Anda di halaman 1dari 32

FINANCIAL DISTRESS &

PREDIKSI
KEBANGKRUTAN
Manajemen Keuangan 2
Pengantar

Perusahaan tidak selalu berjalan sesusai dengan rencana.


Pada situasi tertentu, perusahaan mungkin akan mengalami
kesulitan keuangan yang ringan seperti
mengalami kesulitan likuiditas (tidak bisa
membayar gaji pegawai, bunga utang, dsb). Jika
tidak diselesaikan dengan benar, kesulitan kecil tersebut
bisa berkembang menjadi kesulitan yang lebih besar, dan
bisa sampai pada kebangkrutan.
Konsep

 Kesulitan usaha merupakan kondisi kontinum mulai dari


kesulitan keuangan yang ringan (seperti masalah
likuiditas), sampai pada kesulitan keuangan yang lebih
serius, yaitu tidak solvabel (utang lebih besar
dibandingkan dengan aset).
Konsep

 Kebangkrutan sendiri bisa dilihat dari pendekatan aliran


dan pendekatan stock.
 Dengan pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan
bangkrut jika total kewajiban melebihi total aktiva. Jika
perusahaan mempunyai utang Rp1 milyar, sedangkan
total asetnya hanya Rp500 juta, maka perusahaan
tersebut sudah bisa dinyatakan bangkrut.
 Dengan pendekatan aliran, perusahaan akan bangkrut
jika tidak bisa menghasilkan aliran kas yang cukup.
Penyebab

 Kesulitan arus kas


 Besarnya utang
 Kegiatan operasional mengalami kerugian selama
beberapa tahun
 Jenis industri
Alternatif Perbaikan

Jika perusahaan mencapai tahap tidak solvabel, pada


dasarnya ada dua pilihan, yaitu likuidasi (kebangkrutan)
atau reorganisasi.
Likuidasi jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan

nilai perusahaan kalau diteruskan.


Reorganisasi kalau perusahaan masih menunjukkan
prospek yang baik, sehingga nilai perusahaan kalau
diteruskan lebih besar dibandingkan dengan nilai
perusahaan kalau dilikuidasi.
Pemecahan Secara Informal

1. Dilakukan apabila masalah belum begitu parah


2. Masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa
depan masih bagus.

Cara:
a. Perpanjangan (extension): dilakukan dengan memperpanjang
jatuh tempo utang-utang.
b. Komposisi (Composition): dilakukan dengan mengurangi
besarnya tagihan, misal klaim utang diturunkan menjadi 60%.
Kalau utang awal besarnya Rp1 juta, maka utang yang baru
menjadi Rp600.000 (60%  Rp1 juta)
c. Likuidasi: jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan nilai
going concern, perusahaan bisa dilikuidias secara informal.
Pemecahan Secara Formal

Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur dan pemasok dana


lainnya ingin mempunyai jaminan keamanan dan keadilan.
Pemecahan secara formal melibatkan pihak ketiga yaitu pengadilan.

Cara:
a.Apabila nilai perusahaan > Nilai perusahaan dilikuidasi, dilakukan
Reorganisasi, dengan merubah struktur modal menjadi struktur
modal yang layak. Perubahan bisa dilakukan melalui perpanjangan,
perubahan komposisi, atau keduanya.
b.Apabila nilai perusahaan < Nilai perusahaan dilikuidasi, likuidasi
lebih baik dilakukan. Likuidasi dengan menjual aset-aset perusahaan,
kemudian didistribusikan ke pemasok modal di bawah pengawasan
pihak ketiga.
Restrukturisasi

Cara yang bisa dilakukan adalah mengurangi beban-beban yang


menghimpit perusahaan.

