1. Saudara adalah Direktur Utama sebuah perusahaan yang terdaftar di bursa efek sejak
beberapa tahun yang lalu. Saat ini perusahaan sedang mempertimbangkan penambahan
modal untuk membiayai rencana investasi yang cukup besar tahun depan. Dalam rapat
kemarin pagi, salah seorang Staf Ahli Saudara berkata: “Sebaiknya kita selalu menaruh
perhatian besar pada rasio leverage perusahaan kita dari waktu ke waktu. Setidaknya ada 2
hal yang dapat dijelaskan oleh rasio ini ( Debt & Equity ).” Apa yang dimaksud oleh Staf
Saudara itu? Uraikan secara konsepsual dan teoritis.
Soal tambahan: Saya sangat menaruh perhatian pada rasio leverage perusahaan kita dari
waktu ke waktu. Berkaitan dengan rencana penambahan modal, saya fikir sebaiknya kita
tidak begitu saja meniru Bajaj Auto yang cenderung menerapkan teori Pecking Order. Saya
mengusulkan untuk memperhatikan apa kata teori Trade-off.” Apa yang dimaksud oleh Staf
Saudara itu? Apa yang menjadi pertimbangannya sehingga ia berpendapat demikian?
Jawab:
Pernyataan dari Staf Ahli Anda mengindikasikan pentingnya memperhatikan rasio
leverage perusahaan dari waktu ke waktu. Rasio leverage, terutama rasio utang dan ekuitas
(debt-to-equity ratio), adalah ukuran yang membandingkan jumlah utang yang digunakan
oleh perusahaan dengan jumlah ekuitas yang dimiliki. Uraikan secara konseptual dan
teoritis, terdapat dua hal yang dapat dijelaskan oleh rasio leverage ini:
- Struktur Modal Perusahaan: Rasio leverage, seperti debt-to-equity ratio, memberikan
gambaran tentang bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasional dan
investasinya. Rasio ini mencerminkan proporsi utang dan ekuitas dalam struktur modal
perusahaan. Dalam konteks ini, perhatian yang diberikan pada rasio leverage
memungkinkan pemantauan terhadap perubahan dalam proporsi utang dan ekuitas dari
waktu ke waktu. Jika rasio leverage meningkat, ini menandakan bahwa perusahaan
semakin bergantung pada utang sebagai sumber pembiayaan, sedangkan penurunan
rasio leverage menunjukkan peningkatan proporsi ekuitas dalam struktur modal.
Perusahaan perlu memperhatikan perubahan ini karena dapat mempengaruhi risiko
keuangan, ketersediaan pinjaman, dan kemampuan untuk memenuhi kewajiban
keuangan.
- Risiko Keuangan: Rasio leverage juga memberikan indikasi tentang tingkat risiko
keuangan perusahaan. Semakin tinggi rasio leverage, semakin besar tingkat
ketergantungan perusahaan pada utang, yang dapat meningkatkan risiko keuangan.
Dalam situasi ekonomi yang sulit atau penurunan pendapatan perusahaan, tingkat utang
yang tinggi dapat menghadirkan tantangan dalam memenuhi kewajiban pembayaran
bunga dan utang. Oleh karena itu, pemantauan rasio leverage membantu dalam
mengidentifikasi tingkat risiko yang mungkin dihadapi perusahaan dan memungkinkan
pengambilan tindakan yang tepat untuk mengelola risiko tersebut.
Secara teoritis, berdasarkan teori keuangan, rasio leverage memengaruhi biaya modal
perusahaan dan nilai perusahaan. Dalam teori struktur modal, ada asumsi bahwa ada titik
optimal di mana perusahaan dapat meminimalkan biaya modalnya dan memaksimalkan nilai
perusahaan dengan mencapai struktur modal yang tepat. Rasio leverage yang tepat dapat
mengoptimalkan penggunaan utang dalam pembiayaan perusahaan, yang mengurangi biaya
modal karena bunga utang dapat dikurangi dari pendapatan kena pajak. Namun, ketika rasio
leverage terlalu tinggi, biaya modal dapat meningkat karena risiko keuangan yang lebih
besar dan kenaikan biaya pinjaman. Oleh karena itu, pemantauan rasio leverage membantu
dalam menjaga keseimbangan antara manfaat pajak dan risiko keuangan.
