DISUSUN OLEH :
1. Devia Agustia (193402416011)
2. Khofifa Sasabila (1934024160)
3. Kintan Fatiha Adesti Rachman (193402416079)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. I Made Adnyana, S.E.,M.M
Pengendalian risiko (risk control) ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1
Minimasi
Terdapat dua cara untuk memperkecil risiko yang akan dihadapi, yaitu:
Pre Loss Minimisation
Dampak dari kerugian ini adalah meyakinkan bahwa
frequency/severity telah ditekan seminimum mungkin. Dalam artian
adalah melakukan sesuatu tindakan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko yang akan dihadapi.
Post Loss Minimisation
Setelah risiko terjadi, masih ada langkah-langkah yang dapat diambil
untuk meminimumkan kerugian. Dalam artian untuk melakukan suatu
tindakan untuk memperkecil terjadinya suatu risiko yang dilakukan
sesudah terjadinya kerugian.
2
secara penuh ataupun sebagian. Retensi risiko biasanya dilakukan untuk
mengantisipasi risiko-risiko yang memiliki tingkat kerugian yang tidak terlalu
besar.
Macam-Macam cara retensi
3
Teori ini mengatakan bahwa kecelakaan bisa dilihat sebagai urutan lima tahap
berikut ini :
Lingkungan sosial dan faktor bawaan yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu (misal mempunyai temperamen tinggi sehingga
gampang marah )
Personal fault (kesalahan individu), dimana individu tersebut
tidakmempunyai respon yang tepat (benar) dalam situasi tertentu.
Unsafe act or physical hazard (tindakkan yang berbahaya atau
kondisifisik yang berbahaya)
Kecelakaan
Cedera
4
peralatan yang tidak digunakan sebagaimana mestinya. Berdasarkan hasil
tersebut, pengendalian risiko yang efektif bisa dilakukan dengan
memfokuskan pada faktor ketiga (menghilangkan tindakan yang berbahaya,
menghilangkan kondisi fisik yang rentan terhadap risiko).
Sebagai contoh, digudang yang banyak bahan mudah terbakar (misal kertas)
terdapat kompor dengan menggunakan minyak tanah. Gudang adalah
lingkungannya, sedangkan kompor tersebut adalah hazard. Kompor dengan
menggunakan minyak tanah meningkatkan risiko kebakaran (hazard).
Interaksi antara gudang dengan kompor didalamnya akan semakin
meningkatkan risiko kebakaran, sehingga suatu saat terjadi kebakaran.
Konsekuensi dari kebakaran tersebut adalah kerugian yang cukup signifikan.
5
1.3 Fokus dan Timing Pengendalian Risiko
a. Fokus Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko bisa difokuskan pada usaha
mengurangikemungkinan (probability) munculnya risiko dan mengurangi
keseriusan (severity) konsekuensi risiko tersebut. Contohnya mengganti
kompor minyak tanah dengan kompor listrik bisa mengurangi kemungkinan
risiko kebakaran. Memakai peralatan pengamanan selama kerja bisa
mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Pemisahan (separation) dan duplikasi (duplication) merupakan dua
bentukumum metode untuk mengurangi keseriusan risiko. Contoh pemisahan
adalah menyebar operasi perusahaan, sehingga terjadi kecelakaan kerja,
karyawan yang menjadi korban akan terbatas.
Tentunya kita bisa menggunakan metode mengurangi kemungkinan
munculnya risiko dengan pengurangan severity secara bersamaan. Sebagai
contoh, dokter ahli bedah belajar metode baru dalam pembedahan yang lebih
canggih dan lebih aman. Dengan metode baru tersebut, dokter tersebut bisa
mengurangi probabilitas terkena risiko digugat akibat mal – praktik, dan juga
sekaligus menurunkan severity tuntutan jika risiko gugatan terjadi.
6
1.4 Tujuan Pengendalian Risiko
Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk
selalumenghindari dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian
khususnyakerugian dari segi finansial
Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum
Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-
pengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek maupun jangka
panjang
Perusahaan memiliki ukuran yang kuat sebagai pijakan dalam mengambil
segala keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati dan selalu
menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
7
1.6 Pendekatan Pengendalian Risiko
a. Menghindari Risiko
Salah satu cara mengendalikan suatu risiko murni adalah menghindari
harta,orang, atau kegiatan dari exposure terhadap risiko dengan jalan :
1. Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan itu
walaupun hanya untuk sementara.
2. Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera
menghentikankegiatan begitu kemudian diketahui mengandung risiko.
