Anda di halaman 1dari 2

Pada umumnya Corporate Social Responbility (CSR) dapat disebut sebagai giat perusahaan untuk

memperbarui dan menyatukan aspek aspek penting seperti ekonomi, lingkungan dan sosial kedalam
nilai-nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasionalnya.Dalam perspektif Islam,
kerangka umum tanggung jawab sosial dan akuntabilitas didasarkan pada nilai-nilai Islam yang tertanam
dalam aturan hukum yang rinci yaitu Al-Qur’an dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Berkaitan dengan hal
ini, bank syariah yang melakukan kegiatan operasinya berdasarkan prinsip Islam, diharapkan untuk
mengungkapkan informasi CSR yang relevan untuk memenuhi tanggung jawabnya sekaligus untuk
memperoleh legitimasi bagi kelangsungan hidupnyaNamun sayang, praktik CSR pada bank syariah masih
sedikit.

Penelitian Zubairu (2012) menunjukkan bahwa praktik pengungkapan CSR pada bank syariah masih
minim, padahal bank tersebut mengklaim dirinya sebagai institusi yang beroperasi sesuai dengan prinsip
Islam. Penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa praktik pengungkapan sosial bank Islam di Saudi
Arabia tidak jauh berbeda dengan bank konvensional yang menjadi pesaingnya. Etika Islam yang
diharapkan menjadi pembeda utama pengungkapan bank Islam dan bank konvensional ternyata tidak
tampak jelas dalam laporan tahunannya.

Namun, minim itu bukan berarti tidak ada sama sekali

Aktivitas CSR di perbankan syariah pada dasarnya telah melekat secara permanen sebagai konsekuensi
kebersandaran bank syariah pada ajaran Islam. Berbeda dengan bank konvensional tidak dapat
dipisahkan antara orientasi bisnis dengan orientasi sosialnya. Orientasi bisnis seharusnya juga membawa
orientasi sosial, atau setidaknya tidak bertentangan dengan orientasi sosial. Hal ini membuat
konsekuensi pada kuatnya karakter sosial dari perbankan syariah dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas
sosialnya, relatif jika dibandingkan dengan bank konvensional.Aktivitas-aktivitas sosial dari bank syariah
merupakan nilai tambah (add value) yang dapat berhubungan pada meningkatnya profitabilitas jangka
panjang dan goodwill yang diperoleh dari citra positif dari bisnis yang dijalankan serta meningkatnya
kepercayaan pemangku kepentingan terhadap kinerja bank syariah. Sebagai lembaga perantara antara
pihak surplus dan defisit, maka meningkatnya kinerja bank syariah bisa diamati dari meningkatnya
jumlah dana pihak ketiga yang disetorkan oleh nasabah atau meningkatnya pengajuan
pembiayaan.Dengan demikian, tantangan utama bank syariah saat ini diantaranya adalah bagaimana
mewujudkan kepercayaan dari para pemangku kepentingan. Dengan membangkitkan kepercayaan
pemangku kepentingan tersebut diharapkan bank syariah mampu memobilisasi simpanan, menarik
investasi, menyalurkan pembiayaan, menanamkan investasi, sekaligus memperluas kesempatan kerja,
membantu pemerintah membiayai defisit anggaran untukpembangunan, dan mengakselerasi
pembangunan ekonomi dengan baik. Hal ini terjadi karena semua institusi keuangan harus merespon
realitas bahwa penyedia dana (shareholder dan deposan) serta stakeholder yang lain memiliki harapan,
dan mereka tidak akan menanamkan dana atau berkontribusi dengan baik apabila ekspektasi yang
mereka proyeksikan tidak terpenuhi.

Sumber :
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=csr+bank+syariah&oq=csr+bank+syati#d=gs_qabs&u=%23p%3DA5CbBQK81P4J

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=csr+bank+syariah&oq=csr+bank+syati#d=gs_qabs&u=%23p%3DhfWc4pzGqR8J

Anda mungkin juga menyukai