Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu
pengetahuan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi.

Suatu perusahaan mempunyai “Kekuatan membayar” belum tentu dapat memenuhi


segala kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan
tersebut belum tentu mempunyai kemampuan membayar.
Suatu perusahaan dikatakan “likuid” jika mempunyai kekuatan membayar dan
sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid apabila kemampuan
membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban finansial untuk menyelenggarakan proses
produksi dinamakan likuiditas perusahaan.

Pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk


membayar semua utang-utangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek.

Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan active


atau modal yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

Di dalam makalah ini ada beberapa hal penulis yang ingin dikemukakan (dibahas) yaitu :
1. Mengenai apa yang dimaksud likuiditas, solvabilitas, protabilitas dan rentabilitas
2. Jenis – Jenis Analisis Rasio Keuangan
1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam pembahasan ini yaitu :
3. Untuk mengetahui lebih jauh pengertian dari likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.
4. Untuk memahami Jenis – Jenis Analisis Rasio Keuangan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Lukuiditas, Solvabilitas, Profitabiltas, dan Rentabilitas

2.1.1 Likuiditas
Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. “Kemampuan
membayar” baru terdapat pada perusahaan apabila “kekuatan membayar”-nya adalah demikian
besarnya sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.

Dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah “likuid”, dan sebaliknya yang tidak
mempunyai “kemampuan membayar” adalah “likuid”. Apabila kemampuan membayar
tersebut dihubungkan dengan kewajiban kepada pihak luar (kreditur) dinamakan “likuiditas
badan usaha”.

Apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban finansiil untuk


menyelenggarakan proses produksi, maka dinamakan “likuiditas perusahaan”. Untuk
mendapatkan kepastian yang lebih besar seringlah kita mengukur tingkat likuiditas suatu
perusahaan, selain dengan cara current ratio ialah dilengkapi dengan menggunakan “quick
ratio” atau “acid test ratio” sebagai alat pengukurnya. Current ratio adalah angka perbandingan
antara aktiva lancar dengan utang lancar.

Dengan cara-cara untuk mempertinggi current ratio sebagaimana disebutkan di muka,


maka transaksi dapat diadakan pada sektor aktiva lancar, utang lancar, atau kedua-duanya.
1. Di Sektor Aktiva Lancar (Current Assets)
a. Menjual aktiva tetap (Fixed Assets)
b. Mendapatkan tambahan modal sendiri
c. Mendapatkan tambahan utang jangka panjang
2. Di Sektor Utang Lancar (Current Liabilities)
Transaksi-transaksi yang dapat mengakibatkan turunnya atau berkurangnya
utang lancar pada pokoknya adalah sama seperti transaksi-transaksi yang dapat
menaikkan aktiva lancar.

2
a. Menjual aktiva
Hasil dari penjualan aktiva tetap digunakan untuk melunasi atau membayar utang
lancar.
b. Mendapatkan tambahan modal sendiri
Hasil dari tambahan modal sendiri digunakan untuk mengurangi utang lancar.
c. Mendapatkan tambahan utang jangka panjang
Hasil dari tambahan utang jangka panjang digunakan untuk mengurangi utang
lancar.
3. Di Sektor Aktiva Lancar dan Utang Lancar
Dengan adanya transaksi yang menyangkut kedua “current accounts” tersebut
akan dapat mengakibatkan perubahan current ratio. Misalnya dengan mengurangi
aktiva lancar digunakan untuk mengurangi utang lancar.

2.1.2 Solvabilitas

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi utang jangka panjang


dan kewajiban keuangannya. Hal ini sangat penting untuk tetap dalam bisnis karena ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasi ke masa mendatang.
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi segala kewajiban finansiilnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu
dilikuidasikan. Dalam hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan
yang dapat dialami oleh perusahaan, yaitu :

a. Perusahaan yang likuid tetapi insolvable


b. Perusahaan yang likuid dan solvable
c. Perusahaan yang solvabel tetapi illikuid
d. Perusahaan insolvabel dan illikuid

Cara lain dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas ialah dengan membandingkan
modal sendiri (network) yang ini merupakan kelebihan nilai (excess value) dari aktiva di atas
utang di satu pihak dengan jumlah utang di lain pihak. Solvabilitas itu adalah angka
perbandingan antara jumlah aktiva dengan jumlah utang, maka setiap penambahan jumlah
utang akan menurunkan tingkat solvabilitasnya. Tingkat solvabilitas dapat dipertinggi sebagai
berikut :

3
1. Menambah aktiva tanpa menambah utang atau menambah aktiva relatif lebih besar
daripada tambahan utang.
2. Mengurangi utang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi utang relatif lebih besar
daripada berkurangnya aktiva.

2.1.3 Rentabilitas

Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
L
× 100%
M
Dimana L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu dan M adalah modal
atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Cara untuk menilai rentabilitas sesuatu perusahaan adalah bermacam-macam dan


tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan
lainya. Apakah yang akan diperbandingkanitu laba yang berasal dari operasi atau usaha, atau
laba neto sesudah pajak dengan aktiva operasi, atau laba neto sesudah pajak diperbandingkan
dengan keseluruhan aktiva “tangible”, atau kah yang akan diperbandingkan itu laba neto
sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri. Dengan adanya macam-macam cara dalam
penilaian rentabilitas suatu perusahaan, maka tidak mengherankan kalau ada beberapa
perusahaan yang berbeda-beda dalam cara menghitung rentabilitasnya. Yang penting ialah
rentabilitas mana yang akan digunakan sebagai alat prngukur efisiensi penggunaan modal
dalam perusahaan yang bersangkutan.

Dalam makalah ini hanya akan dibicarakan dua cara penilaian rentabilitas, yaitu apa
yang sering disebut rentabilitas ekonomis dan rentabilitas modal sendiri.
Dua cara penilaian rentabilitas, yaitu apa yang sering disebut rentabilitas ekonomis
dan rentabilitas modal sendiri
a. Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi ialah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan
modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan menyatakan dalam

4
persentase. Oleh karena pengertian rentabilitas sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan modal didalam suatu perusahaan maka rentabilitas ekonomi sering pula
dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja
didalamnya untuk menghasilkan laba.
Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal
yang bekerja didalam perusahaan. Dengan demikian maka modal yang ditanamkan dalam
perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek tidak diperhitungkan dalam
menghitung rentabilitas ekonomi.
Demikian pula laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi
hanyalah laba yang berasal dari operasinya perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha. Dengan
demikian maka yang diperoleh dari usaha-usaha diluar perusahaan atau efek tidak
diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.
Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada
masalah laba, karena laba yang besar saja berjumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu
telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba
yang diperoleh itu dengan kekayaan atau mosal yang menghasilkan laba tersebut,atau dengan
kata lain ialah menghitung rentabilitas.
Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan ialah tidak hanya
bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah uasaha untuk
mempertinggi rentabilitas. Berhubung dengan itu maka bagi perusahaan pada umumnya
usahanya lebih arahkan untuk mendapatkan titk rentabilitas maksimal dari pada laba maksimal.
Bagaimana tingkat rentabilitas dapat dipertinggi? Dalam hal ini pertama-tama kita
harus mengetahui faktor-faktor apakah yang menentukan tinggi rendahnya rentabilitas
ekonomi / earning power.
Tinggi rendahnya earning power ditentukan oleh dua faktor yaitu :
1) Profit Margin, yaitu perbandingan antara “net operating income” dengan “net
sales”.
Profit margin = Net operating income X 100%
Net sales

Dengan kata lain dapatlah dikatan bahwa profit margin ialah selisih antara net
sales dengan operating income (harga pokok penjualan + biaya administrasi + biaya
penjualan + biaya umum) selisih mana dinyatakan dalam presentase dari net sales.

5
2) Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu kecepatan
berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu turnover tersebut dapat
ditentukan dengan membagi net sales dengan “operating assets”

Turnover of operating assets = Net sales


Operating assets

Profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan


melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan sales,
sedangkan “operating assets turnover” dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi
perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating assets dalam
suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit margin
dan operating assets turnover menentukan tinggi rendahnya earniing power. Oleh
karena itu making tinggi tingkat margin atau “operating assets turnover” masing-
masing atau kedua-duanya akan mengakibatkan baiknya earning power.

2.4 Profitabilitas

Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan untuk


mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari pendapatan
(earning) terkait penjualan, aset, dan ekuitas berdasarkan dasar pengukuran tertentu. Jenis-
jenis rasio profitabilitas dipakai untuk memperlihatkan seberapa besar laba atau keuntungan
yang diperoleh dari kinerja suatu perusahaan yang memengaruhi catatan atas laporan keuangan
yang harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas terbagi menjadi tujuh jenis yaitu gross margin (GPM), profit
margin ratio (PMR), net profit margin (NPM), operating ratio (OR), earning power of total
investment (EPTI), return of investment (ROI), rentabilitas modal sendiri (RMS). Beberapa
jenis rasio profitabilitas yang sering dipakai untuk meninjau kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang dipakai dalam jenis jenis akuntansi keuangan antara lain:

a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Margin laba kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor
terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Laba kotor yang dipengaruhi oleh
laporan arus kas memaparkan besaran laba yang didapatkan oleh perusahaan dengan
pertimbangan biaya yang terpakai untuk memproduksi produk atau jasa.

Margin Laba Kotor ini sering disebut juga dengan Gross Margin Ratio (Rasio Margin Kotor).
Gross profit margin mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau biaya produksi. Semakin

6
besar gross profit margin semakin baik (efisien) kegiatan operasional perusahaan yang
menunjukkan harga pokok penjualan lebih rendah daripada penjualan (sales) yang berguna
untuk audit operasional. Jika sebaliknya, maka perusahaan kurang baik dalam melakukan
kegiatan operasional. Rumus perhitungan laba kotor sebagai berikut.

b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Net profit margin atau margin laba bersih merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang
diperoleh dari penjualan. Margin laba bersih ini disebut juga profit margin ratio. Rasio ini
mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi net profit margin
semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit margin dihitung dengan rumus berikut ini.

2.2 Jenis – Jenis Analisis Rasio Keuangan


Adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah :
1) Rasio Likuiditas (liquidity ratio)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka


pendek. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu
pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar (Harahap, 2015:301).
Beberapa rasio likuiditas adalah sebagai berikut:
a. Rasio Lancar (Current Rasio)

Rasio lancar = aktiva lancar X 100%


Hutang lancar

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat = aktiva lancar- persediaan X 100%


Hutang lancar

2) Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Kasmir, 2015:151).
Rasio solvabilitas dapat menggunakan dua ukuran, yaitu:
a) Rasio Hutang atas Aktiva (Debt to Asset Ratio)

Rasio hutang = hutang total X 100%


Aktiva total

7
b) Rasio Hutang Terhadap Modal Sendiri (Debt to Equity Ratio)

Rasio hutang atas modal sendiri = total hutang X 100%


Modal sendiri

3) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi. (Kasmir, 2015:196)
Rasio profitabilitas dapat menggunakan dua ukuran, yaitu :
a) Gross Profit Margin

Gross Profit Margin = Laba Kotor X 100%


Penjualan

b) Net Profit Margin

Net Profit Margin = Laba Bersih X 100%


Penjualan

4) Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba


melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjuaalan, kas modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. (Harahap, 2015:304).
Rasio rentabilitas dapat diukur dengan dua ukuran, yaitu:
a) Return on Investment/Assets (ROI/ROA)

ROI/ROA = EAT X 100%


Total Investment/ Assets

b. Return on Equity (ROE)

ROE = EAT X 100%


Total Equity

8
9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas, ditarik kesimpulan sebagai berikut :
- Likuiditas perusahaan adalah apabila kemampuan membayar dihubungkan dengan
kewajiban finansial.
- Untuk menyelenggarakan proses produksi solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansiilnya apabila
sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan.
- Pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk
membaca semua utang-utangnya.
- Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan materi tentang Likuiditas Solvabilitas dan Rentabilitas
tersebut, hendaknya kita sebagai pembaca dan juga penulis dapat mengerti dan dapat
mempelajari lebih lanjut tentang Likuiditas Solvabilitas dan Rentabilitas terutama yang ada
di dalam realitas kehidupan kita.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk
itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca untuk
kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini.

10

Anda mungkin juga menyukai