Anda di halaman 1dari 91

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Dosen
Linda Lidyawati, S.E., M.M., Ak, CA.
Materi Pertemuan ke 4
RASIO LIKUIDITAS

A. Pengertian Rasio Likuiditas


B. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas
C. Jenis-jenis Rasio Likuiditas
A. Pengertian Rasio Likuiditas
• Rasio likuiditas adalah “rasio yang digunakan
untuk mengukur seberapa likuidnya suatu
perusahaan dengan cara membandingkan
komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva
dengan total utang jangka pendek.”
• Kita mendengar atau melihat ada perusahaan
yang tidak mampu atau tidak sanggup untuk
membayar seluruh atau sebagian utang
(kewajibannya) yang sudah jatuh tempo pada
saat ditagih atau terlambat membayar utang.
• Mengapa hal tersebut terjadi ?
• Karena perusahaan tidak memiliki dana yang
cukup untuk menutupi utang yang jatuh tempo.
• Kasus seperti ini akan sangat mengganggu
hubugan baik antara perusahaan dengan para
kreditor atau dengan para distributor.
• Pada akhirnya perusahaan akan memperoleh
krisis kepercayaan dari berbagai pihak yang
selama ini membantu kelancaran usahanya.
Padahal kepercayaan adalah modal utama
perusahaan dalam mencapai target usaha.
Ketidakmampuan perusahaan membayar
kewajibannya, terutama jangka pendek yang sudah
jatuh tempo bisa disebabkan oleh faktor:
1. Memang perusahaan sedang tidak memiliki
dana sama sekali;
2. Mungkin saja perusahaan memiliki dana, namun
saat jatuh tempo, perusahaan tidak memiliki
dana atau tidak cukup dana secara tunai
sehingga harus menunggu untuk mencairkan
aktiva lain, seperti menagih piutang, menjual
surat berharga, atau menjual persediaan.
• Dalam praktiknya, tidak jarang pula perusahaan
mengalami sebaliknya, yaitu kelebihan dana.
• Artinya jumlah dana tunai dan dana yang mudar
dicairkan melimpah.
• Kejadian ini bagi perusahaan kurang baik karena
ada aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal.
• Manajemen kurang mampu menjalankan
kegiatan operasional perusahaan, terutama
dalam hal menggunakan dana yang dimiliki yang
bisa berpengaruh terhadap usaha mencapai laba.
Penyebab kejadian kekurangan dan
ketidakmampuan perusahaan untuk membayar
kewajibannya tersebut sebenarnya adalah:
1. Akibat kelalaian manajemen perusahaan
dalam menjalankan usahanya.
2. Sebelumnya pihak manajemen perusahaan
tidak menghitung rasio keuangan yang
diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa
sebenarnya kondisi perusahaan sudah dalam
keadaan tidak mampu lagi, karena nilai utang
lebih tinggi dari harta lancarnya.
• Analisis keuangan yang berkaitan dengan
kemampuan perusahaan untuk membayar utang
atau kewajibannya dikenal dengan nama analisis
rasio likuiditas.
• Fred Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas
(liquidity ratio) merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
• Artinya ketika perusahaan ditagih, perusahaan
akan mampu membayar utangnya terutama
utang yang sudah jatuh tempo.
• Rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan
atau mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya yang sudah
jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun
di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan).
• Dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini
adalah untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membiayai dan memenuhi
kewajiban (utang) pada saat ditagih.
• James O. Gill menyebutkan rasio likuiditas
mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang
dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas
untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan
seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh
tempo.
• Rasio likuiditas sering juga disebut dengan nama
rasio modal kerja, yang digunakan untuk
mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.
Caranya, dengan membandingkan total aktiva
lancar dengan total passiva lancar.
Terdapat dua hasil penilaian terhadap
pengukuran rasio likuiditas, yaitu :
1. Apabila perusahaan mampu memenuhi
kewajibannya, dikatakan perusahaan
tersebut dalam keadaan likuid;
2. Apabila perusahaan tidak mampu memenuhi
kewajibannya tersebut, dikatakan
perusahaan tersebut dalam keadaan ilikuid.
• Contoh:
Perusahaan memiliki utang yang jatuh tempo
sebesar Rp1.000.000,00, aktiva lancar yang
dimiliki sebesar Rp1.200.000,00.
Maka perusahaan ini dikatakan likudi atau
mampu membayar utang tersebut.
Namun jika aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan hanya sebesar Rp800.000,00, maka
perusahaan dikatakan ilikuid atau tidak mampu
membayar utang dengan seluruh aktivanya,
karena masih kekurangan Rp200.000,00.
• Walaupun aktiva lancar yang dimiliki sebesar
Rp1.200.000,00 dikatakan likuid, namun posisi
keuangannya mengkhawatirkan karena sisa
harta lancar tinggal Rp200.000,00. Berbahaya
jika ada kewajiban lainnya yang harus dibayar.
• Ukuran perusahaan yang baik tidak hanya
sekedar likuid saja, tetapi harus memenuhi
standar likuiditas tertentu sehingga tidak
membahayakan kewajiban lainnya.
• Dalam praktiknya, standar likuiditas yang baik
adalah 200% atau 2 : 1.
Contoh:
• Total kewajiban yang harus dibayar sebesar
Rp1.000.000,00, dan aktiva lancar yang
dimiliki adalah sebesar Rp2.000.000,00.
• Maka aktiva lancar yang dimiliki adalah dua
kali lipat dari utang yang harus dibayar.
B. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas
• Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup
banyak manfaat bagi berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan.
• Pihak yang paling berkepentingan adalah pemilik
perusahaan dan manajemen perusahaan guna
menilai kemampuan mereka sendiri.
• Pihak luar yang berkepentingan seperti kreditor
dan penyedia dana, distributor atau suplier.
Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat
dipetik dari rasio likuiditas:
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan
membayar kewajiban atau utang yang segera
jatuh tempo pada saat ditagih.
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendek dengan
aktiva lancar secara keseluruhan.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendek dengan
aktiva lancar tanpa memperhitungkan
persediaan atau piutang.
4. Untuk mengukur atau membandingkan antara
jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja
perusahaan.
5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang
tersedia untuk membayar utang.
6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama
yang berkaitan dengan perencanaan kas dan
utang.
7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas
perusahaan dari waktu ke waktu dengan
membandingkannya untuk beberapa periode.
8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki
perusahaan, dari masing-masing komponen
yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen
untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat
rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Bagi pihak luar, seperti kreditor, investor,


distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas
bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga.
C. Jenis-jenis Rasio Likuiditas
• Secara umum tujuan utama rasio keuangan
digunakan adalah untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
• Dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain
yang lebih spesifik yang juga masih berkaitan
dengan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya.
• Untuk mengukur rasio keuangan secara lengkap,
dapat menggunakan jenis-jenis rasio likuiditas
yang ada.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan
perusahaan untuk mengukur kemampuan
perusahaannya, yaitu:
1. Rasio lancar (current ratio)
2. Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test
ratio)
3. Rasio kas (cash ratio)
4. Rasio perputaran kas
5. Inventory to net working capital
1. Rasio lancar (current ratio)

• Current ratio atau rasio lancar digunakan untuk


mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya, seperti
hutang dan upah. Ini dihitung dengan membagi aset
lancar dengan kewajiban lancar. Semakin tinggi
hasilnya, semakin kuat posisi keuangan perusahaan.

• Pemilik usaha kecil harus memperhatikan rasio ini


untuk perusahaan mereka sendiri, dan investor
mungkin merasa berguna untuk membandingkan rasio
perusahaan saat ini ketika mempertimbangkan saham
mana yang akan dibeli.
• Current ratio atau rasio lancar adalah salah satu Rasio
Likuiditas yang digunakan untuk menilai posisi
likuiditas suatu entitas dengan menggunakan
hubungan antara Aktiva Lancar dan Liabilitas Lancar.

• Dengan kata lain, ini adalah alat yang digunakan untuk


menilai apakah aset lancar dapat melunasi kewajiban
lancar atau tidak.

• Rasio ini tidak hanya dimaksudkan untuk menilai


masalah likuiditas tetapi juga menilai penggunaan
modal kerja entitas. Posisi likuiditas entitas mungkin
secara implisit terlihat sehat jika rasio lancar lebih
tinggi dari satu dan tidak sehat jika rasionya kurang dari
satu.
• Rasio lancar memberikan petunjuk kepada pengguna
atau pembaca apakah entitas mungkin mengalami
masalah atau tidak untuk melunasi kewajiban
lancarnya dengan menggunakan kas yang tersedia, dan
aset lancar lainnya menjadi kas.

• Current ratio juga membantu manajemen untuk


memikirkan bagaimana strategi arus kas selanjutnya
untuk mengatasi masalah likuiditas saat ini. Mungkin,
negosiasi dengan bank untuk keringanan bunga atau
duduk dengan pemasok untuk menunda beberapa
pembayaran.

• Namun, hanya karena rasionya kurang dari satu, bukan


berarti perusahaan bermasalah dengan likuiditasnya.
Rumus dalam Menghitung Current Ratio

Current Ratio = Aset Lancar / Kewajiban Lancar

• Aset Lancar meliputi kas dan setara kas, piutang,


persediaan dan aset lancar lainnya. Rasio ini
berbeda dari rasio cepat karena termasuk
persediaan.
• Kewajiban termasuk utang, Akrual, utang Bunga,
dan Kewajiban Lancar Lainnya. Seperti yang Anda
lihat, semua item ini adalah aset dan liabilitas
likuid. Itulah mengapa dikatakan rasio ini untuk
menilai likuiditas suatu entitas.
• Contoh dan Perhitungan Current Ratio
Misalnya, perusahaan memiliki saldo Aset Lancar dan Liabilitas Lancar berikut
ini di Laporan Posisi Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2020.

• Aset lancar (Rp):


Kas dan Setara Kas: 30.000.000
Piutang Usaha: 150.000.000
Persediaan: 200.000.000
Aset Lancar Lainnya: 100.000.000

• Kewajiban Lancar (Rp):


Hutang Akun: 25.000.000
Hutang Pajak Saat Ini: 140.000.000
Beban Akrual: 150.000.000
Pinjaman: 90.000.000

• Berapa Rasio Lancar dari perusahaan di atas?


• Jawaban
Jumlahkan seluruh aset lancar dan kewajiban
lancar.
Inilah informasi yang diberikan dalam contoh:

• Total Aset Lancar: Rp480.000.000


• Total Kewajiban Lancar: Rp405.000.000

• Berdasarkan informasi yang dimiliki di atas,


berikut jawabannya:

• Current Ratio: (480.000.000 / 405.000.000) = 1,2


Analisis Rasio Lancar

• Konsep sederhana dari rasio lancar adalah bahwa


perusahaan harus memiliki kas yang cukup untuk
menutupi kewajiban lancarnya.

• Jika rasio di atas 1, dalam analisis rasio likuiditas,


itu berarti perusahaan aman untuk membayar
kewajiban lancarnya dengan menggunakan aset
lancarnya. Dan jika rasionya kurang dari satu itu
berarti perusahaan bisa kesulitan membayar
utangnya tepat waktu kepada kreditor.
• Namun, rasio ini termasuk Piutang dan Persediaan dalam
perhitungan yang mungkin tidak dapat segera diubah
menjadi uang tunai.

• Dalam contoh ini posisi current ratio cukup baik yaitu diatas
1. Artinya perusahaan dapat menggunakan aset lancarnya
untuk membayar kewajiban lancarnya.

