Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS

KEBANGKRUTAN
Iin Nurush Sholichah / E2B021303
Novia Kholifatul M / E2B021504
Nevia Putri A / E2B021501
Analisis Kebangkrutan
● Kebangkrutan sering disebut juga “pailit” adalah ketidakpastian mengenai kemampuan atas suatu
perusahaan untuk melanjutkan kegiatan operasinya jika kondisi keuangan yang dimiliki
mengalami penurunan.
● Analisi kebangkrutan merupakan analisis untuk memperoleh tanda-tanda awal tentang
kebangkrutan.
Sumber Informasi Kebangkrutan Perusahaan

Menurut Beaver, rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan adalah :
1. Cash flow to total debt (arus kas terhadap total utang)
2. Net income to total assets (keuntungan bersih terhadap total aktiva)
3. Current assets to current liabilities (aktiva lancar terhadap kewajiban lancar)
4. Total debt to total assets (total utang terhadap total assets)
5. Working capital to total assets (modal kerja terhadap total assets)
Faktor Penyebab Kebangkrutan
Secara umum faktor-faktor penyebab kebangkrutan yaitu disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial,
teknologi, pelanggan, pemerintah, pemasok, pesaing.
Terdapat tiga faktor penyebab kebangkrutan atau kegagalan perusahaan yaitu :
1. Perusahaan yang menghadapi technically insolvent, jika perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajibannya yang segera jatuh tempo tetapi asset perusahaan nilainya lebih tinggi daripada
hutangnya.
2. Perusahaan yang menghadapi legally insolvent, jika nilai asset perusahaan lebih rendah daripada
nilai utang perusahaan.
3. Perusahaan yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat membayar utangnya dan oleh
pengadilan dinyatakan pailit.
Faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan
kebangkrutan
• Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan.
• Kesulitan bahan baku
• Faktor debitor (piutang)
• Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor
• Persaingan bisnis yang semakin ketat
• Kondisi atau perkembangan perekonomian secara global
Manfaat analisis Kebangkrutan
• Kreditor : untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat
untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
• Investor saham atau obligasi : untuk melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan
yang menjual surat berharga tersebut sehingga seawal mungkin dapat mengantisipasi kemungkinan
tersebut.
• Pihak pemerintah : untuk mengawasi jalannya usaha yang berada dibawah pengawasan pemerintah
dan sedini mungkin mengantisipasi kemungkinan bangkrut usaha tersebut.
• Akuntan : menilai kemampuan going concern suatu perusahaan dan menjelaskan subsequent event
yang mungkin muncul setelah hasil audit.
• Manajemen : melakukan langkah-langkah untuk menghindari kebangkrutan a.l merger, restrukturisasi
keuangan sehingga biaya kebangkrutan (spt biaya akuntan dan biaya penasihat hukum) bisa dihindari.
Alternatif Perbaikan Kesulitan Keuangan
• Pemecahan Secara Informal
• Dilakukan apabila masalah belum begitu parah
• Masalah perusahaan hanya bersifat sementara, dan prospek masa depan masih bagus
Cara Pemecahannya:
 Perpanjangan (extension): dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempo utang-utang.
 Komposisi (Composition): dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan
 Likuidasi: Jika nilai perusahaan dilikuidasi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
perusahaan yang going concern (berjalan terus), maka perusahaan sebaiknya dilikuidasi.
Alternatif Perbaikan Kesulitan Keuangan
• Pemecahan Secara Formal
• Dilakukan apabila masalah sudah parah
• Kreditur dan pemasok dana lainnya ingin mempunyai jaminan keamanan dan keadilan
• Melibatkan pihak ketiga yaitu pengadilan
Cara Pemecahannya:
 Apabila nilai perusahaan > Nilai perusahaan dilikuidasi, maka pilihan Reorganisasi layak
dilakukan.
 Apabila nilai perusahaan < Nilai perusahaan dilikuidasi,maka likuidasi lebih baik dilakukan.
Likuidasi dengan menjual aset-aset perusahaan, kemudian didistribusikan ke pemasok modal
di bawah pengawasan pihak ketiga. dimana
Prediksi Kebangkrutan: Analisis Univariate
• Pendekatan tunggal bisa dipakai untuk memprediksi kesulitan keuangan(univariate) dengan asumsi bahwa
distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan berbeda dengan
distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan.
• Empat variable menunjukkan perbedaan antara perusahan yang bangkrut dengan yang tidak bangkrut secara
konsisten adalah :
1. Tingkat return (rate of return). Perusahaan yang bankrut mempunyai tingkat return yang lebih
rendah.
2. Penggunaan Utang. Perusahaan yang bangkrut menggunakan utang yang lebih tinggi

