Anda di halaman 1dari 17

PERTEMUAN 14 DAN PERTEMUAN 15

PENGENDALIAN AKTIVITAS PRODUKSI DAN KAPASITAS

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang “Sistem Manufacturing Modern”.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Mampu memberikan penjelasan tentang pengendalian aktivitas
produksi dan kapasitas

B. URAIAN MATERI

Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan salah satu fungsi yang


terpenting dalam usaha mencapai tujuan perusahaan. Yang dimaksud dengan
perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan
produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik.
Perencanaan produksi adalah aktivitas untuk menetapkan produk yang diproduksi,
jumlah yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan sumber-sumber
yang dibutuhkan. Pengendalian produksi adalah aktivitas yang menetapkan
kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana,
kemampuan produksi berjalan sesuai rencana, melakukan perbaikan rencana.
Tujuan utamanya adalah memaksimumkan pelayanan bagi konsumen,
meminimumkan investasi pada persediaan, perencanaan kapasitas, pengesahan
produksi dan pengesahan pengendalian produksi, persediaan dan kapasitas,
penyimpanan dan pergerakan material, peralatan, routing dan proses planning, dan
sebagainya.

Tujuan dan Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Produksi


1. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi
Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi adalah sebagai berikut:
a. Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien
dan efektif.

1
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
b. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal
seoptimal mungkin.
c. Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas.
d. Untuk dapat memperoleh keuntungan yang cukup bagi perusahaan.
2. Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi
Fungsi dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah:
a. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah
produk sebagai fungsi dari waktu.
b. Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan
ramalan permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan
tersebut jika terjadi penyimpangan.
c. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan
baku yang akan dibeli.
d. Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis.
e. Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat
tertentu.
f. Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan
rencana persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi pada
saat yang ditentukan.
g. Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin
dan tenaga kerja yang terperinci.

Tingkatan Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Sistem pengendalian dan perencanaan produksi terbagi ke dalam tiga
tingkatan:
1. Perencanaan jangka panjang (long range planning)
Perencanaan ini meliputi kegiatan peramalan usaha, perencanaan jumlah
produk dan penjualan, perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan
bahan, dan perencanaan finansial.
2. Perencanaan jangka menengah (medium range planning)
Perencanaan jangka menengah meliputi kegiatan berupa perencanaan
kebutuhan kapasitas (capacity reqiurement planning), perencanaan
kebutuhan material (material requirement planning), jadwal induk

2
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
produksi (master production schedule), dan perencanaan kebutuhan
distribusi (distribution requirement planning).
3. Perencanaan jangka pendek (short range planning)
Perencanaan jangka pendek berupa kegiatan penjadwalan perakitan produk
akhir (final assembly schedule), perencanaan dan pengendalian input-
output, pengendalian kegiatan produksi, perencanaan dan pengendalian
purchase, dan manajemen proyek.

Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi meliputi:


a. Peramalan kuantitas permintaan
b. Perencanaan pembelian/pengadaan: jenis, jumlah, dan waktu
c. Perencanaan persediaan (inventory): jenis, jumlah, dan waktu
d. Perencanaan kapasitas: tenaga kerja, mesin, fasilitas
e. Penjadwalan produksi dan tenaga kerja
f. Penjaminan kualitas
g. Monitoring aktivitas produksi
h. Pengendalian produksi
i. Pelaporan dan pendataan

Pengertian Sistem Manufaktur

Istilah manufaktur banyak digunakan di kalangan industri dan akademis,


namun pengertian manufaktur masih rancu hingga saat ini. Pengertian mengenai
manufaktur yaitu sebagai berikut :
1. Manufaktur (manufacturing) adalah kumpulan operasi dan aktivitas yang
saling berhubungan untuk membuat suatu produk, meliputi : Perancangan
produk, pemilihan material, perencanaan proses, perencanaan produksi,
produksi, inspeksi, manajemen, dan pemasaran.
2. Produksi (manufacturing production) adalah serangkaian proses yang
dilakukan untuk membuat produk.
3. Proses produksi manufaktur (manufacturing process) adalah aktivitas
sistem manufaktur terkecil yang dilakukan untuk membuat produk, yaitu
proses permesinan maupun proses pembentukan lainnya.