Dalam konteks penambahan modal untuk membiayai rencana investasi yang besar,
pemantauan rasio leverage menjadi penting karena dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik tentang struktur modal perusahaan dan risiko keuangan yang terkait. Dengan
memperhatikan perubahan dalam rasio leverage dari waktu ke waktu, perusahaan dapat
mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola sumber pembiayaan dan meminimalkan
risiko yang terkait dengan utang.
Trade off secara ekonomi : melakukan sesuatu, tetapi ada yang dikorbankan.
Trade off secara finance : Keputusan pembiayaan perusahaan melibatkan pertimbangan dan
kompromi antara biaya dan manfaat dari setiap sumber pembiayaan yang tersedia.
Teori ini hubungan dengan Leverage adalah perusahaan harus mencapai keseimbangan
antara keuntungan yg diperoleh dari penggunaan hutangnya dengan biaya yg terkait dengan
resiko lebih tinggi. Contoh perusahaan butuh modal, pinjem ke bank. Kira kira dengan
bunga yg ditentukan dia mampu atau tidak bayar bunganya. Jadi dia mempertimbangkan
banyak hal. Sebagai pertimbangan bisa masukan grafik ini :
Batas max di D2, lebih dari D2 perusahaan sudah tidak dapat meminjam lagi. Dilihat dari
Ratio perusahaan yang ada pada laporan keuangan.
Kenapa pajak menjadi suatu benefit dalam struktur modal? Karena hutang dalam
perusahaan bisa mengurangi pajak perusahaan, semakin tinggi hutang maka dapat
menghindari pajak dan menambah capital budget perusahaan. Perusahaan menghindari
pajak penghasilan karyawan dengan membohongi laporan gaji karyawan.
Jadi dari case diatas, staf menginfokan kepada bos nya untuk tidak menggunakan pecking
order, tetapi harus melihat dahulu menggunakan teori trade off.
Pecking order itu : menggunakan dana pribadi (internal) sebaiknya gunakan trade off
(berhutang)
Trade off adalah : ketika berhutang ada resiko dan manfaat yang kita terima, kenapa
berhutang karena dengan hutang perusahaan mendapatkan manfaat, manfaatnya yaitu tax
benefit, ketika berhutang ada beban bunga dan di pajak diakui sebagai beban dan pendapatan
dinilai turun, maka pajaknya akan turun. Akan tetapi, harus dilihat kondisi hutang saat ini,
apakah beban bunga masih dalam kategori aman atau sudah membebani. apabila
dilanjutkan, maka ada resiko perusahaan kesulitan membayar dan berpotensi
kebangkrutan. Namun apabila perusahaan masih dalam batas aman, dipersilakan untuk
menambah utang.
Pajak dapat menjadi suatu benefit dalam struktur modal perusahaan karena pengeluaran
bunga (interest expense) yang timbul dari utang dapat dikurangi dari pendapatan kena pajak.
Hal ini mengakibatkan pengurangan pembayaran pajak yang harus dibayarkan oleh
perusahaan, sehingga meningkatkan arus kas yang tersedia untuk perusahaan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan harga saham di pasar. Beberapa faktor
utama yang memengaruhi harga saham adalah sebagai berikut:
1. Penawaran dan Permintaan: Faktor utama dalam penetapan harga saham adalah mekanisme
penawaran dan permintaan di pasar. Jika permintaan saham melebihi penawaran, maka
harga saham cenderung naik. Sebaliknya, jika penawaran saham melebihi permintaan, harga
saham cenderung turun.
2. Kinerja Keuangan Perusahaan: Kinerja keuangan perusahaan memiliki pengaruh signifikan
terhadap harga saham. Jika perusahaan mencatat pertumbuhan pendapatan, laba yang kuat,
dan kinerja yang baik secara keseluruhan, investor mungkin cenderung membeli saham
perusahaan tersebut, yang dapat menyebabkan kenaikan harga saham. Sebaliknya, kinerja
keuangan yang buruk dapat menyebabkan penurunan harga saham.
