PENDAHULUAN
1
Sinulingga, Sukaria. 2021. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hlm. 72.
2
Duwila, Ummi. 2015. Pengaruh Produksi Padi Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat
Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru. Jurnal Ekonomi. Vol. 9. No. 2. Hlm. 150.
I-1
I-2
3
Kadim, A. 2017. Penerapan Manajemen Produksi & Operasi Di Industri Manufaktur. Jakarta:
Mitra Wacana Media. Hlm. 168.
I-3
sistem produksi tercakup oleh keempat faktor, yaitu kuantitas, kualitas, biaya dan
waktu. Perencanaan produksi dimulai dengan analisis data, yaitu permintaan
produk, jadwal pengiriman dan lain-lain.
4The American Production and lnventory Control Society mendefinisikan
perencanaan produksi sebagai berikut:
1. Perencanaan produksi ialah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan
apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi, kapan diproduksi dan
apa sumber daya yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah
ditetapkan.
2. Pengendalian produksi ialah fungsi yang mengarahkan atau mengatur
pergerakan material (bahan, part, komponen, sub assembly dan produk)
melalui seluruh siklus manufacturing mulai dari permintaan bahan baku
sampai pada pengiriman produk akhir kepada pelanggan.
Ada tiga sasaran pokok yang sekaligus menjadi parameter keberhasilan
perencanaan dan pengendalian produksi yaitu:
1. Tercapainya kepuasan pelanggan yang diukur dari terpenuhinya order terhadap
produk tepat waktu, tepat jumlah dan tepat mutu.
2. Tercapainya tingkat utilitas sumber daya produksi yang maksimum melalui
minimisasi waktu setup, transportasi, waktu menunggu dan waktu untuk
pengerjaan ulang (rework).
3. Terhindarnya cara pengadaan yang bersifat rush order dan persediaan yang
berlebihan.
4
Sinulingga, Sukaria. Op Cit. Hlm. 22.
5
Ibid. Hlm. 22-24.
I-4
6
Ibid. Hlm. 73.
I-6
Operation
Final Assembly Master Production Master Production
management
Scheduling Scheduling Scheduling
planning
Operation
Production Activity Control management
Purchasing of Materials execution
Order release
Vendor selection
Operation scheduling
Order placement
Dispatching
Vendor scheduling
Expediting
Order follow-up
Production reporting
Performance Measurements
Sumber: Sinulingga, Sukaria. 2021. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Gambar 1.1. Kerangka Dasar Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Produksi
7
Ibid. Hlm. 87.
8
Winarno, Lestari Indah Silvia. 2021. Analisis Penjadwalan Produksi dengan Metode MPS di PT.
XYZ. ISSN: 2302-8734. Vol. 10. No. 2. Hlm. 12.
I-7
produksinya yang sesuai dengan kualitas, kuantitas dan waktu yang baik. Dalam
proses penyusunan sebuah MPS perlu mencatat perubahan yang mungkin saja
terjadi pada saat produksi dan menyatukan informasi yang telah didaptakan
sebelumnya pada rencana produksi agregat guna menciptakan MPS dalam periode
mingguan atau harian atau dengan kata lain MPS merupakan keluaran dari
perencanaan agregat.
9
Septiani, Anisa, dkk. 2021. Penerapan Perencanaan Kapasitas Produksi dengan Perhitungan
Metode Rough Cut Capacity Planning (RCCP) di Perusahaan Panel Listrik. Jurnal Penelitian dan
Aplikasi Sistem & Teknik Industri (PASTI). ISSN: 2085-5869. Vol. 15. No. 1. Hlm. 62.
10
Martha, Anggara, dkk. Analisis Material Requirement Planning Produk Coconut Sugar pada Kul-
Kul Farm. 2018. E-Jurnal Manajemen Unud. ISSN: 2302-4853. Vol. 7. No. 12. Hlm. 6534-6535.
I-8
Dasar dari sistem MRP adalah mempercepat laju material bila jadwal produksi
secara keseluruhan dibatasi oleh waktu, dan memperlambat bila kebutuhan material
tersebut belum dibutuhkan dalam proses produksi, namun dalam penerapannya
MRP harus didukung oleh sumber daya yang sangat memadai diantaranya yaitu,
struktur produk yang lengkap dan jelas serta fasilitas produksi yang siap.
11Terdapat dua data dasar yang dibutuhkan dalam MRP. Data tersebut
adalah MPS (Master Production Schedulling) dan Bill of materials (BOM) Input
pertama berupa Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule) yang
merupakan ringkasan schedule produksi produk jadi untuk periode mendatang yang
dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau peramalan permintaan. Input kedua
berupa status persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status Record),
merupakan catatan keadaan persediaan yang menggambarkan status semua item
yang ada dalam persediaan yang berkaitan dengan jumlah persediaan yang dimiliki
pada setiap periode (on hand inventory) dan jumlah barang yang sedang dipesan
dan kapan pesanan tersebut akan datang (on order inventory) Lead time dari setiap
bahan. Input ketiga adalah struktur produk (Set Up), merupakan kaitan antara
produk dengan komponen penyusunnya yang memberikan informasi mengenai
daftar komponen, campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat
produk. BOM juga memberikan deskripsi, penjelasan dan kuantitas dari setiap
bahan baku yang diperlukan untuk membuat satu unit produk.
Langkah–langkah dasar dalam penyusunan MRP, yaitu:
1. Netting
Netting yaitu proses perhitungan jumlah kebutuhan bersih untuk setiap periode
selama horison perencanaan yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan
kotor dengan jadwal penerimaan persediaan dan persediaan awal yang tersedia.
2. Lotting
Lotting yaitu penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan (lot size) yang optimal
untuk sebuah item berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan.
11
Maysa, Nurhanisa. 2016. Analisis Perencanaan Bahan Baku Pembuatan Rem Mobil Avanza Di
Pt X Dengan Metode Material Requirement Planning (Mrp). Jurnal Pasti Vol. 10. No. 1. Hlm. 50-
51
I-9
3. Offsetting
Offsetting yaitu proses yang bertujuan untuk menentukan saat yang tepat
melaksanakan rencana pemesanan dalam pemenuhan kebutuhan bersih.
Penentuan rencana saat pemesanan ini diperoleh dengan cara mengurangkan
kebutuhan bersih yang harus tersedia dengan waktu ancang-ancang (lead time).
4. Exploding
Exploding merupakan proses perhitungan dari ketiga langkah sebelumnya yaitu
netting, lotting dan offsetting yang dilakukan untuk komponen atau item yang
berada pada level dibawahnya berdasarkan atas rencana pemesanan.
Output MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri dari
MRP, yaitu:
1. Planned Order Schedule (Jadwal Pesanan Terencana) penentuan jumlah
kebutuhan material serta waktu pemesanannya untuk masa yang akan datang.
2. Order release Report (Laporan Pengeluaran Pesanan) berguna bagi pembeli
yang akan digunakan untuk bernegoisasi dengan pemasok dan berguna juga
bagi manajer manufaktur yang akan digunakan untuk mengontrol proses
produksi.
3. Changes to Planning Orders (Perubahan terhadap pesanan yang telah
direncanakan) yang merefleksikan pembatalan pesanan, pengurangan pesanan
dan pengubahan jumlah pesanan.
4. Performance Report (Laporan Penampilan), suatu tampilan yang
menunjukkan sejauh mana sistem bekerja, kaitannya dengan kekosongan stok
dan ukuran yang lain.
12
Siregar, Zufri Hasrudy. 2020. Penggunaan Metode Capacity Requirement Planning (CRP)
dengan Aplikasi POM For Windows dalam Perhitungan Kapasitas Produksi (Studi Kasus Industri
Pengolahan Tahu XYZ). Jurnal VORTEKS. Vol. 1. No.1. Hlm. 21.
I-10
melaksanakan produksi. Untuk mendapatkan bahan baku yang cukup sesuai dengan
kebutuhan, maka diperlukan adanya perencanaan persediaan bahan baku tersebut
untuk mengoptimalkan atau melakukan efisiensi persediaan bahan baku.
Perencanaan bahan baku ini bertujuan mengoptimalkan/efisiensi agar bahan baku
tidak mengalami kekurangan atau kelebihan pada saat proses produksi serta tidak
mengalami penumpukan bahan baku.
13
Sinulingga, Sukaria. Op.cit. Hlm. 180-181.
I-11
14
Ginting, Rosnani. Op.cit. Hlm. 189-190.
15
Ibid., Hlm. 191.
16
Sinulingga, Sukaria. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Op.cit. Hlm. 3.
17
Ginting, Rosnani. Op.cit. Hlm. 191-192.
I-12
2AD
𝑄=√
It C
Dimana:
Q = Kuantitas pemesanan yang ekonomis
D = Penggunaan per tahun (dalam unit)
Kesulitan yang terdapat pada teknik POQ terletak pada adanya kemungkinan
bahwa diskontinuitas permintaan kebutuhan bersih (Rt) terdistribusi
sedemikian rupa sehingga interval dari pemesanan yang telah ditentukan
sebelumnya tidak berlaku lagi. Kasus ini terjadi jika ada pada periode yang
bertepatan dengan saat pemesanan, besarnya kebutuhan bersihnya (Rt) adalah
nol.
18
Ibid. Hlm. 193.
19
Ibid. Hlm. 194.
I-13
pemesanan (lot size) merupakan sama dengan jumlah kebutuhan bersih (Rt)
yang harus dipenuhi pada periode yang sudah bersangkutan. Teknik ini
biasanya digunakan untuk item-item yang mahal atau yang tingkat kontinuitas
permintaannya tinggi. Perhitungan untuk teknik lot for lot dapat dilihat pada
Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Ukuran Lot MRP: Teknik Lot for Lot
Part
Lot = …; LT = …
Periode
0 1 2 3 4 5 6
Gross Requirement
Schedule Receipt
Project On Hand
Net Requirements
Pre Order Receipts
Pre Order Release
Sumber: Widiyanesti. 2018. Analisis Optimasi Biaya Bahan Baku Melalui Implementasi Metode Lot
Sizing pada Beras Cap Koi UD. Jongbiru Kediri
20
Ibid. Hlm. 195.
I-14
21
Ibid. Hlm. 195-196.
22
Ibid. Hlm. 197-198.
23
Ibid. Hlm. 199-201.
I-15
dasarnya proses penyesuaian look back ini berusaha untuk mengurangi besar
ukuran lot. 24Langkah penentuan ukuran lot metode PPB sebagai berikut.
a. Tentukan ukuran lot berdasarkan metode EPP
b. Lakukan look ahead untuk dua periode kedepan dari ukuran lot hasil EPP
untuk menguji ukuran lot dapat diperbesar dengan menggabungkan
permintaan pada periode berikutnya. Selanjutnya jika:
N'Dn+1 ≤ Dn+2
N'Dn+1 > Dn+2
c. Lakukan look back untuk mengkaji ukuran lot akan dikurangi dengan tidak
mengikutsertakan permintaan pada periode terakhir dari lot tersebut.
Selanjutnya jika:
M
N'Dn > ∑ Dn +1
i=1
24
Nursyanti, Yevita dan Ichsan, M. 2019. Persediaan Kebutuhan Bahan Baku Komponen Produk
Rumah Lampu Downlight (RD). Jurnal Manajemen. Vol. 9 No. 1. Hlm. 217.
25
Ibid. Hlm. 218.
I-16
26
Ginting, Rosnani. Op.cit. Hlm. 204.
27
Putra, I Gede Arya Krisna dan Ni Luh Putu Hariastuti. 2019. Analisis Penerapan Material
Requirement Planning dengan Mempertimbangkan Lot Sizing Model dalam Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Tissue Dinner. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan VII. Hlm.
357.
I-17
n
Oen = A + h ∑ (qen -qet )
t=1
untuk 1 ≤ e ≤ n ≤ N
di mana:
A = Biaya pesan
h = Biaya simpan per unit
e = Batas awal periode yang dicakup pada pemesanan qet
n = Batas maksimuk periode yang dicakup pada pemesanan qet
qen = Jumlah permintaan periode awal
qet = Jumlah permintaan periode selanjutnya
b. Hitung fn dimana didefinisikan sebagai biaya minimum yang mungkin dari
periode e sampai dengan periode n adalah 0. Mulai dari f0 = 0 selanjutnya
hitung secara berurutan. Nilai fn yaitu nilai biaya total dari pemesanan
optimal yang dihitung dengan rumus.
fN = Min[Oen + fe-1 ]
untuk e = 1,2,…,n dan n = 1,2,…,N
di mana:
fN = Biaya minimum
Oen = Biaya dari periode
fe-1 = Periode
c. Terjemahkan 𝑓𝑛 menjadi ukuran lot dengan cara seperti pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Penjabaran fN ke dalam Ukuran Lot Pemesanan
Pemesanan terakhir dilakukan pada periode e untuk memenuhi
fN = Oen + fe-1
permintaan dari periode e sampai dengan periode n
Pemesanan sebelum pemesanan terakhir harus dilakukan pada
fe-1 = Ove-1 + fv-1 periode v untuk memenuhi permintaan dari periode v sampai
periode e-1
Pemesanan yang pertama harus dilakukan pada periode 1 untuk
fu-1 = O1u-1 + f0
memenuhi permintaan dari periode 1 sampai periode u – 1
Sumber: Putra. 2019. Analisis Penerapan Material Requirement Planning dengan
Mempertimbangkan Lot Sizing Model dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Tissue Dinner