Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN RISIKO

“PENGENDALIAN RISIKO”
Dosen Pengampu : Dr. Ni Luh Anik Puspa Ningsih, S.E.,M.M.

Kelompok 3
Kelas C12

Ni Putu Vira Diah Nathania 1832121603


Made Mayra Sukma Dewi 1832121555
Putu Ayu Ariesta Pradnya Paramitha 1832121008
Gus Made Sudarta 1832121007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang

Risiko secara umum didefinisikan sebagai potensi terjadinya suatu


peristiwa baik yang diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan
dan dapat menimbulkan dampak bagi pencapaian tujuan. Dalam
melakukan suatu aktivitas usaha, akan selalu dihadapi oleh suatu tantangan
risiko, karena apa yang akan terjadi di masa akan datang tidak dapat
diketahui secara pasti.
Pengendalian risiko merupakan permasalahan yang sering
dilupakan, disebabkan peluang terjadinya risiko tidak dapat langsung
diamati secara jelas. Oleh sebab itu diperlukan penerapan manajemen
risiko dalam menjalankan suatu aktivitas usaha, karena sejak aktivitas
tersebut dimulai maka elemen risiko-risiko pun akan muncul. Manajemen
risiko merupakan suatu kegiatan untuk mengenali risiko yang dihadapi
oleh sebuah entitas bisnis dan bagaimana mengontrol risiko tersebut.
Tujuan utama manajemen risiko adalah menjaga agar aktivitas
operasional yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian yang melebihi
kemampuan entitas bisnis untuk menyerap kerugian tersebut ataupun
membahayakan kelangsungan usahanya. Salah satu elemen risiko yang
pasti akan muncul dalam aktivitas hidup usaha pada suatu entitas bisnis
adalah risiko operasional, dan juga merupakan risiko tertua dan bersifat
inheren yang muncul sebelum risiko yang lainnya. Maka dibutuhkan
adanya suatu cara untuk mengendalikan risiko yang akan terjadi dan yang
sudah terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas yaitu:
1. Apa itu pengendalian risiko?
2. Bagaimana penanggulangan risiko?
3. Apa saja penanganan risiko?
4. Apa saja pembiayaan risiko?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah tersebut yakni:
1. Untuk mengetahui pengendalian risiko.
2. Untuk mengetahui penanggulangan risiko.
3. Untuk mengetahui penanganan risiko.
4. Untuk mengetahui pembiayaan risiko.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengendalian Risiko

