OLEH KELOMPOK V:
Komang Laksmi Arisusanti (1817051017)
Putu Yuni Artani (1817051057)
Ni Gusti Ayu Nila Suciadnyani (1817051105)
Luluk Thoyibah (1817051183)
Legawa Arta Purbawisesa (1817051189)
3
membayar utang dengan seluruh aktiva lancar yang dimilikinya. Perusahaan
masih kekurangan sebesar Rp200.000,00 untuk menutupi utangnya.
Meskipun kondisi dalam keadaan likuid, posisi keuangannya
mengkhawatirkan karena sisa harta lancar tinggal Rp200.000,00. Hal ini
berbahaya karena misalnya ada kewajiban lainnya, pada saat ditagih
perusahaan tidak mampu membayarnya. Jadi ukuran perusahaan yang baik
tidak hanya sekadar likuid saja, tetapi harus memenuhi standar likuiditas
tertentu sehingga tidak membahayakan kewajiban lainnya. Dalam praktiknya
standar likuiditas yang baik adalah 200% atau 2:1. Sebagai contoh di atas total
harta lancar Rp2.000.000,00, sedangkan total harta lancar Rp1.000.000,00.
Namun, standar likuiditas ini tidak mutlak dilakukan karena tergantung jenis
industrinya.
2. Tujuan dan Manfaat
Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi
berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling
berkepentingan adalah pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan guna
menilai kemampuan mereka sendiri. Kemudian, pihak luar perusahaan juga
memiliki kepentingan, seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi
perusahaan, misalnya perbankan. Atau juga pihak distributor atau supplier
yang menyalurkan atau menjual barang yang pembayaran secara angsuran
kepada perusahaan.
Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi
perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya
terdapat banyak manfaat atau tujuan analisis rasio likuiditas bagi perusahaan,
baik bagi pihak pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, dan pihak yang
memiliki hubungan dengan perusahaan seperti kreditor dan distributor atau
supplier.
Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio
likuiditas;
1) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk
4
membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas
waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah
kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun,
dibandingkan dengan total aktiva lancar.
3) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.
Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap
likuiditasnya lebih rendah.
4) Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan.
5) Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang.
6) Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang.
7) Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke
waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode
8) Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9) Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki
kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor),
investor, distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak
ketiga. Hal ini tergambar dari rasio yang dimilikinya. Kemampuan membayar
tersebut akan memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan
pinjaman selanjutnya. Kemudian, bagi pihak distributor adanya kemampuan
membayar mempermudah dalam memberikan keputusan untuk menyetujui
penjualan barang dagangan secara angsuran. Artinya, ada jaminan bahwa
pinjaman yang diberikan akan mampu dibayar secara tepat waktu. Namun,
5
rasio likuiditas bukanlah satu-satunya cara atau syarat untuk menyetujui
pinjaman atau penjualan barang secara kredit.
6
dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang
diberikan, dan aktiva lancar lainnya.
Utang lancar (current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan
jangka pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini segera harus dilunasi
dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari
utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak,
utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah
hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.
Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat
dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun,
apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang
baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin.
Untuk mengatakan suatu kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu
standar rasio yang digunakan, misalnya rata-rata industri untuk usaha yang
sejenis atau dapat pula digunakan target yang telah ditetapkan perusahaan
sebelumnya, sekalipun kita tahu bahwa target yang telah ditetapkan
perusahaan biasanya ditetapkan berdasarkan rata-rata industri untuk usaha
yang sejenis.
Dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar
200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik
atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti
itu, perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam jangka pendek.
Namun, sekali lagi untuk mengukur kinerja manajemen, ukuran yang
terpenting adalah rata-rata industri untuk perusahaan yang sejenis.
Rumus untuk mencari rasio lancar atau current rasio dapat yang
digunakan sebagai berikut.
( )
Current Ratio =
( )
7
memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek)
dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory).
Artinya nilai sediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva
lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relative
lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat
untuk membayar kewajiban nya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.
Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar, kemudian
dikurangi dengan nilai sediaan. Terkadang perusahaan juga memasukkan
biaya yang dibayar dimuka jika memang ada dan dibandingkan dengan
seluruh utang lancar.
Rumus untuk mencari rasio cepat (quick ratio) dapat digunakan sebagai
berikut:
Quick Ratio =
Atau
Quick Ratio =
8
Atau
Cash Ratio =
9
Inventory to NWC =
C. HASIL PENGUKURAN
Dapat diambil contoh hasil pengukuran rasio yang dapat kita lihat
kondisi dan posisi perusahaan seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini :
Standar
No Jenis Rasio 2005 2006
Industri
1. Current Ratio 2,2 kali 1,8 kali 2 kali
2. Quick Ratio 2,5 kali 2,2 kali 1,5 kali
3. Cash Ratio 80% 75% 50%
4. Cash Turn Over 7% 10% 10%
5. Inventory to net working capital 11% 15% 12%
Rasio lancar (current ratio), dapat dilihat dari tabel terjadi penurunan
sebanyak 2,2 ke 1,8 pada tahun 2006, hal ini kurang memuaskan karena
berada dibawah rata-rata industry
Penjelasan untuk hal yang kurang memuaskan dikarenakan standar rata-
rata current ratio adalah dua kali. Sehingga pada 2005 memperoleh hasil yang
sesuai standar rata-rata, namun pada tahun 2006 mengalami penurunan yang
mana nilai tersebut berada dibawah standar rata-rata. Melihat hal tersebut,
maka perusahaan perlu memperhatikan kondisi current ratio di tahun 2006
yang harus ditingkatkan kembali seperti tahun sebelumnya. karena hal ini
penting untuk keberlangsungan perusahaan guna menumbuhkan tingkat
kepercayaan berbagai pihak kepada perusahaan.
Hasil rasio cepat (quick ratio) juga mengali penurunan, yang mulanya
2,5 di tahun 2005 menjadi 2,2 di tahun 2006. Jika standar rata-rata industri
untuk quick ratio1,5 kali, kondisi perusahaan dapat dikatakan cukup
memuaskan walaupun terdapat penurunan.
Rasio pengukuran kas pada tahun 2005-2006 mengalami penurunan dari
80% ke 75%, apabila rata-rata industri 50%, perusahaan berada dalam kondisi
10
memuaskan. Namun hal tersebut masih perlu dioptimalkan karena rasio kas
yang tinggi menyebabkan kecurigaan karena manajemen masih perlu
meningkatkan pengelolaan dengan arti masih adanya kas yang idle
(menganggur) dan tentu saja ini dapat merugikan perusahaan.
Rasio perputaran kas mengalami kenaikan pada tahun 2005 ke tahun
2006 dengan nilai rasio 7% ke 10%. Hal ini menujukan bahwa perusahaan
baik dalam menutupi biaya perusahaan. apabila standar rata-rata industri rasio
perputaran kas 10%, maka kondisi perusahaan tidak memuaskan pada tahun
2005 karena masih dibawah standar rata-rata, namun pada tahun 2006
menunjukan kondisi memuaskan.
Untuk Inventory to net working capital juga mengalami kenaikan pada
tahun 2005-2006 sebesar 1% ke 15%. Jika standar rata-rata industri
menujukan nilai 12% maka pada tahun 2005 tidak dalam kondisi baik
sementara pada tahun 2006 mengalami kondisi yang baik karena berada diatas
standar rata-rata industri.
11
Daftar Pustaka
Neraca dan Laporan Laba Rugi tersebut merupakan milik PT Sungailiat Tbk tahun 2005 dan
2006.
1. Hitung berapa current ratio, quick ratio, cash ratio, rasio perputaran kas, dan inventory
to net working capital
2. Berikan komentar Anda jika standar industri untuk current ratio, 1,5 kali; quick ratio,
1,1 kali; cash ratio 40%; rasio perputaran kas 9% dan inventory to net working capital
15%.
Jawaban:
1. Perhitungan:
a) Rasio Lancar (Current Ratio)
Current Asset
Current Ratio =
Current Liabilities
c) Cash Ratio
Jika rata-rata standar industri untuk cash ratio adalah 40%, maka keadaan perusahaan
untuk tahun 2005 dapat dikatakan lebih baik dari perusahaan lain karena rasio
perusahaan lebih tinggi dari standar industri. Sedangkan untuk tahun 2006, keadaan
perusahaan dapat dikatakan lebih baik dari perusahaan lain. Namun kondisi rasio kas
yang terlalu tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang belum
digunakan secara optimal.
d) Rasio Perputaran Kas
Jika rata-rata standar industri untuk rasio perputaran kas adalah 9%, maka keadaan
perusahaan untuk tahun 2005 dan 2006 masih kurang baik karena rasio perputaran kas
masih jauh dari rata-rata industri.
e) Inventory to Net Working Capital
Jika rata-rata industri untuk inventory to net working capital adalah 15%, maka kondisi
perusahaan untuk tahun 2005 dan 2006 adalah sangat baik, karena berada diatas rata-
rata industry. Yang artinya perusahaan melakukan peningkatan inventory to net
working capital dari tahun sebelumnya.