakat. Tak hanya
untuk kalangan Islam semata, tetapi juga bagi mereka yang non muslim. Peluang perbankan
syariah ke depan amat besar. Mengingat, banyaknya komponen yang mendukung terciptanya
perbankan syariah yang sehat dan terpercaya. Berbagai komponen pendukung tersebut perlu
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Peluang yang ada, sekecil apapun akan ikut berkontribusi dalam
pengembangan perbankan syariah. Hanya saja, peluang untuk menjadi perbankan syariah yang
mapan, tidak lepas dari berbagai tantangan. Baik yang berasal dari dalam, maupun datang dari
luar. Kesemua tantangan perlu dihadapi, dipecahkan untuk selanjutnya dicari solusinya yang
tepat demi kemajuan perbankan syariah.
Kata Kunci: Peluang, Tantangan, Perbankan Syari’ah

A. Pendahuluan
Dalam historisnya di Indonesia, praktik rentenir yang merugikan rakyat kecil.
perbankan syari’ah lahir dari rahim MUI Sehingga peranan BPR sangat berarti dalam
yang secara formal ditandai dengan berdirinya proses pembangunnan (agent of
Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun development) untuk mewujudkan
1991. BMI sebagai bank syari’ah pertama pemerataan pembangunan terutama
boleh dikatakan sebagai anak emas dari berfungsi untuk pemerataan fungsi pelayanan
hasil kerja keras Tim Perbankan, yang perbankan bagi masyarakat.1
dibentuk MUI. Selanjutnya, bank syari’ah
semakin lama mengalami pertumbuhan dan B. Pembahasan
perkembangan yang pesat hingga sekarang. 1. Perkembangan Perbankan Syari’ah
Embrio Bank syari’ah di Indonesia Sistem ekonomi syari’ah semakin hari
tidak lepas dari perkembangan Bank perkembangannya semakin dikenal di
perkreditan syari’ah (BPRS) yang masyarakat. Tak hanya untuk kalangan
diperkenalkan oleh Bank Rakyat Indonesia Islam semata, tetapi juga bagi mereka yang
(BRI) pada tahun 1977 dengan istilah bank non muslim. Ini ditandai dengan makin
perkreditan rakyat (BPR) untuk banyaknya nasabah-nasabah pada bank yang
menggulirkan kredit pedesaan bagi menerapkan konsep syariah. Melihat
pembinaan lumbung desa, bank pasar, bank perkembangan itu, tidak tertutup kemungkinan
pegawai dan bank jenis lainnya. Peranan pada masa mendatang seluruh aspek
BPR sangat strategis untuk menyediakan perekonomian akan berbasiskan syari’ah. Ini
dana pinjaman dalam skala kecil (kredit
mikro) dan melindungi masyarakat dari 1Syafi’i, M. Antonio. Bank Syariah dari Teori
ke Praktek, GIP, Jakarta, 2001. h. 50

51
menunjukkan nilai-nilai Islam dapat kesadaran mereka untuk berperilaku secara
diterima di berbagai kalangan karena Islami termasuk didalamnya yaitu aspek
sifatnya yang universal, tidak eksklusif dan muamalah atau bisnis. Ini diperkuat dengan
tentu saja memiliki output yang kompetitif keluarnya fatwa MUI tentang haramnya
dengan perbankan konvensional. bunga bank. Sehingga nasabah muslim dengan
Kini pun telah hadir pegadaian kesadarannya mencari alternatif yang sesuai
syari’ah, pembiayaan syari’ah, asuransi dengan keyakinan mereka.
syari’ah dan produk-produk keuangan lainnya. Kedua, sistem bagi hasil terbukti lebih
Satu persamaan antara bank syari’ah dan menguntungkan dan tangguh dalam
bank konvensional adalah kedua-duanya menghadapi goncangan krisis moneter. Belajar
berusaha mencari keuntungan yang sebesar- dari pengalaman ketika krisis moneter
besarnya. Tentu saja dengan tujuan tersebut, melanda Indonesia pada 1997, sejumlah bank
bank syari’ah dituntut untuk berkembang dan konvensional goncang dan akhirnya
menjadi lembaga finansial yang bonafid dilikuidasi karena mengalami negative
dan profesional. spread, yang akhirnya tidak mampu
Artinya, bank syari’ah dalam menajemen menunaikan kewajibannya kepada
investasi dan finansial juga dituntut untuk masyarakat.