• Seperti disebutkan di atas, ada banyak faktor yang perlu


dipertimbangkan ketika menganalisis Rasio Lancar
perusahaan.

• Rasio ini dihitung dengan memasukkan beberapa jenis Aset


Lancar yang mungkin tidak mudah mendapatkan uang
tunai untuk membayar Kewajiban Lancar.
• Aset Lancar tersebut termasuk, persediaan dan piutang.
Persediaan dianggap sebagai Aset Lancar tetapi mungkin
tidak dapat segera dikonversi dalam bentuk tunai.

• Saat menilai rasio ini, penting untuk menilai kemungkinan


bahwa persediaan dapat diubah menjadi penjualan atau
uang tunai. Faktor utama termasuk jumlah, sifat dan
periode rata-rata persediaan dapat diubah menjadi
penjualan atau uang tunai.

• Lebih penting lagi, persediaan mencakup bahan mentah


dan pekerjaan yang sedang berjalan yang mengambil
langkah lain untuk mengubahnya menjadi barang jadi. Oleh
karena itu, untuk mengubah persediaan menjadi penjualan,
perusahaan mungkin membutuhkan waktu yang agak lama.
Batasan dalam Menggunakan Rasio Lancar

Ada beberapa kerugian menggunakan rasio lancar untuk


mengukur masalah likuiditas entitas. Kekurangan atau batasan
tersebut termasuk:
1. Misalnya, rasio lancar memasukkan persediaan ke dalam
penghitungannya dan jika saldo persediaan pada akhir
tahun berbeda secara signifikan, maka akan ada
perbedaan rasio yang signifikan.
2. Tidak peduli Anda memiliki cukup uang untuk
menyelesaikan kewajiban.
3. Penggunaan metode penilaian yang berbeda dihasilkan
dari saldo akhir persediaan yang berbeda dan selanjutnya
mempengaruhi rasio. Oleh karena itu, ini juga
mempengaruhi bagaimana Anda menginterpretasikan
rasio lancar perusahaan juga.
Mari ilustrasikan ini dengan sebuah contoh:

Sesuai contoh di atas, aset lancar termasuk jumlah persediaan


Rp200.000.000 dan jumlahnya cukup besar. Persediaan
digolongkan sebagai aset lancar, tetapi mungkin tidak mudah
untuk diubah menjadi uang tunai.

Karena untuk bisa mengubah persediaan menjadi uang tunai,


perusahaan perlu menjual ke pelanggan dan mendapatkan
keuntungan. Terkadang, penjualan dilakukan secara kredit dan
perusahaan masih membutuhkan waktu untuk
mengumpulkan uang tunai.

Perhitungan current ratio juga termasuk piutang yang


mungkin juga sulit diubah menjadi uang tunai.
Piutang Usaha tampaknya mudah untuk diubah menjadi
uang tunai, tetapi kita harus melihat kembali ke kebijakan
piutang dan sejarah penagihannya sehingga kita dapat
menyimpulkan seberapa masuk akal rasio ini terhadap
kewajiban lancar.

Mengacu pada contoh di atas, Aktiva Lancar, termasuk


Piutang.

Piutang Usaha adalah aset lancar, tetapi entah


bagaimana, perusahaan mungkin tidak dapat
memperoleh kembali dari pelanggan atau membutuhkan
waktu lama untuk menagihnya kembali dari pelanggan.
Oleh karena itu, ketika mengartikan rasio lancar, hal-hal
tersebut perlu diperhatikan.
• Current ratio atau rasio lacar hanyalah salah
satu rasio likuiditas, dan efektivitas
penggunaan atau interpretasinya sangat
disarankan untuk digabungkan dengan rasio
lain seperti quick ratio ( rasio cepat / rasio
sangat lancar) atau acid test ratio, modal
kerja, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan serta industri rata-rata dan tahun-
tahun sebelumnya.
2. Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio)

• Quick ratio atau biasa disebut rasio cepat atau acid-


test rasio — berfungsi sebagai indikator likuiditas
jangka pendek perusahaan, atau kemampuannya untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan kata
lain, ini menguji seberapa banyak perusahaan memiliki
aset untuk melunasi semua kewajibannya.

• Aset termasuk uang tunai, piutang, investasi jangka


pendek, dan persediaan. Rasio cepat menawarkan tes
likuiditas perusahaan yang lebih ketat daripada rasio
lancar.
• Quick ratio atau rasio cepat adalah salah satu
rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
posisi likuiditas perusahaan, proyek, pusat
investasi atau pusat laba.

• Ciri khusus rasio ini dari Rasio Likuiditas lainnya


adalah Quick Ratio hanya memperhitungkan kas
dan item setara kas untuk perhitungan dan
interpretasi.

• Ini mengabaikan item lain yang mungkin tidak


dengan cepat diubah menjadi uang tunai dengan
mudah dari perhitungan.
• Misalnya, persediaan tidak termasuk dalam
penghitungan karena memerlukan waktu yang
sangat lama untuk diubah menjadi uang tunai.
Rasio ini kadang-kadang disebut Rasio Uji Asam
atau acid-test rasio namun artinya tetap sama.

• Jika rasio lebih tinggi dari satu, itu berarti aset


lancar entitas setelah pengurangan persediaan
lebih tinggi dari kewajiban lancar. Ini selanjutnya
berarti entitas dapat menggunakan aset lancar
untuk melunasi kewajiban lancar.
• Atau kita dapat mengatakan bahwa entitas
adalah dasar yang sehat secara finansial pada
rasio ini.

