Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS RASIO

ANALISIS KEUANGAN DAN PENGANGGARAN

Kelas M/Kelompok 1
Disusun oleh:

1. Olivia Nuralyza 041611333004


2. Ayesha Badzlina Trifani 041611333012
3. Nurul Fajriah 041611333014
4. Fitri Ratnasari 041611333016
5. Sri Handayani 041611333098
6. Roudatul Hasanah 041611333099
7. Alfi Wahyu Tifani 041611333106
8. Dani Eka Sulistiyowati 041611333108
9. Zaga Kresna P. P. 041611333194
10.Wilda Elly Rosaili 041611333207
11.Yovinda Devita Rachmasari 041611333222
12.Kharisma Elfianda Hamidlal 041611333241
13.Shalsa Karina Harvani 041611333270

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi Akuntansi
Universitas Airlangga
2018
I Analisis Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan pengelola
perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya.
Artinya, seberapa mampu perusahaan untuk membayar kewajiban atau hutangnya
yang sudah jatuh tempo. Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, maka
perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang likuid.
Pada saat jatuh tempo, perusahaan harus membayar kewajiban kepada pihak
luar perusahaan atau likuiditas badan usaha, ataupun di dalam perusahaan atau
likuiditas perusahaan. Untuk dapat memenuhi kewajibannya, perusahaan harus
memiliki jumlah kas atau investasi atau aktiva lancar lainnya yang dapat segera
dikonversi atau diubah menjadi kas untuk memenuhi kewajibannya seperti membayar
pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo. Jenis
rasio likuiditas:
● Current Ratio

Rasio ini menunjukkan nilai relatif antara aktiva lancar terhadap utang lancar.
Rasio dihitung dengan membagi nilai aktiva lancar dengan hutang lancar. Dari
formulanya dapat diketahui rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan aktiva
yang dimiliki perusahaan dapat digunakan jika kewajiban atau hutang harus dibayar
pada saat jatuh tempo. Semakin besar nilai ratio semakin lancar perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya.
● Quick Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar atau tanpa memperhitungkan
persediaan karena kurang likuid dibandingkan dengan surat berharga dan piutang.
Semakin besar rasio, semakin baik juga posisi keuangan perusahaan. Jika hasilnya
mencapai 1:1 atau 100%, maka ini akan berakibat baik jika terjadi likuidasi karena
perusahaan akan mudah untuk membayar kewajibannya.
● Cash Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban


jangka pendek karena hanya memperhitungkan aktiva lancar yang paling likuid.
Semakin tinggi rasio likuiditas semakin baik kondisi keuangan jangka pendek
perusahaan dan sebaliknya.
● Account Receivable Turnover
Perputaran piutang adalah cara yang mengukur seberapa sering piutang usaha berubah
menjadi kas dalam setahun, dengan cara menghitung pembagian antara penjualan
bersih dengan piutang dagang rata-rata yang belum dibayar selama tahun tersebut.

● Inventory Turnover
Perputaran Persediaan menunjukkan likuiditas persediaan.

Perputaran persediaan yang dihitung sebagai unsur likuiditas yaitu persediaan barang
jadi yang sudah memiliki nilai ekonomis dan manfaat yang lebih dari sebelumnya
sehingga dapat segera dikonversikan menjadi kas melalui penjualan.
● Operating Cycle
Siklus Operasi adalah waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam proses menghasilkan
kas, dalam hal ini yaitu mengkonversi persediaan, dan piutang menjadi kas.
II Analisis Solvabilitas
Rasio Solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya aktiva sebuah
perusahaan yang didanai dengan utang. Rasio ini digunakan untuk memberikan
gambaran mengenai kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban
keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan.
Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut
mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang –
hutangnya. Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas yang tinggi memiliki resiko
kerugian yang lebih besar daripada perusahaan dengan rasio solvabilitas yang rendah.
Suatu perusahaan yang solvable belum tentu likuid dan sebuah perusahaan yang
insovabel belum tentu ilikuid. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
solvabilitas merupakan suatu alat untuk menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya, baik itu kewajiban jangka pendek,
maupun kewajiban jangka panjang, walaupun sekiranya perusahaan tersebut akan
dilikuidasi.
Dalam hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan
yang dapat dialami oleh perusahaan, yaitu :
a. Perusahaan yang likuid tetapi insolvabel
b. Perusahaan yang likuid dan solvabel
c. Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid
d. Perusahaan yang insolvabel dan ilikuid

Jenis-jenis rasio solvabilitas :


● Debt to Asset Ratio
Digunakan untuk mengukur jumlah persentase dari jumlah dana yang diberikan oleh
kreditur berupa utang terhadap jumlah asset perusahaan.

Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar utang yang dimiliki oleh
perusahaan. Artinya semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada
pihak lain.
● Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur jumlah utang atau dana dari luar
perusahaan terhadap modal sendiri.

Makin kecil prosentase ratio ini berarti makin cepat perusahaan menjadi insolvabel.
Tingkat solvabilitas dapat dipertinggi hanya dengan jalan penambahan modal sendiri
dengan alternatif sebagai berikut :
a. Menambah aktiva tanpa menambah utang atau menambah aktiva
relatif lebih besar daripada bertambahannya hutang.
b. Mengurangi hutang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi
hutang relatif besar daripada berkurangnya aktiva.
● Times Interest Earned Ratio
Times Interest Earned adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar atau menutupi beban bunga di masa depan. Times Interest Earned
Ratio ini juga sering disebut juga Interest Coverage Ratio. Cara menghitungnya
adalah dengan membagi laba sebelum pajak dan bunga dengan Biaya Bunga. Berikut
ini adalah rumus Times Interest Earned Ratio :
Times Interest Earned Ratio = Laba sebelum pajak / Beban bunga

III Analisis Profitabilitas


Rasio Profitabilitas atau Profitability Ratio adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (profit) dari pendapatan
(earning) yang berhubungan dengan penjualan, aset dan ekuitas. Beberapa rasio
profitabilitas sering yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan laba
tersebut diantaranya seperti Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin), Marjin Laba
Bersih (Net Profit Margin), Return on Assets(ROA), Return on Equity (ROE), Return
on Investment (ROI), Return on Capital Employed (ROCE). Rasio-rasio Profitabilitas
ini pada dasarnya digunakan untuk menunjukan seberapa baiknya perusahaan dapat
memperoleh laba atau keuntungan dari operasi mereka.
Investor ataupun kreditur dapat menggunakan rasio-rasio profitabilitas ini
untuk menilai laba atas investasi berdasarkan tingkat penggunaan aset dan sumber
daya lainnya. Dengan kata lain, Rasio Profitabilitas ini digunakan untuk menilai
apakah perusahaan menghasilkan laba yang cukup dari aset dan ekuitas perusahan
tersebut. Rasio Profitabilitas ini menunjukan seberapa efisiennya perusahaan
menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba. Dalam perhitungan rasio-rasio
profitabilitas ini, semakin tinggi nilai rasionya semakin baik. Nilai yang tinggi berarti
perusahaan berjalan dengan baik dan efisien dalam menghasilkan laba, pendapatan
dan arus kas. Rasio-rasio Profitabilitas ini akan memberikan informasi yang lebih
berarti apabila dibandingkan dengan pesaing atau dibandingkan dengan rasio pada
periode sebelumnya. Oleh karena itu, analisis tren ataupun analisis industri diperlukan
untuk menarik kesimpulan yang berarti mengenai profitabilitas suatu perusahaan.

Jenis-jenis Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) :


● Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Gross Profit Margin atau Margin Laba Kotor adalah rasio profitabilitas
yang digunakan untuk menghitung persentase kelebihan laba kotor terhadap
pendapatan penjualan. Laba Kotor ini mengungkapkan seberapa besar laba
yang diperoleh perusahaan dengan mempertimbangkan biaya yang
ditimbulkan untuk memproduksi produk atau jasanya. Marjin Laba Kotor ini
sering disebut juga dengan Gross Margin Ratio (Rasio Margin Kotor)

Margin Laba Kotor = Laba Kotor / Pendapatan Penjualan

● Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)


Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih adalah rasio profitabilitas
yang menghitung persentase kelebihan laba bersih setelah pajak terhadap
pendapatan penjualan. Marginn Laba Bersih ini disebut juga dengan Profit
Margin Ratio (Rasio Marjin Laba)
Margin Laba Bersih = Laba bersih setelah pajak / Pendapatan Penjualan

● Return on Assets Ratio/ Total Asset Turnover (Rasio Pengembalian Aset)


Return on Assets atau Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio
profitabilitas yang menunjukan persentase keuntungan yang diperoleh
perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau total aset.
Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA adalah rasio yang
mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk
menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase
(%)

Return on Assets (ROA) = Laba Bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-
rata total aset)

● Return on Equity (ROE)


Return on equity adalah rasio perbandingan antara laba bersih setelah
pajak dengan total ekuitas yang berasal dari penghasilan (income) yang
tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun
pemegang saham preferen) atas modal yang diinvestasikan di dalam
perusahaan (Syafri, 2008:305).

Rasio Return on equity memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam


mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif dan mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau
pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). ROE menunjukkan rentabilitas
modal atau yang juga dikenal dengan istilah rentabilitas usaha.

Rumus Return on equity yaitu:

Return on Equity = Laba Bersih Setelah Pajak/Ekuitas

● Return On Investment (ROI)


Return on investment merupakan rasio yang mengukur pendapatan yang
diperoleh dari modal yang diinvestasikan. Jenis tindakan ini banyak digunakan
untuk mengevaluasi kinerja perusahaan.Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghargai mereka yang menyediakan dana jangka panjang
dan untuk menarik penyedia dana masa depan

ROI = Laba Bersih Setelah Pajak / Total Investasi

ROI = Net profit margin x Assets turn over

ROI= Net Income before Minority share of Earnings and Nonrecurring


Items + [(Interest Expense) x (1-Tax Rate)] : Avarage (Long-Term
Liabilities + Equity)

● Operating Profit Margin (OPM)


OPM merupakan rasio yang menggambarkan pure profit yang diterima atas setiap
rupiah dari penjualan yang dilakukan (Syamsuddin, 2009).
Pada rasio OPM, angka laba operasi yang digunakan dalam perhitungan berasal dari
kegiatan-kegiatan usaha pokok perusahaan (Prastowo, 2007).
Operating Profit Margin = Operating Profit/Sales

Anda mungkin juga menyukai