Extension. Melalui perpanjangan, kreditur bersedia


memperpanjang masa jatuh tempo utangnya. Sebagai contoh,
utang yang pada mulanya jatuh tempo dalam lima tahun,
sekarang diperpanjang menjadi sepuluh tahun.
Komposisi (Composition). Komposisi dilakukan melalui
perubahan nilai utang lama. Sebagai contoh, utang lama sebesar
Rp100 diturunkan nilainya menjadi Rp60. Meskipun nilai utang
turun, kreditur masih bisa menerimanya karena nilai tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai utang jika perusahaan
dilikuidasi.
Likuidasi

Dalam beberapa situasi, likuidasi informal juga bisa


dilakukan. Jika nilai perusahaan dilikuidasi lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai perusahaan yang going concern
(berjalan terus), maka perusahaan sebaiknya dilikuidasi.
Likuidasi informal mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan likuidasi formal, karena lebih cepat dan bisa
menghemat biaya pengadilan, sehingga nilai likuidasi yang
diperoleh bisa lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang
diperoleh jika likuidasi dilakukan melalui pengadilan.
Perbaikan Formal

Perbaikan formal melibatkan pihak ketiga seperti


pengadilan. Melalui pihak ketiga, pihak-pihak yang terlibat
dalam kebangkrutan bisa memperoleh perlindungan dari
pihak lainnya. Pengadilan berusaha agar pihak-pihak yang
berkaitan memperoleh perlakuan yang adil selama proses
perbaikan tersebut.
Reorganisasi

Jika nilai perusahaan going concern lebih tinggi dibandingkan


dengan nilai perusahaan dilikuidasi, maka pilihan
reorganisasi/restrukturisasi layak dilakukan. Dalam situasi
ini, operasi perusahaan akan diteruskan setelah dilakukan
perbaikan-perbaikan, terutama perbaikan struktur modalnya.
Trustee (kurator) bisa ditunjuk untuk menjalankan
reorganisasi tersebut.
Rencana reorganisasi didasarkan pada prinsip keadilan dan
kelayakan. Prinisip keadilan berarti semua pihak harus
diperlakukan secara adil (fair). Prinsip kelayakan berarti
rencana tersebut harus layak (bisa) dilakukan. Sebagai
contoh, jika perusahaan mempunyai beban utang terlalu
tinggi sedangkan kemampuan penjualan sangat kecil, maka
reorganisasi tidak layak dilakukan.
Likuidasi

Kas yang diperoleh dari likuidiasi aset perusahaan akan


didistribusikan dengan urut-urutan tertentu, misal (dari
yang paling berhak memperoleh pertama, sampai yang
paling terakhir memperoleh hak).
1.Biaya administrasi yang berkaitan dengan urusan
likuidasi, termasuk biaya pengacara, kurator (trustee)
2.Klaim dari kreditur (utang) yang muncul dari kegiatan
bisnis mulai dari saat kasus dibawa ke pengadilan sampai
ke saat trustee (kurator) diangkat
Likuidasi

3. Gaji pegawai yang diperoleh dalam waktu 90 hari sesudah


(within) petisi kebangkrutan.
4. Premi pensiunan pegawai untuk masa kerja dalam 120 hari petisi
kebangkrutan diajukan.
5. Uang muka dari pelanggan yang membeli barang tetapi belum
memperoleh barangnya
6. Pajak pendapatan sampai tiga tahun sebelum kebangkrutan,
pajak properti sampai setahun sebelum kebangkrutan, dan semua
pajak pendapatan yang masih ditahan oleh perusahaan
7. Kreditur umum
8. Saham preferen
9. Saham biasa
Likuidasi

Klaim untuk setiap kelas harus dibayarkan penuh, sebelum


klaim atas kelas yang dibawahnya bisa dibayarkan. Tujuan
pokok dari likuidasi formal adalah likuidasi aset yang
teratur dan adil kepada pihak-pihak yang terlibat.
Kelemahan likuidasi semacam itu adalah proses yang
lambat dan lebih mahal dibandingkan dengan likuidasi
informal. Likuidasi formal bisa dihindari jika kreditur dan
perusahaan bisa sampai pada kesepakatan untuk melakukan
penyelesaian secara informal.
Prediksi Kebangkrutan

Ada beberapa indikator yang bisa dipakai untuk memprediksi


kebangkrutan. Misalnya:
Tingkat return (rate of return). Perusahaan yang bangkrut
mempunyai tingkat return yang lebih rendah.

