Anda di halaman 1dari 18

Disusun Oleh :

Kelompok 3 (AK S1 KELAS D)

FADHIL HIDAYAT 1992140021


ADE REZKI 1992142101
FADHILAH FITRIA SANI 1992142102
INDAH HAJAR UTAMI 1992142108
ANDI NURFAIZAH 1992142111
AFIFAH 1992142117
RESTRUKTURISASI DAN KEBANGKRUTAN

Perusahaan tidak selalu berjalan sesusai dengan rencana.


Pada situasi tertentu, perusahaan mungkin akan mengalami
kesulitan keuangan yang ringan seperti mengalami kesulitan
likuiditas (tidak bisa membayar gaji pegawai, bunga hutang).
Jika tidak diselesaikan dengan benar, kesulitan kecil tersebut
bisa berkembang menjadi kesulitan yang lebih besar, dan bisa
sampai pada kebangkrutan.
Pengertian dan Definisi Kesulitas Keuangan dan Kebangkrutan

Definisi yang pasti mengenai istilah-istilah tersebut sulit


dirumuskan. Pengertian kebangkrutan sendiri bisa dilihat dari
pendekatan aliran dan pendekatan stock.
Dengan pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan
bangkrut jika total kewajiban melebihi total aktiva. Jika
perusahaan mempunyai hutang Rp1 milyar, sedangkan total
asetnya hanya Rp500 juta, maka perusahaan tersebut sudah
bisa dinyatakan bangkrut.
Dengan pendekatan aliran, perusahaan akan bangkrut jika
tidak bisa menghasilkan aliran kas yang cukup. Dari sudut
pandang stock, perusahaan bisa dinyatakan bangkrut meskipun
mungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau
mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.
Kesulitan usaha merupakan kondisi kontinum mulai dari
kesulitan keuangan yang ringan (seperti masalah likuiditas),
sampai pada kesulitan keuangan yang lebih serius, yaitu tidak
solvabel (hutang lebih besar dibandingkan dengan aset)
Kesulitan mendefinisikan kesulitan keuangan mempunyai banyak
implikasi.
Jika perusahaan mencapai tahap tidak solvabel, pada
dasarnya ada dua pilihan, yaitu likuidasi (kebangkrutan) atau
reorganisasi.
Likuidasi dipilih jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan
dengan nilai perusahaan kalau diteruskan.
Reorganisasi dipilih kalau perusahaan masih menunjukkan
prospek yang baik, sehingga nilai perusahaan kalau diteruskan
lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan kalau dilikuidasi.
Penyebab kesulitan keuangan dan kebangkrutan cukup
bervariasi. Jenis industri sendiri mempengaruhi penyebab
kegagalan usaha. Ada sektor usaha yang relatif mudah
dikerjakan, ada yang sulit. Kegagalan bisnis juga bervariasi
tergantung umur usaha.

Alternatif Perbaikan Kesulitan Keuangan

Jika perusahaan mencapai tahap tidak solvabel, pada


dasarnya ada dua pilihan, yaitu likuidasi (kebangrkutan) atau
reorganisasi. Likuidasi jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan
nilai perusahaan kalau diteruskan. Reorganisasi kalau
perusahaan masih menunjukkan prospek yang baik, sehingga
nilai perusahaan kalau diteruskan lebih besar dibandingkan
dengan nilai perusahaan kalau dilikuidasi.
Pemecahan secara Formal:

Dilakukan apabila masalah sudah parah, kerditur dan pemasok dana


lainnya ingin mempunyai jaminan keamanan dan keadilan. Pemcahan secara
formal melibatkan pihak ketiga yaitu pengadilan. Cara:
1) Apabila nilai perusahaan > nilai perusahaan dilikuidasi, dilakukan reorganisasi dengan merubah
struktur modal menjadi struktur modal yang layak. Perubahan bisa dilakukan melalui
perpanjangan perubahan komposisi, atau keduanya.
2) Apabila nilai perusahaan < Nilai perusahaan dilikuidasi, likuidasi lebih baik dilakukan dengan
menjual asset-aset perusahaan kemuadia di distribusikan ke pemasok modal di bawah
pengawasan pihak ketiga.
Perbaikan Informal (penyelesaina suka rela)
Jika prospek perusahaan dimasa mendatang cukup baik, kesulitan
keuangan versifat sementara maka restrukturiasai perlu atau likuidasi
dilakukan. Jika kesulitan bersifat permanen, maka kebangkrutan atau
likuidasi merupakan pilihan yang lebih baik. Namun jika kesulitan
perusahaan bersifat permanen, maka nilai perusahaan yang dilukidasi
akan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan jika dijalankan
terus.
Contoh Likuidasi dan Reorganisasi (Restrukturisasi)
1. Menghitung Nilai perusahaan: Misalkan pihak pengadilan dan curator mengestimasi
penjualan di masa mendatang bisa mencapai Rp. 75 juta pertahun. Marjin keuntungan
(profit margin) yang bisa dicapai di perkirakan sekitar 10%. Dengan kata lain
keuntungan yang diperkirakan diperoleh perusahaan tersebut adalah sekitar Rp. 7,5 juta
pertahun.
2. Menghitung tingkat kapitalisasi atau tingkat Multipel, dan nilai perusahaan: Misalkan saja
tingkat kapitalisasi perusahaan yang sejenis adalah sekitar 12%. Maka nilai = 7,5 juta/0,12
= Rp. 62,50 juta. Jadi teknik multiple (seperti PER) juga bisa digunakan. Misalkan saja rasio
PER (Price Eraning Rtaio) untuk perusahaan lain adalah sekitar 8 kali. Pihak penilai
menganggap rasio tersebut cukup wajar untuk perusahaan tersebut. Dengan
menggunakan teknik tersebut nilai perusahaan adalah:

Nilai Perusahaan = Rp. 7,5 Juta x 8 = Rp.60 Juta.


Tentu saja teknik atau cara yang berbeda akan mengahsilkan angka
yang berbeda pula. Mislakan saja pihak curator menetukan nilai
perusahaan adalah Rp. 60 Juta.
Langkah-Langkah Yang Ditempuh Dalam Reorganisasi Finansial
1. Menentukan nilai perusahaan
Penilaian yang sering digunakan, dan yang termasuk sederhana, adalah
menghitung nilai perusahaan berdasarkan tingkat kapitalisasi.

2. Menentukan struktur modal yang baru


Struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban tetap (bunga) agar
perusahaan bisa beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk mengurangi
beban tetap tersebut, total hutang biasanya akan dikurangi. Jika tidak ada
lagi harapan bahwa operasi perusahaan akan berhasil, maka likuidasi
merupakan alternatif satu-satunya yang mungkin dilakukan oleh
perusahaan.
Konsolidasi Dalam Reorganisasi
Reorganisasi dan konsolidasi dilakukan dengan cara:
(1) Melakukan penghematan biaya. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak
perlu, ditunda atau dibatalkan.
(2) Menjual aktiva-aktiva yang tidak diperlukan
(3) Divisi (unit bisnis) yang tidak menguntungkan dihilangkan atau digabung
(4) Menunda rencana ekspansi sampai situasi dinilai telah menguntungkan
(5) Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang (kalau dapat
dikurangi dari hasil penjualan aktiva yang tidak diperlukan), dan menjaga
likuiditas. Dalam jangka pendek mungkin sekali profitabilitas dikorbankan
(profitabilitas terpaksa negatif)
CONTOH KASUS RESTRUKTURISASI