Upaya-upaya untuk menanggulangi risiko harus selalu dilakukan,


sehingga kerugian dapat dihindari atau diminimumkan. Sesuaikan dengan
sifat objek yang terkena risiko, ada beberapa cara yang dapat dilakukan
(perusahaan) untuk meminimumkan risiko kerugian , antara lain:
1. Melakukan pencegahan dan penggurangan terhadap kemungkinan
terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian, misalnya
membangun gedung dengan bahan-bahan yang anti terbakar untuk
mencegah bayaya kebakaran, memagari mesin-mesin untuk
menghindari kecelakaan kerja,melakukan pemeliharaan dan
penyimpanan yang baik terhadap bahan dan hasil produksi untuk
menghindari risiko pencurian dan kerusakan, mengadakan
pendekatan kemanusiaan untuk mencegah terjadinya pemogokan,
sabotase dan pengacuan.
2. Melakukan retensi, mentolerir membiarkan terjadinya kerugian,
dan untuk mencegah tergantungnya operasi perusahaan akibat
kerugian tersebut disediakan sejumlah dana untuk
menanggulanginya (contoh: pos biaya lain-lain atau tak terduga
dalam anggaran perusahaan).
3. Melakukan pengendalian terhadap risiko, contohnya melakukan
hedging(perdagangan berjangka) untuk menanggulangi risiko
kelangkaan dan fluktuasi harga dan bahan baku/pembantu yang
diperlukan.
4. Mengalihkan/memindahkan risiko kepada pihak lain, yaitu dengan
cara mengadakan kontrak pertanggungan (asuransi) dengan
perusahaan asuransi terhadap risiko tertentu, dengan membayar
sejumlah premi asuransi yang telah ditetapkan, sehingga
perusahaan asuransi akan mengganti kerugian bila betul-betul
terjadi kerugian yang sesuai perjanjian.
2.2 Penanggulangan Risiko
Pada pokoknya ada empat cara yang dapat dipakai untuk
menanggulangi resiko, yaitu: mengurangi kesempatan terjadinya kerugian,
meretensi, mengasuransikan, dan menghindari. Di mana tugas dari
manajer risiko adalah memilih salah satu cara yang paling tepat untuk
menanggulangi suatu risiko atau memilih suatu kombinasi dari cara-cara
yang paling tepat untuk menanggulangi resiko. Dalam memilih cara
penanggulangan resiko secara garis besar dapat digambarkan:
1. High probability, high impact: risiko jenis ini umumnya dihindari
ataupun ditransfer.
2. Low probability, high impact: respon paling tepat untuk tipe risiko
ini adalah dihindari. Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi
risiko serta kembangkan contingency plan.
3. High probability, low impact : mitigasi risiko dan kembangkan
contingency plan.
4. Low probability, low impact: efek dari risiko ini dapat dikurangi,
namun biayanya dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan.
Dalam kasus ini mungkin lebih baik untuk menerima efek dari
risiko tersebut.
5. Contingency plan: Untuk risiko yang mungkin terjadi maka perlu
dipersiapkan contingency plan seandainya benar-benar terjadi.
Contingency plan haruslah sesuai dan proporsional terhadap
dampak risiko tersebut. Dalam banyak kasus seringkali lebih
efisien untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk
mengurangi risiko dibandingkan mengembangkan contingency
plan yang jika diimplementasikan akan lebih mahal. Namun
beberapa scenario memang membutuhkan full contingency plan,
tergantung pada proyeknya. Namun jangan sampai tertukar antara
contingency planning dengan re-planning normal yang memang
dibutuhkan karena adanya perubahan dalam proyek yang berjalan.
Tugas dari seorang manajer risiko adalah berkaitan erat dengan upaya
memilih dan menentukan cara-cara/metode yang paling efisien dalam
pengendalian risiko yang dihadapi perusahaan. Seorang manajer risiko
pada prinsipnya dapat menggunakan dua pendekatan/cara menanggulangi
risiko:
1. Penanganan Risiko (Risk Control)
2. Pembiayaan Risiko (Risk Financing)
2.3 Penanganan Risiko
Dalam penanganan risiko, ada beberapa metode yang dapat
digunakan, diantaranya:
a. Menghindari Risiko (Risk avoidance)
Menghindari suatu risiko murni adalah menghindarkan harta, orang
atau kegiatan dari exposure. Beberapa karaktersitik penghindaran
risiko seharusnya diperhatikan:
- Boleh jadi tidak ada kemungkinan menghindari risiko.
Misalkan Jika ingin menghindari semua risiko tanggung
jawab maka semua kegiatan perlu dihentikan
- Manfaat atau laba potensial yang akan diterima sebab
kepemilikan suatu harta, mempekerjakan pegawai tertentu,
atau bertanggung jawab atas suau kegiatan, akan hilang jika
melaksanakan penghindaran risiko
- Makin sempit risiko yang dihadapi, maka akan semakin besar
kemungkinan akan tercipta risiko yang baru. Misalnya
menghindari risiko pengangkutan dengan kapal laut dan
menggantinya dengan angkutan darat, akan memunculkan
risiko baru yakni risiko pengangkutan darat.
b. Mengendalikan Kerugian (Loss Controlling)
Tujuan Mengendalikan Kerugian adalah untuk Memperkecil
kemungkinan/peluang terjadinya kerugian dan Mengurangi
keparahan bila suatu risiko kerugian memang terjadi. Pengendalian
kerugian dibagi menjadi empat, yaitu :
- Melakukan tindakan pencegahan dan pengurangan kerugian.
- Program pengendalian kerugian berdasar sebab-sebab
terjadinya
- Pengendalian kerugian menurut lokasi
- Pengendalian menurut timing
c. Pemisahan (Risk Reduction)
Pemisahan artinya memisahkan penempatan dari harta yang
menghadapi risiko yang sama. Jadi dengan cara menambah
banyaknya”independent exposure unit” sehingga probabilitas
kerugian dapat diperkecil. Maksud pemisahan adalah untuk