Penggunaan utang. Perusahaan yang bangkrut menggunakan


utang yang lebih tinggi.

Fluktuasi return saham. Perusahaan yang bangkrut mempunyai


rata‑rata return yang lebih rendah dan mempunyai fluktuasi
return saham yang lebih tinggi.
Prediksi Kebangkrutan Model Altman

Model prediksi kebangkrutan yang cukup terkenal dan menjadi


pioner adalah model kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman
(1968). Model tersebut menggunakan tehnik statistik analisis
diskriminan, dan secara umum bisa dituliskan sebagai berikut:
 
Z = a + a1 X1 + …… + an Xn
 
dimana Z merupakan skor kebangkrutan, sedangkan X1… Xn
adalah variabel bebas.
Prediksi Kebangkrutan Model Altman

 Pada awalnya Altman memiliki sampel 66 perusahaan


manufaktur yang terdiri dari 35 perusahaan yang bangkrut dan 35
perusahaan yang tidak bangkrut. Selanjutnya dipilih pula 22
variabel (rasio) yang potensial untuk dievaluasi yang
dikelompokkan ke dalam 5 kelompok, yaitu liquidity,
profitability, leverage, solvency, dan activity. Dari 22 variabel
tersebut kemudian dipilih 5 variabel yang merupakan kombinasi
terbaik untuk memprediksi kebangkrutan. Dari sampel
perusahaan dan kelima rasio tersebut terbentuklah fungsi
diskriminan yang juga disebut Altman Z-Score sebagai berikut:
Prediksi Kebangkrutan Model Altman

Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5


 
dimana
X1 = (Aset lancar – utang Lancar) / Total Aset
X2 = Laba yang ditahan / Total Aset
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total aset
X4 = Nilai pasar saham biasa dan saham preferen/Nilai buku
total utang
X5 = Penjualan / Total Aset
Klasifikasi Z Model Altman

Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada


nilai Z yang diperoleh, yaitu:
 
Bila Z > 2,99, maka termasuk perusahaan sehat.
 
Bila Z < 1,81, maka termasuk perusahaan yang bangkrut.

Bila Z berada diantara 1,81 sampai 2,99 maka termasuk grey area
(tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun
mengalami kebangkrutan, namun ada pula yang mengatakan
termasuk rawan bangkrut)
Prediksi Kebangkrutan Model Altman Revisi

Pada tahun 1984, Altman melakukan penelitian kembali di berbagai negara. Mengingat
bahwa tidak semua perusahaan melakukan go public dan tidak memiliki nilai pasar, maka
untuk mengganti nilai pasar, Altman kemudian menggunakan nilai buku saham biasa dan
saham preferen sebagai salah satu komponen variabel bebasnya, dan kemudian
mengembangkan model diskriminan kebangkrutan, dan memperoleh model sebagai berikut:
Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5

X1 = (Aset lancar – utang Lancar) / Total Aset


X2 = Laba yang ditahan / Total Aset
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total aset
X4 = Nilai buku saham biasa dan saham preferen / Nilai buku total utang
X5 = Penjualan / Total Aset
 Model ini bisa digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur yang
tidak go public (privat manufacturer companies)
Prediksi Kebangkrutan Model Altman Revisi

 Jika nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang akan bangkrut
(financial distress).
 Jika nilai 1,23 < Z < 2,9 maka termasuk grey area (tidak dapat
ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami
kebangkrutan). Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah
keuangan yang harus ditangani dengan
penanganan manajemen yang tepat. Kalau terlambat dan tidak
tepat penanganannya, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan.
 Jika nilai Z > 2,9 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut atau
dalam keadaan sehat (safe).
 