3. Berita dan Peristiwa Pasar: Berita dan peristiwa baik mengenai perusahaan itu sendiri
maupun faktor eksternal dapat mempengaruhi harga saham. Misalnya, pengumuman
keuntungan yang lebih tinggi dari yang diharapkan, penandatanganan kontrak besar, atau
perubahan dalam manajemen perusahaan dapat memicu kenaikan harga saham. Di sisi lain,
berita negatif seperti kehilangan kontrak penting, gugatan hukum, atau perubahan regulasi
dapat menyebabkan penurunan harga saham.
4. Kondisi Pasar Secara Umum: Kondisi pasar secara keseluruhan juga berperan dalam
penetapan harga saham. Misalnya, dalam pasar yang sedang tumbuh dan optimis, harga
saham cenderung naik. Sebaliknya, dalam pasar yang sedang lesu atau pesimis, harga saham
cenderung turun.
5. Faktor Makroekonomi: Faktor-faktor makroekonomi seperti suku bunga, inflasi, kebijakan
moneter, dan kondisi ekonomi secara keseluruhan dapat mempengaruhi harga saham.
Misalnya, penurunan suku bunga dapat mendorong investor untuk berinvestasi di pasar
saham, yang dapat menyebabkan kenaikan harga saham.
6. Analisis Fundamental dan Teknis: Analisis fundamental melibatkan penilaian terhadap
kinerja keuangan perusahaan, laporan keuangan, rasio keuangan, dan faktor-faktor
fundamental lainnya untuk menentukan nilai intrinsik saham. Sementara itu, analisis teknis
melibatkan analisis grafik dan pola harga historis untuk memprediksi pergerakan harga
saham di masa depan.
Penting untuk diingat bahwa harga saham ditentukan oleh interaksi kompleks dari berbagai
faktor ini, dan harganya dapat berfluktuasi seiring dengan perubahan dalam kondisi pasar dan
informasi yang tersedia.
3. Ketika perusahaan pengakuisisi dan perusahaan target melakukan valuasi, maka biasanya
terjadi perbedaan angka untuk kemudian dijadikan dasar tawar-menawar dalam sebuah
proses merger/akuisisi. Uraikan 2 variabel yang mengakibatkan perbedaan tersebut? Hasil
penilaian antara kedua pihak tersebut. Berikan contoh.
Jawab : Ketika perusahaan pengakuisisi melakukan akuisisi target, jika valuasi yang
berhubungan dengan WACC,
Variable 1 WACC, Rumusnya = ( Debt / Equity + Debt * ( kd * ( 1-t)) + ks * equity / debt
+ equity ).
Soal tambahan :
➢ Ketika perusahaan (calon) pengakuisisi mengajukan penawaran, harga yang diajukan
mungkin dinilai terlalu rendah oleh fihak (calon) target. Mengapa demikian? Uraikan
faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh kedua belah fihak dalam melakukan valuasi.
Uraikan pula metoda perhitungan harga yang mereka lakukan.
Jawab : karena adanya perbedaan dari segi WACC dan FCF,
Faktor yg dipertimbangkan Grow rate dll (jawaban sama kayak di atas)
➢ Beri contoh kasus akuisisi yang Saudara ketahui. Ceritakan sejak awal saling menjajaki
sampai tercapainya kesepakatan. Tunjukkan apakah proses tersebut dapat dikategorikan
sebagai hostile atau friendly takeover.
Jawab :
termasuk kategori Friendly Takeover (dibuku chapter 22 halaman 930)
Soal tambahan :
Ketika mendengar tawaran (offer) yang disampaikan oleh perusahaan calon target, Direktur
Utama calon perusahaan pengakuisisi mengatakan bahwa harga tersebut terlalu mahal. Lalu
terjadilah proses tawar-menawar yang cukup melelahkan. Uraikan proses ini (secara
imajinatif tetapi konsepsual) sejak saat dinyatakannya keinginan (intention) untuk
mengakuisisi, memprediksi harga /nilai target, sampai tercapainya kesepakatan.
