Anda di halaman 1dari 22

MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA KECIL

Materi Pertemuan 10

1. Pengertian Pengelolaan Produksi


2. Perencanaan Fasilitas
3. Pengaturan Tata Letak Mesin Produksi
4. Menentukan Tingkat Produksi

Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat memahami dan mengelola produksi pada usaha kecil
menengah

Oleh : Halkadri Fitra, SE, MM, Ak, CA

Halaman 1
1. Pengertian Pengelolaan Produksi
Pengelolaan produksi adalah suatu proses secara berkesinambungan dan efektif menggunakan
fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasin, pengarahan, dan pengendalian untuk
mengintegrasikan berbagai sumberdaya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan perusahaan

Tata letak pabrik atau bisa disebut juga dengan tata letak fasilitas dapat diartikan sebagai tata cara
bagaimana membuat suatu rancangan pabrik dengan pengaturan fasilitas-fasiltas yang terencana,
sehingga akan menghasilkan kegiatan produksi yang lancar dan aman. Hal yang perlu diperhatikan
yaitu pemanfaatan luas area dalam pembuatan layout yang dipergunakan untuk penempatan mesin
atau fasilitas lainnya yang berkaitan dengan produksi. Kelancaran dalam pemindahan suatu material
juga salah satu bentuk dari petingnya perancangan tata letak fasilitas. Perencanaan yang baik juga
dapat menentukan efesiensi dalam bentuk proses produksi, aliran material yang menyebabkan
kesuksesan kerja dalam suatu industri (Wignjoesoebroto, 2009).

2. Perencanaan Fasilitas
Perencanaan Operasi: Prediksi Output

1. Tahapan dalam perencanaan manajemen operasi meliputi perencanaan bisnis dan


prediksi masa depan, perencanaan operasi jangka panjang, penjadwalan operasi,
pengawasan operasi, dan output bagi pelanggan.
2. Dalam melakukan perencanaan produksi, kita perlu melakukan prediksi atas output yang
kita hasilkan. Hal ini sangat perlu untuk perencanaan kapasitas, penempatan lokasi
pabrik dan penentuan layout mesin, serta memilih metode produksinya.
3. Metode forecasting, yakni analisis time series (runtut waktu), regresi (causal -effect
relationship) serta metode kualitatif
4. Tiga time frame dalam forecast, yakni short range, medium range, dan long range.
5. Forecast akan mengikuti pola-pola, seperti tren, siklus, dan pola musiman serta pola
random.
6. Macam-macam metode time series, yakni moving average, weighted moving average,
simple exponential smoothing, serta adjusted exponential smoothing.
7. Ada berbagai metode untuk mengukur forecast error, yakni Mean Absolute Deviation
(MAD), Mean Absolute Percentage Deviation (MAPD), Cumulative Error (E), serta
Average Error atau Bias ( ).

Perencanaan Operasi: Kapasitas, Lokasi, Layout, Kualitas, dan Metode

1. Perencanaan operasi jangka panjang meliputi: perencanaan kapasitas, lokasi, layout,


kualitas, dan metode
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan perencanaan jangka panjang, yaitu
perkiraan permintaan, biaya, perilaku pesaing, strategi bisnis, dan pengaruh

Halaman 2
internasional.
3. Perencanaan kapasitas (jumlah produk yang dapat diproduksi pada kondisi normal).
Pada produksi barang kapasitas melebihi sedikit dari permintaan, sedangkan pada jasa
low contact berdasarkan rata-rata permintaan, high contact berdasarkan permintaan
puncak.
4. Perencanaan lokasi, untuk produksi barang berdasarkan pertimbangan -pertimbangan:
bahan baku, pasar, tenaga kerja, dan biaya transportasi, sedangkan untuk o perasi jasa
low contact berdasarkan pertimbangan tenaga kerja, pasar atau biaya transportasi,
operasi jasa high contact lokasi harus diletakkan dekat dengan pelanggan.
5. Alternatif layout untuk produksi barang adalah process layout, cellular layout, dan
product layout. Layout untuk operasi jasa low contact disusun untuk meningkatkan
kualitas jasa dan operasi jasa high contact disusun untuk memenuhi keinginan dan
harapan pelanggan.
6. Produk yang dihasilkan baik barang maupun jasa harus memenuhi standar kualitas yang
telah ditetapkan.
7. Operasi barang maupun jasa membutuhkan metode perbaikan yang berkelanjutan,
untuk produksi barang menggunakan process flow chart, sedangkan untuk operasi jasa
menggunakan service flow chart.

Penjadwalan dan Pengawasan Operasi

1. Lima faktor penting dalam manajemen material adalah transportasi, gudang, pembelian,
pemilihan suplier, dan pengendalian persediaan.
2. Beberapa alat analisis yang digunakan dalam production process control adalah worker
training, Just in Time, Material Requirement Planning, dan Quality Control.
3. Pengawasan operasi terdiri dari material management dan production process control.
4. Penjadwalan untuk operasi jasa, meliputi jadwal kerja dan pekerja.
5. Penjadwalan operasi terkait dengan penempatan waktu perolehan dan penggunaan
sumber daya input untuk produksi
6. Penjadwalan untuk produksi barang dalam jangka panjang disusun menjadi master
production schedule terkait dengan produk apa yang akan diproduksi, kapan produksi
akan dilakukan, dan sumber daya apa yang akan digunakan dalam.

Manajemen Kualitas dan Produktivitas

1. Produktivitas adalah pengukuran kinerja perekonomian, yaitu dengan membandingkan


jumlah yang kita produksi dengan sumber daya yang kita gunakan untuk
memproduksinya.
2. Dalam sudut pandang konsumen, kualitas adalah kecukupan produk dalam memenuhi
kegunaannya, sedangkan dari sudut pandang perusahaan (sebagai produsen), kualitas
adalah menyakinkan produk yang dibuat sesuai dengan desainnya (disebut sebagai
quality of conformance).
3. Statistical process control (SPC) merupakan prosedur statistik yang menggunakan
control charts dalam pengecekan proses produksi untuk melihat apakah ada bagian di
dalamnya yang tidak berfungsi secara benar, yang mana dapat menyebabkan kualitas
yang buruk.
4. Control charts dapat digunakan baik untuk atribut maupun variabel, dan dalam masing -
masing kategori terdapat beberapa tipe control charts, 4 control charts yang umum
digunakan (dua untuk masing-masing kategori), yakni mean ( ) control charts dan range
(R) control charts untuk variabel, p-charts control dan c-charts control untuk atribut.

Halaman 3
Pendekatan manajemen kualitas melalui keseluruhan sistem produksi dan organisasi produksi
dikenal dengan istilah Total Quality Management (TQM). TQM menekankan peranan dominasi
manajemen puncak untuk mengarahkan usaha-usaha yang berkualitas (total quality effort),
yakni semua karyawan pada semua level harus fokus dan bertanggung jawab atasnya,
melakukan peningkatan kualitas secara terus-menerus, dan menyakinkan bahwa kualitas adalah
poin utama dari semua fungsi organisasi.

3. Pengaturan Tata Letak Mesin Produksi


Perencanaan tata letak yang berada pada suatu lokasi usaha sangatlah penting keberadaannya.
Adanya tata letak yang baik dalam suatu perusahaan produksi dapat membantu perusahaan
dalam hal meminimalkan kesalahan serta penggunaan sumber daya yang tidak dibutuhkan.
Pentingnya tata letak juga dapat berdampak tidak hanya kepada perusahaan besar, tetapi juga
kepada perusahaan kecil dan menengah sekalipun. Hal tersebut dapat menyebabkan aliran dari
bahan produksi tidak lancar dan menyebabkan kurang efesien proses produksi pada usaha
skala UMKM. Hal yang membahayakan bagi pengaturan tata letak yang kurang baik pada skala
UMKM dan berada di lingkungan padat penduduk yaitu bahaya (Hazard) yang dapat timbul dari
resiko kegiatan produksi perusahaan sehari-hari

Tata letak (layout) merupakan salah satu keputusan strategis operasional yang turut menentukan
efisiensi operasi perusahaan dalam jangka panjang. Tata letak yang tepat menunjukkan ciri-ciri adanya
penyesuaian tata letak fasilitas operasional itu dengan produk atau jenis jasa yang dihasilkan dan
proses konversi nya. Tata letak yang baik akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
produktivitas perusahaan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kelancaran arus faktor-faktor
produksi yang akan diproses, mulai sejak disiapkan dan diserahkan ke dalam pemrosesan sampai
menjadi produk akhir (final product). Disamping itu pegawai yang terlibat langsung dalam pemrosesan
dapat bergerak lebih leluasa tanpa kekhawatiran akan kemungkinan tertimpa kecelakaan. Dengan
demikian, tata letak yang baik juga akan menyebabkan pegawai bekerja dengan aman dan jauh dari
tekanan perasaan.

Tata letak memiliki berbagai implikasi strategis yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Tata
letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal kecukupan kapasitas, kelancaran proses,
fleksibilitas operasi dan biaya penanganan kerja serta untuk kenyamanan kerja. Tata letak yang efektif
dapat membantu perusahaan dalam mencapai :

a. Pemanfaatan yang lebih efektif atas ruangan, peralatan dan manusia;


b. Arus informasi, bahan baku dan manusia yang lebih baik;
c. Lebih memudahkan konsumen; dan
d. Peningkatan moral pegawai dan kondisi kerja yang lebih aman.
e. Pada dasarnya tujuan desain tata letak adalah untuk mengembangkan tata letak yang
ekonomis yang dapat membantu pencapaian keempat hal tersebut dengan tetap memenuhi
kebutuhan perusahaan untuk beroperasi secara efektif, efisien, ekonomis dan produktif.

Dengan mempelajari lebih mendalam tentang tata letak atau layout ini, diharapkan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyan yang terkait dengan perencanaan tata letak sebagai salah satu bagian penting
dari manajemen operasi perusahaan sebagai berikut:
a. Mengapa perencanaan tata letak merupakan hal yang sangat penting dalam manajemen
operasi perusahaan?
b. Apa yang menjadi dasar atau tujuan dilakukannya perencanaan tata letak dalam operasional
sebuah perusahaan?

Halaman 4
c. Apa saja model dan jenis perencanaan tata letak yang dapat digali dari teori dan para ahli?

Menurut Russel dan Taylor (2000) tujuan tata letak adalah meminimalkan material handling cost,
meningkatkan efisiensi ulitisasi ruangan, meningkatkan efisiensi ulitisasi tenaga kerja, mengurangi
kendala proses, dan memudahkan komunikasi dan interaksi antara para pekerja dengan supervisinya
atau antara pekerja dengan para pelanggan perusahaan.
Dengan demikian secara umum tujuan tata letak adalah untuk mendapatkan susunan tata letak yang
paling optimal dari fasilitas-fasilitas produksi yang tersedia di dalam perusahaan. Dengan adanya
susunan tata letak yang optimal, diharapkan pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan
tersebut akan dapat berjalan dengan lancar dan para karyawan akan dapat menyelesaikan tugas yang
dibebankan kepada mereka dengan baik.

Secara lebih terperinci perencanaan tata letak mecakup hal-hal sebagai berikut:

a. Minimalisiasi material handling cost


Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen perusahaan adalah kesederhanaan proses
produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan. Penyusunan tata letak pabrik yang tepat
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan material handling cost. Disisi lain
penataan tata letak yang baik akan menunjang pelaksanaan proses produksi secara efisien. Lebih jauh
lagi penyederhanaan proses produksi akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:

1) Efisiensi penggunaan peralatan produksi dapat ditingkatkan


Efesiensi penggunaan mesin dan peralatan produksi yang ada serta perlengkapan produksi yang
disediakan di dalam perusahaan dapat dipertahankan pada tingkat utilisasi yang lebih tinggi.
Pada umumnya manajemen perusahaan akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dalam
mengadakan investasi pengadaan mesin dan peralatan produksi serta peralatan material
handling. Apabila pengaturan dari mesin dan peralatan produksi serta peralatan material
handling yang diperlukan tersebut tidak baik, kelancaran proses produksi menjadi terganggu
sehingga penggunaan mesin dan peralatan produksi cenderung menjadi tidak optimal.

2) Pengurangan waktu tunggu pelaksanaan produksi


Waktu tunggu dalam pelaksanaan produksi akan berkurang apabila perusahaan memiliki tata
letak yang tepat dan sistematis. Dengan pengaturan tata letak yang baik dan sistematis serta
keseimbangan atar departemen yang proporsional, perusahaan dapat menyelaraskan tata letak
itu dengan kebutuhan pengolahan yang mana akan mewujudkan kelancaran proses
pengolahan. Keseimbangan kapasitas secara proporsional akan memberikan kontribusi
penurunan waktu tunggu dalam proses pengolahan.

3) Penumpukan barang dalam proses produksi dapat dikurangi.


Penumpukan barang dalam proses produksi seringkali terjadi disebabkan karena tidak
seimbangnya masing-masing mesin dan peralatan produksi di lini pengerjaan. Seperti yang
diketahui bahwa hampir selalu keluaran salah satu bagian produksi akan menjadi masukan pada
bagian produksi yang lain. Apabila kapasitas masing-masing bagian produksi tidak seimbang,
makan akan terjadi penumpukan working in process inventory dalam pelaksanaan proses
produksi. Penumpukan barang dalam proses ini selain akan meningkatkan biaya pengerjaan
juga berakibat diperlukannya tempat penimpanan sementara yang cukup luas. Jika ini terjadi
maka akan terjadi penurunan efisiensi pemakaian ruangan.

4) Pemeliharaan fasilitas produksi menjadi mudah.


Penyusunan tata letak yang baik biasanya diikuti oleh dengan perencanaan tata ruang pabrik
yang efisien. Dengan penyusunan tata ruang pabrik yang efisien memungkinkan teknisi dapat

Halaman 5
leluasa bergerak untuk memelihara fasilitas produksi. Dengan keleluasaan tersebut dapat
menjadi faktor pemeliharaan fasilitas produksi menjadi lebih mudah dan biaya pemeliharaan
dapat ditekan karena pemeliharaan dapat dialkukan dengan cepat.

b. Peningkatan produktivitas perusahaan.


Apabila tata letak yang digunakan oleh perusahaan merupakan sebuah perencanaan yang cermat,
maka tata letak dapat dijadikan sebagai salah satu indikator untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Tata letak yang baik akan melahirkan lingkungan kerja yang asri, apik dan menyenangkan yang pada
gilirannya akan mendorong kepuasan kerja. Pada akhirnya kepuasan kerja akan mendorong kenaikan
produktivitas kerja semua pegawai perusahaan atau pabrik. Pelaksanaan proses produksi akan
menjadi semakin cepat dan lancar serta waktu tunggu dapat diminimalisir guna mendorong
peningkatan produktivitas pabrik. Kemacetan dalam proses produksi termasuk penumpukan barang
dalam proses produksi dapat dihindarkan. Kelancaran produksi dan dan percepatan proses pengerjaan
menjadi pemicu terhadap penyelesaian pengerjaan produk. Pengeluaran modal yang tidak penting
dapat dihindarkan.

c. Efektivitas penggunaan ruangan pabrik


Investasi yang dikeluarkan perusahaan untuk membangun pabrik, membeli mesin dan peralatan
produksi, umumnya berjumlah besar. Maka dari itu perusahaan dituntut untuk membuat sebuah
perencanaan tata letak yang baik dan efisien. Dalam program dan perencanaan tata letak ini harus
sudah dipikirkan penempatan mesin dan peralatan produksi, ruang untuk penempatan material
handling, ruangan untuk penyimpanan bahan dan komponen rakitan, ruang untuk tenaga kerja
manusia, dan ruang lain untuk menunjang proses pabrikasi yang lancar, agar tercapai pemanfataan
yang baik dan efisiensi tercapai.

d. Tingkat penggunaan tenaga kerja fabrikasi


Pada umumnya, perusahaan dalam melaksanakan proses produksi mengharapkan waktu kerja yang
efektif agar penggunaan SDM tidak terbuang percuma. Jam kerja efektif tenaga kerja akan berkurang
bila tata letak pabrik kurang baik sehingga pekerja melakukan gerakan-gerakan yang melampaui
kebutuhan. Tata letak yang kurang baik membuat pekerja harus hilir mudik dari satu ruangan ke
ruangan yang lain dalam jarak yang cukup panjang. Untuk melaksanakan sinkronisasi antara tenaga
kerja manusia dengan tata letak yang baik, manajemen dan para perekayasa perusahaan perlu
melakukan analisa desain proses diikuti dengan dan studi ergonomik. Perencanaan tata letak yang
baik beserta telaahan ergonomi akan memberikan umpan balik yang baik terhadap efisiensi
penggunaan tenaga kerja manusia. Dengan cara itu tugas-tugas yang diberikan kepada pegawai dapat
diselesaikan dengan cepat dalam waktu yang optimal. Bila perencanaan tata letak dilakukan dengan
baik maka penggunaan tenaga kerja manusia dapat mencapai target yang optimal dan waktu yang
terbuang dapat diminimalisir yang pada akhirnya, utilisasi tenaga kerja akan meningkat secara
optimal.

e. Mengurangi kendala kelancaran proses produksi


Keteraturan peletakan mesin dan peralatan produksi dalam sebuah perusahaan akan menciptakan
lingkungan kerj ayang baik. Tenaga kerja akan merasa nyaman dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Tekanan perasaan yang berujung pada timbulnya stress dapat dikurangi sehingga pekerja dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan gembira dan bebas dari beban mental yang tidak perlu. Hal
tersebut akan terwujud apabila manajemen melakukan perencanaan layout secara tepat sejak awal
dengan baik. Penempatan mesin dan peralatan produksi yang mengakibatkan rasa sumpek, tidak
serasi, tidak sistematis dan pengap akan memberikan dampak psikologis yang berat terhadap para
pekerja. Keharusan pekerja mengeluarkan energi yang berlebihan karena atus bahan dan komponen
yang bolak balik, material handling yang tidak efektif dan efisien, akan membuat pekerja cepat lelah,

Halaman 6
bosan, dan akhirnya stress. Aliran bahan dan pekerjaan menjadi terhambat, produksi menjadi lambat
dan pada akhirnya produktivitas akan menurun. Akibat dari semua itu adalah meningkatnya biaya
produksi. Untuk menghindari hal tersebut manajemen dan par amanager berusaha untuk membuat
sebuah perencanaan tata letak yang paling baik dan optimal. Para manager berusaha untuk
menghilangkan hambatan dan menimalisir penghalang (bottle neck) yang berpotensi
dihadapi. Kemampuan untuk menghilangkan kendala proses demikian itu merupakan salah satu
tujuan yang akan dicapai dalam proses pembuatan perencanaan tata letak pabrik yang berhasil guna.

f. Memudahkan komunikasi
Dari berbagai penelitian yang ada, perencanaan tata letak yang menimbulkan kesulitan komunikasi
antar para pekerja, pekerja dengan supervisi, dan antar supervisi yang ada menghasilkan produktivitas
yang rendah. Melihat sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial yang memerlukan komunikasi antar
satu dengan lainnya maka rancangan tata letak yang menghalangi manusia untuk dapat
berkomunikasi atau pekerja yang menghadap dinding akan menurunkan moral pekerja. Mereka akan
cepat bosan dan merasakan tekanan perasaan yang tidak tersalurkan, yang pada kahirnya berdampak
pada penurunan kinerja. Jarak yang kauh antara satu pekerja dengan pekerja lainnya juga akan
menghambat komunikasi antar mereka. Maka dari itu untuk menghindari penurunan produktivitas
yang diakibatkan karena adanya hambatan komunikasi antar manusia, maka diperlukan perencanaan
tata letak yang dapat mengakomodasi kebutuhan mereka untuk saling berinteraksi satu dengan yang
lainnya.

MODIFIKASI TATA LETAK


Perencanaan tata letak dan modifikasinya akan senantiasa diperlukan oleh setiap perusahaan.
Kebutuhan modifikasi ini disebabkan beberapa faktor sebagai berikut :

a. Terjadinya perubahan desain produk secara terus menerus


Perubahan desain produk secara terus menerus untuk membuat produk baru dalam suatu perusahaan
akan mengakibatkan terdapatnya perencanaan tata letak yag baru bagi perusahaan
tersebut.perubahan desain produk ini seringkali akan mengakibatkan juga terjadinya perubahan
dalam pelaksanaan proses produksi di perusahaan yang bersangkutan. Perubahan proses produksi ini
kadang-kadang merupakan perubahan yang tidak fundamental, tetapi juga sering terjadi perubahan
proses produksi yang cukup mendasar.

Besar kecilnya perubahan proses produksi yang diakibatkan oleh perubahan desain produk ini akan
sangat tergantung kepada banyak dan sedikitnya perubahan pada desain produk yang bersangkutan.
Perubahan pelaksanaan proses produksi betapapun kecilnya akan berakibat pada kebutuhan untuk
menyesuaikan tata letak yang telah ada di perusahaan tersebut. Agar tata letak yang dipergunakan
masing-masing pabrik sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan produksi yang dijalankan perusahaan
yang bersangkutan, modifikasi perlu diadakan sewaktu-waktu. Dengan cara itu tata letak yang tersedia
dalam sebuah perusahaan atau pabrik yang bersangkutan akan selalu aktual serta relevan dengan
kebutuhan pengolahan. Perubahan tata letak dimaksud tidak selalu berarti perubahan total atau
mendasar dari tata letak yang ada, melainkan dapat saja merupakan perubahan-perubahan kecil yang
bertujuan untuk menyesuaikan dengan perubahan desain produk yang terjadi. Frekwensi
penyesuaian tata letak yang tinggi biasanya sering dijumpai pada perusahaan perakitan mobil atau
elektronika. Frekwensi perubahan yang tinggi tersebut disebabkan oleh tingginya frekwensi
perubahan desain dan semakin pendeknya siklus hidup produk otomotif dan elektronika. Dengan
adanya perubahan desain dari mobil yang diproduksi secara berkala (bebeap atahun sekali),
diperlukan pula adanya perubahan atas tata letak secara berkala.

Halaman 7
b. Adanya perubahan volume permintaan
Terjadinya perubahan volume permintaan terhadap produksi perusahaan yang dihasilkan akan
berakibat pada perubahan volume produksi. Perubahan volume permintaan tersebut harus dijawab
dengan penyesuaian produksi dan berdampak pada tata letak proses produksi agar perusahaan
mampu memenuhi perubahan volume permintaan tersebut. Perubahan volume permintaan dapat
berupa penambahan atau penurunan permintaan. Peningkatan volume permintaan akan membuat
perusahaan meningkatkan kegiatan poduksinya. Bahkan peningkatan volume permintaan yang sangat
besar mengharuskan perusahaan memperluas skala atau meningkatkan proses produksi secara
signifikan. Dengan adanya peningkatan skala perusahaan maka manajeman wajib merencanakan
ulang tata letak proses produksi sehingga dapat menghasilkan produksi sesuai dengan skala
permintaan yang ada.

Namun apabila ternyata volue permintaan terhadap produk yang dihasilkan perusahaan menurun,
maka manajemen perlu melakukan hal-hal sebagai berikut guna tetap menjaga efektifitas dan efisiensi
perusahaan :
1) Mengoperasikan kapasitas yang terpasang sampai dengan batas produksi normal untuk
menjawab permintaan yang ada dengan mengurangi jam aktivitas produksi (misalnya tadinya
3 shift menjadi 2 shift);

2) Bila memungkinkan, perusahaan menonaktifkan sebagian mesin dan peralatan produksi, hal
tersebut akan mengakibatkan sebagian peralatan produksi tersebut harus menganggur.
Dengan demikian penurunan volume permintaan tersebut mengharuskan manajemen juga
kembali menganalisis kemungkuinan perubahan tata letak mesin dan peralatan produksi
sesuai dengan redefinisi volume produksi yang dihasilkan oleh perusahaan yang
bersangkutan.

3) Kemungkinan penggantian fasilitas agar selalu baru (up to date)


Secara alamiah mesin dan peralatan produksi yang digunakan oleh perusahaan akan
mengalami penurunan kinerja karena keusangannya. Selain itu perkembanga teknologi saat
ini telah mampu menciptakan mesin-mesin produksi dengan kapasitas yang lebih besar
dengan kemampuan yang sangat canggih. Dengan kedua hal tersebut diatas, maka mesin dan
peralatan perusahaan yang ada saat ini bukanlah satu-satunya mesin dan peralatan yang
paling mutakhir, sehingga apabila perusahaan ingin bersaing dalam meningkatkan volume
produksi dengan perusahaan lainnya, maka diperlukan pembaruan dari mesin-mesin dan
peralatan produksi dimaksud. Pada umumnya mesin dan peralatan produksi yang terbaru
memiliki kemampuan kapasitas produksi yang lebih banyak dengan tetap mengoptimalkan
sumber daya energi yang ada serta tidak memiliki dimensi yang besar.

Sehubungan dengan hal tersebut, perusahaan sudah harus memiliki rancangan untuk
melakukan penggantian mesin produksi yang mempu memenuhi kebutuhan produksinya.
Dengan mesin dan peralatan yang lebih maju, maka perusahaan dapat meningkatkan daya
saingnya dalam penyediaan hasil produksi. Namun demikian rencana penggantian mesin dan
peralatan produksi tersebut wajib diikuti dengan perencanaan tata letak yang baru sesuai
dengan karakteristik mesin dan peralatan baru tersebut.

4) Adanya penambahan produk baru


Penambahan produk baru atau pengembangan produk yang sudah ada merupakan kegiatan
yang selalu ada pada perusahaan manufaktur. Berdasarkan teori siklus hidup produk, setiap
kali produk telah mencapai pada tingkat penjualan maksimum (tahap kedewasaan), maka
pada kali berikutnya penjualan produk tersebut akan mengalami penurunan. Dalam keadaa

Halaman 8
seperti itu, maka perusahaan akan melakukan usaha untuk melahirkan produk baru atau
mengembangkan produk yang sudah ada agar dapat menunjang mempertahankan keadaan
produk perusahaan di pasar. Penjualan produk perusahaan secara keseluruhan perlu dicegah
penurunannya demi mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Apabila pembuatan
produk baru hampir sama atau relatif mirip dengan proses produksi produk-produk yang
sudah ada, perubahan dalam pelaksanaan proses produksi produk yang sekarang tidak akan
mengalami banyak perubahan. Namun demikian apabila perubahan yang dilakukan cukup
mendasar, maka diperlukan perubahan-perubahan yang mendukung pelaksanaan pembuatan
atau proses produksi untuk produk baru yang ada saat ini.

Perubahan-perubahan mendasar dalam proses produksi sebuah produk baru atau


pengembangan produk, perlu diikuti dengan perubahan tata letak pabrik. Perubahan untuk
penyesuaian tata letak pabrik dengan proses produksi perlu dilakukan untuk menjamin arus
pengerjaan produksi dalam pabrik benar-benar dapat dipertahankan pada tingkat paling
optimal. Apabila perubahan atas kebutuhan pelaksanaan proses produksi initidak diselaraskan
dengan tata letak pabrik, hal tersebut akan berakibat pada kurang lancarnya pelaksanaan
pekerjaan. Kurang lancarnya arus proses dan terdapatnya hambatan dalam proses pengerjaan
produk akan berakibat pada menurunnya produktivitas. Dalam keadaan demikian itu,
integrasi perencanaan pengolahan produk dengan tata letak harus dilakukan manajemen
sejak dari awal. Tata letak yang diselaraskan dengan pelaksanaan proses produksi baru akan
menjamin pelaksanaan fabrikasi menjadilebih baik dan efisien.

5) Adanya kondisi lingkungan kerja yang tidak memuaskan


Dalam sebuah perusahaan, kondisi lingkungan kerja akan sangat berpengaruh pada tingkat
produktivitas kerja karyawan. Diantara faktor kondisi lingkungan kerja yang memerlukan
perhatian adalah :
a) Suara bising yang dapat menimbulkan gangguan ketenangan kerja;
b) Penerangan yang tidak sesuai;
c) Suhu ruangan yang panas atau terlalu dingin;
d) Warna ruang kerja yang digunakan terlalu mencolok sehingga mengganggu penglihatan;
e) Peralatan kerja, meja kerja, lantai, dinding dan plafon yang apik dan resik;
f) Ruang gerak yang diperlukan terbatas, dan sebagainya.

Faktor-faktor kondisi lingkungan kerja ini perlu dipertimbangkan agar semua karyawan
perusahan dapat bekerja dengan tingkat produktivitas yang lebih baik. Keluhan-keluhan
yang disampaikan para karyan dalam melaksanakan proses produksi sebaiknya ditanggapi
secara proporsional oleh manajemen. Keluhan ini dipergunakan sebagai bahan masukan
penyusunan perbaikan kondisi lingkungan kerja perusahaan. Dalam upaya memperbaiki
mondisi lingkungan kerja ini, perusahaan perlu menyusun perencanaan tata letak pabrik
yang cocok dengan berbagai hal yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan yang
dibebankan kepada karyawan. Dengan demikian semua karyawan dapat bekerja dengan
lebih baik, produktif, efisien, efektif dan lebih ekonomis.

6) Resiko kecelakaan kerja dalam proses produksi


Dalam sebuah perusahaan seringkali terdengar kecelakaan kerja sewaktu menjalankan
sebuah proses produksi. Kecelakaan-kecelakaan kerja ini dapat saja merupakan kecelakaan
kecil yang dianggap sebagai kejadian yang biasa atau akibat dari kecelakaan tersebut tidak
begitu serius sehingga tidak mendapat rotes keras dari para karyawan. Namun demikian
terdapat kemungkinan bahwa kecelakanan yang terjadi dapat mengakibatkan hal yang
cukup fatal terhadap karyawan. Bahkan mungkin terjadi kecelakaan kerja tersebut dapat
mengakibatkan cacat tetap pada karyawan bahkan kematian atau meninggal dunia.

Halaman 9
Pada dasarnya kecelakaan kerja pada sebuah perusahaan, meskipun termasuk kategori
kecelakaan kecil, tetap merupakan hal yang serius yang perlu mendapatkan perhatian
khusus. Perusahaan yang menggunakan mesin-mesin dan peralatan produksi berukuran
besar dan berbasis manusia akan sangat berbahaya bagi para pekerja. Kelengahan dan
kekurang hati-hatian akan berakibat fatal meskipun diakui bahwa kecelakaan kerja biasanya
berawal dari faktor kelengahan karyawan. Namun demikian kewajiban manajemen adalah
tetap menjaga dan melakukan kegiatan-kegiatan perlindungan dan proteksi agar kecelakaan
kerja ini dapat diminimalisir terjadi pada karyawan perusahaan.

Terkait dengan usaha meminimalkan kecelakaan kerja ini, tata letak mesin dan peralatan
produksi perlu diatur sedemikian rupa sehingga memiliki derajat kesesuaian yang tinggi
dengan kebutuhan kerja. Kesesuaian tata letak dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan,
serta dilengkapinya mesin dengan alat-alat pencegah bahaya akan menurunkan resiko
kecelakaan kerja. Dengan demikian penyusunan tata letak pabrik, peletakan dan penataan
mesin dan peralatan produksi harus menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi karyawan
perusahaan yang bersangkutan.

7) Kebutuhan akan penghematan biaya


Tata letak memiliki hubungan yang sangat erat dengan kelancaran arus material, sistemisasi
arus pekerjaan, dan pola gerak pekerja pabrik. Arus material berdampak langsung pada
material handling cost. Pekerjaan yang tidak sistematis akan berakibat terjadinya arus
komponen dan bahan yang bolak balik di tempat pegolahan. Bila ini terjadi, bukan saya
material cost handling saja yang meningkat, tetapi juga upah tenaga kerja yang harus dibayar
seiring dengan meningkatnya waktu pengerjaan produk. Akibatnya produktivitas, efektifitas
dan efisiensi kerja menurun. Dengan demikian, sejak awal faktor-faktor yang berpotensi
merugikan tersebut harus telah diukur dan diperhitungkan dalam perencanaan tata letak.

Diantara beberapa kegiatan yang perlu mendapatkan perhatian dalam merumuskan tata
letak adalah jarak tempuh dari pemindahan bahan baku, barang setengah jadi dan barang
jadi yang dihasilkan. Jarak angkut, volume dan berat bahan, produk yang sedang dalam
pengerjaan dan hasil selesai akan menentukan jenis peralatan material handling yang
diperlukan. Faktor-faktor tersebut bila tidak dicermati dari awal akan menimbulkan
terjadinya kelambatan proses, pemborosan waktu dan sumber daya lainnya sehingga dapat
mengakibatkan rendahnya produktivitas dan efisiensi perusahaan pabrik yang
bersangkutan. Manajemen dan tenaga perekayasa harus mampu melakukan perencanaan
tata letak bagi pabrik yang mampu menjamin tingginya produktivitas dan efisiensi pabrik.
Perencanaan tata letak yang baik akan mengindarkan perusahaan dari kegiatan-kegiatan
dan gerakan yang tidak perlu sehingga dapat menciptakan penghematan waktu, tenaga dana
sekaligus menjamin kelancaran produksi. Dengan demikian perencanaan tata letak yang baik
dapat mereduksi biaya atau menghemat dalam pengeluaran perusahaan.

8) Mendukung pergeseran atau perluasan lokasi pasar produk perusahaan


Kenyataan menunjukkan bahwa beberapa perusahaan yang berhasil dalam melaksanakan
bisnisnya akan mendapat pasar yang lebih luas. Perluasan pasar kadang harus diikuti oleh
suatu pertambahan lokasi pemasaran atas produksi yang dihasilkan. Terjadinya pergeseran
atau perluasan lokasi pabrik ini akan berdampak pada penataan pabrik. Dalam upaya
mendekati konsumennya, perusahaan kadang membutuhkan perluasan salah satu kegiatan
produksi di berbagai kota. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pergeseran dan perluasan
lokasi pemasaran dapat berdampak pada penataan kembali pusat-pusat produksi
perusahaan.

Halaman 10
JENIS TATA LETAK

Menurut Russel dan Taylor (2000) tata letak dibedakan atas :

a. Tata letak berorientasi pada produk;


b. Tata letak berorientasi pada proses;
c. Tata letak posisi tetap;
d. Tata letak gudang;
e. Tata letak kantor; dan
f. Tata letak ritel.

Dalam perkembangannya kemudian muncul berbagai model tata letak baru sebagai hasil usaha
penyempurnaan terhadap tata letak yang sudah ada, seperti tata letak seluler, tata letak hibrida, tata
letak fleksibel dan tata letak untuk pabrik berbasis komputer (terotomatisasi penuh). Modernisasi
tata letak tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan fleksibilitas sistem. Pada perencanaan
konvensional, tata letak dirancang untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi yang tinggi.
Perencanaan tata letak modern dilakukan karena mesin-mesin produksi sudah berbasis komputer.
Mesin-mesin CNC dan DNC mulai dipergunakan, bahkan kemudian muncul mesin-mesin dan peralatan
full computerized. Pemakaian mesin dan peralatan seperti itu membuat masin dan peralatan diubah
setelannya sehingga mampu melaksanakan tugas pengolahan lain atau dipakai untuk menghasilkan
produk lain. Umumnya industri modern telah menggunakan tata letak hibrida tersebut.

a. Tata letak berorientasi produk (product layout)


Tata letak produk (product layout) lazim juga disebut flow shop atau continous production system
layout adalah penataan mesin, fasilitas dan peralatan produksi menurut urutan pengerjaan untuk
menyelesaikan pembuatan sebuah produk atau jasa yang akan diserahkan dimana unit-unit yang
diproduksi akan memiliki urutan proses pengerjaan yang sama.

Gambar 1 Model umum tata letak pabrik roti

Halaman 11
Tata letak berorientasi produk ini akan digunakan dengan kentuan sebagai berikut:

1) Produk yang dihasilkan adalah produk terstandarisasi dan ragamnya terbatas, atau tidak
berbeda satu dengan lainnya;
2) Volume produksi tinggi (mass production system) dengan tanpa variabel desain atau variabel
desain yang sangat terbatas;
3) Urutan proses pengerjaannya tetap; dan
4) Proses produksi bersifat kontinyu atau berkesinambungan.

Dengan demikian setiap unit produk yang diproses akan memiliki urutan proses pengerjaan yang
sama dan tetap. Dalam tata letak produk ini pusat-pusat kegiatan, mesin-mesin dan peralatan
disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu lini pengerjaan yang berbentuk garis lurus,
bentuk L atau U untuk mempersiapkan urutan operasional yang akan menghasilkan produk.

Pada gambar diatas, disajikan sebuah model hipotik dari sebuah pabrik roti. Work centre ditata
sedemikian rupa sehingga memperoleh bagan arus pekerjaan yang berbentuk U. pengendalian
mutu dan kegiatan, serta pengolahan data dan informasi dari setiap departemen pengolahan
yang ada, dilakukan oleh depertemen pengendalian. Monitoring atas arus bahan, pekerjaan, dan
mutu olahan setiap tahapan proses (work centre), termasuk pengendalian mutu, ditunjukkan
oleh hubungan timbal balik setiap aktivitas dengan departemen pengendalian. Melalui hubungan
timbal balik tersebut, permasalahan yang ada pada setiap departemen atau tahapan proses
dapat diikuti dengan cermat sehingga langkah koreksi dapat dilakukan oleh manajemen setiap
saat diperlukan.

Secara umum tata letak berorientasi pada produk ini lazim dijumpai pada perusahaan fabrikasi
dan usaha perakitan. Usaha fabrikasi dan manufaktur membuat produk melalui arus konversi
bahan baku menjadi keluaran yang spesifik, seperti pabrik ban mobil, pabrik suku cadang, pabrik
kain, pabrik peleburan besi dan sebagainya. Karakteristik tata letak produk yanng menghasilkan
keluaran yang sama, dan bersifat tetap adalah mesin yang digunakan adalah mesin dengan
kegunaan khusus dengan tenaga kerja yang memiki keahlian khusus. Material handling umumnya
dilakukan dengan sistim ban berjalan, atau tergantung dengan mobile material handling berupa
traktor, crane, forklift dan sebagainya.

Tata letak yang berorientasi produk memeberikan keuntungan utama yaitu:

1) Biaya variabel per unit yang rendah;


2) Mempertahankan biaya penanganan bahan baku yang rendah;
3) Mengurangi persediaan barang dalam proses pengerjaan;
4) Memudahkan pelatihan dan pengawasan bai atas pekerja atau manager.
5) Sementara kerugian yang lebih kecil dibanding keuntungannya dapat diuraikan sebagai
berikut:

Dibutuhkan jumlah produksi yang besar karena membutuhkan investasi yang besar pada
prosesnya; Penghentian pekerjaan pada titik manapun di seluruh operasi; Fleksibilitas yang
rendah apabila dilakukan manufaktur dengan berbagai produk atau tingkat produksi.

b.Tata letak proses (process layout)


Tata letak proses, atau lazim disebut dengan functional layout (tata letak fungsional) adalah penataan
tata letak fasilitas dan mesin atau peralatan produksi yang dikelompokkan menurut kesamaan

Halaman 12
fungsinya. Model ini baik untuk diterapkan pada perusahaan yang menjalankan pengolahan produk
secara kelompok (batch) atau pesanan dari pelanggan secara individual.

Ciri-ciri tata letak ini adalah sebagai berikut:


1. Arus kegiatan pengolahan atau pengerjaan produk berbeda antara batch yang satu dengan
yang lainnya, atau antara pesanan pelanggan yang satu dengan yang lainnya;
2. Produk yang dibuat tergolong produk yang tidak terstandarisasi, spesifikasinya disesuaikan
dengan permintaan pesanan atau pelanggan;
3. Volume produksi terbatas, tapi memiliki keragaman yang banyak;
4. Mesin atau alat produksi yang dipergunakan adalah mesin atau perlatan yang multiguna;
5. Pelanggan yang menentukan desain atau spesifikasi produk.

Tata letak proses ini diaplikasikan pada rumah sakit. Dokter dikelompokkan menurut keahlian masing-
masing dan secara bersama-sama menjalankan kegiatan poliklinik sesuai keahliannya itu. Perusahaan
bengkel service kendaraan bermotor, organisasi penelitian, universitas, perusahaan asuransi,
kepolisian dan sebagainya menggunakan tata letak proses. Tipe umum tata letak proses disajikan
dalam gambar berikut.

Gambar 2 Bentuk umum tata letak proses

Gambar 3 Tata letak ruang gawat darurat rumah sakit

Halaman 13
Pada gambar 3 disajikan bentuk umum tata letak proses pada sebuah rumah sakit dengan beberapa
poliklinik. Dalam gambar disajikan contoh kasus layanan pasien A (patah kaki) dan pasien B (kerusakan
alat pacu jantung). Kedua pasien itu ditangani secara fungsional (kebutuhan layanan sesuai dengan
jenis penyakitnya), sampai selesai dan menyelesaikan kewajiban administrasinya.
Keuntungan utama dalam tata letak proses ini adalah fleksibilitasnya dalam menentukan peralatan
dan merekrut tenaga kerja. Apabila terjadi kerusakan pada salah satu mesin, hal tersebut tidak perlu
menghambat seluruh proses. Pekerjaan dapat ditransfer ke mesin yang lain dalam depertemen yang
sama.

Tata letak proses juga juga sangat baik untuk menangani produksi suku cadang dalam bantuk batch
atau job lot yang kecil. Pengerjaan berkaitan dengan produksi berbagai suku cadang dengan berbagai
ukuran dan bentuk. Sementara kerugian dalam tata letak proses adalah penggunaan peralatan yang
general purpose yang memerlukan waktu lama untuk pemesanannya dan biaya yang lebih tinggi.
Disamping itu diperlukan lebih banyak keahlian, tenaga kerja dan persediaan barang dalam proses
karena ketidakseimbangan yang besar dalam proses produksi. Keahlian tenaga kerja yang tinggi
menuntut diadakannya usaha peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui pendidikan dan
pelatihan atau in the job training secara kontinyu. Proses ini membutuhkan investasi besar di bidang
sumber daya manusia.

c.Tata letak tetap (fixed position layout)


Tata letak tetap lazim juga disebut dengan tata letak proyek. Proyek adalah sistim produksi yang
dirancang untuk memproduksi hanya satu unit produk dalam satuan waktu tertentu atau sejumlah
kecil tugas dengan volume dan keragaman elemen pekerjaan yang tinggi. Kegiatan perakitan pesawat
udara, pembuatan kapal pesiar, pembangunan bendungan, jembatan, gedung dan sebagainya
tergolong proyek.

Dalam tata letak tetap, produk yang dikerjakan tetap berada di suatu tempat pengerjaan yang
ditentukan. Alat-alat dan perlengkapan, bahan serta pekerja, baik tenaga terampil atau tenaga ahli
dibawa ke tempat pengerjaan produk. Faktor penting dalam tata letak ini adalah penentuan lokasi
directie-kit, ukuran dan jenis konstruksinya. Directie-kit dimaksud akan dimanfaatkan sebagai ruang
kerja aparatur proyek, gudang bahan dan peralatan, tempat reparasi alat-alat proyek dan asrama
pengawas dan keamanan proyek.

Pada umumnya tata letak tetap menjadi rumit karena dipengaruhi oelh faktor-faktor antara lain
sebagai berikut:
1) Ruang geraknya terbatas. Proyek harus tetap berada di posisi pengerjaan;
2) Pada tahap-tahap proses konstruksi diperlukan bahan baku yang berbeda-beda sehingga
diperlukan penjadwalan yang cermat;
3) Jumlah bahan baku yang dibutuhkan bervariasi, dengan demikian bagian logistik harus selalu
siap dengan permintaan terhadap material.

Gambar 4 Model umum tata letak posisi tetap dalam pembuatan kapal

Halaman 14
d.Tata letak ritel (ritel layout)
Tata letak ritel adalah tata letak dari usaha eceran besar, seperti departemen store dan supermarket.
Tata letak harus memperhitungkan selera dan persepsi pelanggan. Tata letak harus menjamin semua
pengunjung dn pelanggan merasa nyaman berada dalam bangunan karena udaranya yang sejuk,
cahaya yang cukup dan lain-lain. Barang yang didisplay juga memiliki daya tarik, mudah dijangkau serta
menjamin keleluasaan bagi seluruh pelanggan untuk bergerak. Loket pembayaran juga harus cukup
tersedia sehingga pelanggan tidak perlu antre lama, alunan musik yang lembut dan sebagainya.
Ada lima ide yang berguna untuk menentukan pengaturan tata letak menyeluruh untuk departemen
store atau supermarket yaitu:
1) Menempatkan produk yang sering dibeli konsumen di sekitar akses ke luar toko atau di dekat
kasir;
2) Menggunakan lemari atau alat untuk memjang produk yang mudah dilihat konsumen dari
jarak yang cukup jauh;
3) Menempatkan barang spesifik yang menjadi tujuan pelanggan datang ke supermarket pada
lorong akses ke kasir dan disebarkan ke berbagai tempat sehingga produk lain dapat terihat
juga oleh konsumen;
4) Menggunakan lokasi yang paling ujung untuk menempatkan produk yang berpotensi
menimbulkan bau sepeti sayur-sayuran, ikan, daging agar baunya tidak menyebar ke lokasi
pajang produk lain;
5) Mempertahankan citra toko dengan memilih secara hati-hati penempatan posisi bagian yang
akan menjadi awal pembelanjaan konsumen. Misalnya pada sebuah swalayan dipajang
produk makanan kecil dan minuman di dekat kasir untuk menarik minat belanja konsumen
atas produk itu pada saat mengantri membayar pada kasir.

Gambar 5 Tata letak ritel supermarket atau swalayan

e.Tata letak gudang (warehouse layout)


Tata letak gudang yang baik akan memudahkan penanganan dan pengendalian persediaan, dapat
meminimalkan kerusakan barang serta memudahkan penerimaan atau penyerahan barang. Tata letak
gudang disesuaikan dengan sistim persediaan yang dipergunakan, misalnya FIFO (first in first out).
Pada perusahaan distributor, penentuan lokasi gudang wilayah dan penataan barang persediaan

Halaman 15
didalamnya sangat penting artinya. Gudang wilayah adalah ujung terdepan perusahaan untuk
memperoleh daya saing kecepatan penyerahan produk ke pasar atau pelanggan.

f.Tata letak kantor (office layout)


Tata letak kantor bertujuan untuk menentukan posisi karywan dan peralatan agar arus pekerjaan dan
komunikasi antara semua pegawai dan manajer yang ada terjamin. Tata letak pada kantor modern
difokuskan pada keterbukaan dan fleksibilitas yang tinggi. Ruangan kerja para karyawan harus
disesuaikan antara luasnya dengan volume pekerjaannya. Dengan demikian ruangan akan terpakai
secara efisien dan karywan dapat bekerja lebih produktif.

4. Menentukan Tingkat Produksi

Gelombang Revolusi industri 4.0 telah membawa perubahan fundamental pada berbagai tatanan
kehidupan global. Hal ini ditandai dengan semakin berkembangnya kreativitas dan inovasi dengan
memanfaatkan teknologi informasi yang pada pada akhirnya mendisrupsi berbagai sendi kehidupan
global, termasuk persaingan dalam bidang ekonomi.

Disrupsi tersebut dapat tercermin dari terjadinya perubahan yang cepat akibat pemanfaatan Artificial
Intelligence (AI), Internet of Things, Human-Machine Interface, dan merebaknya fenomena sharing
economy. Hal ini menjadi momentum untuk menjadikan kewirausahaan UMKM yang didukung
kreativitas dan inovasi sebagai garda terdepan memenangkan persaingan ekonomi global.

Era revolusi industri 4.0 semakin menjadikan pengembangan kewirausahaan UMKM sebagai salah
satu isu strategis yang perlu mendapatkan perhatian kita bersama, utamanya dalam
memastikan pengembangan kebijakan yang kondusif dalam mendukung Indonesia Maju.

Kewirausahaan UMKM dilakukan dengan membangun sinergitas dalam pemetaan potensi


kewirausahaan, menciptakan iklim kewirausahaan, menumbuhkembangkan kewirausahaan
dan inkubasi kewirausahaan serta dukungan pembiayaannya.
Sebagaimana kita ketahui bersama, terminologi kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18.
Diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, di mana dalam awal
sejarah perkembangannya kewirausahaan menjadi motor pertumbuhan dan perluasan organisasi
melalui inovasi dan kreativitas.

Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan sesuai dengan titik
berat perhatian atau penekanannya. Kewirausahaan dapat dimaknai sebagai penciptaan organisasi
baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi
berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara
bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803).

Dari beragam pengertian kewirausahaan yang ada, secara sederhana makna wirausahawan
(entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam
berbagai kesempatan, berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani
memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti (Kasmir,
2007).

Lebih lanjut Schumpeter memaparkan bahwa kunci utama perkembangan ekonomi adalah para
inovator dan wiraswasta. Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa terwujud dengan adanya

Halaman 16
inovasi oleh para entrepreneur. Schumpeter juga membedakan pengertian antara pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin
banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya
perubahan ‘teknologi’ produksi itu sendiri. Sementara itu, pembangunan ekonomi adalah kenaikan
output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi merupakan
perbaikan teknologi dalam arti luas misalnya penemuan produk baru, pembukaan pasar baru yang
bersumber dari kreativitas para wiraswasta untuk perbaikan kualitatif dari sistem ekonomi itu sendiri.

Dalam teori kewirausahaan destruksi kreatif (the creative destruction theory of


entrepreneurship) yang digagas oleh Joseph A. Schumpeter, wirausahawan dipandang sebagai
inovator utama dan kewirausahaan adalah pendorong utama ekonomi, menciptakan pertumbuhan
ekonomi melalui badai penghancuran kreatif (Schumpeter, 1947).

Representasi modern yang hebat dari teori Schumpeter tentang penghancuran kreatif dalam
kewirausahaan adalah perusahaan rintisan (start-up) yang inovatif. Start-up bertujuan untuk
memecahkan masalah yang ada yang dialami oleh pasar dan penawaran incumbent saat ini. Start-up
juga bertujuan untuk menciptakan solusi baru yang pada akhirnya akan mengambil alih produk atau
layanan yang ada di pasar dengan menghancurkannya.

Bagi Indonesia pengembangan kewirausahaan menjadi suatu keniscayaan mengingat saat ini tingkat
kewirausahaan Indonesia baru mencapai 3,47%, lebih rendah dari negara negara tetangga, seperti
Singapura dengan tingkat kewirausahaan 8,5%, Thailand dan Malaysia 4,5%. Padahal untuk menjadi
negara maju setidaknya dibutuhkan minimal 4% dari proporsi jumlah penduduk.

Pandemi Momentum Pengembangan Kewirausahaan

Visi Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong yang
antara lain dijabarkan melalui peningkatan kualitas manusia, struktur ekonomi yang produktif
mandiri dan berdaya saing, dengan pembangunan yang merata dan berkeadilan, menjadikan
pengembangan kewirausahaan menjadi semakin strategis dalam memastikan visi dan misi Indonesia
Maju dapat diakselerasi capaiannya.

Bonus Demografi Indonesia yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 membutuhkan lebih
banyak lagi wirausaha-wirausaha muda. Mengingat setiap tahunnya terdapat 2,9 juta penduduk usia
kerja baru atau anak-anak muda yang baru masuk ke pasar kerja, tentunya kebutuhan atas lapangan
kerja baru harus disiapkan dan pengembangan kewirausahaan menjadi jawabannya.

Transformasi spirit kewirausahaan pada ekonomi kerakyatan yakni Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) memiliki peran strategis dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional setelah
terdampak pandemi Covid-19, yang terbukti tangguh terhadap goncangan akibat pandemi Covid 19.
Hal itu terlihat dari kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia terus meningkat sampai sekitar 60% di
masa pra pandemi.

Penyerapan tenaga kerja oleh UMKM juga sangat tinggi dan terus bertumbuh mencapai 96,99% –
97,22% dengan jumlah pelaku UMKM mencapai 62 juta atau sekitar 98% dari pelaku usaha nasional.
Peran penting UMKM dalam perekonomian nasional sejatinya mencerminkan peran penting UMKM
dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs)
di Indonesia.

Halaman 17
Pengembangan kewirausahaan berbasis UMKM diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam
pencapaian pilar ekonomi SDGs dengan penciptaan lapangan kerja, penciptaan kondisi kerja yang
layak, inovasi bisnis, adaptasi dan mitigasi dampak negatif ekonomi, sosial dan lingkungan untuk
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Keterkaitan antara kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja menjadi
semakin relevan merujuk pada berbagai penelitian menunjukkan keterkaitan positif antara
kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi.

Hasil studi Ogunlana (2018) menemukan kewirausahaan dapat memainkan peran penting dalam
mencapai pertumbuhan ekonomi bagi negara untuk mengatasi krisis ekonomi.Ia menegaskan
kewirausahaan dapat menghasilkan lapangan kerja, inovasi, meningkatkan produksi, dan
diversifikasi sumber pendapatan ekonomi dengan mendorong pengembangan UMKM.

Kita patut bersyukur keberpihakan pemerintah RI dalam mengembangkan ekosistem yang kondusif
terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis UMKM semakin meningkat dalam dekade
terakhir, yang semakin mendapatkan momentumnya pada kondisi pandemi Covid 19.

Payung Hukum UU Cipta Kerja dan produk turunannya sebagai bukti nyata keberpihakan kepada
UMKM, ditandai dengan adanya kemudahan, mendorong dari sektro mikro, sektor informal ke
formal dan mendorong UMKM naik kelas, dan semakin mudahnya perizinan dan akses pembiayaan.

Dari sisi permodalan, alokasi dana berkisar Rp 123,46 triliun disiapkan untuk UMKM dalam program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Kementerian Koperasi dan UKM akan menyalurkan kembali
Bantuan Presiden (Banpres) Produktif Usaha Mikro (BPUM) tahap 2 pada Juni 2021. Bantuan ini
ditujukan untuk 3 juta penerima yang masing-masing akan mendapat hibah dana Rp 1,2 juta.
Sebagaimana diketahui BPUM tahap 1 telah disalurkan kepada 9,8 juta penerima dengan total
bantuan sebesar Rp 11,76 triliun.

Dengan beragam keberpihakan pemerintah diharapkan kewirausahaan berbasis UMKM dapat naik
kelas, langkah selanjutnya adalah memasifkan go digital sehingga dapat meningkatkan daya saing
UMKM, tidak lagi hanya sebagai pasar bagi produk-produk asing ditengah laju perekonomian digital
yang tidak terbendung.

Dengan potensi jumlah penduduk yang besar, Indonesia sangat berpeluang besar mengisi ceruk
pasar digital yang tumbuh pesat khususnya di masa pandemi Covid 19. Digitalisasi merupakan kunci
karena baru 8 juta atau 13% dari 64 juta pelaku UMKM yang telah memanfaatkan integrasi menuju
teknologi digital.

Pengembangan kewirausahaan berbasis UMKM yang dituju diharapkan akan dapat meningkatkan
daya saing UMKM di pasar domestik dan global sehingga UMKM dapat terintegrasi dengan Global
Value Chains (GVC) dan semakin banyak UMKM yang naik kelas (Scalling Up) yang ditandai dengan
peningkatan volume usaha, pertumbuhan ekspor dan pertumbuhan tenaga kerja UMKM.

Kita tentunya berharap komitmen dari para pemangku kepentingan harus dapat terus ditingkatkan
guna lebih melibatkan pelaku UMKM, mengisi rantai pasok di sejumah sektor seperti konstruksi,
otomotif, hingga telekomunikasi dan terus diperluas dengan memberikan ruang yang lebih besar lagi
bagi pelaku UMKM di sentra-sentra ekonomi produktif di Tanah Air sebagai bentuk perlindungan
dan pemberdayaan.

Halaman 18
Pelaku bisnis harus dapat menjadikan produk-produk UMKM menjadi primadona dalam etalase
produk-produk lokal dan unggulan daerah setempat dengan menyediakan fasilitas dan ruang yang
diberikan untuk mereka berkembang, misalnya produk kuliner lokal dan kerajinan lokal di rest area
tol, bandara stasiun kereta api dan lainnya.

Di samping itu upaya sinkronisasi dan koordinasi kebijakan dan implementasi antar K/L pusat dan
daerah harus dapat terus ditingkatkan sehingga kondusif terhadap ekosistem bisnis UMKM yang
mendapat dukungan optimal melalui one gate policy, sehingga pemberdayaan UMKM betul-betul
terintegrasi, terpadu, baik dalam menentukan sektor prioritas, langkah-langkah strategis, maupun
desain pembiayaan.

Kemitraan strategis antara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan korporasi perlu
terus ditumbuhkembangkan di seluruh daerah Indonesia dengan mengandalkan produk unggulan
lokal dan memperhatikan keragaman potensi yang ada, untuk meningkatkan kualitas kewirausahaan
UMKM di Tanah Air sehingga melalui kerja sama ini bisa meningkatkan daya saing UMKM di pasar
global.

Kemitraan strategis merupakan strategi dalam menumbuhkan pengusaha baru dan UMKM yang kuat
sesuai dengan spirit Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Ciptakerja, Pasal 90 yang
menyebutkan bahwa setiap pemerintah daerah atau pusat wajib memfasilitasi UMKM dalam rantai
pasok demi meningkatkan kompetensi usaha.

Beragam strategi tersebut dapat disinergikan dengan market place digital yang menghubungkan
simpul-simpul produksi dengan masyarakat sebagai konsumen sehingga dapat meningkatkan supply
dan demand serta menjangkau secara luas pelaku UMKM agar terjadi pemerataan ekonomi.

Pada tingkat desa semangat kewirausahaan dipastikan dapat menyebar secara merata pada
beragam wilayah dengan potensi ekonominya masing-masing yang ditandai dengan meningkatnya
badan usaha milik desa (BUMDes) atau koperasi produktif yang akan menjadi aktor penggerak
ekonomi lokal.

Kewirausahaan berbasis UMKM pada industri pengolahan skala kecil menengah seperti pengeringan
dan pengilingan padi, pembuatan bahan makanan berbahan dasar buah, pemurnian susu, rumah
potong hewan, atau gudang penyimpanan berpendingin di pesisir perlu menjadi “target intervensi
massif “ yang terus digelorakan sehingga keadilan dan pemerataan ekonomi dapat terus
ditingkatkan.

Pengembangan kewirausahaan UMKM yang berbasis ekonomi kerakyatan seyogyanya dapat


menjadi jawaban untuk mengatasi potensi ledakan pengangguran, sekaligus menjaga daya beli
masyarakat agar tidak merosot ditengah kondisi Pandemi Covid 19 yang belum diketahui kapan
berakhirnya.

Sejarah telah membuktikan kepada kita bahwa usaha menengah kecil mikro atau UMKM, mampu
bertahan dan menjadi penyelamat perekonomian di tengah krisis besar, seperti pada tahun 1997-
1998, demikian pula sekarang sejarah pun berulang, ketika perekonomian global dan nasional lesu
akibat pandemi Covid-19, sektor UMKM masih bertahan dan terus bergerak.

Halaman 19
Kita tentunya berharap dengan pengembangan kewirausahaan UMKM akan dapat menjadi
penggerak pertumbuhan ekonomi sekaligus menjawab permasalahan penyerapan tenaga kerja dan
penyelamat ekonomi nasional di tengah kondisi pandemi Covid 19.

Halaman 20
Latihan
1. Jelaskan Pengertian Pengelolaan Produksi
2. Jelaskan manfaat Perencanaan Fasilitas!
3. Jelaskan Pengaturan Tata Letak Mesin Produksi !
4. Bagaimana Menentukan Tingkat Produksi!

Halaman 21
Referensi

https://arly912.wordpress.com/2012/11/20/pengelolaan-produksioperasi-dalam-bisnis/

https://mill.onesearch.id/Record/IOS4666.11728/TOC

https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/1244/8/TugasAkhir_Mohammad%20Ridwan_Bab%202.pdf

https://setneg.go.id/baca/index/kewirausahaan_umkm_dan_pertumbuhan_ekonomi

https://henzmail.wordpress.com/2016/06/20/perencanaan-tata-letak-dalam-proses-produksi-
perusahaan/

Halaman 22

Anda mungkin juga menyukai