menggunakan asas profit oriented Kebijakan bunga tinggi yang diterapkan
sebagaimana bank konvensional. Maka pemerintah selama krisis berlangsung telah
bank syari’ah bukan sekedar menggunakan membuat bank-bank Konvensional (dengan
jalur emosional keagamaan untuk menjaring sistem bunga) mengalami bunga negatif
nasabahnya. Itulah salah satu persamaan (negative spread) , Akibatnya dalam masa
yang bisa dijadikan referensi dan motivasi satu tahun saja, 64 bank terlikuidasi dan 45
dalam mengembangkan kebijakan- lainnya bermasalah yang masuk dalam
kebijakan perbankan syari’ah. Di sisi lain, Bank Beku Operasi (BBO) yang berada di
Bank Syari’ah juga mempunyai tugas dan bawah pengawasan Badan Penyehatan
kewajiban yang harus diembannya, yaitu Perbankan Nasional (BPPN). Hal ini terjadi
menjalankan pertumbuhan ekonomi karena bank harus membayar bunga
berdasarkan ketentuan syari’ah, dimana simpanan nasabah yang jauh lebih tinggi
usaha mencari keuntungan yang sebesar- dari pada bunga kredit yang diterimanya
besarnya itu harus didasarkan pada dari debitur. Kondisi tersebut tidak
pedoman yang telah ditetapkan syari’ah, berpengaruh sama sekali terhadap
disinilah letak simpul perbedaannya. perbankan syari’ah (yang memakai sistem
Dewasa ini semakin banyak bagi hasil). Hal ini terjadi disebabkan bank
bermunculan bank-bank yang menggunakan syari’ah tidak dibebani kewajiban untuk
sistem syari’ah. Bahkan tak sedikit bank- membayar bunga simpanan kepada para
bank syari’ah yang merupakan konversi dari nasabahnya .Bank syari’ah hanya
bank-bank konvesional mapan yang mencoba membayar bagi hasil kepada nasabahnya
sebuah alternative lain untuk menggaet sesuai dengan margin keuntungan yang
nasabah sebanyak-banyaknya. Ada sejumlah diperoleh bank, dengan sistem ini bank
alasan mengapa perbankan konvensional yang ada syari’ah tidak akan mengalami negative
sekarang ini mulai melirik sistem syari’ah, di spread sebagaimana dialami oleh perbankan
antaranya:2 konvensional yang memakai sistem bunga.
Pertama, pasar potensial karena Bisa jadi hal inilah yang menjadi pemicu
mayoritas penduduk Indonesia beragam suburnya perbankan syariah di Negara-
Islam dan dengan semakin tumbuhnya negara yang berpenduduk muslimnya
minoritas. Sebagai contoh, 60 persen
nasabah Bank Islam di Singapura adalah
2 A. Karim, Adiwarman. Ekonomi non muslim. Kalangan perbankan di Eropa
Islam: Suatu Kajian Kontemporer, GIP,
Jakarta, 2001. h. 107 pun sudah melirik potensi perbankan
52
syariah. BNP Paribas SA, bank terbesar di syari’ah di masa depan, diperkirakan akan
Peraneis telah membuka layanan semakin cerah.’ Menarik untuk dicatat,
Syariahnya, yang diikuti oleh UBS group, Bank Indonesia telah merevisi proyeksi
sebuah kelompok perbankan terbesar di pertumbuhan aset dan jaringan kantor bank
Eropa yang berbasis di Swiss, telah syari’ah. Pada tahun 2011 diperkirakan aset
mendirikan anak perusahaan yang diberi bank syari’ah mencapai Rp 171 triliun
nama Noriba Bank yang juga beroperasi dengan share bank syari’ah sekitar 9,10
penuh dengan sistem syariah.3 persen dari total bank di Indonesia dengan
Demikian halnya dengan HSBC dan Chase jumlah kantor cabang diperkirakan mencapai
Manhattan Bank yang juga membuka 817 buah. Untuk tahun 2005, menurut Ketua
window Syari’ah. Bahkan kini di Inggris, DSN, KH. Ma’ruf Amin akan ada tiga
tengah dikembangkan konsep pembiayaan bank asing dan 14 BPD yang membuka
real estate dengan skema Syari’ah. Ini semua layanan syari’ah.4
membuktikan bahwa konsep ekonomi Islam Peluang yang besar dan terbuka lebar
diminati oleh semua kalangan lintas bagi perbankan syari’ah di Indonesia,
keyakinan. Jelas ini sebuah peluang bisnis merupakan sesuatu yang wajar. Setidaknya
dan investasi yang menggoda. ada sejumlah argumentasi untuk
Masih adanya bank-bank syariah yang menguatkan pendapat ini. Pertama,
berbau kapitalis tentu harus menjadi mayoritas penduduk Islam. Kuantitas ini,
perhatian semua pihak, artinya bank hanya merupakan bangsa pasar yang begitu potensial.