Jawab :
a. Prosesnya melihat corporate valuation dimana fungsinya untuk melihat perusahaan
bernilai positif dan mampu menghasilkan FCF atau tidak. Didalam Corporate
Valuation itu ada 2:
- Value Operation → Value Operation mengacu pada penilaian nilai perusahaan
berdasarkan operasinya yang sedang berjalan. Ini mencakup analisis keuangan,
proyeksi pendapatan, margin laba, aliran kas, dan faktor-faktor operasional lainnya
yang mempengaruhi nilai perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Tujuan dari
penilaian ini adalah untuk menentukan nilai perusahaan berdasarkan potensi arus kas
yang dihasilkan oleh operasionalnya di masa depan.
Dalam analisis Value Operation, metode yang umum digunakan adalah metode diskon
arus kas (DCF) atau metode pendapatan yang melibatkan proyeksi arus kas masa
depan dan penerapan tingkat diskonto yang sesuai untuk menghasilkan nilai sekarang
(present value) dari arus kas tersebut. Tujuan utama dari penilaian ini adalah untuk
menilai kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas bersih (FCF) yang positif dan
mengukur nilai intrinsik perusahaan berdasarkan arus kas masa depan yang
diharapkan.
- Value non Operation → Value non Operation, juga dikenal sebagai "nilai aset" atau
"nilai non-operasional", mengacu pada penilaian nilai perusahaan berdasarkan aset
atau faktor-faktor non-operasional yang dimiliki perusahaan. Ini mencakup penilaian
nilai aset fisik seperti properti, tanah, bangunan, mesin, dan inventaris, serta nilai aset
non-fisik seperti merek dagang, hak paten, lisensi, dan hubungan pelanggan.
Penilaian Value non Operation dapat dilakukan menggunakan metode komparabilitas
pasar atau metode aset. Metode komparabilitas pasar melibatkan perbandingan nilai
aset perusahaan dengan transaksi serupa yang terjadi di pasar, sedangkan metode aset
melibatkan penilaian nilai aset berdasarkan biaya penggantian (cost approach),
pendekatan penghasilan (income approach), atau pendekatan pasar (market approach).
Tujuan dari penilaian Value non Operation adalah untuk mengidentifikasi dan menilai
nilai aset yang dimiliki perusahaan, yang mungkin tidak sepenuhnya tercermin dalam
nilai operasionalnya. Nilai non-operasional dapat memberikan tambahan nilai pada
perusahaan dan berkontribusi pada nilai total perusahaan.
b. Dilihat dari nilai intrinsik saham per lembar, untuk melihat apakah over value/under
value → Dalam menilai apakah suatu saham overvalued atau undervalued,
perbandingan antara nilai intrinsik saham dengan harga pasar saat ini sering
digunakan. Jika nilai intrinsik saham per lembar lebih tinggi dari harga pasar, maka
saham tersebut dianggap undervalued. Sebaliknya, jika nilai intrinsik saham per
lembar lebih rendah dari harga pasar, maka saham tersebut dianggap overvalued.
4. Secara konsepsual, sinyal apa yang “terpancar” ketika Direksi memutuskan untuk
menerbitkan obligasi? Apa asumsinya? Uraikan pilihan/keputusan sebaliknya dan sinyal
yang dipancarkannya. Berikan contoh?
Jawab:
Berdasarkan buku ada 2 signal, asymmetric signal (adanya perbedaan persepsi antara top
management dengan investor terkait dengan perusahaan yg akan menerbitkan obligasi jadi
informasi yg didapat antara top management dan investor itu sama) dan symmetric signaling
(adalah persamaan persepsi antara top management dan investor bahwa perusahaan yg akan
menerbitkan obligasi memiliki prospek positif kedepannya, jadi ada yg ditutupi oleh top
management sehingga investor tidak mengetahui jika perusahaan memiliki hutang banyak,
lebih infokan ke investor prospek growth kedepannya tp untuk financial di tutupi)
Soal tambahan :
Ketika manajemen mengusulkan untuk menerbitkan saham untuk pembiayaan sebuah proyek
yang besar, sinyal apa yang dipancarkan oleh pilihan ini? Apa asumsinya? Uraikan pilihan
sebaliknya dan sinyal yang dipancarkannya.