3
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
4. Rekayasa manufaktur (manufacturing engineering) adalah kegiatan
perancangan, operasi, dan pengendalian proses manufaktur.
5. Sistem manufaktur (manufacturing system) adalah suatu organisasi yang
melaksanakan berbagai kegiatan manufaktur yang saling berhubungan,
dengan tujuan menjembatani fungsi produksi dengan fungsi-fungsi lain di
luar fungsi produksi, agar dicapai performansi produktivitas total sistem
yang optimal, seperti : waktu produksi, ongkos, dan utilitas mesin.
Aktivitas sistem manufaktur termasuk perancangan, perencanaan,
produksi, dan pengendalian. Fungsi lain di luar sistem manufaktur, yaitu:
akuntansi, keuangan, dan personel.

Klasifikasi Sistem Manufaktur

Terdapat berbagai klasifikasi sistem manufaktur, antara lain:


1. Tipe produksi : Bertrand, Wortman & Wijngaard (1990)
mengklasifikasikan sistem manufaktur berdasarkan tipe produksi menjadi
4 kategori, yaitu:
a. Make to Stock (MTS)
Pada strategi MTS, persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir yang
siap dipak. Siklus dimulai ketika perusahaan menentukan produk,
kemudian menentukan kebutuhan bahan baku, dan membuatnya untuk
disimpan. Konsumen akan memesan produk jika harga dan spesifikasi
produk sesuai dengan kebutuhannya. Operasi difokuskan pada
kebutuhan pemenuhan tingkat persediaan dan order yang tidak
diidentifikasi pada proses produksi. Sistem produksi mengembangkan
tingkat persediaan yang didasarkan pada order yang akan datang,
bukan pada order sekarang. Pada strategi ini, resiko persediaan lebih
besar. Contoh produk: makanan, minuman, mainan, dan lain-lain.
b. Assemble to Order (ATO)
Strategi ATO, semua subassembly masuk pada persediaan. Ketika
order suatu produk datang, perusahaan dapat dengan cepat merakit
komponen menjadi produk jadi. Strategi ini digunakan oleh perusahaan
yang mempunyai produk modular, yang dapat dirakit menjadi
4
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
beberapa produk akhir. Strategi ini mempunyai ’moderate risk’
terhadap investasi persediaan. Operasi lebih difokuskan pada modul
atau part. Contoh produk: automobile, elektronik, komputer komersil,
restoran fast food yang menyediakan beberapa paket makanan, dan
lain-lain.
c. Make to Order (MTO)
Strategi MTO mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk
desain produk dan beberapa bahan baku standar, sesuai dengan produk
yang telah dibuat sebelumnya. Aktivitas proses berdasarkan order
konsumen. Aktivitas proses dimulai pada saat konsumen menyerahkan
spesifikasi produk yang dibutuhkan dan perusahaan akan membantu
konsumen menyiapkan spesifikasi produk, beserta harga dan waktu
penyerahan. Apabila telah dicapai kesepakatan, maka perusahaan akan
mulai membuat komponen dan merakitnya menjadi produk dan
kemudian menyerahkan kepada konsumen. Pada strategi ini, resiko
terhadap investasi persediaan kecil, operasionalnya lebih fokus pada
keinginan konsumennya. Contoh produk: komponen mesin, komputer
untuk riset, dan lain-lain.
d. Engineering to Order (ETO)
Dalam ETO, tidak ada persediaan. Produk belum dibuat sebelum ada
order. Ketika order datang, perusahaan akan mengembangkan desain
produk berserta waktu dan biaya yang diperlukan. Apabila
rancangannya disetujui konsumen, maka produk baru dibuat. Strategi
ini tidak mempunyai resiko (zero risk) persediaan. Dan cocok untuk
produk baru atau unik. Misalnya: Kapal, komputer untuk militer,
prototype mesin baru, dan lain-lain. Operasi lebih difokuskan pada
spesifikasi order dari konsumen daripada partnya itu sendiri.
Penggambaran masing-masing strategi ini dapat dilihat pada gambar
1.1, dan karakteristiknya dapat dilihat pada tabel 1.1.