mengurangi jumlah kerugian akibat terjadinya peril.
d. Kombinasi atau Polling
Kombinasi atau poling adalah menambah banyaknya exposure unit
dalam batas kendali perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan
agar kerugian yang akan dialami lebih dapat diramalkan, sehingga
risikonya lebih kecil. Misalkan: Perusahaan tranportasi
memperbanyak armadanya agar peluang terjadinya kecelakaan
diperkecil
e. Pemindahan Risiko (Risk transfer)
Dapat dilakukan dengan cara:
- Harta milik atau kegiatan yang menghadapi risiko
dipindahkan kepada pihak lain.
- Risikonya sendiri yang dipindahkan
f. Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi
menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas
terjadinya risiko tersebut kecil.
2.4 Pembiayaan Risiko
a) Risk Financing Transfers
Pemindahan risiko dengan cara ini berarti penaggung harus
mencari dana eksternal untuk membayar kerugian yang diderita
oleh tertanggung, yang benar terjadi, karena oleh peril yang
dipindahkan. Pemindahan ini dapat dipindahkan dengan cara-cara:
- Transfer risiko pada perusahaan asuransi (mengasuransikan)
- Transfer risiko pada perusahaan yang bukan perusahaan
asuransi (noninsurance transfer)
b) Meretensi (Risk Retention)
Artinya perusahaan menanggung sendiri risiko keuangan dari suatu
peril dan merupakan bentuk pengendalian risiko yang paling
umum. Sumber dana pengendalian risiko ditanggung sendiri oleh
perusahaan yang bersangkutan. Pengendalian dapat bersifat pasif
(tidak direncanakan) atau aktif (direncanakan).
2.5 Contoh Kasus
Pengendalian Risiko Operasional PT KAI
No Risiko Operasional PT Perlakuan (Pengendalian Risiko)
KAI
1 Kebakaran dan kecelakaan - Penyiap-siagaan backup systems.
kereta api - Prosedur kerja untuk sistem pemadam
kebakaran, tangga darurat.
- Coverage asuransi untuk
meminimalkan kerugian/dampak
negatif.
- Pengendalian budaya keselamatan oleh
polisi khusus kereta, petugas palang
pintu kereta, dan sosialisasi secara
berkala.
- Pendidikan dan pelatihan dasar
pemadam kebakaran.
2 Bencana alam - Memastikan adanya sistem peringatan
dini (alarm) dan business continuity
planning/contingency plan terhadap
kondisi bencana.
- Prosedur kerja untuk darurat bencana
alam.
3 Keterbatasan suplai suku Pengaturan penggunaan dan suplai suku
cadang cadang yang lebih baik.
4 Keterbatasan kapasitas Optimalisasi kapasitas Depo/Balai Yasa,
Depo/Balai Yasa penjadwalan pemeliharaan dengan
memperhitungkan saat sibuk (peak
season) yaitu ketika liburan sekolah,
lebaran, natal, tahun baru.
5 Gangguan dan kerusakan - Optimalisasi perawatan prasarana,
pada rel, peralatan ketelitian pemeriksaan, serta kerjasama
persinyalan dan listrik aliran tim yang baik.
atas - Mempercepat pembangunan atau
penyelesaian infrastruktur pendukung
(stasiun loading-unloading).
- Penambahan daya listrik dan
penambahan sinyal dan stasiun.
- Peremajaan gerbong kereta api,
renovasi dan sterilisasi stasiun.
6 Terbatasnya mitra pengguna - Memprioritaskan pelayanan terhadap
angkutan kereta api barang permintaan jasa angkutan barang dalam
jumlah besar dan kontinu, berjarak
tempuh jauh, dan bertarif tinggi serta
pengangkutan berdasarkan perjanjian.
- Mengoptimalkan armada angkutan
semen dengan menambah frekuensi
perjalanan dan mengangkut semen
kantongan pada waktu kembali.
- Menyesuaikan tarif secara selektif dan
bertahap.
- Menetapkan tarif ‘all in’ angkutan
BBM.
- Meningkatkan kelancaran, ketepatan
waktu/kecepatan pelayanan berikut
pengirimannya dengan tingkat jaminan
keamanan yang tetap tinggi.
- Meningkatkan faktor muatan (load
factor).
7 Rendahnya jumlah armada - Pembenahan koordinasi ketersediaan
yang dapat dioperasionalkan armada antara lokomotif dengan kereta,
dan gerbong. Dengan mengoptimalkan
sumber daya sarana diharapkan
tercapai optimalisasi kapasitas.
- Penambahan kereta baru untuk jalur-
jalur yang potensial.
- Menambah pengoperasian kereta di
lintasan berpenumpang padat.
8 Meledaknya pengguna jasa - Memperbanyak point of sales untuk
transportasi pada musim- penjualan tiket bekerjasama dengan
musim tertentu mitra eksternal.
- Melakukan sosialisasi dan promosi di
media nasional terkait penjualan tiket
kereta menjelang peak season.
- Persiapan posko angkutan
menjelang peak season.
- Persiapan kereta api tambahan.
- Peningkatan bandwidth dan kemudahan
akses ke website untuk memfasilitasi
pemesanan tiket secara online.
9 Keterlambatan jadwal - Memanfaatkan teknologi informasi
keberangkatan dan untuk memperbaiki proses perencanaan
kedatangan dan operasi untuk meningkatkan
keselamatan, ketepatan waktu,
pelayanan, dan keamanan.
- Mengurangi toleransi terhadap
keterlambatan.
10 Impor sebagian besar sarana - Penyediaan sebagian valas lebih awal
dan suku cadang kereta api dari pembayaran atau penerapan
mekanisme lindung-nilai (hedging).
- Investasi langsung pada sarana dan
prasarana kereta api.
11 Risiko kesulitan pendanaan Memastikan studi kelayakan
yang bankable dibuat oleh konsultan
independen yang kredibel dan bereputasi
baik di kalangan bisnis internasional.
12 Penyimpangan biaya - Penajaman survey/perencanaan
realisasi proyek dan scope proyek.
- Amandemen kontrak, memastikan
pasal-pasal pengaman risiko proyek.
- Kontrak lumpsum fixed price sejauh
memungkinkan.
- Memastikan kualifikasi dan seleksi
penyedia barang/jasa dan supervisi
serta pengujian mutu secara ketat.

