Anda di halaman 1dari 14

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI (BAGIAN 1)

DAN KASUS WELSCH 6-2 & 7-2

Kelas M/Kelompok 5
Disusun oleh:

1. Nurul Fajriah 041611333014


2. Ayesha Badzlina Trifani 041611333012
3. Fitri Ratnasari 041611333016
4. Roudatul Hasanah 041611333099
5. Alfi Wahyu Tifani 041611333106
6. Dani Eka Sulistiyowati 041611333108
7. Kharisma Elfianda Hamidlal 041611333241

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga
2018
ANGGARAN PRODUKSI
Anggaran ProduksiAnggaran produksi dilakukan oleh eksekutif pabrik setelah menerima
rencana penjualan yg. telah disetujui/ditetapkan eksekutif perencanaan.
Anggaran Produksi dalam arti luas, adalah penjabaran Rencana Penjualan menjadi Rencana
Produksi yang meliputi :
- Perencanaan Volume Produksi
- Kebutuhan Persediaan
- Kebutuhan Bahan Baku
- Tenaga Kerja
- Kapasitas Produksi
Anggaran produksi dalam arti sempit, adalah suatu perencanaan volume barang yang harus
diproduksi perusahaan agar sesuai dengan/guna menunjang volume penjualan yang telah
diren- canakan ditetapkan.Anggaran Produksi menentukan jumlah barang yang direncanakan
untuk diproduksi selama periode anggaran.

● Langkah penyusunan Anggaran Produksi :


1. Menetapkan kebijakan-2 tingkat persediaan
2. Merencanakan jumlah produksi setiap jenis produk selama periode anggaran
3. Membuat skedul produksi untuk periode yang lebih pendek (bulan atau
triwulan)
● MANFAAT MENYUSUN ANGGARA PRODUKSI
Seiring dengan manfaat menyusun anggaran secara umum, maka manfaat menyusun
anggaran produksi dapat dikelompokkan menjadi 2 (Dua) yaitu:
A. Manfaat secara umum
Manfaat anggaran secara umum adalah sebagai pedoman kerja,
pengkordinasian kerja dan pengawasan kerja.
B. Manfaat secara khusus
1. Untuk menunjang kegiatan penjualan sehingaa produk dapat
disediakan sesuai dengan waktu yang sudah direncanakan
2. Menjaga tingkat persediaan yang memadai (supaya persediaan tidak
terlalu besar dan tidak terlalu kecil)
3. Mengatur produksi agar biaya-biaya produksi dapat ditekan seminimal
mungkin
● Faktor-faktor yang mempengaruhi Anggaran Produksi
Anggaran produksi seperti dihitung berdasarkan anggaran penjualan
menentukan anggaran penggunaan bahan, anggaran pembelian bahan, anggaran
biaya upah buruh atau anggaran biaya tenaga kerja langsung, dan anggaran biaya
ovehead pabrik. Perencanaan dan penjadwalan produksi adalah tugas pabrik yang
menyangkut penentuan jumlah barang yang diproduksi dan penentuan waktu
produksi. Oleh sebab itu faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran
produksi antara lain adalah :
1. Rencana penjualan yang tertuang dalam anggaran penjualan,
2. Kapasitas pabrik dan peralatan pabrik yang tersedia termasuk teknologi yang
digunaikan,
3. Tenaga buruh termasuk rekruitmen, pelatihan, penempatan, penggpahan, dan
pemutusan hubungan kerja,
4. Bahan baku termasuk teknik transportasi dan pergudangan, dan
5. Modal kerja untuk menjalankan proses produksi
ANGGARAN WIP DAN FINISHED GOODS