3. Perlindungan terhadap biaya tetap (fixed Payment Coverage). Perusahaan yang bangkrut
mempunyai perlindungan terhadap biaya tetap yang lebih kecil.
4. Fluktuasi Return Saham. Perusahaan bangkrut mempunyai rata-rata return yang lebih rendah dan
mempunyai fluktuasi return saham yang lebih tinggi.
Prediksi Kebangkrutan: Analisis Multivariate
● Analisis univariate memiliki kelemahan adanya konflik antara variabel-
variable yang dijadikan prediksi. Untuk mengatasi masalah tersebut model
multivariate dikembangkan.
● Altman (1968, 1983) menemukan bahwa ada kesamaan rasio keuangan yang
bisa dipakai untuk prediksi kebangkrutan (Z-score).
● Altman Z-score merupakan formula multivariabel untuk mengukur potensi
kebangkrutan sebuah perusahaan. Yang merupakan fungsi dari dari lima rasio
keuangan, yakni rasio profitabilitas, leverage, likuiditas, solvabilitas, dan
aktivitas.
● Skor tersebut berguna untuk memprediksi apakah suatu perusahaan memiliki
tingkat probabilitas yang tinggi untuk pailit.
Rumus Altman Z-score
A. Rumus Altman Z-score Model 1

• X1 = (Aktiva Lancar – Utang Lancar) / Total Aktiva


• X2 = Laba yang Ditahan / Total Aset
• X3 = Laba sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset
• X4 = Nilai pasar saham biasa dan preferen / Nilai buku total utang
• X5 = Penjulan / Total Aset
• Nilai Z-score < 1,8, kemungkinan bangkrut tinggi
• Nilai Z-score > 3, kemungkinan bangkrut rendah
• Nilai Z-score 1,81 =< Z-score =< 2,9 berada dalam kondisi yang ambigu/abu-abu (meragukan)
 Model pertama Altman diatas tidak cocok untuk perusahaan kecil, non-manufaktur, atau swasta. Dalam
membangun modelnya, Altman menggunakan data statistik dari perusahaan manufaktur publik. Sehingga,
di luar kategori tersebut, model tidak relevan karena sampel yang tidak memadai.
B. Rumus Altman Z-score Model 2
• Kemudian, Altman mengembangkan dua model lanjutan Z Score. Dia menggunakan
sampel perusahaan swasta dan perusahaan non-manufaktur. Sehingga, model yang di
update tersebut lebih relevan untuk semua perusahaan.
• Untuk perusahaan swasta, karena informasi harga saham tidak tersedia, Altman
mengganti nilai pasar ekuitas pada variabel X4 dengan nilai buku ekuitas pemegang
saham.
• Model Altman Z-Scoreuntuk perusahaan swasta adalah:

• Untuk Model 2, Z-Score yang bagus untuk untuk perusahaan swasta berada di atas 2,9,
menunjukkan peluang bangkrut yang rendah. Sebaliknya, perusahaan swasta
berpeluang besar untuk bangkrut jika nilai Z-Score berada di bawah 1,23.
C. Rumus Altman Z-score Model 3
• Untuk perusahaan non-manufaktur, dia menghilangkan variabel X5. Persamaan
untuk modelnya adalah sebagai berikut:

• Untuk Model 3, nilai di atas 2,60 kemungkinan bangkrut sangat kecil dan nilai di
bawah 1,10 berarti perusahaan berpeluang besar untuk bangkrut.
• Z-score memberikan indikasi yang lebih baik daripada peringkat kredit oleh
Lembaga pemeringkat. Setidaknya tercermin dari pemeriksaan Altman terhadap
Z-Score Perusahaan sebelum krisis keuangan melanda Amerika Serikat di tahun
2008-2009.
• Model tergantung sampel yang diambil. Mungkin tidak akurat untuk perusahaan
di negara yang berbeda. Di Indonesia, misalnya, akurasi model Altman Z -Score
hanya sekitar 27.96% untuk perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia.
• Berdasarkan hasil hitungan koefisien Z-score untuk perusahaan PT. Astra Internasional Tbk pada tabel, dapat
diketahui bahwa keaadan keuangan perushaan pada tahun 2017 berada dalam kategori zona “distrees”.
• Karena nilai Zi yaitu 1,02 yang berarti Zi < 1,81 sehingga dapat diartikan dan dapat diidentifikasi bahwa perusahaan
berpeluang besar mengalami kebangkrutan.
• Sedangkan pada tahun 2018 keadaan keuangan perusahaan memburuk sehingga terjadi penurunan, yaitu dengan nilai
Zi 0,98. Pada tahun ini juga perusahaan masih berada kategori distress karena nilai Zi < 1,81. Jadi peluang
kebangkrutan pada tahun 2018 makin besar dibanding tahun kemarin.
• Pada tahun 2019 juga mengalami penurunan, Zi pada tahun ini hanya bernilai 0,65 berarti juga masuk dalam kategori
distress karena Zi < 1,81. Sehingga dapat diartikan dan dapat didientifikasi bahwa perusahaan ini semakin berpeluang
besar mengalami kebangkrutan.
• PT. Astra Internasional Tbk pada tahun 2017-209 cenderung menagalami penurunan dari 1,02 menjadi 0,98 dan
terakhir pada tahun 2019 mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 0,65.
• Hal ini menunjukan bahwa kinerja perusahaan kurang baik dikarenakan perusahaan tidak bisa memulihkan kondisi
laporan keuangan dari tahun 2017-2019. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan berada dalam
kategori distress karena selama 3 tahun berturut-turut nilai Zi < 1,81. Sehingga dapat diartikan dan dapat
didientifikasi bahwa perusahaan ini semakin berpeluang besar mengalami kebangkrutan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai