BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. RESTRUKTURISASI PERUSAHAAN
3
Bisa jadi, dari sisi operasional masih menghasilkan keuntungan
operasi, tapi laba operasi tersebut tidak mampu untuk memenuhi
kewajiban finansialnya. Perusahaan yang melakukan integrasi vertikal,
jelas melakukan restrukturisasi bisnisnya. Dengan cara tersebut
restrukturisasi perseroan terbatas (perusahaan) dapat mengamankan
sumber bahan baku, dan atau distribusi hasil produksinya.
4
biaya untuk listing di suatu bursa dirasa terlalu berat. Keharusan
memenuhi berbagai ketentuan dan peraturan badan pengawas
pasar modal dirasa merepotkan dan memberatkan. Direksi
kemudian cenderung sangat memperhatikan kinerja keuangan
triwulan depan, semester depan, atau tahun depan, agar harga
saham tidak turun. Dengan demikian perhatian akan laba jangka
panjang sebagai hasil riset dan pengembangan produk terabaikan.
Direksi tidak mempunyai kebebasan terhadap penggunaan laba
yang diperoleh. Karena badan pengawas pasar modal akan
mengingatkan pembayaran dividen sesuai dengan janji dalam
prospektus. Sebagai akibatnya, beberapa perusahaan memutuskan
untuk going private. Perusahaan yang semula telah terdaftar di
bursa, kemudian saham-sahamnya dibeli oleh direksi dan
koleganya. Dan perusahaan kemudian tidak lagi terdaftar di bursa.
Salah satu contoh perusahaan yang going private adalah Levi
Strauss.
4. leverage buy out
Untuk membeli kembali saham-saham yang semula dimilki oleh
para anggota masyarakat. Para direksi yang memutuskan akan go
private bisa menggunakan bantuan dana pihak ketiga. Bila cara ini
ditempuh, maka dilakukan apa yang disebut dengan leverage buy-
out. Ini berarti bahwa saham-saham tersebut dibeli dengan uang
pinjaman. Pinjaman tersebut dijamin oleh aktiva dan arus kasa
perusahaan, sehingga setelah leverage buy-out, perusahaan akan
mempunyai hutang.
B. REORGANISASI PERUSAHAAN
5
terpaksa harus bertahan dengan apa yang telah ada. Atau memperkecil
diri, agar tidak mengalami kesulitan yang makin parah. Reorganisasi
dalam aspek finansial dilakukan untuk memperkecil beban finansial
yang tetap sifatnya.
Dengan demikian asumsinya adalah bahwa perusahaan masih
mempunyai kemampuan operasional yang baik. Ini berarti bahwa
kegiatan operasi masih mampu menutup biaya-biaya operasi.
6
karyawan,
supplier, dan
pemerintah, meskipun pemiliklah yang bertanggung jawab
terakhir.
Kreditur mungkin terpaksa kehilangan sebagian tagihannya, bisa
jadi harus merubah kreditnya menjadi penyertaan. Pemilik modal sendiri
mungkin harus kehilangan kepemilikannya atas perusahaan tersebut.
Secara keseluruhan para kreditur mungkin harus bersedia menerima
jumlah yang lebih sedikit daripada tagihan semula. Cara semacam ini
dipilih bila dinilai lebih baik dari pada lewat proses likuidasi. Jika dalam
restrukturisasi perusahaan kita mengenal 3 pilar restrukturisasi kredit.
Maka dalam melakukan reorganisasi finansial, kita juga mengenal 3 (tiga)
langkah yang perlu ditempuh, yaitu:
1. Menaksir nilai perusahaan
2. Menentukan struktur pendanaan yang dipandang cukup aman
3. Menentukan nilai sekuritas-sekuritas yang baru.
Langkah yang pertama merupakan langkah yang paling sulit, tapi
paling penting, sulit karena memerlukan estimasi dan judgement.
Penting karena akan menentukan nilai sekuritas-sekuritas yang baru.
Dalam reorganisasi finansial sering dibarengi dengan konslidasi
adalah membuat perusahaan lebih ramping secara operasional.
Reorganisasi dan konsolidasi dilakukan dengan cara:
1. Melakukan penghematan biaya. Pengeluaran-pengeluaran yang
tidak perlu ditunda atau dibatalkan.
2. Menjual aktiva-aktiva yang tidak diperlukan.
3. Divisi (unit bisnis) yang tidak mengntungkan dihilangkan atau
digabung
4. Menunda rencana ekspansi sampai situasi dinilai telah
menguntungkan.
5. Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang (kalau
dapat dikurangi dari hasil penjualan aktiva yang tidak diperlukan)
7
dan menjaga likuiditas. Dalam jangka pendek mungkin
profitabilitas dikorbankan (profitabilitas terpaksa negatif).
C. LIKUIDASI PERUSAHAAN
Proses Likuidasi
8
Bila hasil penjualan aktiva ini mencukupi, maka sisanya dapat
dipergunakan untuk melunasi kreditur umum. Sebaliknya, bila tidak
mencukupi, kekurangannya menjadi kreditur umum.
D. LEASING
Leasing adalah metode pembiayaan yang dilakukan melalui
pengadaan barang modal maupun aset untuk diberikan kepada
perusahaan maupun individu. Biasanya, para penerima leasing
merupakan pengusaha yang menjalankan suatu kegiatan bisnis sehingga
modal tersebut dibutuhkan guna melancarkan aktivitas usaha.
Selain itu, leasing merupakan metode pembiayaan yang diberikan
oleh suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Cara
pembayarannya yakni melalui cicilan sejumlah uang sesuai keputusan
bersama. Ketika debitur berhasil melunasinya, maka ia punya pilihan
untuk membelinya menggunakan nilai yang tersisa.
Dengan sistem tersebut, leasing adalah pembiayaan yang
membantu masyarakat guna memperoleh modal usaha maupun membeli
barang-barang mahal tanpa harus mengeluarkan banyak uang sekaligus.
Ciri-Ciri Leasing
9
Ciri-ciri leasing adalah sebagai berikut:
a. Adanya jangka waktu sewa dan periode pembayaran cicilan.
b. Hak milik atas benda yang disewakan tetap berada pada pihak
pemberi leasing.
c. Biasanya, objek leasing berupa benda modal yang benar-benar
dibutuhkan nasabah atau pengusaha untuk menjalankan
bisnisnya.
d. Adanya nominal cicilan yang besarnya telah disepakati bersama.
Tujuan Leasing
Biasanya, suatu pihak akan melakukan leasing karena didasari oleh
tujuan-tujuan berikut ini:
1. Mendapatkan barang-barang kebutuhan yang harganya mahal
dalam waktu cukup cepat, sehingga Anda dapat langsung
menggunakannya sembari mengangsur.
2. Menghemat biaya produksi karena pembelian alat tidak dilakukan
dalam satu waktu.
3. Pihak pemberi leasing biasanya menjalankan pembiayaan ini guna
mendapat penghasilan dari bunga pinjaman.
10
bentuk barang modal. Ketika mereka berhasil melunasinya, maka
lessee bisa memilih untuk membelinya atau mengembalikan pada
lessor.
3. Supplier
Kedudukan supplier dalam transaksi leasing adalah sebagai
penyedia barang pesanan lessee yang akan dibayar secara lunas
oleh lessor.
4. Bank
Meskipun tidak terlibat secara langsung, seringkali bank
mengambil peran sebagai penyedia dana untuk lessor. Jadi,
pemberi leasing akan menggunakan pinjaman bank sebagai modal
memenuhi permintaan lessee.
Jenis-Jenis Leasing
Adapun jenis-jenis leasing adalah sebagai berikut:
1. Capital Lease
Capital lease adalah mekanisme leasing yang paling sering
digunakan, yakni dengan cara perusahaan memberikan berbagai
macam kebutuhan benda modal nasabah. Nantinya, mereka akan
membayar pesanan tersebut di supplier dan mendapat
pengembalian melalui cicilan lessee. Dengan kata lain nasabah
(lessee) tidak berhubungan langsung dengan supplier.
2. Operating Lease
Jenis lainnya leasing adalah operating lease, yakni pembiayaan
dimana lessor membeli barang untuk disewakan pada lessee dalam
kurun waktu tertentu sesuai kesepakatan. Kemudian lessee hanya
perlu membayar biaya rental, sedangkan biaya lain telah
ditanggung lessor.
3. Sales Type Lease
Sales type lease adalah penjualan barang produksi sendiri dengan
mekanisme leasing. Jadi, perusahaan tersebut akan mendapat
penghasilan dari harga jual dan bunga yang disetorkan oleh lessee.
11
4. Cross Border Lease
Cross-border lease adalah praktik leasing antara lessee dan lessor
yang berada di negara berbeda. Biasanya ini dilakukan untuk
permodalan berupa pesawat atau alat-alat militer.
5. Leverage Lease
Salah satu tipe lain dari leasing adalah leverage lease, yakni
permodalan dengan melibatkan pihak ketiga. Jadi, lessor tidak
membayar barang modal sepenuhan, melainkan akan patungan
bersama pihak ketiga. Jadi, dalam pembayarannya nanti, lessee
berurusan dengan lebih dari satu pihak.
Perusahaan Leasing
Beberapa perusahaan leasing adalah sebagai berikut.
PT Federal International Finance (FIF)
PT Astra Credit Companies
PT Oto Multi Artha
PT Bussan Auto Finance
PT Wahana Ottomitra Multiartha
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk
PT Summit Oto Finance
Manfaat Leasing
Skema pembiayaan satu ini mendatangkan beberapa keuntungan
bagi lessor maupun lessee. Adapun manfaat leasing adalah sebagai
berikut:
1. Terhindar dari Inflasi
Leasing adalah salah satu skema pinjaman yang dapat membantu
Anda menghindari inflasi karena pembayarannya dilakukan sesuai
dengan satuan keuangan dalam perjanjian sebelumnya.
2. Tidak Perlu Jaminan
12
Untuk melakukan leasing, tidak perlu adanya jaminan di muka.
Namun, kepemilikan sah atas barang modal atau pembayaran yang
telah dilakukan sebelumnya dapat menjadi jaminan transaksi.
3. Fleksibel
Karena dilakukan dengan sistem kontrak antara lessor dan lessee,
kedua belah pihak dapat bernegosiasi terkait banyak hal dan
kesepakatannya pun lebih fleksibel.
4. Capital Saving
Salah satu hal yang menjadi manfaat dari skema leasing adalah
lessee tidak perlu mengeluarkan nominal sepeserpun untuk modal
awal. Hal ini karena pembiayaan telah disediakan lessor hingga
100%. Jadi Anda bisa menggunakan dana modal untuk kebutuhan
lain.
5. Pelayanan Cepat
Karena ditangani oleh perusahaan tertentu, proses pembiayaan
leasing dilakukan secara cepat, sederhana, dan efisien.
6. Ada Perlindungan Hukum
Adanya kontrak yang jelas dan berkekuatan hukum membuat
perjanjian antara lessor dan lessee mendapatkan kepastian
hukum. Jadi, jangan khawatir akan adanya penipuan dan
beberapa risiko lain.
7. Dapat Memperoleh Aktiva
Manfaat utama leasing bagi seorang lessee adalah bisa
mendapatkan aktiva berupa barang modal yang dapat menunjang
aktivitas bisnisnya.
13
BAB III
KESIMPULAN
14
Tingkat bunga akan diturunkan
Jangka waktu jatuh temponya diperpanjang
Atau sebagian utang ditukar dengan ekuitas
15