a. Pembuatan Kebijakan Persediaan


i. Fungsi-fungsi utama perusahaan dan kaitanya terhadap permintaan
persediaan :
1. Penjualan
Persediaan barang jadi dibutuhkan dalam memenuhi demand
dari pasar
1. Produksi
Persediaan BB dan BB tidak langsung yang dibeli dalam
jumlah besar dibutuhkan untuk memastikan kelangsungan
aktivitas produksi.
1. Pembelian
Pembelian dengan EOQ memberikan nilai cost paling minimal
bagi perusahaan
1. Pembiayaan
Tingkat persediaan yang rendah dapat menyediakan dana bagi
pembiayaan aktiva lain, serta dapat menekan carrying cost
persediaan
i. Kebijakan Persediaan harus meliputi :
1. Penetapan standar persediaan seperti tingkat maksimum dan
minimum
2. Aplikasi teknik dan metode yang menjamin standar persediaan yang
direncanakan
ii. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menetapkan kebijakan
persediaan barang jadi :
1. Kuantitas yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan penjualan
2. Daya tahan produk
3. Panjangnya periode produksi
4. Fasilitas penyimpanan
5. Kecukupan modal untuk membiayai produksi persediaan sebelum
penjualan
6. Kebutuhan waktu distribusi
7. Carrying cost
8. Safety Stock BB dan BB tidak langsung
9. Safety Stock tenaga kerja
10. Perlindungan kenaikan harga
11. Risiko-risiko dalam persediaan seperti inflasi, keuangan, pencurian,
turunnya demand penjualan, dll
iii. Lima metode penetapan kebijakan persediaan
1. Persediaan Bulanan
2. Batas Maksimum
3. Batas Maksimum dan Minimum
4. Jumlah Spesifik
5. Jumlah Pergantian Persediaan
b. Penetapan Kebijakan Produksi
i. Keuntungan tingkat produksi yang stabil :
1. Stabilitas pekerjaan yang menimbulkan peningkatan moral dan
efisiensi tenaga kerja, daya tarik bagi karyawan bermutu, dan
pengurangan biaya pelatihan karyawan baru
2. Pembelian BB dan BB tidak langsung yang ekonomis
3. Pemanfaatan fasilitas pabrik yang lebih baik
c. Kecukupan Fasilitas Produksi
i. Kapasitas potensial atau maksimum
ii. Kapasitas normal atau praktis : tingkat dimana perusahaan dapat
beroperasi seefektif mungkin
iii. Kapasitas tidak terpakai : perbedaan kapasitas aktivitas aktual dan
kapasitas normal
iv. Kapasitas titik impas : tingkat aktivitas pada BEP
v. Kapasitas dapat dinyatakan dalam unit/kuantitas output, tenaga kerja
langsung, jam mesin langsung, nilai penjualan produk, HPP, maupun berat
total
d. Ketersediaan Bahan Baku dan Tenaga Kerja
Rencana produksi sangat dipengaruhi oleh tersedianya bahan baku,
suku cadang, dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Tersedianya bahan baku
dipengaruhi juga oleh faktor seperti harga, daya tahan, pembelian ekonomis,
dan pertimbangan kualitas. Tersedianya tenaga kerja yang mempunyai
keahlian dan waktu serta biaya untuk melatih karyawan, adalah variabel yang
penting yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan produksi.
System Perencanaan Kebutuhan Bahan (PKB) merupakan satu jenis
pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah perencanaan
produksi. Factor lain yang mempengaruhi perencanaan produksi adalah
persediaan produk dalam proses. Jika tidak ada fluktuasi besar direncanakan
dalam persediaan ini selama tahun tersebut, tidak akan ada pengaruh yang
besar terhadap produksi. Oleh karena itu, fluktuasi persediaan dalam
perencanaan produksi dapat diabaikan. Namun, apabila perubahan penting
harus direncanakan dalam persediaan produk dalam proses, perubahan
tersebut harus diperhitungkan dalam perencanaan produksi.