Prediksi Kebangkrutan Model Altman Modifikasi

Untuk perusahaan selain manufaktur, misalnya perusahaan jasa, formula altman Z-


score dimodifikasi menjadi sebagai berikut:

Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4

X1 = (Aset lancar – utang Lancar) / Total Aset


X2 = Laba yang ditahan / Total Aset
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total aset
X4 = Nilai buku saham biasa dan saham preferen / Nilai buku total utang

Terlihat bahwa X5 tidak digunakan karena pada perusahaan non manufaktur, umumnya menawarkan
jasa dan bukan menjual barang.
 Model ini bisa digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan non manufaktur yang
tidak go public (privat non manufacturing companies)
Prediksi Kebangkrutan Model Altman Modifikasi

 Jika nilai Z < 1,1 maka termasuk perusahaan yang akan bangkrut
(financial distress).
 Jika nilai 1,1 < Z < 2,6 maka termasuk grey area (tidak dapat
ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami
kebangkrutan). Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah
keuangan yang harus ditangani dengan
penanganan manajemen yang tepat. Kalau terlambat dan tidak
tepat penanganannya, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan.
 Jika nilai Z > 2,6 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut atau
dalam keadaan sehat (safe).
 
CONTOH

 Objek Penelitian
Enam Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotif tahun 2006-2008

NO. KODE NAMA PERUSAHAAN

1 AUTO P.T. ASTRA OTOPARTS Tbk.


2 GDYR P.T. GOODYEAR INDONESIA Tbk.
3 IMAS P.T. INDOMOBIL SUKSES INTERNASIONAL Tbk.
4 LPIN P.T. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk.
5 NIPS P.T. NIPRESS Tbk.
6 PRAS P.T. PRIMA ALLOY STEEL Tbk.
P.T. ASTRA OTOPARTS Tbk.

2006 2007
Koefisien (Nilai Rasio) * Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien) Z-Score (Koefisien)
X1 0.182 1.2 0.218 X1 0.263 1.2 0.315
X2 0.458 1.4 0.641 X2 0.513 1.4 0.718
X3 0.140 3.3 0.463 X3 0.176 3.3 0.581
X4 2.114 0.6 1.268 X4 2.342 0.6 1.405
X5 1.114 1 1.114 X5 1.211 1 1.211
Overall Indeks Z-Score 3.704 Overall Indeks Z-Score 4.231

2008
Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien)
X1 0.249 1.2 0.298
X2 0.558 1.4 0.781
X3 0.200 3.3 0.659
X4 2.266 0.6 1.360
X5 1.341 1 1.341
Overall Indeks Z-Score 4.439
P.T. GOODYEAR INDONESIA Tbk.

2006 2007
Koefisien (Nilai Rasio) * Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien) Z-Score (Koefisien)
X1 0.375 1.2 0.450 X1 0.148 1.2 0.177
X2 0.528 1.4 0.739 X2 0.446 1.4 0.624
X3 0.081 3.3 0.269 X3 0.106 3.3 0.350
X4 1.559 0.6 0.935 X4 1.903 0.6 1.142
X5 2.160 1 2.160 X5 1.878 1 1.878
Overall Indeks Z-Score 4.553 Overall Indeks Z-Score 4.171

2008
Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien)
X1 0.143 1.2 0.171
X2 0.250 1.4 0.350
X3 0.011 3.3 0.037
X4 0.283 0.6 0.170
X5 1.217 1 1.217
Overall Indeks Z-Score 1.946
P.T. INDOMOBIL SUKSES INTERNASIONAL Tbk.

2006 2007

Koefisien (Nilai Rasio) * Koefisien (Nilai Rasio) *


Variabel Nilai Rasio Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien) Z-Score (Koefisien)
X1 -0.026 1.2 -0.031 X1 -0.107 1.2 -0.129
X2 -0.090 1.4 -0.126 X2 -0.081 1.4 -0.113
X3 0.004 3.3 0.014 X3 0.029 3.3 0.095
X4 0.186 0.6 0.112 X4 0.310 0.6 0.186
X5 0.658 1 0.658 X5 1.036 1 1.036
Overall Indeks Z-Score 0.627 Overall Indeks Z-Score 1.075

2008
Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien)
X1 -0.056 1.2 -0.067
X2 -0.067 1.4 -0.094
X3 0.055 3.3 0.182
X4 0.233 0.6 0.140
X5 1.469 1 1.469
Overall Indeks Z-Score 1.631
P.T. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk.

