Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI

TEORI PERILAKU PRODUKSI

Dosen Pengampu :
Maharani Rona Makom,SE.,M.Se
Disusun Oleh :
1. Hilal Fabiansyah
2. Intan Putri Mawaddah
3. Maulida Ayu Anindya
4. Nabila Fayza Aulia
5. Noresa Sefityaningsih
Kelas :
KP – 1D

Program Studi D3 Keuangan Dan Perbankan

Jurusan Akuntansi

Politeknik Negeri Semarang

2023
PRESENTASI

Oleh :

Kelompok 6

KP – 1D
Daftar isi

Teori Produksi…………………………………………………………………………...

1. Fungsi Produksi……………………………………………………………………….

2. Metode Produksi………………………………………………………………………

3. Pembagian Faktor Produksi………………………………………………………….

4. Tabel Dan Kurva Produksi…………………………………………………………...

5. Kurva Isokuan………………………………………………………………………...

6. Hukum Perluasan Produksi………………………………………………………....

B. Teori Biaya Produksi………………………………………………………………

1. Pengertian Biaya…………………………………………………………………….

2. Pembagian Biaya……………………………………………………………………..

3. Kurva Biaya Produksi………………………………………………………………..


BAB 6

TEORI PERILAKU PRODUKSI

1. Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah hubungan antara input dengan output yang dihasilkan dalam
satu periode atau suatu gambaran bagaimana produsen berperilaku dalam memproduksi
barang dan jasa. Produksi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan atau
menambah nilai guna dari barang atau jasa. Jika pertambahan nilai guna dilakukan
tanpa merubah bentuk produk, maka disebut sebagai produksi jasa seperti jasa
konseling, jasa les pelajaran, jasa konsultan keuangan, dan sebagainya. Sementara
pertambahan nilai guna yang diikuti dengan perubahan bentuk produk disebut produksi
barang. Contoh produksi barang adalah sebagai berikut membangun rumah, membuat
sepatu, memasak nasi, dan lain-lainnya. Dengan demikian, produksi mempunyai dua
nilai pokok. Yang pertama untuk menciptakan nilai guna barang atau jasa. Kedua,
menambah nilai guna barang atau jasa.

Barang atau jasa hasil produksi ada yang bisa digunakan secara langsung
maupun tidak langsung. Biasanya hasil produksi yang tidak bisa langsung digunakan
diolah lagi untuk menjadi produk lain yang memiliki nilai lebih tinggi.

Pada hakikatnya, produksi adalah proses penciptaan ada penambahan nilai guna
dari barang atau jasa bentuk yang diikuti oleh penambahan manfaat, bentuk, waktu,
tempat atas faktor-faktor produksi sehingga dari produksi tersebut memiliki kemampuan
lebih tinggi dalam memenuhi kebutuhan pemakainya.

Pada umumnya, produksi dari sudut pandang perusahaan bertujuan untuk


memperoleh keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, sebelum produksi dilakukan,
perlu dilakukan persiapan dan manajemen yang cermat.

Dari penjelasan di atas, kegiatan produksi memiliki fungsi yang sangat penting. Berikut
ini merupakan fungsi-fungsi produksi:
1. Perencanaan
Perencanaan pada produksi dapat diartikan sebagai melaksanakan kegiatan
produksi barang atau jasa pada waktu tertentu yang disesuaikan dengan forecast yang
telah disusun. Penyusunan forecast tersebut dilakukan dengan sistem yang terorganisir
mulai dari sumber daya manusia, bahan baku, ketersediaan ruang pada gudang, alat, dan
lain-lain.

Perencanaan produksi mempengaruhi besarnya keuntungan yang dicapai oleh


sebuah perusahaan. Karena perencanaan yang baik dapat memperkirakan produksi yang
kualitas dan kuantitasnya tepat dan menjamin keberadaan stock. Tidak kurang dan tidak
lebih terlalu banyak. Stock kurang bisa mengakibatkan konsumen beralih ke produk lain
yang sejenis karena kehabisan. Sementara kelebihan stock berisiko kadaluarsa
sementara barang belum terjual habis.

Bisa disimpulkan, perencanaan produksi dilakukan agar perusahaan dapat


bekerja secara efektif dan efisien sehingga dapat menghasilkan keuntungan sebesar-
besarnya. Karena forecast tersebut disesuaikan dengan permintaan pasar, maka
diharapkan perencanaan dapat menjadikan kinerja perusahaan lebih baik.

Perencanaan produksi perlu mempengaruhi beberapa faktor di bawah ini, yaitu:

a. Kualitas produk
Kualitas produk sangat perlu untuk direncanakan dengan baik, baik dari siapa
pasar yang dituju, keeksklusifannya (premium, medium, atau ekonomis), dan harganya.
Karena setiap segmen pasar memiliki standar kualitas yang berbeda.

b. Biaya produk
Biaya produksi meliputi bahan, alat, tenaga kerja, dan semua yang terlibat dalam
produksi pasti memerlukan biaya. Hal ini harus dimasukkan ke dalam perencanaan
produksi agar tidak rugi (biaya produksi lebih besar dari harga jual).
c. Waktu pengembangan produk
Di awal meluncurkan produk tidak serta merta perusahaan langsung
mendapatkan untung. Terkadang perlu beberapa waktu untuk mencapai balik modal
atau yang kita kenal dengan istilah break event point. Poin ini juga mengisyaratkan
ketanggapan perusahaan dalam mengikuti perkembangan teknologi.

d. Biaya pengembangan produk


Sebuah perusahaan yang tidak melakukan inovasi produk bisa saja mengalami
kebangkrutan. Hal ini sudah banyak tertulis di dalam sejarah. Perusahaan yang dulunya
menjadi raksasa merasa akan menjadi penguasa pasar selamanya sementara dia tidak
melakukan inovasi. Pada akhirnya mereka dikalahkan oleh bisnis-bisnis kecil yang tidak
henti melakukan inovasi. Oleh karena itu, pengembangan produk dilakukan, di
antaranya melakukan survei pasar, riset, dan pengujian. Tentunya hal ini membutuhkan
biaya.

e. Kapabilitas pengembangan
Kapabilitas pengembangan merupakan aset yang dimiliki perusahaan untuk
mengembangkan produk.

2. Pengertian Metode Produksi

Pengertian metode produksi adalah suatu kombinasi dari faktor-faktor


produksi yang ddibutuhkan untuk memproduksikan satu unit produk.
Biasanya untuk menghailkan satu unit barang dapat digunakan lebih dari
satu metode atau proses, atau disebut juga sebagai kegiatan produksi.

Kita telah mengetahui bahwa faktor produksi ada bermacam-mcam.


Namun, dari faktor –faktor produksi yang beberapa ini dapat disederhanakan
menjadi dua saja, dimana keduanya memiliki perilaku yang berbeda yang
dapat dikontraskan, yakni faktor produksi tenaga kerja dan faktor produksi
modal. Dalam jangka pendek, faktor produksi tenaga kerja dianggap sebagai
faktor produksi variable, yang jumlah penggunaannya sesuai dengan
perubahan jumlah produksi.Sedangkan faktor produksi modal dianggap
sebagai faktor produksi yang tetap (fixed), dalam arti jumlahnya tidak
berubah dan tidak berpengaruh oleh perubahan jumlah produksi. Output =
f(tenaga kerja dan modal).

Faktor produksi yang bersifat tetap dapat berupa tanah, mesin, gedung, dan
peralatan lain. Yang secara keseluruhan dapat disebut sebagai instalasi
pabrik. Besarnya faktor produksi jenis tanah, gedung, mesin dan peralatan
lain tidak secara langsung ditentukan oleh jumlah produksi yang
dilaksanakan. Pada saat tidak berproduksi punfaktor produksi tetap harus
ada. Sedangkan besarnya faktor produksi variable tergantung dari besarnya
jumlah produksi. Yang termasuk dalam faktor produksi variable misalnya
bahan mentah, bahan pembantu, tenaga kerja langsung (buruh).

Sampai bertemu di pembahasan selanjutnya, Apabila ada yang ingin


ditanyakan atau ingin berkonsultasi seputar permasalahan bisnis dan
keuangan di perusahaan, silahkan klik tombol dibawah ini dan booking sesi
konsultasi gratis dengan tim kami.