memberikan bantuan kepada pemilik usaha Ketika umat Islam mau memanfaatkan
besar saja, sedangkan pemilik usaha maka bank syari’ah akan berkembang lebih
menengah ke bawah tidak mendapat pesat dan dahsyat. Akan tetapi, bukan
bantuan sama sekali atau kecil kemungkinan berarti menafikan pelanggan non-muslim,
mendapat hak yang sama dengan pemilik bahkan menjadi tantangan tersendiri bagi
usaha bermodal besar. Padahal keadilan juga insan perbankan syari’ah untuk meraihnya.
merupakan bagian dari syariat Islam. Kemudian Beberapa perbankan syari’ah luar negeri,
mengoperasionalisasikan secara konsisten sudah banyak memiliki customer non-
filosofi dasar bank syari’ah yang berbeda muslim. Kedua, fatwa bunga bank. Fatwa ini,
dengan filosofi dasar bank konvensional. dapat menjadi legitimasi bagi perbankan
Bahwa muarnalah atau bisnis yang dilakukan syariah dalam mensosialisasikan kiprahnya.
adalah dalam rangka ibadah untuk Umat perlu disadarkan bahwa ada alternatif
mendapatkan ridha Allah Swt. Maka setiap pilihan, bahkan solusi untuk menghindari
bankir ataupun mereka yang terlibat dalarn bunga, berganti sistem bagi hasil (profit
menggiatkan perbankan syari’ah sudah sharing) yang lebih berkeadilan. Walaupun
seharusnya menggunakan kacarnata Islam tidak lantas terjebak dengan sentimen
dalam memandang kehidupan, tak hanya emosional keagamaan tapi tetap
dalam satu aspek saja. Sehingga mengedepankan rasional profesional dengan
pelaksanaan syariat Islarn tidak terkesan tampilnya bank syariah yang sehat dan
parsial atau pragmatis. terpercaya. Ketiga, menggeliatnya
kesadaran beragama. Hal ini ditandai
2. Peluang Perbankan Syari’ah dengan maraknya acara keagamaan seperti
Perbankan syari’ah, sesungguhnya pengajian dan umroh para eksekutif dan
memiliki peluang yang besar untuk terus selebritis, diskusi aktual keislaman di
berkembang. Gubernur BI, Burhanuddin kampus atau masjid, termasuk kuliah subuh
Abdulah menegaskan, ‘prospek perbankan di radio dan televisi. Bahkan ada majelis
atau instansi mengadakan acara keagamaan
3 Sumitro, Warkum, Asas-Asas Perbankan
Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, Rajawali 4 Dewan Syari’ah Nasional. Himpunan Fatwa
Press, Jakarta, 1997, h. 86 Dewan Syari’ah Nasional, Jakarta, 2001.h. 35
53
secara rutin. Tentunya, semua ini memberi cukup berat. Secara umum, tantangan berat
andil cukup besar dalam menggugah yang harus dipecahkan itu adalah
kesadaran beragama, termasuk untuk bagaimana menjadikan industri keuangan
menerapkan perekonomian Islam. Keempat, syari’ah yang mapan (established), yakni
menjalarnya penerapan ekonomi Islam. Saat perbankan syari’ah yang profesional, sehat
ini, hadir asuransi syariah (takaful), dan terpercaya. Apabila diklasifikasikan,
pegadaian syari’ah, MLM syariah (ahad berbagai tantangan tersebut ada yang
net), koperasi syariah, pasar modal dan berasal dari dalam (internal), dan ada yang
obligasi syari’ah termasuk bisnis hotel datang dari luar (eksternal). Tantangan dari
syariah. Pada gilirannya, memberi peluang dalam adalah sejumlah tantangan yang
begitu lebar bagi bank syariah untuk harus dipecahkan, berasal dari ‘ diri ‘ bank
melakukan net working, sehingga akan lebih syari’ah sendiri. Sejumlah tantangan itu
berkembang dan bisa saling menguntungkan. meliputi;5
Kelima, berkembangnya lembaga keislaman. a. Pengembangan kelembagaan. Sampai
Kehadiran partai Islam pasca reformasi, saat ini, kelembagaan perbankan syari’ah
setidaknya berpengaruh terhadap iklim belum sepenuhnya mapan. Beberapa
kehidupan nasional. Terutama ketika politisi hal masih perlu dibenahi, terutama
muslim tampil sebagai pembuat kebijakan (law dalam manajemen, tugas dan wewenang,
maker). Diharapkan kebijakannya sesuai peraturan, dan struktur keorganisasian.
syariah dan mendukung penuh pada Hubungan antara bank konvensional
kemajuan bank syariah. Berdirinya sekolah dengan unit syari’ahnya (subsystem) perlu
tinggi ekonomi Islam atau sejumlah diperjelas, agar sinergis. Dual banking
perguruan tinggi yang membuka jurusan system yang selama ini dijalankan
ekonomi Islam, serta maraknya sekolah perlu disempunakan, terutama karena
Islam unggulan merupakan saham berharga belum adanya Deputi Gubernur khusus
untuk mencetak kader-kader ekonom dan syari’ah. Bahkan ke depan perlu
bankir Islam. dipikirkan adanya BCS (Bank Central
Syari’ah).
3. Tantangan Perbankan Syari’ah b. Sosialisasi dan promosi. Di lapangan,
Di samping memanfaatkan peluang, cukup banyak masyarakat yang belum
perbankan syari.ah juga dituntut menghadapi memahami secara utuh ‘sosok’ bank
berbagai tantangan, yang semakin syariah. Meminjam istilah Adiwarman
kompleks. Seperti yang telah dipaparkan, A. Karim, setidaknya ada 3 kategori
usia perbankan syari’ah di Indonesia masih nasabah, yakni loyalis syariah, loyalis
relatif muda, laksana ‘sosok’ remaja yang konvensional dan pasar mengambang
masih mencari ‘jati diri’. Tantangan yang (floating market). Potensi pasar
dihadapinya pun tidaklah ringan dan mengambang mencapai Rp 720 triliun.
mudah. Kalamuddinsjah, Regional Manager Persoalan pada pasar mengambang
BMI Jateng/DIY, mengibaratkan adalah ada yang sudah tahu tapi belum
membangun perbankan syari’ah seperti paham, sudah paham tapi belum
membangun jaringan transportasi kereta api percaya, sudah percaya tapi belum
yang harus dimulai dari membuat rel. sepenuhnya berpartisipasi. Proses
Mengapa? Oleh karena menciptakan satu sosialisasi perlu dilakukan secara
landasan ekonomi syari’ah, harus dimulai continue. Promosi yang gencar dan
dari nol. Berbeda dengan bank nasional menarik dengan memanfaatkan berbagai
yang telah mapan serta dukungan penuh media, baik media bellow the line
dari pemerintah. (event-event, seminar, brochure,
Pendapat Kalamuddinsyah ini, spanduk, umbul-umbul) maupun media
memberi gambaran, betapa tantangan yang
dihadapi bank syari’ah di Indonesia masih 5 Syafi’i, M. Antonio. Op.cit.,h. 54
54
above the line (televisi, radio, koran, belum mampu.’ Pernyataan seperti ini
majalah). Promosi via televisi nampaknya sungguh ironis, tetapi itulah
masih jarang. Padahal promosi lewat kenyataannya. Para stake holder
media ini cukup efektif untuk (pemegang saham) bank syariah perlu
pembentukan branch image dan branch menambah modalnya, sehingga risk
awareness. Yang perlu digarisbawahi taking capacity-nya meningkat. Besar
bahwa, sosialisasi dan promosi itu kecilnya kemampuan pembiayaan bank-
harus mampu membentuk image dan dapat bank syariah, amat tergantung pada
mengubah pilihan pasar mengambang pada kemampuan modalnya. Perlu juga
bank syariah. nampaknya mendesak pemerintah
c. Perluasan jaringan kantor. Indonesia untuk menempatkan dana besar pada bank
memiliki wilayah yang amat luas. Akan syariah.
tetapi jumlah kantor syariah yang f. Peningkatan pelayanan. Perbankan
beroperasi hingga ke pelosok masih syariah perlu terus meningkatkan kualitas
kurang. Rizqullah, praktisi BNI Syariah pelayanannya. Prinsip pelayanan yang
mengakui, ‘ salah satu kendala ramah, mudah, cepat dan murah harus
pertumbuhan bank syariah adalah menjadi trade mark bank syariah.
masih terbatasnya jaringan.’ Tantangan ini Ramah dalam melayani, mudah dan
barangkali dapat dipecahkan dengan cara cepat dalam proses, serta murah dalam
mensupport pemerintah mendirikan bank biaya (administrasi). Begitu pula upaya
syariah, optimalisasi outlet pada setiap mempermudah akses informasi dan
bank konvensional dan bank asing atau pengambilan uang atau tabungan harus
menggolkan konversi bank BUMN ditingkatkan. Pemanfaatan online internet
besar menjadi bank syariah. dan ketersedian fasilitas ATM di
d. Peningkatan SDM. Harus diakui secara berbagai lokasi strategis dan mudah
jujur, bahwa sumber daya insani terjangkau, merupakan keniscayaan.
perbankan syariah yang profesional, Ketujuh, pembinaan dan pengawasan.
amanah, dan berkualitas belum Dalam operasionalnya di lapangan,
sepenuhnya tersedia. Insan perbankan bank syariah harus terus dibina dan
yang berkualifikasi syariah handal masih sekaligus diawasi. Dibina untuk lebih
jarang. Nampaknya, sebagian besar SDM berkembang, diawasi agar tidak timbul
terutama level menengah ke atas masih penyimpangan. Pengawasan pada bank
hasil didikan ekonomi konvensional. syariah di daerah, termasuk pada bank
Padahal, yang dibutuhkan bukan hanya konvensional yang membuka syariah
menguasai ekonomi/perbankan modern, perlu dilakukan dengan ketat dan hati-
tetapi sekaligus paham fiqih (syariah) hati. Jangan muncul kesan formalitas
serta mampu berinovasi dalam identitas syariah, praktek dan sistemnya
menyelesaikan ‘pernak-pernik’ tidak berbeda dengan konvensional.
persoalan bank syariah yang sistemnya Sejumlah tantangan di atas, merupakan
masih baru. Training, workshop, tantangan dari dalam (internal). Usaha
seminar, studi banding, serta berbagai perbankan merupakan industri yang menjual
pembinaan lain untuk meningkatkan kepercayaan. Berbagai tantangan internal itu
kompetensi SDM harus mendapat perlu dipecahkan, sehingga masyarakat lebih
perhatian serius. percaya dan mau berpartisipasi aktif.
e. Peningkatan modal. Tantangan ini Selanjutnya ada juga tantangan yang datang
masih dirasakan oleh bank syariah di dari luar dan tidak kalah penting untuk
Indonesia. Ungkapan Ma’ruf Amin perlu diselesaikan.