Soal tambahan:
Ketika manajemen mengusulkan untuk menawarkan stock repurchase, sinyal apa yang
dipancarkan oleh pilihan ini? Apa asumsinya? Uraikan pilihan lain yang kira2 memberikan
sinyal yang sama.
Jawab:
Sinyal positif menerbitkan saham
1. Penerbitan saham dapat dianggap sebagai sinyal positif bahwa manajemen percaya
pada potensi pertumbuhan perusahaan dan proyek yang akan didanai. Hal ini
menunjukkan bahwa manajemen yakin bahwa proyek tersebut memiliki prospek yang
menjanjikan dan dapat memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.
2. Penerbitan saham memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan modal baru dari
investor. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki rencana yang ambisius dan
membutuhkan sumber daya tambahan untuk melaksanakan proyek tersebut.
Penerbitan saham dapat memberikan modal yang cukup untuk melaksanakan proyek
dengan lebih baik daripada bergantung pada sumber pendanaan lain seperti utang.
Soal Tambahan
Ketika manajemen mengusulkan untuk menerbitkan obligasi, sinyal apa yang dipancarkan oleh
pilihan ini? Apa asumsinya? Uraikan pilihan lain yang kira2 memberikan sinyal yang sama
Sinyal Positif menerbitkan obligasi
1. Penerbitan obligasi dapat menjadi sinyal positif bahwa perusahaan memiliki rencana
proyek ekspansi atau investasi yang signifikan. Ini menunjukkan komitmen perusahaan
untuk mengembangkan bisnisnya dan memanfaatkan peluang pertumbuhan. Sinyal ini
dapat mencerminkan pandangan optimis terhadap masa depan perusahaan dan dapat
menarik minat investor yang mencari potensi keuntungan jangka panjang.
2. Menerbitkan obligasi dapat menunjukkan bahwa perusahaan sedang melakukan
diversifikasi sumber pendanaan dengan mencari alternatif pembiayaan di luar pinjaman
bank atau pendanaan internal. Hal ini dapat memberikan keuntungan dengan
mengurangi ketergantungan perusahaan pada satu sumber pendanaan dan
meningkatkan fleksibilitas keuangan.
3. Menerbitkan obligasi dapat memberikan sinyal positif bahwa perusahaan memiliki
kestabilan keuangan yang memadai untuk memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan
pokok utang. Hal ini dapat memberikan keyakinan kepada investor bahwa perusahaan
memiliki kemampuan yang baik untuk menghasilkan arus kas yang konsisten dan
stabil.
Sinyal Negatif menerbitkan obligasi
1. Menerbitkan obligasi dapat menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi kesulitan
dalam memperoleh pendanaan dari sumber lain, seperti pinjaman bank atau
pembiayaan internal. Hal ini dapat memberikan sinyal negatif bahwa perusahaan
mungkin memiliki keterbatasan akses terhadap sumber-sumber pendanaan seperti bank
atau kreditur lain telah menolak memberikan pendanaan tambahan.
2. Penerbitan obligasi dapat mengindikasikan bahwa perusahaan menghadapi
keterbatasan arus kas atau tidak memiliki dana yang cukup untuk mendanai kebutuhan
operasional atau proyek yang diinginkan. Ini dapat memunculkan pertanyaan tentang
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar
kembali utang tersebut, terutama jika perusahaan menghadapi tekanan keuangan atau
operasional.
5. Uraikan kesimpulan yang disampaikan oleh sebuah kelompok (bukan kelompok Saudara)
tentang kasus yang mereka bahas dan presentasikan. Bagaimana tanggapan Saudara?
Jawab:
KELOMPOK 4 membahas perushaan sawit (STAA, CBUT, JARR),
STAA gunakan dananya 100% untuk CAPEX, 54%, 21%
yg kita lihat perusahaan sasaran IPO nya menggunakan CAPEX. CAPEX(beli aset untuk
pengembangan perusahaan).
dari 3 perusahaan tersebut, terlihat sukses atau engganya itu sukse karena berhasil IPO
karena mendapatkan dana penuh yang diminta, tetapi seiring jalannya waktu dari sisi
labanya yang STAA ada tambahan 4,5%, JARR naik 166% tp yg CBUT - 10,6%
setelah seiring berjalannya waktu pertumbuhan nilai saham yg konsisten itu CBUT dari segi
pergerakan saham.