3. Pembagian Faktor Produksi

A. Pengertian Faktor Produksi

Pengertian faktor produksi sebagai proses perusahaan menghasilkan barang ataupun


jasa yang melalui beberapa tahap yang panjang.Secara umum, faktor produksi diartikan
sebagai upaya perusahaan untuk menciptakan produk barang ataupun jasa. Sementara
ada banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, yang akan kita ulas lebih spesifik di
sub di bawah.

Faktor produksi itu sendiri menjadi pembahasan menarik bagi para politik ekonomi
seperti Adam Smith dan tokoh-tokoh lain. Dari perkembangan dan percampuran
pandangan Karl Marx terkait kritikannya tentang akumulasi kapital dan nilai tambah
terhadap tenaga kerja.
Dipadukan dengan kritik dari David Ricardo terkait prinsip politik ekonomi dan
perpajakan yang dapat mempengaruhi produk. Maka pandangan-pandangan tersebut
melebur yang akhirnya menciptakan pandangan terhadap perekonomian.

Dimana saat membicarakan perekonomian tidak sekedar membicarakan tentang


proses produksi saja. Tetapi juga membicarakan keuntungan, pemasaran, segmentasi
pasar, kualitas produk dan masih banyak lagi.

5 Faktor Produksi dan Contoh Masing-Masing

Setelah mengetahui sekilas tentang pengertian faktor produksi, lantas apa saja sih hal-
hal yang mempengaruhi proses produksi? Setidaknya ada lima faktor yang
mempengaruhi secara mendasar, yaitu faktor SDM, Faktor sumber daya alam, faktor
modal, faktor kewirausahaan, dan dan faktor teknologi.

1. Faktor Tenaga Kerja (SDM)

Faktor produksi yang paling dasar keberhasilan adalah faktor tenaga kerja atau faktor
Sumber Daya Manusia. Proses produksi tidak akan dihasilkan jika tidak ada tenaga
manusia. Apalagi jika bentuk usaha nya adalah skala besar.

Beberapa tahun terakhir, tidak dipungkiri banyak terobosan dan kecanggihan


teknologi. Dimana memproduksi barang dapat digantikan menggunakan mesin robot.
Sehingga pihak perusahaan tidak perlu membutuhkan SDM. Meskipun pihak
perusahaan tidak merekrut banyak orang, tetap saja Sumber Daya Manusia tetap
dibutuhkan untuk menjadi operator mesin robot itu sendiri. Misalnya seperti Karyawan
yang bekerja sebagai HRD yang mengelola karyawan masuk keluar. Atau bagian
marketing yang fokus pada strategi dan analisis pasar.

Menurut Kominfo (2020), Indonesia membutuhkan sebanyak 129.465 pekerja yang


ahli di bidang digital. Artinya, banyak yang mulai digantikan dengan robot tetapi
banyak juga pekerjaan baru yang muncul dan menyerap tenaga kerja manusia.
2. Faktor Sumber Daya Alam

Terutama untuk pelaku usaha yang membutuhkan bahan baku dari Sumber Daya
Alam. Mereka pasti akan bergantung. Coba bayangkan jika sumber daya alam tidak
tersedia lagi, maka proses produksi akan berhenti.

Sementara kita tahu, sumber daya alam ada yang dapat dihasilkan secara continue.
Namun ada juga SDA yang tidak mampu mencukupi atau memenuhi permintaan akibat
proses regenrasi bahan dasarnya memakan waktu lebih lama dibandingkan permintaan
atauppun proses produksi.

Contoh : Pabrik gerabah, yang mengandalkan bahan baku dari tanah liat. Saat tanah
liat yang disediakan alam semesta berkurang, maka proses produksi pun juga akan
mengalami keterlambatan.

3. Faktor Modal

Faktor produksi yang ketiga masalah modal. Ada yang bilang modal uang tidak
penting, yang penting adalah modal dengkul. Saya rasa itu setengah benar dan setengah
salah. Tergantung dari konteks dan peruntukannya.

Jika konteksnya adalah menghasilkan produk untuk dijual belikan, atas nama sendiri
bukan karena reseller ataupun dropship, maka modal uang itu penting. Bahkan pelaku
usaha makanan pinggir jalan yang kecil-kecilan sekalipun mereka butuh modal awal
demi mendapatkan keuntungan yang diharapkan.