Jadi menghindari risiko berarti menghilangkan risiko itu
1. Boleh jadi tidak ada kemungkinan menghindari risiko, makin luas risiko
yangdihadapi, maka makin besar ketidamungkinan menghindarinya, misalnya
kalauingin menghindari semua risiko tanggung jawab, maka semua kegiatan
perlu 8 dihentikan.
2. Faedah atau laba potensial yang bakal diterima dari sebab pemilikan
suatuharta, memperkerjakan pegawai tertentu, atau bertanggung jawab atas
suatukegiatan, akan hilang, jika dilaksanakan pengendalian risiko.
3. Makin sempit risiko yang dihadapi, maka akan semakin besar kemungkinan
akan tercipta risiko yang baru, misalnya menghindari risiko pengangkutan
dengan kapal dan menukarnya dengan pengankutan darat, akan timbul risiko
yang berhubungan dengan pengangkutan darat.
8
b. Mengendalikan Risiko
Pengendalian risiko (kerugian) dijalankan dengan:
Merendahkan kans (chance) untuk terjadinya kerugian.
Mengurangi keparahan jika kerugian itu memang terjadi. Kedua
tindakan itu dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, yaitu :
Tindakan pencegahan kerugian atau tindakan pengurangan
kerugian
Menurut sebab kejadian yang akan dikontrol
Menurut lokasi daripada kondisi-kondisi yang akan dikontrol
Menurut timing-nya.
1. Pendekatan engineering
Pendekatan engineering menekankan kepada sebab-sebab yang bersifat
fisikaldan mekanikal misalnya memperbaiki kael listrik yang tidak memenuhi
syarat, pembuangan limbah yang tidak memenuhi ketentuan, konstruksi
bangunan dan bahan dengan kualitas buruk dan sebagainya
9
Melakukan pencegahan dan penggurangan terhadap kemungkinan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan kerugian, misalnya membangun gedung dengan
bahan-bahan yang anti terbakar untuk mencegah bayaya kebakaran, memagari
mesin-mesin untuk menghindari kecelakaan kerja,melakukan pemeliharaan
dan penyimpanan yang baik terhadap bahan dan hasil prksi untuk menghindari
risiko pencurian dan kerusakan, mengadakan pendekatan kemanusiaan untuk
mencegah terjadinya pemogokan, sabotase dan pengacuan.
Melakukan retensi, mentolerir membiarkan terjadinya kerugian, dan untuk
mencegah tergantungnya operasi perusahaan akibat kerugian tersebut
disediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya (contoh: pos biaya lain-
lain atau tak terduga dalam anggaran perusahaan)
Melakukan pengendalian terhadap risiko, contohnya melakukan
hedging(perdagangan berjangka) untuk menanggulangi risiko kelangkaan dan
fluktuasi harga dan bahan baku/pembantu yang diperlukan.
Mengalihkan/memindahkan risiko kepada pihak lain, yaitu dengan cara
mengadakan kontrak pertanggungan (asuransi) dengan perusahaan asuransi
terhadap risiko tertentu, dengan membayar sejumlah premi asuransi yang telah
ditetapkan, sehingga perusahaan asuransi akan mengganti kerugian bila betul-
betul terjadi kerugian yang sesuai perjanjian.
Pada pokoknya ada empat cara yang dapat dipakai untuk menanggulangi
resiko yaitu mengurangi kesempatan terjadinya kerugian, meretensi,
mengasuransikan, dan menghindari. Di mana tugas dari manajer risiko adalah
memilih salah satu cara yang paling tepat untuk menanggulangi suatu risiko
atau memilih suatu kombinasi dari cara-cara yang paling tepat untuk
menanggulangi resiko. Dalam memilih cara penanggulangan resiko secara
garis besar dapat digambarkan :
10
I. High probability, high impact : risiko jenis ini umumnya dihindari ataupun
ditransfer
II. Low probability, high impact : respon paling tepat untuk tipe risiko ini adalah
dihindari. Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi risiko serta
kembangkan contingency plan.
III. High probability, low impact : mitigasi risiko dan kembangkan contingency
plan.
IV. Low probability, low impact : efek dari risiko ini dapat dikurangi, namun
biayanya dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini
mungkin lebih baik untuk menerima efek dari risiko tersebut.
V. Contingency plan: Untuk risiko yang mungkin terjadi maka perlu dipersiapkan
contingency plan seandainya benar-benar terjadi. Contingency plan haruslah
sesuai dan proporsional terhadap dampak risiko tersebut. Dalam banyak kasus
seringkali lebih efisien untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk
mengurangi risiko dibandingkan mengembangkan contingency plan yang jika
diimplementasikan akan lebih mahal. Namun beberapa scenario memang
membutuhkan full contingency plan, tergantung pada proyeknya. Namun
jangan sampai tertukar antara contingency planning dengan re-planning
normal yang memang dibutuhkan karena adanya perubahan dalam proyek
yang berjalan.
11
1.9 Kualitas Sebuah Sistem Pengendalian yang Efektif
12
x. Tindakan koreksi, sebuah sistem pengendalian yang efektif bukan saja
menunjukkan kapan terjadi penyimpangan yang berarti dari standar, melainkan
juga menyarankan tindakan apa yang harus diambil untuk membetulkan
penyimpangan tadi.
Untuk menangani bahaya perlu dilakukan pengendalian risiko dalam K3. Dalam
melakukan pengendalian, ada beberapa tingkatan atau hierarki yang harus
dijalani. Setiap langkahnya memiliki tingkat profesinya masing-masing.
Risiko bahaya yang sudah dilakukan pengidentifikasian dan penilaian
memerlukan langkah pengendalian dalam menurunkan tingkat bahaya sampai ke
titik yang paling aman. Adapun pengendalian tertinggi ada pada tingkat eliminasi.
Pada tingkat ini memiliki keandalan dalam mengatasi bahaya. Ada lima urutan
dalam pengendalian risiko dalam K3. Diantaranya adalah :
1. Eliminasi
2. Substitusi
13
3. Engineering control
4. Administrasi
Langkah ini adalah terkait dengan proses non teknis dalam suatu pekerjaan
dengan tujuan menghilangkan bahaya. Proses non teknis ini diantaranya seperti
pembuatan prosedur kerja, pembuatan aturan kerja, pelatihan kerja, penentuan
durasi kerja, penempatan tanda bahaya, penentuan label, pemasangan rambu dan
juga poster. Contoh kasusnya adalah apabila di tempat kerja ada mesin diesel
yang mengeluarkan kebisingan berlebih dan sudah tidak bisa direkaya secara
teknis maka langkah yang harus dilakukan adalah pembatasan jam kerja,
pembuatan prosedur, pemasangan tanda bahaya dan lain sebagainya. Dengan
tujuan, pekerja tidak berlebihan terpapar kebisingan.
5. APD
APD atau alat pelindung diri adalah hierarki pengendalian risiko terakhir dalam
K3. Pengendalian ini banyak digunakan karena sederhana dan murah. Akan
tetapi, proteksi yang diberikan tidak sebaik langkah di atas. APD tidak
menghilangkan sumber bahaya sehingga proteksi yang diberikan tergantung dari
individu masing-masing yang memakai. Contoh APD adalah helm, earmuff,
safety gloves dan lainnya.
14
1.11 Jenis Pengendalian Risiko
Semua organisasi tunduk pada ancaman yang terjadi yang berdampak tidak baik
pada organisasi dan mempengaruhi hilangnya aset. Dari kesalahan yang tidak
bersalah tetapi mahal, hingga manipulasi penipuan, risiko ada di setiap
bisnis. Terlepas dari mengapa hal itu terjadi, kontrol perlu ditetapkan untuk
menghindari atau meminimalkan kerugian bagi organisasi.
Ada juga batasan pada kontrol ini yang perlu dipertimbangkan, sehingga penting
untuk memiliki tinjauan dan pemantauan berkelanjutan terhadap sistem Anda.
Menugaskan satu orang untuk menulis cek, dan anggota staf lain untuk
mengesahkan pembayaran, adalah pemisahan tugas yang berada di bawah payung
kontrol pencegahan dari sudut pandang administratif. Lainnya, seperti pengawasan
video atau memasang penjaga keamanan di titik masuk yang memverifikasi
kredensial ID dan membatasi akses, merupakan ilustrasi perlindungan fisik.
15
Program pelatihan, pengujian obat, firewall, pencadangan komputer dan server
adalah semua jenis pengendalian internal preventif yang menghindari terjadinya
kehilangan aset dan kejadian yang tidak diinginkan.
Proses dan aktivitas kontrol tidak sempurna, dan kesalahan dan masalah akan
ditemukan. Tinjauan dan analisis yang berkelanjutan atas pengendalian
internal harus menjadi bagian dari proses reguler organisasi mana pun.
Ketika masalah terjadi, itu harus didokumentasikan dan ditinjau oleh yang dapat
mengambil tindakan korektif yang dibahas di atas dan meningkatkan sistem. Akan
selalu ada batasan dengan manusia yang terlibat. Orang membuat kesalahan dan
akan sering menemukan kelemahan dalam prosedur pengendalian, baik secara tidak
sengaja atau dengan di tenda. Penting untuk mengingat hal ini saat
mempertimbangkan pengendalian internal.
16