PENDAHULUAN
II-1
II-2
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
DIREKSI
MANDOR
KASIR SUPIR
AGEN
1. Direksi
1) Mengawasi kegiatan penjualan, keuangan, pembelian, administrasi dan
umum dari suatu kegiatan yang terpadu dalam rangka pencapaian tujuan
perusahaan.
2) Melakukan pengolahan data, analisis dan evaluasi atau hasil usaha dalam
rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna milik perusahaan.
3) Secara periodik mengawasi system pengawasan internal dalam
melaksanakan pemeriksaan.
4) Memberikan masukan kepada staff untuk perbaikan atau penyempur-naan
peraturan, ketentuan sistem prosedur maupun administrasi yang pada
umumnya berlaku pada perusahaan.
5) Mengawasi dan memberikan persetujuan pengeluaran dan penerimaan kas
anggaran yang sudah ditetapkan .
6) Mengadakan penilaian prestasi kerja bawahannya berdasar laporan yang di
terima bawahannya.
7) Mengadakan hubungan dengan pihak luar terutama mengenai hal-hal yang
menyangkut kebijaksanaaan lainnya yang bersifat umum.
2. Mandor
Koperasi Bintang Tapanuli memiliki Mandor sebanyak 10 orang, dimana
setiap Mandor ada disetiap kantor cabang KBT maupun kantor pusat. Adapun
yang dimiliki Mandor adalah sebagai berikut:
1) Mengawasi setiap aktivitas yang ada dikantor yang menjadi tanggung
jawabnya
2) Memberi laporan kepada Direksi tentang aktivitas yang terjadi dikantor.
3. Kasir
1) Melayani penumpang yang akan berangkat dengan menjual tiket
2) Memberi pemberitahuan keberangkatan kepada penumpang dan supir.
3) Melayani customer yang ingin mengirim dan mengambil paket.
4) Membuat catatan jumlah penumpang yang berangkat dan banyak/jenis
paket yang akan dikirim.
5) Memberikan surat jalan kepada bus angkutan yang akan berangkat.
II-8
6) Menerima iuran wajib setiap hari dari setiap supir sebagai tabungan yang
akan diambil oleh supir setiap tahunnya.
4. Supir
1) Antar jemput peumpang sampai pada tujuan dengan selamat.
2) Membawa barang/paket ke tujuan yang diminta oleh pelanggan.
3) Memastikan bus angkutan yang dibawa layak untuk beroperasi.
4) Memberikan laporan kepada Direksi terhadap aset mobil apabila terjadi hal-
hal yang tidak di inginkan.
5) Menurunkan barang dari penumpang ketika sampai di tujuan.
5. Agen
1) Mempersiapkan keberangkatan setiap bus yang akan berangkat.
2) Menggantikan supir utama yang baru sampai di loket KBT cabang Medan
untuk mengantar peumpang ke tujuan masing-masing.
3) Mengarahkan penumpang yang ingin berangkat.
1. Karyawan di bagian pembelian tiket (loket) dibagi jadi tiga sift, yaitu :
Shift I = Pukul 02 : 00 – 11 : 00 wib
Shift II = Pukul 11 : 00 – 06 : 00 wib
Shift III = Pukul 06 : 00 – 02 : 00 wib
2. Sopir PT. Palapa
Setiap sopir hanya diperbolehkan untuk membawa penumpang sebanyak 2
kali jalan, atau pulang balik, misalnya berangkat dari Medan ke Tarutung
dan Tarutung ke Medan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
II-11
Dalam kajian literatur kepuasaan pelanggan yang dilakukan Giese & Cote
(2000), mereka mengidentifikasi 20 defenisi yang dipacu dalam riset kepuasan
pelanggan selama periode waktu 30 tahun. Meskipun defenisi-defenisi tersebut
bervariasi (bahkan beberapa diantaranya saling tidak konsisten satu sama lain),
kedua pakar dari Washington state University ini menemukan kesamaan dalam tia
komponen utama: (1) kepuasaan pelanggan merupakan respon (emosional atau
kognitif); (2) respon tersebut menyangkut fokus tertentu (ekspektasi, produk,
pengalaman konsumsi, dan seterusnya); dan (3) respon terjadi pada waku tertentu
(setelah konsumsi, setelah pemilhan produk/jasa, berdasarkan pengalaman
akumulatif, dan lain-lain). Secara singkat, kepuasaan pelanggan terdiri dari tiga
komponen: respon menyangkut fokus tertentu yang ditentukan pada waktu
tertentu.
a) Conrast Theory
Berasumsi bahwa konsumen membandingkan kinerja produk aktual
dengan ekspektasi pra-pembelian. Apabila kinerja aktual lebih besar atau sama
dengan ekspektasi, maka pelanggan akan puas. Sebaliknya, jika kinerja aktual
lebih rendah dibandingkan ekspektasi, maka konsumen tidak puas.
b) Assimilation Theory
II-12
c) Assimilation-contrast theory
Tipe ini merupakan tipe kepuasan pelanggan yang aktif. Relasi dengan
penyedia jasa diwarnai emosi positif, terutama optimisme dan kepercayaan.