• Sama seperti jika rasionya lebih rendah dari


satu, entitas mungkin tidak dapat melunasi
kewajiban lancarnya dengan menggunakan
aset lancar.
• Dapat dikatakan bahwa entitas tersebut tidak
sehat secara finansial.
Quick ratio dan current ratio

• Dibandingkan dengan rasio lancar atau current


ratio, rasio cepat dipandang sebagai cara yang
lebih halus dan konservatif untuk mengukur
likuiditas.

• Karena quick ratio hanya memperhitungkan aset


yang paling likuid, maka rasio cepat dapat
memberikan gambaran yang lebih baik tentang
kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban jangka pendeknya.
• Namun, rasio cepat mungkin masih belum
menjadi indikator likuiditas langsung yang
akurat atau realistis, karena perusahaan tidak
selalu dapat melikuidasi aset lancar yang
termasuk dalam rasio cepat.

• Rasio cepat mungkin sangat tidak cocok untuk


perusahaan yang memiliki jangka waktu
pembayaran yang lebih lama.
Rumus Menghitung Quick Ratio

Rasio Cepat = (Aset Lancar – Persediaan) / Kewajiban Lancar

• Aset Lancar disini termasuk Kas, Uang Muka,


Piutang, Aktiva Lancar Lainnya, Persediaan,
Surat Berharga, atau sejenisnya.
• Cara termudah untuk menghitung atau
menemukan Aktiva Lancar adalah dengan
masuk ke Laporan Keuangan perusahaan dan
kemudian mencari tahu saldo Aktiva Lancar di
akhir periode.
• Kewajiban Lancar termasuk Hutang, Kewajiban
Akrual, Hutang Jangka Pendek, Hutang Bunga,
Hutang Pajak Lancar atau sejenisnya.
• Cara termudah untuk menghitung dan
menemukan Kewajiban Lancar adalah dengan
pergi ke Laporan Keuangan dan mencari tahu
Kewajiban Lancar. Itu dengan jelas dinyatakan di
sana.
• Dalam perhitungan, harus memastikan bahwa
aset lancar sudah dikurangi dengan nilai
persediaan; jika tidak, itu akan menjadi salah
tafsir.
Contoh Kasus dalam Menghitung Quick Ratio

Perusahaan ABCD memiliki transaksi berikut dalam


Laporan Keuangannya untuk periode yang berakhir 1
Januari 2020 sampai dengan 31 Desember 2020.

• Aset lancar (Rp):


Uang tunai = 100.000.000
Uang Muka = ​10.000.000
Surat Berharga = 50.000.000
Piutang Akun = 60.000.000
Persediaan = 70.000.000
• Total Aktiva Lancar = 290.000.000
• Kewajiban Lancar (Rp):
Hutang Akun = 160.000.000
Beban Akrual = 60.000.000
Hutang Jangka Pendek = 50.000.000
Hutang Bunga = 50.000.000
• Total Kewajiban Lancar = 320.000.000

• Rasio Cepat tahun sebelumnya adalah 1,5 dan


rata-rata industri untuk tahun ini adalah 1,6.

• Evaluasi Rasio Cepat Perusahaan ABCD.


Jawaban:

Sekarang ringkasan informasi yang akan digunakan untuk


perhitungan.

Rumus: Rasio Cepat = Aset Lancar – Persediaan / Kewajiban


Lancar

Aset Lancar = Rp290.000.000


Persediaan = Rp70.000.000
Kewajiban lancar = Rp320.000.000

Rasio cepat = ( 290.000.000 – 70.000.000) / 320.000.000


= 0. 69 atau 69%
Interpretasi dan Analisis Rasio Cepat:

• Sekarang mari kita lihat apa arti Quick Ratio =


0,69 bagi Perusahaan ABCD.
• Berdasarkan hasil perhitungan di atas, quick ratio
tahun berjalan adalah 0,69 sedangkan tahun
sebelumnya 1,5.
• Rasio cepat mengukur bagaimana Aset Likuid
Perusahaan ABCD dapat menyelesaikan
Kewajiban Lancar yang kemungkinan besar harus
dibayar dalam periode yang lebih pendek dari
satu tahun.
• Rasio cepat tahun Ini lebih rendah dari satu. Hal ini
jelas terlihat bahwa perseroan tidak memiliki Alat
Likuid yang cukup untuk membayar Kewajiban Lancar.

• Bahwa ABCD berpotensi memiliki masalah Likuiditas.


Bandingkan dengan tahun sebelumnya dan rata-rata
industri 1,6, ABCD tidak mengelola Aset Likuidnya
dengan baik.

• Ini mungkin penjualan dan kinerja produksinya tidak


begitu baik. ABCD mungkin perlu meninjau dan menilai
kinerja saat ini dari fungsi Penjualan dan Produksinya.
• Namun, Quick Ratio adalah rasio yang mengukur
jangka waktu pendek dari posisi likuiditas dan
bukan berarti ABCD mengalami masalah
likuiditas.

• Katakanlah alasan utama mengapa utang usaha


begitu besar adalah karena jumlah pembelian
yang besar akibat jumlah pesanan yang banyak
dan ini akan berkurang ketika perusahaan
membayar kepada vendor sebagai hasil dari
pengumpulan tunai yang besar dari penjualan
kredit.
Kelebihan Menggunakan Quick Ratio

a) Mengetahui nilai aset yang liquid dengan cepat


• Keuntungan terbaik dari rasio cepat dibandingkan
dengan rasio likuiditas lainnya terutama rasio lancar
adalah bahwa rasio ini membantu mengukur seberapa
baik aset lancar membayar kewajiban lancar dengan
lebih akurat.

• Perhitungan quick ratio hanya menggunakan aset paling


likuid yang bisa berubah menjadi kas dengan cepat atau
bahkan sudah menjadi uang tunai. Artinya, aset
semacam ini membutuhkan waktu yang sangat singkat
untuk menjadi uang tunai ketika kewajiban lancarnya
harus dilunasi.
b) Membantu stakeholeder menilai liquiditas
• Seperti disebutkan di atas, rasio ini tidak memasukkan
persediaan dari perhitungannya. Seperti yang kita
ketahui, persediaan bisa memakan waktu lama untuk
diubah menjadi uang tunai. Hal ini tergantung pada
jenis bisnis dan pasar tempat entitas beroperasi.