Gambar 1.1. Klasifikasi Sistem Manufaktur Berdasarkan Tipe Produksi

Tabel 1.1. Karakteristik Berbagai Sistem Manufaktur

5
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
Karak
MTS ATO MTO ETO
Teristik

Tidak
Keluarga punya
Customized
Produk Standard produk keluarga
total
tertentu produk,
customized
Tidak
Kebutuhan Dapat dapat
produk diramalkan dira
malkan
Tidak
Dapat dapat
Kapasitas
direncanakan diren
canakan
Tidak
penting
Waktu produksi Penting Penting Sangat penting
bagi
pelanggan
Kunci Perakitan Fabrikasi,
Logistik Seluruh proses
persaingan akhir perakitan akhir
Kompleksitas Manufaktur Engi
Distribusi Perakitan
Operasi komponen neering
Ketidakjelasan
Terendah Tertinggi
Operasi
Fokus Kontrak
Marketing/
manajemen Inovasi Kapasitas order
distribusi
puncak pelanggan
Fokus MPS Shop Mana
Kontrol
manajemen dan floor jemen
stock
menengah order control, proyek

6
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
pelanggan pelanggan

a. Sistem Manufaktur MTO-repetitif

Sistem manufaktur Make to Order (MTO) adalah sistem manufaktur yang


beroperasi berdasarkan pesanan. Sistem manufaktur ini dibagi lagi menjadi MTO
non-repetitif dan MTO repetitif. Beberapa parameter yang membedakan kedua
sistem MTO ini dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2. Perbedaan antara Sistem Produksi MTO Repetitif & Non-Repetitif

MTO MTO Non-

Repetitif Repetitif

Pesanan
tidak
Pesanan
berulang
berulang
Karakteristik atau
dalam
pesanan berulang
waktu
dalam
singkat
jangka
panjang
Dilakukan
dengan
meningkatkan
efisiensi Dilakukan
Tindakan
setup dengan
untuk
dan meningkatkan
mengulang
mengatur efisiensi
setup
order setup
yang
akan
diproses
7
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
Kedua sistem MTO ini umumnya memiliki sistem produksi job shop, agar bisa
mengakomodasikan order dengan ukuran yang kecil dan spesifikasi setiap order
yang berbeda. Akan tetapi, untuk beberapa sistem manufaktur MTO yang
berperan sebagai sub-kontraktor dapat memiliki sistem produksi flow shop, karena
adanya kesamaan proses dalam sistem order yang diterima, misalnya sub-
kontraktor produk semi konduktor, perusahaan pembuat tirai alumunium untuk
jendela rumah dengan berbagai ukurannya, dan pabrik pengolahan karet alami.

Sistem produksi flow shop umumnya merupakan sistem produksi untuk sistem
manufaktur make to stock (MTS) yang cenderung untuk memproduksi produk-
produk dalam jumlah besar dan variasi yang sedikit. Pada sistem manufaktur
MTS, peningkatan performansi stasiun kerja dilakukan dengan memeperbaiki cara
kerja yang dilakukan di setiap stasiun. Sistem manufaktur MTO dapat juga
memiliki sistem produksi flow shop, tetapi peningkatan performansi stasiun kerja
tidak hanya dilakukan dengan memperbaiki cara kerja melainkan juga dengan
mengatur urutan order-order yang akan diproses. Parameter-parameter lain yang
membedakan sistem MTO repetitif dengan sistem MTS dapat dilihat pada tabel
1.3.

Tabel 1.3. Perbedaan antara Sistem Manufaktur MTO Repetitif

Flow Shop dan Make to Stock Flow Shop

MTO

MTS

Repetitif

Flow Shop

Flow Shop

Respons Memperkecil Mencari


terhadap waktu jumlah
fluktuasi penyelesaian inventori

8
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
demand yang sesuai
Tidak
Persediaan ada
produk (siklus ada
jadi pemesanan
besar)
Saat
Sesuai
mulai Jika ada
hasil
proses pesanan
peramalan
produksi

Tergantung Sesuai
Jumlah
hasil
yang jumlah perencanaan
diproduksi
pesanan produksi

Perencanaan
Perencenaan Perencanaan jumlah
produksi yang
kapasitas
diproduksi

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa sistem produksi untuk sistem
manufaktur MTO dapat berupa job shop maupun flow shop yang ditentukan oleh
karakteristik urutan pengertian setiap order. Sistem MTO repetitif memiliki
sistem produksi job shop, apabila urutan pengerjaannya tidak mengikuti suatu
aliran urutan pengerjaan tertentu, sedangkan sistem produksi flow shop diterapkan
jika urutan pengerjaan setiap order mengikuti urutan pengerjaan tertentu. Sistem
MTO repetitif job shop dengan urutan pengerjaan yang tidak mengikuti aliran
tertentu mempunyai variasi urutan pengerjaan yang lebih tinggi dibandingkan
MTO repetitif flow shop, sehingga perkiraan saat order akan diproses di stasiun
kerja tertentu untuk MTO repetitif job shop akan relatif lebih komplek
dibandingkan dengan MTO repetitif flow shop.

1. Volume produksi

Bedworth & Bailey, 1987 mengklasifikasikan sistem manufaktur menjadi 3


9
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
kategori, yaitu:

a. Produksi massa

Laju serta tingkat produksi pada produksi massa umumnya tinggi, permintaan
terhadap produk yang dihasilkan tinggi, dan peralatan umumnya mempunyai
fungsi khusus. Keahlian tenaga kerja tidak terlalu tinggi sebagai akibat dari
fungsi peralatan yang khusus.

b. Produksi batch

Ukuran lot produksi adalah medium. Tujuan dilakukannya produksi batch


adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk-produk yang
diperlukan secara kontinu. Peralatan umumnya mempunyai fungsi umum
tetapi dirancang untuk tingkat produksi yang tinggi.

c. Produksi job shop

Tingkat produksi rendah, peralatan mempunyai fungsi umum, keahlian yang


diperlukan tenaga kerja cukup tinggi, biasanya membuat berdasarkan pesanan.

2. Aliran produksi

Fogarty et al. (1991) mengklasifikasikan sistem manufaktur berdasarkan aliran


proses menjadi 3 tipe disain manufaktur tradisional, yaitu:

a. Fixed Site (Project)

Pada tipe project, material, tools, dan personel dialokasikan pada produk yang
dibuat. Secara ekstrim dikatakan bahwa tidak ada aliran produk pada tipe ini,
tetapi masih terdapat urutan operasi. Bentuk operasi pada project digunakan
ketika terdapat kebutuhan khusus/spesial yang memerlukan kreativitas dan
keunikan. Hal ini sulit diotomasikan pada proses manufaktur, karena hanya
dilakukan satu kali. Project memerlukan biaya tinggi dengan perencanaan dan
pengendalian yang sulit, sebab berat pada tahap definisi initial dengan tingkat

10
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
perubahan-perubahan dan inovasi yang tinggi.

b. Job Shop (Jumbled Flow)

Pada proses job shop, man dan machine dikelompokkan menjadi stasiun kerja
(semua bor pada satu stasiun kerja, gerinda, dan sebagainya). Aliran produk
dan job hanya pada stasiun kerja yang dibutuhkan. Keuntungannya, dengan
mesin yang berfungsi umum (general-purpose equipment) dan operator
berketerampilan tinggi membuat proses manufaktur job shop fleksibel dalam
merespon perubahan disain dan volume pesanan konsumen. Kerugiannya,
tidak efisien

c. Flow Shop, meliputi: small batch line flow, large batch (repetitive) line
flow, dan continuous line flow.

Flow Shop disusun dari stasiun kerja dalam urutan operasi untuk membuat
produk. Semua produk mengikuti standar produk yang ditentukan. Lintas
rakitan automobile merupakan contoh bagus untuk proses flow shop.

3. tipe flow shop adalah:


a. Small-Batch Line Flow, mempunyai semua karakter flow shop, tetapi tidak
semua memproses produk yang sama secara terus menerus. Memproses
beberapa produk dengan ukuran batch kecil, dengan kebutuhan setup per
batch. Digunakan ketika biaya proses bisa dipertimbangkan, permintaan
part rendah, dan non-diskrit. Contohnya adalah farmasi.
b. Large-Batch (Repetitive) Line Flow, memproduksi produk diskrit dalam
volume besar tetapi tidak kontinu.
c. Continuous Line Flow merefer pada proses kontinu dari fluida, bedak,
logam, dan lain-lain. Biasa digunakan pada industri gula, minyak, dan
logam lainnya.

Tabel 1.4. Karakteristik Proses

Job Batch Flow Small- Large-

11
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
Shop Batch Batch (Repe Conti

Line titive) nuous

Flow

Kualitas Kualitas Kualitas Biaya Biaya


Kelebihan
tinggi tinggi tinggi bersaing rendah
Fleksi Fleksi
Fleksi Fleksibilitas
Variasi bilitas bilitas Standard
bilitas tinggi sedang
sedang rendah
Biaya
Implikasi Biaya tinggi Biaya sedang Otomasi Otomasi
tinggi
Perme Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi
sinan umum umum umum khusus khusus
Make Assemble Make
Assemble to Make to
Strategi to to to
Order Stock
Order Order Stock

Sumber: Fogarty, 1991

1. Tata letak (lay out)

Groover, (1987) mengklasifikasikan sistem manufaktur berdasarkan tata letak


menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Fixed position layout

Fixed position layout disebut juga layout dengan posisi tetap. Artinya
pengaturan fasilitas produksi dalam membuat produk, dengan meletakkan
produk yang dibuat tetap atau tidak dipindah-pindah. Mesin, karyawan, dan
fasilitas produksi lain yang berpindah mengelilingi produk yang dikerjakan
sesuai dengan kebutuhan. Contoh: pembuatan produk pesawat terbang, kapal
laut, dan lain-lain. Fixed position layout dapat dilihat pada gambar 1.4a.

b. Process layout

Process layout disebut juga layout fungsional. Artinya pengaturan letak

12
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
fasilitas produksi di dalam pabrik didasarkan atas fungsi bekerjanya setiap
mesin atau fasilitas produksi yang ada. Mesin atau fasilitas yang memiliki
fungsi yang sama dikelompokkan dan diletakkan pada tempat yang sama.
Layout ini biasanya digunakan untuk membuat barang yang beragam. Dalam
layout ini arus barang selalu berubah, tergantung pada kebutuhan mesin yang
digunakan untuk membuat suatu produk. Contoh: berbagai produk dan besi.
Process layout dapat dilihat pada gambar 1.4b.

c. Product flow layout

Product flow layout disebut juga layout garis. Artinya pengaturan letak
mesin-mesin atau fasilitas produksi dalam suatu pabrik didasarkan atas
urut-urutan proses produksi dalam membuat suatu produk. Produk yang
dikerjakan setiap hari selalu sama dan arus produk yang dikerjakan juga
selalu sama, seolah-olah menyerupai garis, meskipun tidak selalu berupa
garis lurus.

(a) fixed position layout, (b) Process layout (c) Product flow layout

A. Strategi Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Perencanaan (planning) merupakan tahap awal dalam manajemen, yaitu


menentukan tujuan terukur dan memutuskan cara pencapaiannya. Sehingga
planning merupakan awal dari pelaksanaan dan pengendalian. Tanpa perencanaan,
maka tidak akan ada dasar pelaksanaan dan evaluasi pencapaian hasil.
Pelaksanaan (execution) adalah pelaksanaan dari rencana dan pengendalian
merupakan proses membandingkan antara hasil aktual dengan hasil yang
diharapkan dan memutuskan langkah berikutnya. Planning, execution, dan control
merupakan proses iteratif yang seharusnya dilakukan secara terus menerus.

Hirarki perencanaan meliputi:

1. Issues perencanaan strategis


a. Perencanaan produk yang akan dibuat
b. Perancangan sistem manufaktur
2. Issues perencanaan taktis
a. Perincian rencana strategis

13
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
b. Disagregasi rencana agregat
c. Penentuan planned order releases
3. Issues perencanaan pelaksanaan
a. Dispaching planned order releases
b. Day-by-day basis
c. Minimizing manufacturing lead time and work in process

B. Proses Manufaktur Baru

Sekarang telah berkembang disain proses manufaktur baru, yaitu:

1. Flexible Manufacturing System (FMS)

Flexible Manufacturing System (FMS) adalah disain proses manufaktur yang


bersifat fleksibel dan dikontrol dengan menggunakan komputer. Minimal ada 3
komputer yang harus ada dalam Flexible Manufacturing System (FMS).

a. Adanya rangkaian proses produksi yang terdiri atas beberapa macam pusat
kerja dan diatur dengan menggunakan komputer. Biasanya dengan CNC
Machines.
b. Pengangkutan barang dilakukan secara otomatis, biasanya dengan AGV
atau Automated Guided Vehicles.
c. Bongkar muat dan pengambilan barang dilakukan secara otomatis,
biasanya dengan AS/AR atau Automated Storage and Retreival System.

2. Agile Manufacturing System (AMS)

AMS merupakan perusahaan yang akan mencapai keuntungan yang dicapai FMS
tetapi tanpa otomasi intensif. AMS lebih merupakan sebuah filosofis dibanding
sekumpulan hardware. Dalam satu industri, AMS biasa akan menggunakan JIT
(Just in Time), pada shop floor pada saat eksekusi, sebab teknologinya dapat
dipakai dengan biaya yang efektif (cost efective). Secara umum, AMS merupakan
sistem manufaktur yang mempunyai kapabilitas yang lengkap dalam merespon
14
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
permintaan konsumen.

1. EDI (Electronic Data Interchane) adalah sistem informasi dengan


menggunakan komputer yang dihubungkan dengan telepon atau alat
komunikasi yang lain.
2. CAD (Computer Aided Design) adalah pembuatan disain produk dengan
menggunakan bantuan komputer. Dengan bantuan komputer dapat dibuat
gambar disain dengan mudah serta perhitungan penggunaan bahan, daya
tahan produk, dan informasi lain yang berhubungan dengan desain produk
yang dibuat.
3. CAM (Computer Aided Manufacturing) adalah penggunaan komputer
untuk merencanakan, mengatur, dan mengontrol kerja mesin, alat-alat, dan
arus produk dalam proses produksi.
4. CAPP (Computer Aided Process Planning) adalah penggunaan komputer
untuk proses perencanaan yang berhubungan dengan pembuatan suatu
produk.
5. CAI (Computer Aided Inspection) adalah penggunaan komputer untuk
melakukan pemeriksaan produk jadi sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.

C. Rangkuman
1. Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan perencanaan kegiatan-
kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana
dengan baik.
2. Tujuan utama perencanaan dan pengendalian produksi adalah
memaksimumkan pelayanan bagi konsumen, meminimumkan investasi
pada persediaan, perencanaan kapasitas, pengesahan produksi dan
pengesahan pengendalian produksi, persediaan dan kapasitas,
penyimpanan dan pergerakan material, peralatan, routing dan proses
planning.
3. Sistem pengendalian dan perencanaan produksi dalam sistem manufaktur
terbagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu perencanaan jangka panjang (long

15
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
range planning), perencanaan jangka menengah (medium range planning),
dan perencanaan jangka pendek (short range planning).
4. Perencanaan dan pengendalian produksi pada sistem manufaktur
dipengaruhi oleh bentuk tipe produksinya, yaitu Make to Stock (persediaan
dibuat dalam bentuk produk akhir yang siap dipak), Make to Order
(mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk desain produk dan
beberapa bahan baku standar, sesuai dengan produk yang telah dibuat
sebelumnya), Assemble to Order (semua subassembly masuk pada
persediaan), dan Engineering to Order (tidak ada persediaan, produk
belum dibuat sebelum ada order).
5. Perencanaan dan pengendalian produksi pada sistem manufaktur
dipengaruhi pula oleh jenis volume produksi (produksi massa, produksi
batch, produksi job shop), aliran produksi (fixed Site/project) job shop
/jumbled flow, flow shop), dan tata letak (fixed position layout, process
layout, product flow layout).
6. Disain proses manufaktur baru, yaitu Flexible Manufacturing System
(FMS) dan Agile Manufacturing System (AMS) merupakan sistem
manufaktur yang berkembang guna merespon permintaan konsumen.

C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Jelaskan yang dimaksud dengan pengendalian aktivitas produksi dan
kapasitas!
2. Berilah contoh aplikasi pengendalian aktivitas produksi dan
kapasitas!

D. DAFTAR PUSTAKA

Fandy Tjiptono, 2000, Strategi Pemasaran, Penerbit ANDI, Yogyakarta

Fandy Tjiptono, 2004, Pemasaran Jasa, Penerbit ANDI, Yogyakarta

Fandy Tjiptono, 2006, Manajemen Jasa, Penerbit ANDI, Yogyakarta

Kotler, Philip, 2005, Marketing Management Analysis: Analysisi, Planning,


Implementation and Control, Prentice Hall International, Inc

Lovelock, Christopher, 2000, Services Marketing, Englewood Cliffs, N.J, Prentice


16
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
Hall, Inc

17
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T

Anda mungkin juga menyukai