Sementara untuk mendapatkan modal uang itu sendiri pun sekarang ada banyak cara
yang bisa dilakukan. Mulai mengajukan pinjaman ke bank, menawarkan proposal
kepada para investor, dan bisa dengan hasil uang tabungan.

Contoh: Anak orang kaya mudah jika ingin menjalankan usaha, karena uang mudah
didapatkan. Sementara bagi orang biasa akan kesulitan mendapatkan modal untuk
merintis usaha yang mengharuskan mengeluarkan modal uang.Perlu diketahui juga,
bahwa faktor produksi modal dapat berupa uang, mesin, dan gedung.
4. Faktor Kewirausahaan

Faktor produksi yang keempat adalah faktor kewirausahaan. Ternyata tidak semua
orang memiliki jiwa entrepreneur yang tinggi. Tidak semua orang memiliki perspektif
menjadi jiwa kewirausahaan. Maka dari itu, jika kamu ingin menjalankan sebuah bisnis
yang langgeng, perlu sekali memahami dan mempelajari konsep kewirausahaan.

Kewirausahaan tidak melulu berbicara tentang modal awal berupa uang. Tetapi juga
berbicara tentang mentalitas dalam menghadapi berbagai masalah. Termasuk bagaimana
mengolah perspektif dan sudut pandang terhadap peluang.

Buat kamu yang merasa tidak memiliki jiwa kewirausahaan, kamu bisa mempelajari
prinsip dasarnya. Setidaknya dengan demikian kamu bisa menstimulus dan berlatih.
Ingat, menjadi orang sukses itu tidak selalu karena privilege keluarganya yang kaya.
Tetapi juga karena memiliki kemauan dan semangat untuk berubah.

5. Faktor Teknologi Informasi

Faktor teknologi informasi menjadi menjadi rahasia kesuksesan di era sekarang.


kenapa demikian? Karena sekarang segala sesuatu bergantung pada teknologi. Tidak
hanya dari segi kesadaran masyarakat dalam menggunakan teknologi informasi.

Dalam segi kelancaran internal, faktor produksi juga banyak yang terintegrasi
langsung dengan teknologi. Apalagi untuk perusahaan besar, yang segala sesuatunya
dilakukan menggunakan robot dan bersifat komputer.

Alasan kenapa harus menguasai teknologi informasi dalam proses produksi, karena
lebih memudahkan, menghemat waktu, menghemat tenaga atau menghemat beban biaya
tenaga kerja. Jadi saat proses produksi berjalan dan telah terprogram oleh teknologi,
tenaga manusia bisa langsung fokus pada manajemen.
Itulah beberapa faktor produksi, baik dalam skala industri maupun skala kecil
seperti UKM/UMKM. Dari beberapa ulasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor produksi sebagai faktor penentu sebuah produk barang/jasa dapat disajikan secara
efisien dan efektif.

4. Tabel dan Kurva Produksi


Kurva Produk Total atau Total Product (TP)
Kurva yang menunjukkan hubungan antara faktor produksi yang dipergunakan
dengan produk total yang dihasilkan dinamakan kurva produk total (TP). Apabila
produk total dinyatakan dalam satuan fisik, seperti kilogram, kuintal, ton dan lain-
lain maka disebut kurva produk fisik total. Apabila produk total itu dinyatakan
dalam nilai uangnya maka dinamakan kurva nilai produk total.

Hubungan yang umum terjadi adalah dengan meningkatnya faktor produksi


variabel akan meningkatkan total produksi sampai suatu titik dimana penggunaan
faktor produksi pada kondisi tersebut akan menghasilkan produk yang maksimum.
Apabila penggunaan faktor produksi ditambah tidak lagi meningkatkan produk,
akan tetapi justru menurunkan produksi.

Sebagai contohnya, apabila petani menggunakan pupuk dalam usahatani padi,


dalam jumlah yang sedikit akan menghasilkan produk yang sedikit pula. Apabila
penggunaan pupuk ditambah akan meningkatkan produksi sampai suatu kondisi
maksimum. Apabila penggunaan pupuk ditambah terus secara berlebihan akan
menyebabkan kematian tanaman dan berdampak menurunkan produksi.