Berdasarkan pengalaman positif dimasa lalu, pelanggan dengan tipe kepuasan ini
berharap bahwa penyedia jasa bakal mampu memuaskan ekspektasi mereka yang
semakin meningkat dimasa depan. Selain itu, mereka bersedia meneruskan relasi
yang memuaskan dengan penyedia jasa. Kendati demikian, loyalitas akan
II-13
Pelanggan dalam tipe ini memiliki tingkat aspirasi pasif dan perilaku yang
demanding. Emosi positifnya terhadap penyedia jasa bercirikan steadness dan
trust dalam relasi yang terbina saat ini. Mereka menginginkan segala sesuatunya
tetap sama. Berdasarkan pengalaman-pengalaman positif yang terbentuk hingga
saat ini, mereka bersedia melanjutkan relasi dengan penyedia jasa.
Pelanggan dalam tipe ini juga merasa puas. Namun kepuasannya bukan
disebabkan oleh pemenuhan ekspektasi, namun lebih didasarkan pada kesan
bahwa tidak realistis untuk berharap lebih. Perilaku konsumen tipe ini cenderung
pasif. Mereka tidak bersediaa melakukan berbagai upaya dalam rangka menuntut
perbaikan situasi.
Pelanggan dalam tipe ini tidak puas terhadap kinerja penyedia jasa, namun
mereka cenderung tidak melakukan apa-apa. Relasi mereka dengan penyedia jasa
diwarnai emosi negatif dan asumsi bahwa ekspektasi mereka tidak akan terpenuhi
di masa datang. Mereka juga tidak melihat adanya peluang untuk perubahan atau
perbaikan.
Tipe ini bercirikan tingkat aspirasi aktif dan perilaku demanding. Pada
tingkat emosi, ketidakpuasannya menimbulkan protes dan oposisi. Hal ini
menyiratkan bahwa mereka akan aktif dalam menuntut perbaikan. Pada saat
bersamaan, mereka juga merasa tidak perlu tetap loyal pada penyedia jasa.
Berdasarkan pengalaman negatifnya, mereka tidak akan memilih penyedia jasa
yang sama lagi dikemudian hari.
Produk (dalam artian jasa) degan mutu jelek, harga mahal, penyerahan
produk lambat bisa membuat pelanggan tidak puas. Walaupun dengan tingkatan
yang berbeda. Misalnya angka lima (5) untuk menunjukan bahwa pelanggan
sangat puas, angka empat (4) puas, angka tiga (3) netral, angka dua (2) tidak puas,
dan angka satu (1) sangat tidak puas. Kalau setelah diolah diperoleh angka rata-
rata tingkat kepuasan sebesar 4,5 atau lebih, pimpinan akan merasa senang,
mungkin tidak perlu melakukan apa-apa, akan tetapi kalau misalnya angka rata-
rata yang diperoleh 1,5 pimpinan harus segera mengambil tindakan/memecahkan
masalah. Artinya mencari faktor-faktor penyebab tidak puasnya pelanggan dan
berusaha menghilangkan faktor-faktor tersebut.
Aspek mutu bisa diukur. Pengukuran tingkat kepuasan erat hubungannya
dengan mutu pelayanan jasa. Pengukuran mutu bermanfaat bagi pimpinan bisnis
yaitu:
Dalam sub bab ini akan dibahas suatu model mengenai pengebangan dan
pengunaan kuesioner kepuasan pelanggan. Model terlihat pada gambar 1.1 yang
menguraikan suatu prose secara umum. Setiap dari proses memuat langkah
khusus, masing-masing memfokuskan pada suatu elemen (unsur) yang penting di
dalam memahami (mengartikan) pendapat pelanggan. Perhatikan langkah-langkah
berikut:
1. Langkah Pertama
Di dalam proses mengidentifikasi (mengenali) kebutuhan pelanggan
(customer’s requirements) atau dimensi mutu (quality dimensions),
karakteristik/atribut yang penting dari produk berupa jasa. Kebutuhan pelanggan
II-16
atau dimensi mutu akan mutu produk. Pengetahuan tentang kebutuhan sangat
penting, ditinjau dari alasan berikut:
2. Langkah Kedua
Di dalam langkah ini banyak komponen-komponen khusus. Tujuan akhir
dari langkah kedua ini adalah untuk mengembangkan kuesioner yang
memungkinkan untuk memulai informasi khusus tentang persepsi pelanggan.
Informasi khusus harus sesuai dengan mendasar kebutuhan pelanggan, yang
diidentifikasi di langkah pertama. Begitu kuesioner selesai dikembangkan,
langkah selanjutnya menggunakan kuesioner tersebut.
3. Langkah ketiga
Mewakili banyak penggunaan khusus dari kuesioner kepuasaan pelanggan.
Setiap penggunaan memungkinkan kita untuk memperoleh informasi khusus
tentang persepsi pelanggan. Penggunaan berbeda dari mengidentifikasi status
kepuasaan pelanggan yang sekarang berlaku sampai pada penilaian kepuasaan
pelanggan dari waktu ke waktu (yang jelas mengalami perubahan).
Menentukan Mengembangkan
Menggunakan
Kebutuhan dan Mengevaluasi
kuesioner
Pelanggan Kuesioner
II-17
dari semua fungsi usaha yang lain (pemasaran, sumber daya manusia, keuangan
dan lain). Dalam kenyataannya, penyelidikan kualitas adalah suatu penyebab
umum (common cause) yang alamiah untuk mempersatukan fungsi-fungsi usaha.
E
Tehnical correlations
C
Tehnical Responships
(Tehnical Requirement)
B
Planing Matrix
Importance to Costumer
Current Satisfaction Performance
Competitive Satisfaction
II-21
D
Relationships
A
What do the costumer requirenment
Costumer needs and
mean to the manufactur
Benefits
Where are the interactions between
relationships
Bagian A :
Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan atau keinginan pelanggan (Costumer
needs and benefits). Fase ini menggunakan proses diagram afinitas dan kemudian
disusun secara hirarki denga tingkat kebutuhan paling rendah hingga tingkat
paling tinggi.
Bagian B :
Planing Matrix merupakan bagian kedua HOQ dan disebut sebagai tempat
penentuan sasaran atau tujuan produk, didasarkan pada interpretasi tim terhadap
riset pasar. Penetapan tujuan merupakan gabungan antara prioritas-prioritas
kebutuhan pelanggan.
Bagian C :
Bagian ketiga dari HOQ adalah technical response, merupakan gambaran produk
atau jasa yang akan dikembangkan. Biasanya gambaran tersebut diturunkan dari
customerneeds di bagian pertama HOQ.
Bagian D :
Bagian keempat HOQ adalah relationships, merupakan bagian terbesar dari
matriks dan menjadi bagian terbesar dari pekerjaan. Pada fase ini menggunakan
metode matriks prioritas.
II-22
Bagian E :
Bagian kelima HOQ adalah technical correlations, matriks yang bentuknya
menyerupai atap (roof). Matriks ini digunakan untuk membantu tim QFD dalam
menentukan desain yang mengalami Bottleneck dan menentukan kunci
komunikasi diantara para desainer.
Bagian F :
Bagian ini berisi tiga jenis data yaitu :
1. Technical response priorities, urutan tingkat kepentingan (ranking)
persyaratan teknis.
3. Target technical, target kinerja persyaratan teknis untuk produk atau jasa
baru yang akan dikembangkan.
Design Requirement
Part Characteristics
Manufacturing Operations
Production Requirement
Gambar 3.3. Proses Pelaksanaan QFD
3) Angket
4) Survei
Definisi survei di sini adalah survei kebutuhan konsumen. Menurut
Palmer (2012:49) survei digunakan untuk mengetahui informasi penting yang
dapat berpengaruh pada usaha seseorang. Usaha tersebut termasuk jenis usaha
yang baru dimulai atau usaha yang telah berjalan. Survei konsumen
menjembatani kesenjangan antara konsumen dan tim pelaksana. Survei
dilaksanakan dengan cara bertatap muka langsung dengan responden. Dengan
adanya interaksi tatap muka antara tim pelaksana dan konsumen, survei
memungkinkan keduanya untuk mengetahui hal-hal yang penting bagi hubungan
tim pelaksana dan konsumen.
interview sama dengan angket, hanya saja diisi oleh petugas lapangan yang
bertanya kepada responden. Informasi yang diperoleh bisa lebih banyak dan
suasananya bisa lebih santai. Namun metode ini membutuhkan waktu yang tidak
sedikit karena pertanyaan dalam proses interview selalu berkembang sesuai
dengan keadaan di lapangan. Setelah dilakukan survei kebutuhan konsumen, data
survei kebutuhan konsumen ini bisa diolah oleh tim pelaksana untuk perbaikan
maupun perawatan.
5) Kebutuhan
Stephani Puspita (2013) mendefinisikan kebutuhan sebagai salah satu
aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya
serta menjadi dasar atau alasan untuk berusaha. Kebutuhan dipengaruhi oleh
kebudayaan, lingkungan, waktu dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan
suatu masyarakat, semakin tinggi dan banyak pula macam kebutuhan yang harus
dipenuhi. Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu
memenuhi kebutuhan. Tujuan tim pelaksana adalah sama, yaitu memenuhi
kebutuhan konsumen. Kebutuhan konsumen diperoleh setelah melaksanakan
penyebaran angket dan survei didata dalam bentuk daftar periksa atau checklist.
Matrik House Of Quality (HOQ) adalah bentuk yang paling dikenal dari
representasi QFD. Matrik ini pada dasarnya terdiri dari dua bagian utama.
Bagian horisontal pada matrik ini berisi tentang informasi yang berhubungan
dengan konsumen dan ini disebut dengan customer table. Bagian vertikal pada
matrik berisi tentang informasi teknis sebagai respon dari input konsumen, dan
disebut dengan tecnichal table. Castomer information tentang konsumen untuk
memberikan informasi dalam pembentukan metode QFD, sedangkan teknik
information adalah responden yang dibutuhkan dari konsumen yang bermanfaat
bagi distributor. Tony Wijaya (2011:53) mendefinisikan matriks House of
Quality atau rumah kualitas sebagai alat yang digunakan untuk menggunakan
struktur QFD. Hasil akhir dalam penerapan metode QFD adalah matriks House
of Quality. Matriks House of Quality merupakan matriks yang berbentuk rumah.
Pelaksanaan matriks House of Quality dapat dilihat melalui Gambar 3.5.
Pemasok yang dimaksud disini adalah pemasok bagi unit usaha untuk kegiatan
produksi yang harus ditentukan.
Dilihat dari unsur yang terlibat begitu sederhana dalam membuat HOQ
(House of Quality) ini dapat disimpulkan pembuatan matik sedikit rumit namun
masih dapat dipahami oleh pembaca yang akan menjalankan proses
pengembangan supaya lebih terstuktur dalam melakukan perencanaan
pengembangan.
Keterangan:
Performance adalah nilai tingkat kepuasan yang didapat dari hasil penyebaran
kuesioner.
3) Nilai Goal
Skala Penjelasan
1 Tidak Memuaskan
2 Memuaskan
3 Sangat Memuaskan
4) Improvement Ratio
Improvement Ratio digunakan untuk menunjukkan besarnya perubahan
atau perbaikan yang harus dilakukan. Dalam bentuk matematis penentuan nilai
Improvement Ratio adalah:
Goal
Improvement Ratio=
Current Satisfaction Performance
Arti nilai Improvement Ratio dapat dilihat pada tabel 3.3.
Nilai Arti
5) Sales Point
Sales point adalah besarnya nilai jual suatu produk atau nilai konsumsi
suatu pelanggan pada perusahaan yang dibutuhkan atau yang diperlukan dalam
pengukuran kepuasan pelanggan. Nilai ini diperoleh dari hasil diskusi dengan
karyawan maupun supir penyedia jasa pelayanan. Arti nilai sales point dapat
dilihat pada tabel 3.4.
n : Jumlah sampel
T : Waktu yang tersedia untuk penelitian = (25 hari x 5 jam) = 125 jam
t0 : Waktu tetap tidak tergantung pada besarnya smpel, yaitu waktu
pengambilan sampel = (4 jam/hari x 25 hari) = 100 jam
t1 : Waktu yang digunakan setiap sampling unit yaitu waktu yang dibutuhkan
responden untuk mengisi kuesioner = 0.5 jam/kuesioner
125−100
n= =50 sampel ❑
0.5
3.3.5. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner
kepada responden. Penyebaran kuesioner ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang benar-benar akurat dari para responden.
2) Dokumentasi, yaitu memperoleh data dengan membaca, mencatat, dan
mempelajari dokumen yang berhubungan dengan masalah yang
II-34
diperlukan.
Dimana :
r : Reliabilitas instrumen
X : Nilai skor yang dipilih
n : Jumlah responden
Selanjutnya masukkan rumus varians diatas pada rumus cronbach sebagai
II-35
berikut:
α=
K
K−1[ ][ ∑ σ 2b
∑ σ 2t ]
Dimana :
K : Banyak butir pengamtan
∑ σ 2b : Jumlah varian butir
2
σt : Varian total