2006 2007

Koefisien (Nilai Rasio) * Koefisien (Nilai Rasio) *


Variabel Nilai Rasio Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien) Z-Score (Koefisien)
X1 -0.084 1.2 -0.101 X1 0.297 1.2 0.356
X2 -0.523 1.4 -0.732 X2 -0.279 1.4 -0.391
X3 0.004 3.3 0.012 X3 0.164 3.3 0.541
X4 0.270 0.6 0.162 X4 0.554 0.6 0.332
X5 0.269 1 0.269 X5 0.353 1 0.353
Overall Indeks Z-Score -0.391 Overall Indeks Z-Score 1.191

2008
Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien)
X1 0.160 1.2 0.192
X2 -0.186 1.4 -0.261
X3 0.061 3.3 0.201
X4 0.280 0.6 0.168
X5 0.324 1 0.324
Overall Indeks Z-Score 0.624
P.T. NIPRESS Tbk.

2006 2007

Koefisien (Nilai Rasio) * Koefisien (Nilai Rasio) *


Variabel Nilai Rasio Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien) Z-Score (Koefisien)
X1 0.034 1.2 0.040 X1 0.030 1.2 0.035
X2 -0.060 1.4 -0.084 X2 -0.046 1.4 -0.065
X3 0.117 3.3 0.385 X3 0.073 3.3 0.242
X4 0.196 0.6 0.117 X4 0.151 0.6 0.090
X5 1.181 1 1.181 X5 1.398 1 1.398
Overall Indeks Z-Score 1.639 Overall Indeks Z-Score 1.701

2008
Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien)
X1 0.019 1.2 0.023
X2 -0.036 1.4 -0.051
X3 0.058 3.3 0.192
X4 0.174 0.6 0.104
X5 1.478 1 1.478
Overall Indeks Z-Score 1.746
P.T. PRIMA ALLOY STEEL Tbk.

2006 2007

Koefisien (Nilai Rasio) * Koefisien (Nilai Rasio) *


Variabel Nilai Rasio Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien) Z-Score (Koefisien)
X1 0.053 1.2 0.064 X1 0.033 1.2 0.040
X2 0.049 1.4 0.069 X2 0.059 1.4 0.082
X3 0.013 3.3 0.044 X3 0.024 3.3 0.078
X4 0.113 0.6 0.068 X4 0.181 0.6 0.108
X5 1.258 1 1.258 X5 1.212 1 1.212
Overall Indeks Z-Score 1.502 Overall Indeks Z-Score 1.521

2008
Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien)
X1 0.006 1.2 0.007
X2 0.031 1.4 0.043
X3 -0.010 3.3 -0.032
X4 0.169 0.6 0.102
X5 0.740 1 0.740
Overall Indeks Z-Score 0.859
Kesimpulan

 Besar-kecilnya nilai indeks keseluruhan dipengaruhi oleh ke lima


rasio tersebut.
 Rasio yang sering kali memberikan kontribusi nilai terbesar terhadap
indeks keseluruhan adalah rasio penjualan terhadap total aset.
 Terdapat satu perusahaan yang berada pada kondisi keuangan yang
sehat selama periode 2006-2008, yaitu P.T. ASTRA OTOPARTS
Tbk.
 Terdapat satu perusahaan yang berada pada kondisi grey area hanya
pada periode 2008 (periode 2006 dan 2007 kondisi keuangan sehat),
yaitu P.T. GOODYEAR INDONESIA Tbk.
 Sedangkan empat perusahaan lainnya (P.T. INDOMOBIL SUKSES
INTERNASIONAL Tbk., P.T. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk.,
P.T. NIPRESS Tbk., dan P.T. PRIMA ALLOY STEEL Tbk.)
terancam mengalami kebangkrutan yang serius selama periode
2006-2008.

Anda mungkin juga menyukai