a. Perencanaan Kebutuhan Bahan


Perencanaan Kebutuhan Bahan (PKB) atau Material Requirements
Planning (MRP) adalah teknik untuk mengkoordinasi produksi dalam
berbagai tahapan lingkungan produksi dengan banyak suku cadang, bahan,
sub-perakitan, komponen, dan produk jadi. System PKB dimulai dengan
jadwal induk untuk produk akhir yang dibutuhkan. Jadwal ini akan membantu
selama proses produksi untuk menetapkan kapan dan berapa banyak dari tiap
bahan, suku cadang, atau perakitan suku cadang yang dibutuhkan. Oleh karena
itu, kebutuhan akan suku cadang dan bahan ditentukan dari jadwal produksi
produk jadi.
System PKB sering berhubungan secara integral dengan proses
penganggaran produksi. Biaya yang terbagi untuk bahan dan tenaga kerja
adalah bahan utama dalam system PKB dan penyusunan anggaran. Selain itu,
penjadwalan kebutuhan bahan, suku cadang, dan tenaga kerja dalam system
PKB menjadi dasar untuk penyusunan anggaran masukan ini dalam system
PPL.
Dua file data utama yang digunakan dalam system PKB :
1. File induk item-item persediaan
File induk persediaan mendata semua item, bahasa, dan suku cadang
dalam persediaan. File ini berisi berbagai data teknis dan akuntansi
biaya dari setiap suku cadang atau bahan
1. File struktur produk.
File struktur produk berisi rincian untuk produksi semua item yang
diproduksi setengah jadi dan produk akhir.
a. Produksi Just In Time
Ciri utama dari lingkungan produksi modern yang mendasari JIT
adalah sebagai berikut :
1. Tidak efisien dan mahal menyimpan persediaan yang besar sebagai
persediaan pengamanan dari bahan baku, produk setengah jadi, atau
produk jadi. Oleh karena itu, persediaan keamaan harus diminimalisi.
2. Waktu persiapan/penyetelan mesin untuk produksi dapat diminimalisir
melalui penggunaan robot dan penelitain perbaikan proses. Oleh
karena itu, seringnya penyetelan mesin untuk produksi adalah tidak
efisien.
3. Kualitas yang sangat tinggi dari produk setengah jad dan produk jadi
harus dicapai sebagai upaya untuk mengurangi kebutuhan akan
persediaan pengamanan.
Berkenaan dengan pertimbangan ini, banyak perusahaan yang
menerapkan pendekatan produksi yang disebut produk Just In Time (JIT). JIT
adalah konsep produksi dimana tidak ada yang dibeli atau diproduksi sampai
sebelum dibutuhkan. Penggunaan pendekatan JIT pada produksi atas
penggunaan system perencanaan produksi PKB tidak mengubah pentingnya
atau prosedur yang digunakan dalam penyusunan anggaran produksi yang
berhubungan dengan system PPL yang lengkap terpadu. Namun proses
penyusunan anggaran harus mencerminkan implikasi untuk tingkat persediaan
yang lebih rendah dan pembelian yang lebih sering terdapat dalam pendeketan
JIT dan produksi yang berkesinambungan mengikuti impilkasi-implikasi dari
lingkungan PKB.
ANGGARAN PEMBELIAN DAN PEMAKAIAN BAHAN BAKU
A. Anggaran Pembelian Bahan Baku
Anggaran pembelian bahan baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang
harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan
secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian.
Apabila jumlah bahan baku yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan
berbagai resiko, misalnya bertumpuknya bahan baku di gudang yang mungkin itu
dapat mengakibatkan penurunan kualitas, terlalu lamanya bahan baku yang bergiliran
untuk diproses, atau biaya penyimpanan yang menjadi lebih besar. Apabila jumlah
bahan baku yang dibeli terlalu kecil, juga akan mendatangkan resiko berupa
terhambatnya kelancaran proses produksi akibat kehabisan bahan baku, serta
timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan baku pengganti secepatnya.
● Jumlah pembelian yang paling ekonomis (economical order quantity)
Hal yang perlu dipikirkan oleh perusahaan selain besarnya kebutuhan
juga besarnya jumlah bahan baku setiap kali dilakukan pembelian, yang
menimbulkan biaya paling rendah tetapi tidak mengakibatkan kekurangan
bahan baku. Jumlah pembelian dapat dihitung dengan EOQ ( Economical
Order Quantity ). Dalam EOQ ini dipertimbangkan 2 jenis biaya yang
bersifat variabel, yaitu :
a. Biaya Pemesanan
Yaitu biaya - biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan
pemesanan bahan baku. Biaya ini berubah - ubah sesuai dengan
frekuensi pemesanan, semakin tinggi pemesanannya semakin tinggi
pula biaya pemesanannya. Sebaliknya biaya ini berbanding terbalik
dengan jumlah (kuantitas) bahan baku setiap kali pemesanan. Hal ini
disebabkan karena semakin besarnya jumlah setiap kali pemesan
dilakukan, berarti frekuensi pemesanan menjadi semakin rendah.