Ditinjau dari tambahan produksi yang diperoleh, ada suatu hubungan yang
spesifik yaitu apabila sedikit sekali faktor produksi variabel yang dipergunakan jika
dibandingkan dengan faktor-faktor produksi tetap, terdapatlah kecenderungan
terjadinya kenaikan hasil bertambah.
Sebaliknya apabila faktor produksi variabel itu sudah banyak jumlahnya
dibandingkan dengan faktor-faktor tetap, maka tiap penambahan satu satuan faktor
produksi akan mempunyai kecenderungan untuk mengakibatkan kenaikan atau
tambahan hasil berkurang. Kenaikan hasil yang meningkat ini terjadi mulai dari titik
nol penggunaan faktor produksi sampai pada tercapainya titik balik fungsi produksi
dan setelah itu kenaikan produksi akan cenderung menurun.

Sebagai akibat dari sifat produksi, pada umumnya hubungan antara faktor
produksi dan produk dari tiap proses produksi akan cenderung berbentuk kombinasi
dari kenaikan hasil bertambah dan kenaikan hasil berkurang. Sifat inilah yang
digambarkan dalam satu hukum yang amat terkenal dalam teori produksi, yaitu
Hukum Kenaikan Hasil Berkurang (Law of Diminishing Returns). Hukum ini dapat
dinyatakan :

Dari sifat tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan produksi dapat dibagi menjadi 3
(tiga), yaitu :

1. podukss total dengan increasing return,


2. produksi total dengan decreasing return, dan
3. produksi total yang semakin menurun

Berikut ini diberikan satu misal dengan angka-angka hipotetis yang menggambarkan
hubungan antara penggunaan faktor produksi dan produksi yang dihasilkan. Dari data
yang ada yang disajikan dapat diketahui 3 tahapan propuksi, disajikan pada Tabel di
bawah ini
Penambahan
Faktor Produksi Penambahan Faktor Produk Y
Produk
X (satuan) Produksi (satuan) (satuan)
(satuan)

1 20 30

2 1 50 30

3 1 90 40

4 1 140 50

5 1 180 40

6 1 210 30

7 1 232 22

8 1 240 8

9 1 238 -2

10 1 234 -4

Tabel diatas menjelaskan, bahwa tiap penambahan faktor produksi dengan satu
satuan, mula-mula terdapat penambahan produk (kenaikan hasil) bertambah (30, 40 dan
50 satuan), yang kemudian disusul oleh penambahan produk (kenaikan hasil) berkurang
(50, 40, 30, 22, 8, -2 dan –4). Jika hubungan di atas digambarkan dalam grafik,
terdapatlah Grafik dibawah ini .

Kurva produk total (total product) menggambarkan hubungan antara factor


produksi dengan produksi bahwa semakin meningkat penggunaan factor produksi akan
meningkatkan produksi. Pada suatu titik penggunaan factor produksi sebesar XM, akan
tercapai kondidi produksi maksimum. Apabila factor produksi ditambah lebih besar dari
XM, justru akan menurunkan produksi.

Sebagai contohnya : penggunaan factor produksi pupuk pada jumlah tertentu akan
meningkatkan produksi, sampai pada tingkat penggunaan sejumlah pupuk tertentu akan
mengakibatkan produksi maksimu, dan apabila penggunaan pupuk ditambah justru akan
mengurangi produksi. Secra rasional hal ini dapat diterima akal, dikarenakan
pengggunaan pupuk terlalu banyak justru akan membuat tanaman mati dan selanjutnya
produksiturun.

Secara detail hubungan antara faktor produksi dan produk yang ada pada gambar kurva
diatas mempunyai lima sifat yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Mula-mula terdapat kenaikan hasil bertambah (garis OB dimana produk


marginal menjadi semakin besar).
2. Titik balik (inflection point) B. Pada saat fungsi mencapai titik balik B, produk
marginal mencapai maksimum.
3. Sesudah titik balik B. terdapat kenaikan hasil berkurang (garis BM), dimana
produk marginal mulai turun.
4. Pada titik maksimum M, produk marginal sama dengan nol.
5. Sesudah titik maksimum M tercapai, terdapat kenaikan hasil negative, dimana
produk marginal juga menjadi negative.