• Beberapa persediaan membutuhkan satu hari untuk


diubah menjadi uang tunai, beberapa membutuhkan
bulan atau bahkan lebih dari satu tahun.
Menghilangkannya dari rasio dapat membantu
manajemen, investor saham, pemegang saham, dan
pemangku kepentingan lainnya untuk memiliki
informasi yang akurat untuk menilai posisi likuiditas
entitas.
c) Mudah dimengerti
• Kelebihan lain dari quick ratio adalah rasio ini sangat
mudah dimengerti. Ini dapat membantu pengguna rasio
yang tidak memiliki keterampilan mendalam di bidang
akuntansi dan keuangan untuk memahami rasio ini
dengan mudah.

• Misalnya, beberapa manajer operasi yang memiliki KPI


termasuk rasio cepat dapat melihat dan memahami cara
kerja rasio.

• Rasio ini diukur sebagai persentase. Jadi jika rasionya


lebih tinggi dari target, itu berarti perlu beberapa
tindakan untuk memperbaikinya.
d) Sebagai ukuran KPI
• Tetapkan sebagai KPI dan bandingkan dengan
ukuran entitas yang berbeda. Rasio ini
membandingkan aset lancar dan kewajiban
lancar dan ukuran hasilnya sebagai
persentase. Artinya kita bisa
membandingkannya dengan entitas atau
kompetitor lain yang memiliki ukuran dan sifat
berbeda.
Kekurangan Rasio Cepat

Berikut adalah kelemahan rasio cepat:


a) Ini adalah indikator keuangan
• Seperti yang kita ketahui rasio ini menggunakan
informasi keuangan untuk menganalisa posisi
likuiditas entitas. Informasi keuangan ini dapat
dipengaruhi oleh manajemen entitas jika mereka
mau. Mungkin mereka dapat dipengaruhi oleh
kebijakan akuntansi atau informasi keuangan
fiktif.
b) Ini menggunakan data masa lalu untuk memprediksi
masa depan
• Rasio cepat menilai bagaimana entitas dapat melunasi
kewajiban lancar dengan menggunakan aset lancar
sekarang dan di masa depan. Ini mungkin tidak
membantu pengguna mendapatkan tujuan mereka
dengan lebih akurat.

• Misalnya, meskipun entitas memiliki rasio yang buruk,


tetapi tim manajemen memiliki kredit dan hubungan
yang sangat baik dengan bank atau bahkan dengan
pemasok. Mereka mungkin menyelesaikan masalah ini
lebih baik daripada entitas yang memiliki rasio yang
baik.
c) Rasio yang tinggi tidak selalu bagus
• Misalnya, entitas memiliki rasio cepat 1,5 pada 31
Desember 2020. Berdasarkan penjelasan di atas,
entitas memiliki rasio yang sangat baik. Tetapi
bagaimana jika entitas mengharuskan untuk melunasi
jumlah pinjaman yang tinggi di bulan ke-13.

• Dari segi akuntansi, pinjaman 13 bulan ini dianggap


sebagai kewajiban jangka panjang per 31 Desember
2020. Namun di bulan Januari 2021, 13 bulan tersebut
menjadi kewajiban lancar dan selanjutnya
mempengaruhi quick ratio hanya sebulan setelah
penilaian (31 Desember 2020) . Jadi, rasio ini dapat
membuat pengguna mengambil keputusan yang salah.
• Quick ratio ata Rasio Cepat ini paling berguna
untuk perusahaan di sektor manufaktur dan
ritel di mana persediaan dapat terdiri dari
sebagian besar aset lancar.

• Ini sering digunakan oleh calon kreditur atau


pemberi pinjaman untuk mengetahui apakah
perusahaan akan mampu membayar utangnya
tepat waktu.
3. Rasio kas (cash ratio)

• cash ratio adalah salah satu rasio keuangan yang bisa


digunakan untuk menganalisa keuangan anda.
• Cash ratio atau rasio kas adalah rasio yang bisa
digunakan untuk menilai perbandingan antara total
kas dan setara kas pada suatu perusahaan dengan
kewajiban lancar yang ada di dalamnya. Pada
dasarnya, cash ratio adalah bentuk penyempurnaan
dari quick ratio atau rasio cepat yang dimanfaatkan
untuk mengukur sejauh mana finansial perusahaan
yang terdiri dari kas serta setara kas yang ada.
• Upaya pengukuran tersebut dilakukan guna kepentingan
dalam melunasi kewajiban lancar atau hutang jangka
pendek milik perusahaan.

• Pengertian lain dari cash ratio adalah rasio likuiditas yang


bersifat konservatif yang di dalamnya terdapat kemampuan
perusahaan untuk mampu menutupi hutang dalam jangka
waktu pendeknya dengan dibandingkan rasio lain.

• Kenapa? karena cash ratio hanya melakukan perhitungan


terhadap aktiva lancar jangka pendek yang dinilai paling
likuid. Sedangkan untuk mengukur likuiditas tersebut
adalah dengan cara membandingkan komponen yang
terdapat pada neraca, seperti aktiva lancar dengan total
pasif lancar atau hutang jangka pendek.
Manfaat Cash Ratio

• Perhitungan cash ratio pada suatu perusahaan umumnya


memiliki dua manfaat utama, yaitu untuk bisa mengetahui
tingkat keamanan likuiditas pada suatu perusahaan, serta
guna mengatasi berbagai permasalahan likuiditas
perusahaan.
• Dengan mengetahui nilai rasio kas, maka akan membantu
pihak manajemen perusahaan untuk mengambil langkah
yang strategis. Langkah tersebut nantinya bisa dijadikan
solusi untuk menyelamatkan kondisi finansial perusahaan
yang jika pada saat itu sedang bermasalah.
• Untuk itu, pihak manajemen perusahaan harus terus
mengontrol nilai rasio kas perusahaannya secara rutin
dalam kurun waktu tertentu agar kondisi finansial bisnisnya
bisa berjalan dengan baik dan seluruh kegiatan operasional
pun bisa berjalan dengan lancar.
Perhitungan Cash Ratio

cash ratio = (kas + setara kas) / hutang lancar.


• Kas adalah seluruh alat pembayaran yang bisa
digunakan untuk melakukan transaksi. Sedangkan yang
dimaksud dengan Setara kas adalah instrumen investasi
yang sifatnya sangat likuid, jangka pendek dan bisa
dijadikan kas dalam kurun waktu yang cepat dan dalam
jumlah tertentu tanpa khawatir adanya resiko
perubahan nilai.
• Sedangkan hutang lancar adalah hutang yang dimiliki
oleh perusahaan dan harus segera dilunasi dalam
kurun waktu satu tahun atau dalam siklus perusahaan.
Cara Menafsirkan Cash Ratio

• Cash ratio adalah rasio likuiditas yang paling ketat


karena di dalamnya hanya akan menggunakan aset
yang likuiditasnya paling tinggi, yaitu kas dan setara
kas.
• Suatu perusahaan akan dikatakan memiliki uang yang
cukup untuk membayar tagihan jangka pendeknya
jika nilai cash ratio nya adalah 1,0.
• Sedangkan jika nilainya kurang dari 1,0, maka artinya
perusahaan tersebut tidak memiliki kas atau setara
kas yang cukup untuk membayar tagihannya, dan jika
nilainya adalah lebih dari 1,0, maka bisa dipastikan
bahwa perusahaan mempunyai jumlah kas yang
cukup untuk membayar kewajibannya.
Faktor Perubahan Cash Ratio

Terdapat beberapa faktor yang mampu mempengaruhi cash


ratio, yaitu:
• 1. Industri
Setiap industri memiliki norma yang berbeda untuk rasio
kasnya. Jika beberapa industri sedang memiliki cadangan kas
rendah, bisa jadi hal tersebut dikarenakan terlalu seringnya
industri tersebut menggunakan uang tunainya untuk membeli
inventaris tertentu. Sehingga, nilai cash ratio nya kurang dari
1,0.
Untuk hal ini, perusahaan pada industri tersebut harus
mampu menyimpan tunainya agar bisa membayar seluruh
kewajibannya, sehingga nantinya bisa menyentuh nilai arus
kas 1,0.
• 2. Risiko
Pebisnis yang memiliki sikap toleransi yang rendah
terhadap risiko, kemungkinan besar akan menyimpan
seluruh uang tunainya untuk berjaga-jaga. Sedangkan
pemilik bisnis yang memiliki sikap toleransi yang tinggi
terhadap risiko kemungkinan besar akan menggunakan
uang tunai cadangannya untuk membeli aset lain yang
tidak efisien.

• 3. Pertumbuhan
Suatu perusahaan yang tengah mengalami pertumbuhan
yang sangat cepat kemungkinan besar akan menyimpan
uang tunainya secara ekstra untuk membayar kebutuhan
operasional yang saat itu tengah berkembang pesat.
• 4. Kondisi Ekonomi
Apabila lingkungan ekonomi atau politik pada suatu
negara menjadi tidak jelas arahnya, maka akan
banyak perusahaan yang mencairkan uangnya
untuk bisa meningkatkan cash ratio mereka.

• 5. Rasio Kas yang Tinggi


Rasio kas atau cash ratio yang terlalu tinggi bisa
berarti pemanfaat nilai kekayaan perusahaan tidak
efisien. Ketimbang hanya menyimpan uang tunai,
ada baiknya perusahaan menggunakan dana
tersebut untuk bisa diinvestasikan kembali kedalam
bentuk investasi.
Cara Memaksimalkan Nilai Cash Ratio

• Meningkatkan cash ratio dengan cara menyimpan laba


bersih ke dalam bentuk tunai atau setara. Cara lainnya
adalah dengan mengurangi kewajiban membayar utang
atau memangkas biaya operasional.

• Jika cash ratio perusahaan terlalu tinggi, bisa gunakan


dana kas untuk investasi jangka panjang. Untuk itu,
jangan heran jika pihak kreditor atau pihak pemberi
pinjaman akan senang apabila mengetahui cash ratio
perusahan yang baik. Walaupun beberapa diantaranya
juga sudah ada yang puas dengan nilai cash ratio yang
wajar dengan memanfaatkan metrik likuiditas lain
seperti rasio lancar dan rasio cepat.
Analisis Rasio Kas

