Anda di halaman 1dari 2

Fungsi dan Sistem Operasional Bank Syariah

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya sesuai dalam UU No. 21 Tahun 2008
memiliki fungsi sosial dari bank syariah yang dipertegas pada pasal 4 yang dinyatakan bahwa
selain berkewajiban menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, Bank
Syariah dan UUS juga dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu
dengan menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya
dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

Fungsi bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukuan standar akuntansi yang
dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Finacial
Institution), bank syariah memiliki empat fungsi, yaitu :

1) Manajer Investasi, dalam fungsi ini bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari
pemilik dana (shahibul maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada
penyaluran yang produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan
yang akan dibagi hasil.
2) Investor, penanaman dana yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada sektor-
sektor yang produktif dengan risiko yang minim dan tidak melanggar ketentuan syariah;
3) Sosial, ada dua instrumen yang digunakan oleh bank syariah dalam menjalankan fungsi
sosialnya, yaitu instrumen Zakat, Infak, Sadaqah, dan Wakaf (ZISWAF) dan instrumen
qardhul hasan;
4) Jasa Keuangan, fungsi jasa keuangan yang dijalankan oleh bank syariah tidaklah berdoa
dengan bank konvensional, seperti memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran
gaji, letter of guarantee, letter of credit, dan lain sebagainya.

Selain fungsi-fungsi diatas Bank Syariah yang memiliki karakter khas yaitu fungsi sosial. Maka
alat ukur penilaian perlu dikembangkan secara berbeda dengan lainnya. Hal ini untuk mebuat
Bank Syariah berbeda dengan Bank Konvensional yang memiliki kekhususan model operasi dari
Bank Syariah.

Sistem operasional bank syariah menerapkan prinsip bagi hasil yang saling menguntungkan bagi
bank dan nasabah. Sistem perbankan syariah dalam pelaksanaannya berlandaskan pada syariah
(hukum) islam, mengutamakan aspek keadilan dan kejujuraan dalam bertransaksi, investasi yang
beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan.

Pada sistem operasional bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan
motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil yang sesuai.
Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal
usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan bersama.

Sistem operasional tersebut meliputi :

1) Sistem Penghimpunan Dana


Besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh deposan bergantung pada :
a. Pendapatan bank
b. Nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank
c. Nominal deposito nasabah
d. Rata-rata saldo deposito untuk jangka waktu tertentu yang ada pada bank
e. Jangka waktu deposito karena berpengaruh pada lamanya investasi
2) Sistem Penyaluran Dana (Financing) Produk penyaluran dana di bank syariah dapat
dikembangkan dengan memberi keuntungan kepada deposan dengan pendekatan LDR (Loan
to Deposit Ratio), yaitu mempertimbangkan rasio antara dana pihak ketiga dan pembiayaan
yang diberikan. Dalam perbankan Syariah, LDR bukan saja mencerminkan keseimbangan,
tetapi juga keadilan karena bank benar-benar membagikan hasil rill dari dunia usaha (Loan)
kepada penabung (Deposit).

Daftar Pustaka

http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/kodifikasia/article/view/790

http://eprints.ums.ac.id/25638/11/02._Artikel_Publikasi_Ilmiah.pdf

http://repository.unib.ac.id/14104/1/SKRIPSI%20LENGKAP%20Retno%20Wulandari
%20%20YESS.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/
BUDHI_PAMUNGKAS_GAUTAMA/Sistem_Operasional_Bank_Syariah.pdf

Anda mungkin juga menyukai