Kurva Produk Rata-Rata atau Average Product (AP)

Konsep lain yang sering digunakan dalam teori produksi adalah produk rata-rata.
Produk rata-rata adalah rasio antara produksi dengan faktor produksi yang digunakan.
Kurva produk rata-rata (average product curve) merupakan kurva yang menunjukkan
hubungan antara penggunaan faktor produksi yang dipergunakan dan produk rata-rata
pada bermacam tingkat penggunaan faktor produksi.

Apabila produk rata-rata dinyatakan dalam satuan fisik, kurva itu dinamakan kurva
produk fisik rata-rata (average physical product curve). Hubungan antara Produk Total
dan Produk Rata-rata disajikan pada gambar di bawah ini

Dalam keseharian konsep ini sering digunakan yaitu produktivitas lahan atau biasa
disebut produktivitas saja, menggambarkan produksi per luas lahan atau produksi per
hektar.

Contoh lain adalah produktivitas kerja, yang menunjukkan perolehan produksi per
tenaga kerja atau produlsi per jam kerja. Apabila produk total dinyatakan dengan Y,
sedang faktor produksi yang dipakai dinyatakan dengan X, maka produk rata-rata itu
besarnya sama dengan Y/X.

Pada tiap tingkat pemakaian faktor produksi, besar produk rata-rata itu dapat dihitung
dengan mencari nilai hasil bagi tersebut. Pada gambar 26. produk rata-rata di titik C
ialah Y2/X2. Perhatikan segitiga COX2 besar hasil bagi Y2/X2 ditunjukkan oleh tangen
sudut COX2 atau sudut α dalam grafik.

tg α = 0Y2/0X2

Secara umum dapat dinyatakan bahwa produk rata-rata di tiap titik dari kurva produk
total itu besarnya sama dengan tangen dari sudut yang dibentuk oleh garis yang ditarik
dari titik pangkal 0 ke titik bersangkutan dan garis horizontal.
Pada saat sudut tangen α itu mencapai maksimum, pada tingkat pemakaian faktor
produksi sebesar itulah akan tercapai produk rata-rata yang maksimum (dalam grafik 26
pada tingkat pemakaian faktor produksi sebesar OX2). Titik C merupakan titik
singgung terluar antara kurva produk total dan garis yang ditarik dari titik pangkal 0.

Kondisi inilah yang menunjukkan bahwa tg α maksimum atau penggunaan faktor


produksi sebesar 0X2 akan mencapai produk rata-rata maksimum. Total produksi yang
diperoleh saat itu mencapai 0Y2 satuan. Konsep produk rata-rata ini sering digunakan
dengan sebutan produktivitas.

Kurva Produk Marjinal atau Marginal Product (MP)

Selain produktivitas, konsep lain yang tak kalah pentingnya dalam pembahasan
teori produksi adalah Produk marjinal (Marginal Product). Produk marjinal (MP) adalah
tambahan produksi karena penambahan satu satuan faktor produksi. Kurva yang
menunjukkan hubungan antara faktor produksi dan produk marginal pada berbagai
tingkat pemakaian faktor produksi dinamakan kurva produk marginal (marginal product
curve).

Apabila produk marginal dinyatakan dalam satuan fisik, maka kurvanya


dinamakan kurva produk fisik marginal (marginal physical product curve), sedang
apabila produk marginal dinyatakan dalam nilai uangnya, kurvanya disebut kurva nilai
produk marginal (value marginal product). Secara umum produk marginal
diformulasikan
Y= ∆Y/∆X
Apabila produk total Y dinyatakan sebagai fungsi Y = f(x) dari faktor produksi
X, maka besar produk marginal sama dengan dY/dX. Pada tiap tingkat pemakaian
faktor produksi besar produk marginal dapat dihitung dengan mencari derivatif pertama
(first derivative) dari fungsi produksi terhadap faktor X yang dipakai. Dengan kata lain,
bahwa produk marjinal merupakan kemiringan (slope) dari kurva produk total.
Pergerakan kurva produk marjinal disajikan pada gambar 26. Di titik B pada
grafik gambar 26, produk marginal ditunjukkan oleh dY/dX di titik itu, yang besarnya
sama dengan tangens sudut yang dibentuk oleh garis singgung pada kurva produk total
di titik bersangkutan dan garis horizontal yang ditarik dari titik tersebut.

Kalau diikuti besarnya produk marginal pada berbagai tingkat pemakaian faktor,
maka terlihat bahwa produk marginal itu mula-mula naik, lalu mencapai maksimum
pada saat fungsi produksi mencapai titik balik, kemudian terus turun. Pada saat produk
total mencapai maksimum maka produk marginal sama dengan nol. Sesudah itu produk
marginal akan bertanda negatif, yang berarti bahwa dengan penambahan faktor
produksi, produk total yang dihasilkan justru akan turun. Hal lain yang perlu diketahui,
bahwa produk marjinal merupakan kemiringan dari kurva produk total.

Pada penggunaan faktor produksi sebesar X3 kemiringan garis yang


menyinggung produk total adalah positif, dan pada X1 kemiringan kurva produk total
positif tetapi lebih besar dari kemiringan pada X3. Pada X4 kemiringan kurva produk
total positif akan tetapi lebih kecil dari pada X1. Hal ini disebabkan perubahan arah
produk total dari cekung menjadi cembung terhadap garis horizontal.

Kemiringan kurva produk total mencapai maksimum pada penggunaan faktor


produksi sebesar X1, sehingga pada saat tersebut tercapai produk marjinal yang
maksimum. Satu hal yang menraik untuk didingat bahwa pada penggunaan faktor
produksi sebesar X2, besarnya produk rata-rata (digambarkan dengan tg α) sama dengan
kemiringan kurva produk total, yang berarti pada titik tersebut produk rata-rata sama
dengan produk marjinal.

Hubungan Total Product, Average Product, & Marginal Product

Terdapat keterkaitan antara perkembangan produk total, produk rata-rata serta


produk marjinal. Tahapan kenaikan produk total awalnya diikuti dengan kenaikan
produk rata-rata, sampai penggunaan faktor produksi tertentu akan diikuti penurunan
produk rata-rata.
Begitu juga tahap kenaikan produk total diikuti kenaikan produk marjinal
sampai pada titik balik fungsi produk total, selanjutnya akan diikuti penurunan kurva
produk marjinal. Gambar 26 menunjukkan tahap-tahap produksi yang berhubungan
dengan peristiwa hukum kenaikan hasil yang makin berkurang.

Gambar (A) melukiskan kurva produksi total (PT) yang bergerak dari 0 menuju
B, C dan M. Gambar (B) melukiskan sifat-sifat dan gerakan produksi rata-rata (AP) dan
produksi marginal (MP). Kedua gambar ini berhubungan erat. Pada saat kurva TP mulai
berubah arah pada titik balik B (inflection point) maka kurva MP mencapai titik
maksimum. Itulah batas dimana hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang mulai
berlaku.

Kalau produk rata-rata pada berbagai tingkat pemakaian faktor itu diikuti, maka
terlihatlah bahwa produk rata-rata itu mula-mula naik dan sesudah mencapai maksimum
lalu mulai turun. Secara teoritis produk rata-rata itu akan mencapai nol apabila
pemakaian faktor produksi sudah tak terhingga banyaknya. Di dalam praktek hal ini
tidak akan mungkin terjadi, sebab siapakah yang akan memakai faktor produksi dalam
jumlah yang tak terhingga.

Karena kurva produk rata-rata dan kurva produk marginal diturunkan dari kurva
produk total, maka sudahlah pasti diantara ketiga kurva-kurva itu terdapat suatu
hubungan tertentu. Bentuk dari kurva produk rata-rata dan kurva produk marginal akan
tergantung dari bentuk kurva produk total.

Apabila dengan perubahan teknologi kurva produk total dari suatu proses
produksi berubah, maka secara otomotis kurva produk rata-rata dan kurva produk
marginal juga akan berubah. Untuk jelasnya hubungan ketiga kurva tersebut di atas
akan ditunjukkan dengan tabel 3. Dari tabel 3 dan gambar 26 hubungan antara produk
total, produk rata-rata dan produk marginal dapat disimpulkan sebagai berikut:
Apabila dengan perubahan teknologi kurva produk total dari suatu proses
produksi berubah, maka secara otomotis kurva produk rata-rata dan kurva produk
marginal juga akan berubah. Untuk jelasnya hubungan ketiga kurva tersebut di atas
akan ditunjukkan dengan tabel 3. Dari tabel 3 dan gambar 26 hubungan antara produk
total, produk rata-rata dan produk marginal dapat disimpulkan sebagai berikut:

Mula-mula produk total mengalami kenaikan dengan tambahan hasil yang


semakin meningkat sampai mencapai titik balik B. Saat itu ditandai peningkatan produk
marginal sampai mencapai maksimum pada B’; produk rata-rata juga terus naik dan
berada di bawah produk marginal. Titik B inilah batas perubahan arah kurva produk
total dari cekung menjadi cembung terhadap garis horizontal.