• Pihak investor maupun kreditur bisa


menggunakan cash ratio pada suatu perusahaan
untuk menentukan apakah perusahaan tersebut
sedang mengalami masalah finansial ataukah
tidak. Jadi, cash ratio bisa dijadikan indikator
yang baik untuk jangka yang pendek daripada
menggunakan pengukuran rasio likuiditas lainnya.
• Nilai cash ratio yang lebih tinggi diartikan bahwa
perusahaan tersebut memiliki waktu yang cukup
untuk mampu melunasi utangnya.
• Sebenarnya, tidak ada nilai pasti tentang berapa angka
minimal cash ratio yang diperlukan oleh perusahaan, tapi
umumnya rasio antara 0,5 hingga 1,0 bisa diterima oleh para
investor dan kreditur.
• Karena cash ratio hanya menambahkan kas dan juga setara
kas dari aset ke dalam bentuk persamaan, maka rasio ini akan
mampu memberikan kebijaksanaan yang paling konservatif
untuk nilai likuiditas perusahaan.
• Namun yang sangat penting adalah pihak perusahaan
biasanya tidak memiliki keterkaitan yang terlalu banyak pada
aset dalam bentuk kas ataupun setara kas. Kenapa? Karena
kas yang diam dan tidak bergerak tidak akan memberikan
investasi yang baik untuk perusahaan, sehingga tidak akan
menghasilkan keuntungan.
• Cash ratio adalah indikator yang tepat untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar utang jangka pendeknya dengan
berbagai aset yang valid. Rumus rasio kas juga
memerlukan tiga variabel utama, yaitu kas,
setara kas, dan kewajiban lancar.
• Cash ratio mungkin bukanlah bentuk penilaian
yang baik untuk analisa keuangan umum
perusahaan, karena biasanya kebanyakan
perusahaan tidak menyimpan sebagian besar
asetnya dalam bentuk tunai atau setara kas.
4. Rasio perputaran kas

• Menurut James O. Gill, rasio perputaran kas


(cash turn over) berfungsi untuk mengukur
tingkat kecukupan modal kerja perusahaan
yang dibutuhkan untuk membayar tagihan
dan membiayai penjualan.
• Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur
tingkat ketersediaan kas untuk membayar
tagihan (utang) dan biaya-biaya yang
berkaitan dengan penjualan.
• Untuk mencari modal kerja, kurangi aktiva
lancar terhadap utang lancar.
• Efisiensi penggunaan kas perusahaan
ditunjukkan oleh rasio perputaran kas. Ini
mengukur berapa kali kas perusahaan telah
dibelanjakan selama beberapa periode.
Rumus untuk menghitung rasio ini adalah
sebagai berikut:

Perputaran Kas = Penjualan ÷ Kas Rata-Rata dan Setara Kas


Biasanya nilai rasio yang tinggi ini dianggap lebih baik,
karena hal ini berarti perusahaan menggunakan kasnya
secara efektif dan lebih sering melakukan penyerahan.

Namun, dalam beberapa kasus, nilai tinggi rasio ini dapat


menunjukkan bahwa perusahaan memiliki dana yang
tidak mencukupi dan mungkin segera membutuhkan
pembiayaan jangka pendek. Formula alternatif untuk
rasio ini juga memasukkan sekuritas yang dapat
dipasarkan ke dalam perhitungan:

Perputaran Kas = Penjualan ÷ Kas Rata-Rata dan Setara


Kas dan Saham yang Dapat Dipasarkan
5. Inventory to net working capital

• Modal kerja bersih atau net working capital


adalah perbedaan ataupun selisih yang terjadi
antara aset lancar perusahaan dan juga
kewajiban lancarnya.

• Contoh sederhana dari aset lancar adalah kas,


piutang usaha, persediaan, dll. Sedangkan
contoh sederhana dari kewajiban lancar
adalah utang usaha atau pinjaman modal.
• Jadi, bisa dikatakan bahwa net working capital
adalah suatu indikator apakah suatu perusahaan
mampu melunasi hutang dan kondisi
keuangannya tersebut ataukah tidak.
• Bila perusahaan mempunyai modal kerja bersih
yang positif, maka perusahaan tersebut memiliki
potensi untuk berkembang.
• Net working capital pun bisa menjadi cara dalam
menghitung pendapatan nasional pada suatu
negara. Untuk itu, capital net working pun sering
disebut dengan istilah modal kerja bersih.
Komponen dalam Menghitung Net Working
Capital

• Net working capital akan bisa terlihat pada


neraca setelah dikurangi aset lancar dengan
kewajiban lancar yang saat itu dimiliki oleh
perusahaan. Keduanya adalah dua komponen
yang menjadi variabel utama dalam
menentukan nilai likuiditas di dalam sebuah
perusahaan.
Komponen dalam Menghitung Net Working
Capital sebagai berikut:

• 1. Aset Lancar
Aset lancar adalah nilai kekayaan milik
perusahaan yang bisa digunakan untuk
membayar biaya operasi dan juga biaya utang
lancar. Aset lancar ini bisa berbentuk saldo
rekening, uang tunai, stok produk, piutang yang
belum dibayar, serta investasi jangka pendek.
• 2. Kewajiban Lancar
Kewajiban lancar ini adalah beban yang harus
dibayarkan oleh perusahaan dan mempunyai
batas jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
Kewajiban lancar ini mencakup utang usaha,
biaya pajak penjualan, utang upah dan gaji, dan
juga biaya asuransi. Pembayaran di muka yang
dilakukan oleh pelanggan ini juga akan termasuk
ke dalam kewajiban lancar perusahaan.
• Setelah kita mengetahui bersama komponen dalam hal
menentukan modal kerja perusahaan, maka bisa
dilakukan penghitungan agar bisa menemukan selisihnya.
Rumus yang bisa digunakan adalah aset lancar dikurang
kewajiban lancar. Hasil yang merupakan selisih antar
keduanya inilah yang akan kita sebut sebagai modal kerja
perusahaan.

• Dengan mengetahui selisih nominal antara aset dan


utang, maka akan diketahui kondisi kesehatan finansial
perusahaan. semakin besar dan positif selisih tersebut,
maka perusahaan memiliki kemampuan dalam
membayar kewajibannya dalam kurun waktu satu tahun.
• Itu artinya, kondisi keuangan perusahaan berada
dalam kondisi yang sehat. Semakin besar selisih
tersebut, maka akan semakin baik kondisi
perusahaan.