direnungkan, ‘jika bank-bank syariah Kesatu, belum memadainya kerangka
berandai melakukan suatu sindikasi hukum. Tantangan ini bersifat mendesak,
dalam mendanai proyek besar, masih karena akan menghambat upaya
55
pengembangan bank syariah. RUU Peluang perbankan syariah ke depan
perbankan syariah yang tengah digodok amat besar. Mengingat, banyaknya
perlu diperjuangkan untuk segera komponen yang mendukung terciptanya
diundangkan. Aturan tentang pasar modal perbankan syariah yang sehat dan
syariah, surat utang negara syariah, obligasi terpercaya. Berbagai komponen pendukung
syariah serta aturan lain sangat penting. tersebut perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Intinya, semua aturan yang akan memberikan Peluang yang ada, sekecil apapun akan ikut
ruang gerak lebih luas bagi pelaku bisnis berkontribusi dalam pengembangan perbankan
syariah. syariah. Hanya saja, peluang untuk menjadi
Kedua, dukungan pemerintah belum perbankan syariah yang mapan, tidak lepas
penuh. Pemerintah mendukung keberadaan dari berbagai tantangan. Baik yang berasal
perbankan syariah, tetapi dalam tataran dari dalam, maupun datang dari luar.
kebijakan (political will) dan keseriusan Kesemua tantangan perlu dihadapi,
(good will) belum optimal. Para menteri, dipecahkan untuk selanjutnya dicari
gubernur, bupati belum memberi tempat yang solusinya yang tepat demi kemajuan
layak. Di BI (bank Indonesia) belum ada perbankan syariah. Akan tiba saatnya, di
Deputi Gubernur khusus syariah. mana bank syariah menjadi ‘ primadona ‘,
Selayaknya, Dewan Syariah Nasional dan yang berperan penting dalam pembangunan
bankir syariah melakukan lobi-lobi dan nasional bahkan internasional.
pendekatan kepada pemerintah, baik pusat
maupun daerah, agar dukungan konkret dan Daftar Pustaka
nyata pada perbankan syariah dapat
terealisasikan. A. Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam:
Ketiga, sinisme masyarakat. Tidak Suatu Kajian Kontemporer, GIP,
terelakkan, masih ada masyarakat yang Jakarta, 2001.
memandang dengan senyum sinis. Terjadi
mis-persepsi, seolah bank syariah itu Ali, Zainuddin, Hukum Ekonomi Syari’ah,
eklusif (untuk umat Islam), sistem bagi Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
hasil kurang menguntungkan dan susah
prosesnya. Bank syariah perlu Azra, Azyumardi. Islam nusantara, Mizan,
mempromosikan dirinya secara simpatik dan Bandung, 2004.
memikat. Berusaha mengubah mindset
mereka dan yang penting mampu Campra, Umar, Islam dan Pembangunan
menampilkan sosok bank syariah yang Ekonomi, Gema Insani, Jakarta, 2000.
profesional, berkualitas dan
menguntungkan. Chapra, Umar. Masa Depan Ilmu Ekonomi
Tantangan dari luar bukan untuk dihindari, (Sebuah tinjauan Islam), GIP,
tetapi untuk dihadapi. Berbagai tantangan Jakarta, 2001.
diharapkan akan memotivasi setiap insan
perbankan syariah untuk terus belajar dan Dewan Syari’ah Nasional. Himpunan
berkarya. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional,
Jakarta, 2001.
C. Kesimpulan
Pada usianya yang masih relatif muda, Hafidhuddin, Didin. Islam Aplikatif, GIP,
kehadiran perbankan syariah di Indonesia Jakarta, 2003.
sungguh memberikan segudang harapan
bagi umat, akan terciptanya kehidupan Lubis, Suhrawardi K. Hukum Ekonomi
perekonomian nasional yang berkah demi Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2000.
terwujudnya kehidupan masyarakat yang
adil dan makmur.
56
Mannan, Abdul. Ekonomi Islam: Teori dan
Praktik, Intermassa, Jakarta, 1992. Syafi’i, M. Antonio. Bank Syariah dari
Teori ke Praktek, GIP, Jakarta, 2001.
Rahman, Fazlur. Muhammad Sebagai
Pedagang, Serambi Jakarta, 1999. Yafie, Ali. Fiqih Perdagangan Bebas,
Teraju, Jakarta, 2003.
Saddam, Muhammad, Sistem Ekonomi
Menurut Islam, Taramedia, Jakarta,
2003.

Sumitro, Warkum, Asas-Asas Perbankan


Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait,
Rajawali Press, Jakarta, 1997.

57

Anda mungkin juga menyukai