b. Biaya Penyimpanan
Yaitu biaya - biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan
penyimpanan bahan baku yang telah dibeli. Biaya ini juga berubah
sesuai dengan jumlah bahan baku yang disimpan. Semakin besar
jumlah bahan baku setiap kali pemesanan maka biaya penyimpanan
akan semakin besar pula. Jelaslah bahwa biaya penyimpanan
mempunyai sifat yang berlawanan dengan biaya pemesanan.

● Waktu pembelian bahan mentah


Untuk menjaga kelancaran proses produksi tidak cukup ditentukan
jumlah bahan baku yang harus dibeli. Harus ditentukan pula kapan pemesanan
bahan baku harus dilakukan agar bahan baku itu dapat datang tepat pada
waktu yang dibutuhkan. Bahan baku yang datang terlambat akan
mengakibatkan terganggunya kelancaran proses produksi. Kadang-kadang
perlu dicari bahan baku pengganti agar proses produksi tidak terhenti. Biaya-
biaya yang terpaksa dikeluarkan karena keterlambatan datangnya bahan baku
disebut Stock Out Cost.
Sebaliknya, bahan mentah yang datangnya terlalu awal akan
menimbulkan masalah pula. Harus disediakan tempat penyimpanan dan harus
ditanggung pula biaya pemeliharaan ekstra. Biaya-biaya yang dikeluarkan
karena bahan baku datang terlalu awal disebut Extra Carrying Cost.
Karena itu dalam menentukan waktu pemesanan bahan baku perlu
diperhatikan faktor lead time. Lead time adalah jangka waktu sejak
dilakukannya pemesanan sampai datangnya bahan baku yang dipesan dan siap
untuk digunakan dalam proses produksi. Setelah diperhitungkan faktor lead
time, maka akan dapat ditentukan waktu Reorder point. Reorder Point
adalah saat dimana harus dilakukan pemesanan kembali bahan baku yang
diperlukan.
Jadi, untuk merencanakan pemesanan bahan baku periode mendatang,
perlu diperhatikan faktor lead time, extra carrying cost, stock out cost. Dalam
melakukan pengamatan dengan data historis, harus dilakukan dengan beberapa
data untuk kemudian dihitung berapa probabilitasnya dari total penamatan.

B. Anggaran Persediaan Bahan Baku


Dalam penyusunan anggaran kebutuhan bahan baku dan anggaran pembelian
bahan baku dimuka, tampak bahwa masalah nilai persediaan awal dan persediaan
akhir bahan baku selalu diperhitungkan. Setiap perusahaan mempunyai kebijaksanaan
dalam menilai persediaan yang berbeda.
Tetapi pada dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat
dikelompokan menjadi:
a. Kebijakan FIFO (First in First out)
b. Kebijakan LIFO (Last in First out)
Dalam kebijaksanaan FIFO, bahan mentah yang lebih dahulu digunakan
untuk produksi adalah bahan mentah yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga
sering diterjemahkan masuk pertama keluar pertama. Dengan kata lain, penilaian
bahan baku di gudang nilainya diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya.
Perlu diperhatikan dahulu oleh perusahaan, kebijaksanaan mana yang akan
dipilih. Hal penting dalam rangka penyusunan Anggaran Persediaan Bahan Baku dan
Anggaran Biaya Bahan Baku yang habis digunakan, karena adanya perbedaan faktor
perbedaan harga dari waktu ke waktu. Harga bahan baku mungkin berbeda dari
waktu ke waktu, dan ini perlu diperhatikan karena nilai bahan baku yang ada di
dalam gudang dan dipakai untuk produksi juga berbeda dari waktu ke waktu.
Karena itu harus diperhitungkan, apakah bahan mentah digunakan secara LIFO atau
FIFO. Salah satu tujuan penyusunan Anggaran Perusahaan Bahan Baku adalah
untuk pengawasan, tingkat persediaan bahan baku di gudang yang tidak
terkontrol akan sangat membahayakan perusahaan sendiri. Dengan mendasarkan
diri pada Anggaran Persediaan Bahan Baku, maka dapat dilihat apakah
penggunaan bahan baku dan bahan baku yang tersisa sebagai persediaan sesuai
dengan rencana semula ataukah terjadi penyimpangan. Besarnya bahan baku yang
harus tersedia untuk kelancaran proses produksi tergantung pada beberapa faktor,
seperti :
1. Volume produksi selama satu periode waktu tertentu (dapat dilihat pada
Anggaran Produksi).
2. Volume Bahan Baku Minimal, yang disebut safety stock (persediaan
besi).
3. Besarnya pembelian yang ekonomis.
4. Estimasi tentang naik turunnya harga bahan baku pada waktu-waktu
mendatang.
5. Biaya-biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku.
6. Tingkat kecepatan bahan baku rusak.

C. Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan Dalam Produksi


Tentu tidak semua bahan baku yang tersedia akan habis digunakan untuk
produksi. Hal ini disebabkan karena 2 hal, yakni :
1. Perlu adanya persediaan akhir, yang akan menjadi persediaan awal
periode berikutnya.
2. Perlu adanya persediaan besi agar kelangsungan produksi tidak
terganggu akibat kehabisan bahan baku.
Bahan mentah yang telah digunakan dalam proses produksi harus
dihitung nilainya. Rencana besarnya nilai bahan baku yang habis digunakan
dalam proses produksi dituangkan dalam suatu anggaran tersendiri disebut
Anggaran Bahan Baku yang Habis Digunakan. Manfaat disusunnya Anggaran Bahan
Baku yang Habis Digunakan antara lain adalah :
1. Untuk keperluan Produk Costing, yaitu perhitungan harga pokok
barang yang dihasilkan perusahaan.
2. Untuk keperluan pengawasan penggunaan bahan baku.
Bentuk Dasar Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan Dalam
anggaran ini standar penggunaan bahan baku masih diperhatikan, tetapi tidak
dicantumkan pada Anggaran Kebutuhan Bahan Baku. Anggaran biaya bahan baku
yang habis digunakan perlu merinci hal-hal :
1. Jenis bahan baku yang digunakan.
2. Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang habis digunakan untuk
produksi.
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan baku.
4. Nilai masing-masing bahan baku yang habis digunakan dalam proses
produksi.
5. Jenis barang yang (dihasilkan dan) menggunakan bahan baku.
KASUS 6-2

PEMBAHASAN KASUS
KASUS 6-2
1. Anggaran Produksi tahunan
Anggaran Produksi
Menurut Waktu
Untuk Tahun yang berakhir pada 31 Desember 19B

2. Jadwal penjualan, produksi, dan tingkat persediaan bulanan, dengan asumsi :


a. Persediaan yang stabil

b. Produksi yang stabil

c. Tingkat persediaan yang kita rekomendasikan


Jadi kita lebih merekomendasikan menggunakan kebijakan tingkat produksi yang stabil di
setiap bulannya, karena dengan jumlah unit yang diproduksi stabil setiap bulannya akan lebih
menguntungkan bagi perusahaan tersebut, selain itu disisi pegawai bagian produksi juga tidak
harus bekerja sampai malam atau lembur untuk memenuhi target produksi yang setiap
bulannya tidak tentu (produksi yang naik dan turun secara signifikan). Selain itu, dengan
produksi yang stabil akan mengurangi biaya overhead (biaya listrik) perusahaan setiap
bulannya, karena apabila pada bulan tertentu perusahaan memproduksi barang dengan jumlah
yang lebih besar hal tersebut juga akan meningkatkan biaya listrik pada bulan tersebut.
Sehingga dengan tingkat produksi yang stabil perusahaan akan menanggung biaya listrik
yang sama setiap bulannya.
3. Masalah utama yang dihadapi perusahaan dalam perencanaan produksi
Masalah utama perusahaan adalah ketika perencanaan produksi perusahaan tidak sejalan
dengan realita yang ada, dimana pada saat terjadi suatu insiden yang tidak terduga misalnya
kebakaran perusahaan tidak bisa memenuhi permintaan pasar karena persediaan barang jadi
dan bahan baku produksi terbakar pada saat itu.
KASUS 7-2
1. Schedule untuk “unit bahan baku X yang diperlukan untuk produk B”
Schedule 24
Nite Company
Budget Bahan Baku dalam Unit
Periode 31 Desember xxxx

Produk B
Total Bahan
Perencanaan Unit Bahan yang Baku
Diperlukan

Bahan X

Januari 10.000 3 30.000 30.000

Februari 12.000 3 36.000 36.000

Maret 14.000 3 42.000 42.000

Total

Quarter 1 36.000 3 108.000 108.000

Quarter 2 42.000 3 126.000 126.000

Quarter 3 35.000 3 105.000 105.000

Quarter 4 30.000 3 90.000 90.000

Total 143.000 429.000 429.000

2. Budget pembelian bulan Januari - Maret


Schedule 26
Nite Company
Budget Pembelian
Periode 31 Desember xxxx(Januari-Maret)

Persediaan
Unit yg Pers. Total Pers.
diperluk Akhir Unit Awal Unit Harga Jumlah
an @

Bahan X
Januari 30.000 18.000 48.000 15.000 33.000 5.50 181.500

Februari 36.000 21.000 57.000 18.000 39.000 214.500

Maret 42.000 63.000 105.000 21.000 84.000 462.000

Total 108.000 63.000 171.000 54.000 156.000 858.000

3. Rekomendasi Laporan Untuk Kerja selama bulan Januari


Laporan Untuk Kerja

Penyimpangan
Aktual Rencana
Jumlah Persen

Bahan X

Unit Dibeli 30.000 33.000 3000 9

Harga Per Unit $5,00 $5.50 $0.50 9

Biaya $150.000 $165.000 5000 3

Rasio - - - -
Perputaran
Persediaan

Analisa:
● Produksi Aktual Produk B sebanyak 10.500 bertambah 500 unit dari yang
direncanakan.
● Bahan baku yang dibeli sebanyak 30.000,berkurang 3000 dari yang direncanakan.
● Harga per Unit terdapat selisih $ 0.50 dari yang direncanakan $ 5.50 yang
kemungkinan perusahaan mendapatkan potongan harga karena membeli banyak,atau
perusahaan menemukan vendor yang menawarkan harga lebih murah.
● Dengan persediaan akhir sebanyak 15.000 dan perusahaan membeli 30.000,maka
persediaan bulan januari sebesar 45.000 dan harus menyisakan 18.000 untuk bulan
februari,maka persediaan yang digunakan seharusnya 27.000
● Dengan peningkatan produksi produk B,maka mengakibatkan bahan X yang
seharusnya terpakai 27.000 menjadi 31.610. sehingga menyisakan 13.390 unit untuk
bulan februari.

Anda mungkin juga menyukai