• Sedangkan kondisi perusahaan yang tidak sehat


bisa dilihat dari selisih antara aset lancar dan
kewajiban lancar yang semakin kecil. Bahkan jika
nilainya negatif, perusahaan tersebut berada di
ujung jurang kebangkrutannya. Hal tersebut perlu
diperhatikan oleh pebisnis agar bisa segera
meningkatkan kondisi finansial usahanya.
Beberapa Hal yang Memengaruhi Net Working
Capital

• Modal kerja ini bisa berubah karena


perubahan pada beberapa hal yang mampu
mempengaruhinya. Perubahan pada aset dan
kewajiban, secara umum mampu
mempengaruhi nilai pada net working capital.
Berikut ini adalah beberapa hal yang mampu
mempengaruhi net working capital :

1. Tingkat perputaran Stok


Semakin cepat perputaran stok terjadi, maka
biaya yang diperlukan oleh perusahaan pun
akan semakin sedikit. Sebaliknya, stok yang
terlalu lama berputar akan membuat
pengeluaran menjadi semakin meningkat dan
berdampak pada nilai aset lancar yang dimiliki
oleh perusahaan.
2. Pendapatan Perusahaan
Pendapatan perusahaan yang mampu dihasilkan
perusahaan pun akan turut mempengaruhi nilai
net working capital. Laba yang didapatkan oleh
perusahaan dalam suatu kegiatan kerja
perusahaan akan membuat aset lancar yang
dimiliki menjadi meningkat, sehingga selisih
yang terjadi antara aset dan kewajiban pun akan
semakin besar juga.
3. Penjualan Saham Perusahaan
Ada juga variabel lain mampu meningkatkan
jumlah modal, yakni adanya penjualan saham.
Sebuah perusahaan yang melepaskan sahamnya
akan bisa memperoleh tambahan modal dari
kegiatan tersebut.
Hal tersebut tentunya akan berdampak juga
pada nilai aset perusahaan.
4. Penjualan Aset Tetap Perusahaan
Beberapa aset yang dimiliki perusahaan
memiliki kemungkinan sudah kurang produktif
ataupun menurun nilai ekonomis di dalamnya.
Daripada menjadi beban milik perusahaan, aset
tetap jenis ini juga dapat dijual.
Dana yang dihasilkan pun akan menjadi aset
lancar yang mampu memengaruhi nilai modal
perusahaan.
Cara Menghitung Net Working Capital

• Terdapat beberapa cara dan metode yang bisa


digunakan untuk menghitung modal kerja
bersih atau net working capital formula,
berikut ini rumus yang bisa digunakan.

Rumus Net Working Formula 1 :


NWC = Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar
Rumus Net Working Formula 2 :
NWC = Aktiva Lancar (dikurangi kas) – Kewajiban
Lancar (dikurangi hutang)

Rumus Net Working Formula 3 :


NWC = Piutang + Persediaan – Hutang

• Rumus net working capital yang pertama adalah


rumus yang paling banyak digunakan. Sedangkan
rumus yang kedua dan yang ketiga lebih jarang
digunakan karena hanya mencakup tiga
komponen saja.
Peran Penting Net Working Capital

• Net working capital memiliki peran penting agar suatu


bisnis bisa tetap solvent atau memiliki kemampuan
dalam membayar seluruh utangnya. Suatu bisnis bisa
dikatakan solvent hanya jika mereka mampu
mempunyai uang tunai yang sudah siap untuk
digunakan.

• Sebagai contoh sederhana, PT ABC mempunyai uang


tunai sebanyak 100 juta rupiah. Nah, bila perusahaan
tersebut menginvestasikan seluruh uang tunainya,
maka perusahaan tersebut sudah tidak lagi mempunyai
aset lancar yang cukup dalam melunasi kewajiban
lancar ataupun hutangnya
Analisis dan Penilaian Net Working Capital (NWC)

• Seperti yang sudah kita jelaskan sebelumnya, net


working capital dengan nilai yang positif lebih
baik daripada yang nilainya negatif.

• Perhitungan yang hasilnya positif akan


menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
kemampuan dalam membayar kewajiban
lancarnya dengan cepat tanpa harus
menambahkan utang baru ataupun investor.
Sehingga, perusahaan bisa melakukan pendanaan
ekspansi dengan menggunakan modalnya sendiri.
• Sedangkan modal kerja bersih yang negatif akan
menunjukkan kepada para kreditor dan investor
bahwa operasi perusahaan tidak bisa
menghasilkan pendapatan yang cukup dalam
mendukung pembayaran hutang bisnis pada saat
itu.

• Bila angka negatif tersebut bisa terus berlanjut


dari waktu ke waktu, maka perusahaan tersebut
mempunyai kemungkinan dalam menjual
beberapa aset jangka panjang yang menghasilkan
pendapatan dalam membayar kewajibannya pada
saat itu.
• Bila tren negatif pada net working capital ini terus
berlanjut, maka kemungkinan akan bisa
menyebabkan perusahaan mengalami
kebangkrutan.

• Namun, harus diketahui juga bahwa angka negatif


ini tidak selalu menandakan perusahaan tersebut
akan bangkrut. Hasil negatif tersebut bisa jadi
hanya mengindikasikan bahwa nilai likuiditas
dalam jangka pendek ini tidak sebaik dengan apa
yang sudah diharapkan.
• Terdapat beberapa faktor lain yang mampu
menyebabkan angka tersebut bisa menjadi negatif atau
positif. Contohnya, net working capital yang positif
tidak terlalu mempunyai arti jika perusahaan tidak
mampu merubah inventaris atau piutangnya menjadi
uang tunai dalam kurun waktu yang singkat.

• Di sisi lain, nilai net working capital yang negatif pun


tidak bisa dikatakan perusahaan berada dalam kondisi
yang buruk bila perusahaan yang bersangkutan
mempunyai akses ke pembayaran dalam jumlah yang
besar agar bisa memenuhi kewajiban jangka pendek,
seperti melalui jalur kredit.
Selamat belajar
Semoga sukses
Salam sehat

Anda mungkin juga menyukai