Anda di halaman 1dari 6

ANALISA KESULITAN KEUANGAN

PERUSAHAAN PUBLIK DAN NON PUBLIK


PEMBANGKIT LISTRIK
PERIODE 2021

Yonatan Tjandra
Program Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Trisakti
Email: yonatantjandra@gmail.com
PENDAHULUAN

Sebagaimana yang diketahui sejak tahun 2020, dunia sedang mengalami pandemi Covid-19
yang mana hal ini berdampak pada seluruh kehidupan terutama bagi keuangan persuahaan.
Pandemi Covid-19 tersebut memiliki dampak keuangan yang baik bagi perusahaan dibidang
kesehatan seperti rumah sakit, perdagangan obat, vaksin dan lainnya. Namun pandemic
tersebut juga memiliki dampak yang negatif bagi bisnis-bisnis perusahaan lainnya. Dampak
negatif yang dirasakan oleh perusahaan-perusahaan tersebut dapat membawa perusahaan
tersebut dalam kondisi kesulitan keuangan (financial distress).

Berdasarkan Wruck (1999) kesulitan keuangan adalah “situation where a firm’s operating cash
flows are not sufficient to satisfy current obligations (such as trade credits or interest expense)
and the firm is forced to take corrective action”, sedangkan menurut Black’s law dictionary
kesulitan keuangan adalah “Inability to pay one’s debts; lack of means of paying one’s debts.
Such a condition of a woman’s (or man’s) assets and liabilities that the former made
immediately available would be insufficient to discharge the latter”. Dari dua definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa kesulitan keuangan adalah kondisi dimana perusahaan tidak mampu
memenuhi kewajiban yang dimiliki baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Kesulitan keuangan yang dialami perusahaan akan berdampak untuk kegiatan operasi yang
dilakukan perusahaan. Apabila hal ini terus berlangsung maka kemungkinan terburuk yang
akan dialami oleh perusahaan adalah kebangkrutan. Untuk menghindari hal ini, perusahaan
dapat melakukan analisa keuangan perusahaan.

Terdapat beberapa cara melakukan analisa baik dari laporan posisi keuangan maupun arus kas
yang dimiliki. Selain itu terdapat juga salah satu model prediksi kesulitan keuangan yang
memiliki tingkat keakuratan yang tinggi yaitu model Z-score. Model Z-score ditemukan oleh
Edward I Altman dari New York University. Edward I Altman merupakan salah satu peneliti
awal yang mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan. Edward I Altman merupakan salah satu peneliti awal yang mengkaji
pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan.

Altman (1968) berpendapat bahwa pengukuran rasio profitabilitas, likuiditas, dan solvency
merupakan rasio yang paling signifikan dari beberapa rasio keuangan untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan.

Pembangkit listrik merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan yang mana saat
ini semua orang membutuhkan listrik untuk setiap kegiatan yang dilakukan. Atas fakta ini
sepatutnya perusahaan yang bergerak dibidang pembangkit listrik mempunyai segemen pasar
yang pasti namun pandemi covid-19 dapat berdampak negatif bagi perusahaan pembankit
listrik dikarenakan permintaan atas listrik berkurang dikarenakan banyak pabrik atau
perusahaan yang tidak dapat menjalankan kegiatan operasinya.

Berdasarkan kondisi tersebut maka dirasa perlu untuk menganilisa kondisi kesehatan
perusahaan pembangkit listrik guna mengetahui apakah perusahaan-perusahaan tersebut
mampu mempertahankan hidupnya, karena apabila tidak mampu mempertahankan
kelangsungan usahanya maka akan mengakibatkan kebangkrutan dengan menggunakan model
Altman Z-Score. Dalam analisis ini diharapkan bisa memprediksi kesehatan perusahaan dalam
kurun waktu satu tahun.
TUJUAN

Adapun maksud dari analisa ini adalah:


1. Untuk mengetahui apakah perusahaan sedang dalam kondisi kesulitan keuangan
dengan menggunakan analisa laporan posisi keuangan dan arus kas masuk periode
2021.
2. Untuk menganalisa tingkat kebangkrutan dengan model Altman Z-score pada
perushaaan pembangkit listrik periode 2021.

KAJIAN TEORI

Analisa dilakukan menggunakan dua cara yaitu analisa laporan keuangan dan model Z-score.
Analisa laporan keuangan memiliki dua cara yaitu:
1. Stock based: analisa ini menekankan pada adanya kekayaan bersih perusahaan. Apabila
perusahaan memiliki nilai ekuitas yang negatif, maka perusahaan tersebut sedang
mengalami kesulitan keuangan
2. Flow based insolvency: analisa ini melihat ketidakmampuan perusahaan membayar
utang jangka pendek maupun jangka Panjang.

Analisa yang dilakukan menggunakan perhitungan Z-score untuk perusahaan publik dan
bukan publik sebagai berikut:
1. Perusahaan publik:

Z = 3,3 X1 + 1,2 X2 + 1,0 X3 + 0,6 X4 + 1,4 X5

Keterangan:
• X1 = Penghasilan sebelum bunga dan pajak / jumlah asset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
sebelum pembayaran bunga dan pajak dari aset perusahaan,
• X2 = Modal kerja bersih / jumlah aset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal
kerja bersih dari jumlah aset yang dimilikinya. Modal kerja bersih diambil dari
jumlah aset lancar dikurangi jumlah liabilitas lancar.
• X3 = Penjualan / jumlah aset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
pendapatan dari aset perusahaan.
• X4 = Market value equity / book value of debt
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan
kepada setiap utangnya melalui modalnya sendiri. Untuk mendapatkan market
value of equity dapat diketahui dengan mengalikan jumlah lembar saham yang
beredar dengan harga saham (Close). Sedangkan untuk book value of debt
adalah total utang perusahaan.
• X5 = Akumulasi laba ditahan / jumlah aset
Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam periode
tertentu. Ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam
memproleh laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran asset operasi
sebagai ukuran efisiensi usaha.
KAJIAN TEORI (lanjutan)

Analisa yang dilakukan menggunakan perhitungan Z-score untuk perusahaan publik dan
bukan publik sebagai berikut: (lanjutan)

1. Perusahaan publik: (lanjutan)


Penafsiran dari nilai Z yang didapatkan adalah:
• Z-score ≥ 2,99 berdasarkan laporan keuangan, perusahaan dianggap aman.
• ≤ Z-score < 2,99 berada pada greay area data artinya terdapat kondisi keuangan
yang perlu mendapat perhatian.
• ≤ Z-score < 2,675 ada kemungkinan akan bangkrut dalam kurun waktu 1 tahun.
• Z-score < 1,81 perusahan berpotensi kuat akan mengalami kebangkrutan

2. Perusahaan bukan publik:

Z = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 1,05 X3 + 6,72 X4

Keterangan:
• X1 = Modal kerja bersih / jumlah aset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal
kerja bersih dari jumlah aset yang dimilikinya. Modal kerja bersih diambil dari
jumlah aset lancar dikurangi jumlah liabilitas lancar.
• X2 = Akumulasi laba ditahan / jumlah aset
Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam periode
tertentu. Ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam
memproleh laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran asset operasi
sebagai ukuran efisiensi usaha.
• X3 = Penghasilan sebelum bunga dan pajak / jumlah aset
• Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
sebelum pembayaran bunga dan pajak dari aset perusahaan,
• X4 = Book value of equity / jumlah utang
Perbandingan antara nilai buku ekuitas dengan nilai total buku utang ini
digunakan untuk medektesi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam
keseluruhan aset yang berputar dalam satu periode tertentu. Pada umumnya
perusahaan mengungkapkan perubahan-perubahan yang terjadi pada hak-hak
pemegang saham dalam suatu laporan keuangan tersendiri berupa laporan
perubahan ekuitas. Nilai buku ekuitas (book value of equity) dihitung
berdasarkan nilai buku aktiva dikurangi nilai buku dari kewajiban. Sedangkan
nilai buku utang adalah jumlah utang yang menjadi kewajiban perusahan.

Penafsiran dari nilai Z yang didapatkan adalah:


• Z-score > 2,90 perusahan tidak bangkrut
• 1,23 ≥ Z-score ≤ 2,90 adalah grey area data artinya terdapat kondisi keuangan
yang perlu mendapat perhatian.
• Z-score < 1,23 adalah indikasi perusahaan diprediksi akan bangkrut
METODE

Data yang digunakan adalah data laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yaitu dan data pada website perusahaan untuk periode 2021. Selanjutnya data
tersebut akan dianalisa menggunakan dengan dua cara yaitu analisa laporan keuangan dan
model Z-score.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa ini terdiri dari dua perusahaan yaitu PT Leyand Internasional Tbk (LAPD) yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan PT Indonesia Power dan entitas anak sebagai anak
perusahaan PT Pertamina (Persero) Badan Usaha Milik Negara.

Hasil analisa laporan keuangan:

Tabel 1
Hasil analisa laporan keuangan

Nama Utang Ekuitas Arus kas operasi Kondisi


Perusahaan (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
PT Leyand 248.823 (248.745) (8.872) Kesulitan keuangan
Internasional Tbk
PT Indonesia 15.312.157 178.401.637 2.679.222 Tidak dalam kondisi
Power dan entitas kesulitan keuangan
anaknya

Dalam tabel 1, memperlihatkan bahwa PT Leyand Internasional Tbk memiliki nilai ekuitas dan
arus kas operasi yang dimiliki juga negatif sehingga tidak dapat menutupi utang yang dimiliki.
Berdasarkan analisa stock based dan flow-based insolvency dapat dilihat PT Leyand
Internasional Tbk sedang mengalami kesulitan keuangan. Sedangkan dari hasil analisa tabel 1,
PT Indonesia Power dan entitas anaknya memiliki nilai ekuitas dan arus kas operasi positif,
sehingga PT Indonesia Power dan entitas anaknya dapat diklasifikasikan tidak dalam kondisi
kesulitan keuangan.

Hasil analisa model Z-score:

Tabel 2
Hasil analisa model Z-score

Nama Tipe
X1 X2 X3 X4 X5 Z-score Prediksi
Perusahaan Perusahaan
PT Leyand Perusahaan (1.344) (3.184) 0 1,72 (8.710) (20.416) Bangkrut
Internasional Publik
Tbk
PT Indonesia Perusahaan 0,15 0,16 0,03 11,65 N/A 79,81 Tidak
Power dan Bukan Bangkrut
entitas anaknya Publik
HASIL DAN PEMBAHASAN (lanjutan)

Hasil analisa model Z-score: (lanjutan)

Dalam Tabel 2, memperlihatkan bahwa nilai Z-score PT Leyand Internasional Tbk adalah
sebesar (20.416) yang mana lebih kecil dibandingkan 1,81, sehingga berdasarkan penafsiran
Z-score model perusahaan publik maka dapat diprediksi PT Leyand Internasional Tbk akan
mengalami kebangkrutan. Hal ini berlawanan dengan PT Indonesia Power dan entitas anaknya.
Berdasarkan tabel 2, PT Indonesia Power Indonesia dan entitas anaknya memiliki Z-score
sebesar 79,81 yang mana lebih besar dari 2,90 dan hal ini jika dibandingkan dengan penafsiran
Z-score model perusahaan bukan publik, maka PT Indonesia Power Indonesia dan entitas
anaknya dapat diprediksi tidak akan mengalami kebangkrutan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan analisa laporan keuangan dan Z-score model yang dari dua
perusahaan pembangkit listrik dapat disimpulkan bahwa PT Leyand Internasional Tbk sedang
mengalami kondisi kesulitan keuangan yang dapat menjadi pemicu bangkrutnya perusahaan
sedangkan PT Indonesia Power dan entitas anaknya memiliki kondisi yang tidak dalam
kesulitan keuangan dan tidak diprediksi mengalami kebangkrutan.

Anda mungkin juga menyukai