Garuda Indonesia, Maskapai Terbesar di Indonesia Juga pernah


mengalami keterpurukan Siapa yang tak kenal maskapai satu ini? Sebelum
namanya menjadi sepopuler sekarang, maskapai penerbangan milik
pemerintahi ni juga pernah mengalami keterpurukan. Bayangkan saja,
Garuda Indonesia pernah nyaris bangkrut karena memiliki utang yang
menumpuk. Pada tahun 2004, tercatat bahwa maskapai penerbangan ini
mengalami kerugian hingga 800 miliar rupiah. Sungguh jumlah yang sangat
fantastis, bukan? Belum lagi hutang yang berjumlah 868 juta dolar Amerika.
Ditambah lagi performa kerja yang kurang baik dengan banyaknya
keterlambatan yang dilakukannya sehingga membuat maskapai ini
mendapat reputasi yang buruk tak hanya di mata pelanggan, tapi juga dunia
internasional.
Namun, itu bukanlah akhir dari Garuda Indonesia. Pada tahun 2005,
Garuda merekrut Direktur Utama yang baru, Emirsyah Satar. Di tahun inilah
gebrakan-gebrakan mulaid ilakukan oleh Garuda. Langkah pertama yang
dilakukannya adalah restrukturisasi. Restrukturisasi dilakukan secara
menyeluruh pada seluruh sector perusahaan, salah satunya dalam
bidang manajemen. Sebelumnya, system manajemennya adalah 1:3,4, yang
artinya satu manajemen membawahi 3,4 orang staf. Setelah restrukturisasi,
system ini berubah menjadi 1:7, yang mana satu manajemen memimpin tujuh
orang staf. Hal ini bertujuan agar info yang ada di lapangan bisa tersalurkan
secara langsung.
Selain mengubah system manajemen, pemangkasan lapisan
organisasi juga dilakukan. Hal ini dilakukan karena lapisan struktur
perusahaan dinilai terlalu banyak sehingga menyebabkan proses komunikasi
lambat dan birokrasi yang berbelit-belit. Dengan memangkas beberapa
lapisan organisasi, komunikasi bisa menjadi lebih cepat dan proses birokrasi
dapat dilakukan dengan efisien. Perlahan tapi Pasti, Restrukturisasi
Membuahkan Hasil Adanya perubahan system manajemen sehingga
perusahaan dapat melihat secara langsung apa yang terjadi di lapangan,
membuat performa kinerja Garuda Indonesia meningkat. Hal ini ikut
dirasakan oleh para penumpangnya.
Garuda Indonesia yang semula sering mengalami keterlambatan kini sudah
tidak lagi. Pada tahun 2007, OTP (On Time Performance) atau rasio
ketepatan waktu penerbangan Garuda berada di bawah angka 70%, namun
saat ini angka OTP sudah berada di atas 90%. Tak heran, peningkatan
performa kinerja ini membuat Garuda Indonesia mendapatkan penghargaan
The World’s Most Improved Airlines dari SkyTrax.
Tak hanya OTP, Garuda juga kembali mendapat kepercayaan para
pelanggannya sehingga lama kelamaan pun pelanggannya juga semakin
meningkat. Jumlah pelanggan yang meningkat diiringi dengan permintaan
penerbangan yang tinggi pula, membuat Garuda pun semakin melebarkan
sayapnya hingga ke Amsterdam dan juga menambah jumlah penerbangan
hingga 311 setiap harinya.
Keberhasilan Garuda Indonesia dalam membuktikan pada dunia
bahwa ia mampu bangkit dari keterpurukan hingga berada pada kondisi
yang sekarang ini membuatnya di anugerahi penghargaan Airlines
Turnaround of The Year oleh Centre for Asia Pacific.

Jadi, dapat dilihat bahwa restrukturisasi dapat membawa kondisi


perusahaan dari keterpurukan menuju kejayaan. Namun, ingat, sebelum
melakukan restrukturisasi, sebaiknya Anda mengetahui penyebab
keterpurukan yang menimpa perusahaan Anda sehingga strategi yang
Anda ambil bisa tepat guna.
Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai