Tepat
Kita mengenal istilah “perencanaan produksi” dalam manajemen perusahaan. Perencanaan
produksi yang tepat akan membantu perusahaan untuk menerapkan efisiensi. Semakin tinggi
efisiensi, maka semakin besar profit yang diterima oleh perusahaan. Efek sebaliknya juga bisa
terjadi dengan perencanaan produksi yang buruk. Efisiensi yang rendah akan mengakibatkan
biaya produksi membengkak sehingga menggerus profit. Bisa juga produksi menjadi terlambat
sehingga distribusi produk ke pasar akan terlambat. Itu artinya penjualan produk akan menurun
dan pelanggan juga bisa kehilangan kepercayaan pada perusahaan.
Efek buruk itulah yang membuat perusahaan-perusahaan sebisa mungkin membuat rencana
produksi dengan tepat. Perencanaan produksi biasanya melibatkan kapasitas produksi, stok
material yang tersedia, infrastruktur pendukung, staf operasional, dan lain sebagainya. Semua
faktor yang mempengaruhi produksi harus dapat disesuaikan dengan kemampuan pasar
menyerap produk. Karena itu, rencana produksi adalah turunan dari hasil analisa kebutuhan pasar
terhadap produk yang dihasilkan.
Kenapa perencanaan produksi harus berdasar pada analisa kebutuhan pasar? Penyebabnya adalah
keadaan pasar yang belum tentu mampu menyerap produk. Kesenjangan antara kapasitas
produksi dan kemampuan pasar menyerap produk inilah kondisi yang harus diminimalisir untuk
menghindari kerugian. Analisa kebutuhan pasar akan menghasilkan marketing forecast yang
mencakup informasi seputar perhitungan kebutuhan bahan, kebutuhan kapasitas produksi, dan
faktor pendukung lainnya.
Setidaknya ada empat proses dalam routing yang dipahami secara umum. Empat proses itu
adalah penentuan produk yang diproduksi, kapasitas, cara memproduksi, dan tempat produksi
produk itu sendiri. Staf perusahaan harus memiliki kecermatan dan kecerdasan untuk menelaah
empat proses itu secara rinci, lalu menyesuaikannya dengan keinginan pasar agar produk dapat
terjual. Ada juga yang memahami routing sebagai alur rinci untuk mengubah bahan mentah ke
produk jadi secara sistematis. Proses pengubahan tersebut haruslah tepat dan efisien agar bahan
dan tenaga yang digunakan dapat optimal.
Setelah routing selesai dilaksanakan, proses selanjutnya adalah membuat scheduling atau jadwal
pengerjaan. Scheduling dilakukan berdasarkan hasil routing yang menginformasikan jumlah
pekerjaan dan sekuensinya. Bila ada pekerjaan yang harus dilakukan secara simultan, maka akan
dibuatlah skala prioritas. Pekerjaan mana yang harus didahulukan harus dikerjakan awal agar
tidak terjadi bottleneck. Scheduling akan memperhitungkan waktu mulai dan penyelesaian kerja,
sekaligus waktu cadangan sebagai langkah antisipasi kejadian tidak terduga. Waktu cadangan
dapat didelegasikan secara mikro kepada tiap-tiap pos kerja karena pekerja tiap pos adalah orang
yang paling paham kondisi riil pengerjaan. Cara ini akan membantu perusahaan secara
keseluruhan karena proses produksi lebih terkontrol dan sudah disesuaikan dengan keadaan
aktual.
Tahap ketiga adalah dispatching atau pemindahan tanggung jawab kerja pada staf operasional
untuk implementasi routing dan scheduling. Tanggung jawab meliputi infrastruktur penunjang,
bagan proses kerja, instruksi, penjelasan tanggung jawab, peraturan, dan lain sebagainya. Ada
juga yang melampirkan catatan atau memo sebagai tambahan pengingat atau reminder. Sebagai
tambahan, ada juga yang melakukan pilot project atau simulasi untuk meyakinkan bahwa
perencanaan kerja yang dibuat dapat diimplementasikan. Termasuk juga agar hasilnya sesuai
dengan target yang telah ditentukan. Fase dispatching juga menambahkan fungsi kontrol pada
pelaksanaan kerja. Kontrol yang dimaksud bukanlah mengatur, namun lebih kepada pengawasan.
Ketika ada sesuatu di luar rencana yang bisa mengakibatkan mundur atau gagal produksi,
pengawas akan mengambil sikap tegas untuk mengembalikan proses produksi pada pakem yang
dibuat di bagian perencanaan.
Setiap kegiatan yang dijalankan perusahaan dengan perencanaan produksi akan diusahakan
sesuai dengan draft rencana final. Namun ada satu kegiatan yang sulit diperkirakan
pelaksanaannya dan terkadang dibiarkan berjalan begitu saja. Kegiatan tersebut adalah interaksi
dan keterhubungan divisi yang berbeda. Contohnya saja pembahasan soal kebutuhan bahan dan
peralatan, sumber daya manusia, peningkatan kapasitas karyawan, dan lain sebagainya. Interaksi
antar manusia dari divisi yang berbeda akan membuat tingkat kerumitan hubungan dapat
tereskalasi.
Sebenarnya, masalah tidak perlu dipandang sebagai hambatan melainkan sebagai sebuah
tantangan. Setiap pekerjaan yang dilakukan, pastinya selalu memiliki masalah. Masalah bisa
menjadi sebuah tantangan yang diselesaikan dan menjadikan perusahaan Anda lebih maju satu
langkah dibandingkan pesaing. Artinya masalah merupakan tantangan untuk
mengejar perfection. Penyelesaian masalah malah bisa menjadi kesempatan Anda untuk
membuka elemen-elemen kunci dalam produksi. Manfaatnya adalah mendongkrak performa dan
dan memperlancar arus produksi. Biasanya ada empat jenis masalah besar yang dapat
menghambat proses produksi, berikut penjelasannya.
Pemesanan material atau bahan produksi memerlukan transportasi pengiriman. Pengiriman ini
bisa menjadi masalah karena ada faktor-faktor yang tidak bisa diprediksi. Misalnya seperti cuaca
buruk, kelangkaan barang, dan lain sebagainya.
b. Pengadaan peralatan
Peralatan memerlukan penilaian khusus agar tepat dan sesuai dengan kebutuhan produksi. Bisa
jadi Anda harus mencoba beberapa peralatan terlebih dahulu sebelum menemukan yang cocok
dengan kebutuhan.
c. Bottleneck
Bottleneck adalah kemacetan akibat proses produksi yang tumpeng tindih satu dengan lainnya.
Masalah utamanya adalah bottleneck biasa terjadi pada dua atau lebih kegiatan produksi yang
sama-sama penting. Anda tidak bisa serta-merta menghilangkan salah satunya karena kegiatan-
kegiatan produksi itu sama-sama penting. Cara penyelesaiannya adalah penyusunan strategi kerja
dengan kans terbaik untuk mendapatkan hasil optimal.
Posisi kunci atau jabatan yang terspesialisasi akan membutuhkan peningkatan kualitas untuk
membuat hasil produksi lebih optimal. Padahal mereka memegang peranan penting dalam
kegiatan operasional sehari-hari. Maka diperlukan posisi alternatif yang dapat meng-
handle pekerjaan tersebut selama pelatihan dilaksanakan.Termasuk juga rekruitmen karyawan
baru. Mereka membutuhkan adaptasi dan proses belajar agar dapat menyesuaikan diri dengan
ritme kerja perusahaan. Perlu ada ruang toleransi dan batasan waktu yang jelas agar proses
adaptasi itu dapat berjalan lancar.
1). Bentuk
Yang dimaksud bentuk pada produk kerajinan adalah wujud fisik. Bentuk ini selalu
bergantung pada sentuhan keindahan.
2). Fungsi
Dalam pembuatan produk kerajinan, seorang perajin harus mampu menghubungkan bentuk
dan fungsi sehingga karya yang dihasilkan dapat memenuhi fungsi sementara bentuknya tetap
indah.
3). Bahan
Setiap bahan memerlukan teknik penggarapan yang berbeda-beda. Karakter setiap bahan
tersebut pada umumnya ditentukan oleh susunan unsur-unsur pembentuknya. Seorang perajin
harus mampu memadukan aspek bentuk, fungsi, dan bahan agar hasilnya optimal. Ketiga aspek
tersebut saling berkait dan bekerja sama.
Fungsi :
Hias : Berfungsi sebagai Bros (hiasan kerudung), gantungan kunci, dan Menampakkan
keindahan flora.
Pakai : Sebagai bros dan gantungan kunci yang memiliki ciri khas tertentu yang dapat
bersaing dengan produk lain.
Produk :
Jadi produk tersebut merupakan produk massal karna dapat digunakan oleh banyak
kalangan wanita.
Target :
Target pemasaran dari produk ini adalah Perempuan.
Pengguna Produk :
Pengguna produk ini adalah segala kalangan mulai dari anak-anak, remaja, dan
dewasa.
Teknik produksi :
Teknik produksi yang digunakan adalah proses pengkombinasian beberapa bahan
( persenyawaan zat ) dalam suatu bentuk produk.
Produk :
Jadi produk tersebut merupakan produk massal karna dapat digunakan oleh banyak
kalangan wanita.
Target :
Target pemasaran dari produk ini adalah Perempuan (ibu rumah tangga)
Pengguna Produk :
Pengguna produk ini adalah segala kalangan mulai dari anak-anak, remaja, dan
dewasa.
Teknik produksi :
Teknik produksi yang digunakan adalah proses pengkombinasian beberapa bahan
( persenyawaan zat ) dalam suatu bentuk produk.
3. Lilin Hias
Fungsi :
Hias : Berfungsi sebagai hiasan rumah / meja.
Pakai : Sebagai alat penerangan.
Produk :
Jadi produk tersebut merupakan produk massal karna dapat digunakan oleh banyak
kalangan.
Target :
Target pemasaran dari produk ini adalah Perempuan (ibu rumah tangga)
Pengguna Produk :
Pengguna produk ini adalah segala kalangan mulai dari anak-anak, remaja, dan
dewasa.
Teknik produksi :
Teknik produksi yang digunakan adalah proses pengkombinasian beberapa bahan
( persenyawaan zat ) dalam suatu bentuk produk.
Fungsi :
Pakai : Sebagai benda tempat menyimpan barang bawaan.
Produk :
Jadi produk tersebut merupakan produk massal karna dapat digunakan oleh banyak
kalangan.
Target :
Target pemasaran dari produk ini adalah Perempuan terutama remaja.
Pengguna Produk :
Pengguna produk ini adalah segala kalangan mulai dari anak-anak, dan remaja.
Teknik produksi :
Teknik produksi yang digunakan adalah proses pengkombinasian beberapa bahan
( persenyawaan zat ) dalam suatu bentuk produk.