13 Terbatasnya tenaga ahli dan - Right-sizing SDM dan pengurangan


tenaga kerja pegawai secara organik sesuai
dengan skill tertentu kebutuhan.
- Fokus perekrutan terhadap pegawai
lulusan sarjana, terutama untuk posisi-
posisi dengan keahlian khusus dan
sangat sulit dicari di pasar tenaga kerja.
- Menyelenggarakan berbagai macam
pelatihan peningkatan kompetensi
pegawai, baik yang bersifat fungsional
maupun manajerial.
- Memberi kesempatan yang lebih luas
bagi pegawai untuk mengikuti
pendidikan formal yang terkait
dengan peningkatan kemampuan
manajerial, baik di dalam negeri
maupun di luar
negeri.
14 Tidak diminatinya jasa-jasa - Membangun sistem pelayanan jasa
penunjang perkeretaapian transportasi unggulan yang terpadu
PT KAI dengan jasa pendukung, seperti kereta
bandara, kereta wisata, biro jasa,
dan tour.
- Penajaman survey pasar/pelanggan
dan studi kelayakan (FS) oleh pihak
independen yang kredibel.
- Strategi pemasaran produk/jasa dan
pemanfaatan social media.
- Perencanaan aliansi strategis/skema
kerjasama bisnis (risk sharing).

15 Pelanggaran aturan dan - Memastikan kepatuhan kode etik dan


kode etik dalam perusahaan peraturan internal dengan hukum dan
peraturan terkait yang berlaku.
- Penerapan/penegakan aturan dan kode
etik perusahaan secara konsisten
berikut sanksi yang tegas dan sepadan
bagi para pelanggarnya serta
menumbuh-kembangkan budaya bersih
di seluruh jajaran perusahaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Upaya-upaya untuk menanggulangi risiko harus selalu dilakukan,


sehingga kerugian dapat dihindari atau diminimumkan. Pengendalian
risiko merupakan suatu proses yang dilakukan manajer setelah
mengidentifikasi, pengukuran dan koreksi atas semua kegiatan yang
bepotensi menghasilkan risiko/kerugian dalam rangka memastikan bahwa
tujuan-tujuan dan rencana-rencana organisasi/perusahaan dapat terlaksana
dengan baik. Di dalam pengendalian risiko terdapat Penanggulangan
Risiko yang terdiri dari Penanganan Risiko (Risk Control) dan
Pembiayaan Risiko (Risk Financing).
Pada study kasus PT KAI bisa dilihat adanya beberapa risiko
operasional yang dapat di timbulkan mulai dari kecelakaan , bencana alam
, keterbatasan suplai , gangguan kerusakan dan masih banyak lagi. Tetapi
dibalik adanya beberapa risiko yang ada di PT. KAI terdapat penyelesaian
risiko yang ada di PT. KAI.
3.2 Saran
Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada
suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan manusia, oleh karena itu
pemakaian teknik analisis risiko, yang diadopsi dari disiplin ilmu
manajemen dalam proses pengambilan keputusan pada kegiatan investasi
di sektor industri konstruksi, khususnya subsektor sangat penting, karena
dalam setiap kegiatan pasti ada berbagai ketidakpastian (uncertainty).
DAFTAR PUSTAKA
Djojosoedarso Soeisno; Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi,
Salemba Empat, Jakarta. 2003
Sabardi Agus, Manajemen Pengantar edisi revisi, Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, Jakarta, 2001, hlm210
Ibid, h. 78
Ibid, h.14-15
Ibid, h. 61-67
Ibid, h. 67-68
https://vianisilv.wordpress.com/2015/04/30/menajemen-resiko-pengendalian-
risiko-pt-kereta-api-indonesia/ (diakses 21 Maret 2021 pukul 13.56 WITA)

Anda mungkin juga menyukai