Kelompok 5 - MERGER & ACQUISITION
(PT Garudafood Putra Putri Tbk (GOOD) akuisisi PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU))
Pada tanggal 14 Oktober 2020, PT Garudafood Putra Putri Jaya resmi mengakuisisi
saham PT Mulia Boga Raya Tbk (“MBR”).
Tujuannya akuisisi adalah sinergi bisnis dan strategi komplementer untuk pengembangan
bisnis Garudafood ke depan.
Tanggapan : Garuda keputusan untuk mengakuisi adalah keputusan yang tepat, dengan
tujuan pengembangan bisnis,
Sisi valuasi : Dalam proses akuisisi, garuda food berhasil mendapatkan harga di bawah
harga pasar. Berdasarkan corporate valuation model yang telah dipaparkan Kelompok 5
disebutkan bahwa total corporate value lebih besar dibandingkan present value of horizon
value.
Soal Tambahan:
a. Ketika manajemen memutuskan untuk tidak membagi dividen tunai, bisakah pembelian
kembali saham dipakai untuk menutupi kekecewaan pemegang saham? Menurut saya,
buyback dapat menutupi kekecewaan pemegang saham. Tetapi, sangat jarang perusahaan
yang menerapkan buyback dalam tujuan mengatasi kekecewaan pemegang saham
dikarenakan tidak membagi dividen tunai. Buyback memungkinkan perusahaan untuk
berinvestasi dalam perusahaan itu sendiri, dengan mengurangi jumlah saham yang beredar
dapat meningkatkan proporsi saham yang dimiliki investor.
b. Apa dampak positif/negatif keputusan ini pada struktur modal perusahaan? Dampak positif
dari buyback dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan tidak memili
peluang dalam menguntungkan lainnya dalam pertumbuhannya yang mencari peningkatan
pendapatan dan laba. Dengan buyback, perusahaan berharap akan memberikan tingkat
pengembalian yang baik bagi pemegang saham sehingga dapat mencerminkan kondisi
fundamental yang baik. Dampak negatifnya tingkat likuiditas perusahaan semakin rendah
sehingga apabila saham yang beredar terlalu banyak maka harga saham perusahaan tersebut
lebih sulut untuk naik Kembali sehingga perusahaan melalkukan buyback dalam
mengurangi supply saham yang beredar, dan merupakan berita buruk bagi pemegang saham.
c. Jika Saudara manajer puncak sebuah perusahaan, situasi bagaimana yang membuat Saudara
berfikir untuk melakukan pembelian kembali saham yang beredar? Apabila sahamnya sudah
undervalue atau Ketika harga saham dibawah rata-rata PBV yaitu rasio harga terhadap nilai
buku. Ketika mengalami penurunan atau perusahaan menghadapi masalah keuangan yang
tidak dapat diatasi, sehingga buyback mejadikan strategi dalam meningkatakn harga saham
secara artificially di pasar. Ketika berada di situasi perusahaan ingin mengurangi jumalah
ekuitas dan meningkatkan rasio hutang, perusahaan bisa mencapai rasio hutang yang
diinginkan.
Soal Tambahan:
a. Ketika manajemen memutuskan untuk tidak membagi dividen tunai, bisakah pembelian
kembali saham dipakai untuk menutupi kekecewaan pemegang saham?
b. Apa dampak positif/negatif keputusan ini pada struktur modal perusahaan?
c. Jika Saudara manajer puncak sebuah perusahaan, situasi bagaimana yang membuat Saudara
berfikir untuk melakukan pembelian kembali saham yang beredar
Jawaban lain:
a. Bisa dilakukan, jika pemegang saham mau menjual saham dan perusahaan mampu maka
bisa dilakukan buy back.
