Oleh:
LEKSON KEVIN SIHOMBING (1904003126)
2.1. Kualitas
Menurut Kotler dan Keller (2009), mutu atau kualitas adalah keseluruhan ciri
serta sifat dari suatu produk yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan
suatu kebutuhan secar tersirat. Menurut Aleksandar, Slavko, dan Jasna (2009), kualitas
adalah kesesuaian suatu produk dengan spesifikasi pelanggan dalam memenuhi
kebutuhannya. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
merupakan keseluruhan kondisi dari produk, jasa, atau proses lainnya dalam memenuhi
kebutuhan.
2.2. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah evaluasi pelanggan secara keseluruhan terhadap
setiap kinerja dan menghasilkan loyalitas pelanggan terhadap produk atau layanan.
Adeyeye mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi pascatergantung dari
harapan, kualitas yang dirasakan, dan konfirmasi atau diskonfirmasi, atau hanya
perbedaan antara kualitas yang sebenarnya dan yang diharapkan. Menentukan
kepuasan pelanggan adalah dasar untuk penyampaian layanan yang efektif. Kepuasan
pelanggan mengevaluasi tingkat kepuasan pelanggan dengan produk, layanan, dan
fungsionalitas perusahaan. Informasi tentang kepuasan pelanggan dapat diperoleh
melalui survei dan penilaian, yang dapat membantu perusahaan memutuskan
bagaimana meningkatkan atau memodifikasi produk dan layanan mereka. Tugas utama
organisasi adalah memuaskan pelanggan. Ini berlaku untuk perusahaan, bisnis,
pengecer dan grosir, lembaga pemerintah, badan amal, dan setiap subkelompok dalam
organisasi. Kepuasan pelanggan memberi pemasar dan pengusaha metrik yang dapat
mereka gunakan untuk mengelola dan meningkatkan bisnis mereka. Ini adalah cara
untuk menentukan kelangsungan bisnis atau kelangsungan hidup produk dengan
mengukur loyalitas pelanggan. Jika pelanggan puas dengan kinerjanya, kelangsungan
bisnis tidak akan menjadi masalah bagi sebagian besar organisasi. Saat ini, kepuasan
pelanggan memiliki banyak aspek dan tidak hanya terkait dengan kualitas dan biaya
produk tetapi juga dengan hubungan kualitas layanan logistic (Ghoumrassi and Țigu,
2017). Kepuasan pelanggan adalah komponen inti dari pendekatan bisnis yang
mendefinisikan efisiensi layanan. Kepuasan pelanggan juga telah menjadi penyumbang
penting untuk meningkatkan penyedia layanan, seperti rasa terima kasih jangka
panjang, efisiensi pelanggan, pemeliharaan pelanggan, misalnya. Mengukur kepuasan
pelanggan dapat menentukan bagaimana perusahaan beroperasi atau menyediakan
barang atau jasa; dengan demikian, kepuasan pelanggan adalah tingkat pencapaian
untuk semua organisasi, termasuk sektor publik (Ok, Suy, Chhay, and Choun, 2018).
2.3. Jasa
Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa itu sendiri
mempunyai banyak arti dari mulai pelayanan personal sampai jasa sebagai suatu
produk. Definisi jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh
suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat tidak berwujud fisik dan tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu (Menurut Renata dalam Tjiptono, 2006). Jasa juga
bukan merupakan barang, jasa adalah suatu proses atau aktivitas, dan aktivitas tersebut
tidak berwujud (Menurut Renata dalam Lupiyoadi dan Hamdani, 2006). Dari definisi
diatas tampak bahwa di dalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak pelanggan
dan pemberi jasa, meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari .
2.1. Kuisioner
Mengukur tingkat kepuasan para konsumen sangat perlu walupun tidak mudah.
Alat yang dipergunakan untuk mengukur tingkat kepuasan ialah daftar pertanyaan
(kuisioner). Data yang diperoleh berupa jawaban dari para konsumen terhadap
pertanyaan yang diajukan.
Menurut Supranto (2001), pembentukan daftar pertanyaan kepuasan konsumen
ditempuh dalam 4 tahap, yaitu:
1. Menentukan pertanyaan (butir) yang akan dipergunakan dalam daftar pertanyaan.
2. Memilih bentuk jawaban (response format).
3. Menulis introduksi/pengenalan pada daftar pertanyaan.
4. Menentukan isi akhir daftar pertanyaan.
2.1.1. Teknik Sampling
Taherdoost (2016) menjelaskan, sebelum menelaah berbagai jenis metode
pengambilan sampel, perlu diperhatikan apa yang dimaksud dengan pengambilan
sampel, beserta alasan mengapa peneliti cenderung memilih sampel. Mengambil subset
dari kerangka sampling yang dipilih atau seluruh populasi disebut sampling. Sampling
dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang suatu populasi atau untuk
membuat generalisasi tentang teori yang ada. Pada intinya, ini tergantung pada pilihan
teknik pengambilan sampel. Secara umum teknik pengambilan sampel dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu Probability atau random sampling dan non-probability atau
non-random sampling. Probability sampling berarti bahwa setiap item dalam populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Probabilitas atau
pengambilan sampel acak memiliki kebebasan terbesar dari bias tetapi dapat mewakili
sampel yang paling mahal dalam hal waktu dan energi untuk tingkat kesalahan
pengambilan sampel tertentu.
Sukaria Sinulingga (2018) menuliskan di bukunya bahwasanya non-probability
sampling, setiap elemen populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak
berdasarkan probabilitas yang melekat pada setiap elemen tetapi berdasarkan
karakteristik khusus masing-masing elemen. Hal ini mengindikasikan bahwa temuan-
temuan dari analisis terhadap sampel terpilih tidak dimaksudkan untuk digeneralisasi
tetapi untuk mendapatkan informasi awal yang cepat dengan cara yang murah. Dalam
banyak kejadian non-probability sampling sering merupakan metode yang terpaksa
dilakukan karena kondisi tertentu metode lain tidak mungkin digunakan. Beberapa
model dari metode sampling yang non probabilistik ini adalah convenience sampling
dan purposive sampling.
2.1.2. Likert
Menurut Sugiyono dalam Ong dan Pambudi (2014) mengatakan bahwa Skala
Likert digunaka untuk mengukur sikap atau pendapat seseorang atau sejumlah
kelompok dalam sebuah fenomena sosial dimana jawaban dari setiap item instrumen
mempunyai perbedaan dari yang sangat positif sampai sangat negatif. Untuk skala
likert ini variabel yang diukur dijabarkan menjadi variabel indikator.stelah itu indikator
tersebut digunakan untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan.
Dibawah ini adalah sekala yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Sangat Tidak Puas
2. Tidak Puas
3. Cukup
4. Puas
5. Sangat Puas
1. Berwujud (tangible)
Yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada
pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan
yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari
pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik (contoh:
gedung, gudang, dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan
(teknologi), serta penampilan pegawainya.
2. Keandalan (reliability)
Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang
dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan
pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan
tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.
3. Ke tanggapan (responsiveness)
Yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat
(responsive) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas.
Membiarkan konsumen menunggu persepsi yang negative dalam kualitas pelayanan.
4. Jaminan dan kepastian (assurance)
Yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan
untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi
beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility),
keamanan (security), kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy).
5. Empati (empathy)
Yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang
diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen.
Di mana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang
pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu
pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.