Buy back digunakan untuk alternatif untuk membagi deviden tunai kepada pemegang saham
dan untuk menutupi kekecewaan pemegang saham. Perusahaan tidak membagiaan deviden
tunai karena perusahaan ingin menggunakan uang tersebut untuk tujuan lain seperti
pertumbuhan bisnis, perkembangan produk atau mengurangi hutang. Contoh siloam tidak
membagi deviden jd uang nya dialokasikan ke aset untuk pembangunan RS. Dalam skema
pembelian buy back, perusahaan menggunakan uangnya untuk membeli kembali saham
mereka di pasar terbuka. Ketika perusahaan membeli kembali sahamnya jumlah saham yg
beredar dipasar berkurang yg berarti kepemilikan pemegang sahamnya meningkat secara
proporsional. Sehingga dapat memberikan manfaat ke pemegang dengan meningkatkan
nilai saham yang tersisa. Dampak Buy Back, berdampak pada kondisi pasar dan performa
keuangan perusahaan.
b. Positif struktur modal = kepemilikan dari perusahaan yang melakukan buy back akan
semakin besar
Negatif struktur modal = alokasi dana untuk investasi di alihkan untuk melakukan buy back
c. Situasi yang saya lakukan untuk melakukan buy back adalah untuk memperkuat bargaining
power dalam RUPS & harga saham terlalu rendah perusahaan melakukan buy back untuk
meningkatkan nilai saham karena jumlah saham yang beredar semakin sedikit
6. a. Jelaskan pendapat Modiglianni Miller tentang pengaruh hutang terhadap nilai perusahaan.
Jawab:
Menyatakan bahwa teori Modiglianni Miller , dalam kondisi tertentu struktur modal /
tingkat modal perusahaan tidak mempengaruhi nilai secara keseluruhan, menurut
Modiglianni Miller ada beberapa asumsi yang dapat di jelaskan dalam pengaruh hutang
terhadap nilai perusahaan:
1. Tanpa pajak : M&M mengasumsikan tidak ada pajak yang berkaitan dengan hutang
perusahaan, dalam hal ini mereka berpendapat bahwa nilai perusahaan tidak di pengaruhi
oleh struktur modal baik itu berupa hutang ataupun equitas.
2. Pasar sempurna : M&M mengasumsikan adanya pasar modal yang sempurna, dimana
investor memiliki informasi yang sama, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada hambatan
dalam akses ke pasar modal. Dalam kondisi pasar yang sempurna M&M berpendapat
bahwa investor dapat dengan mudah menyesuaikan portoflio presentasinya untuk
mencapai tingkat resiko yang diinginkan.
Asumsi M&M tidak sepenuhnya mencerminkan dunia nyala. Dalam praktiknya, pajak,
biaya kebangkrutan, perbedaan informasi, dan hambatan pasar modal dapat mempengaruhi
hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan.
b. Jelaskan pengaruh pertambahan utang terhadap cost of debt, cost of equity, dan akhirnya
terhadap WACC.
Jawab:
Pengaruhnya adalah pertambahan hutang berpengaruh pada cost of debt, cost of equity,
dan WACC; pertambahan hutang dapat memiliki pengaruh terhadap cost of debt, cost of
equity, dan WACC. Beberapa faktor sebagai berikut:
1. Cost of debt : pertambahan hutang akan meningkatkan cost of debt perusahaan. Ketika
perusahaan menambah hutang, resiko kebangkrutan perusahaan meningkat yang pada
gilirannya akan meningkatkan tingkat bunga yang harus di bayarkan kepada kreditur.
2. Cost of equity : ketika perusahaan menambah hutang, resiko finanasial yang di
tanggung pemegang saham meningkat. Hal ini mengakibatkan tingkat keuntungan
yang di harapkan pemegang saham meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan
cost of equity. Para pemegang saham akan menuntut tingkat pengembalian yang lebih
tinggi untuk kompensasi peningkatan resiko yang terkait dengan peningkatan hutang
perusahaan.
3. WACC; mencerimkan biaya total perusahaan, pertambahan hutang dapat berdampak
pada WACC perusahaan melalui pengaruh pada cost of debt dan cost of equity, jika
perusahaan menambah hutang, cost of debt akan meningkat, dan jika cost of equity
juga meningkat sebagai respon peningkatan resiko finansial maka WACC cenderung
akan meningkat.