Setelah titik B, produk total mengalami kenaikan hasil yang berkurang; produk
marginal mulai turun. Pada saat ini produk rata-rata masih naik (dan masih berada di
bawah produk marginal) sampai mencapai maksimum di titik C’. Pada waktu produk
rata-rata mencapai maksimum di titik C’, produk marginal sama besarnya dengan
produk rata-rata.

Hal tersebut disebabkan pada titik C besarnya tangen  = OY2/OX2 sekaligus


sama dengan kemiringan kurva produk total, yang berarti produk rata-rata sama dengan
produk marjinal. Setelah titik maksimum C’, produk rata-rata mulai turun tapi sekarang
terletak di atas produk marginal. Berarti produk rata-rata menjadi lebih besar dari pada
produk marjinal.

Pada waktu produk total mencapai maksimum di titik M, produk marginal sama
dengan nol terlihat dari kemiringan kurva produk total yang sejajar dengan garis
horizontal. Pada saat itu produk rata-rata tetap bernilai positif.

Setelah produk total melewati titik maksimum M, selanjutnya kurva produk total mulai
turun; hal ini diikuti nilai produk marjinal yang negatip, sedang produk rata-rata tetap
bernilai positif.
Elastisitas Produksi dan Daerah Produksi

Seringkali muncul pertanyaan, seberapa besar pengaruh faktor produksi terhadap


produksi. Perubahan dari produk yang dihasilkan yang disebabkan oleh perubahan pada
faktor produksi yang dipakai, dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Yang
disebut dengan elastisitas produksi ialah rasio perubahan relatif produk yang dihasilkan
dengan perubahan relatif jumlah faktor produksi yang dipakai.

Misalnya perubahan relatif dari jumlah faktor produksi yang dipakai adalah +
5%, sedangkan perubahan relatif dari jumlah produk yang dihasilkan sebagai akibat dari
perubahan pemakaian faktor produksi itu ialah +10%, maka dikatakan bahwa elastisitas
produksi adalah 10% / 5% = 2,0. Elastisitas produksi ini juga disebut dengan koefisien
fungsi dan disimbolkan dengan tanda e atau eprod. Hubungan antara eprod dengan
produk rata-rata dan produk marginal adalah sbb:

eprod = (dY/Y) / (dX/X) (definisi)


eprod= (dY/Y)*(X/dX)
eprod = (dY/dX)*(X/Y) = MP/AP (Produk marjinal/produk rata-rata)

Berdasarkan nilai dari eprod ini, para ahli teori ekonomi produksi membagi suatu proses
produksi dalam daerah produksi sebagai berikut:

1. Daerah dengan eprod > 1 (Irasional)

Pada tingkat produksi dimana MP > AP, besar eprod > 1.


Ini berarti bahwa penambahan faktor produksi sebesar 1% akan menyebabkan
penambahan produk lebih besar dari 1%. Persen penambahan faktor produksi
menghasilkan persen tambahan produksi yang lebih besar. Pada kondisi ini
digambarkan kurva produk marjinal berada diatas kurva produk rata-rata.
Dalam daerah ini produk rata-rata naik terus.
Apabila produksi bersangkutan memang menguntungkan untuk dijalankan,
pengusaha masih terus akan memperbesar produksinya agar pendapatan meningkat
dengan pemakaian faktor produksi yang lebih banyak, selama produk rata-rata itu masih
terus naik. Jadi dimanapun dalam daerah ini belum akan tercapai pendapatan
maksimum, karena pendapatan itu masih selalu dapat diperbesar.

Karenanya daerah ini dinamakan daerah tidak rasionil dan ditandai dengan
Daerah I dari produksi. Tidak rasional kiranya apabila pengusaha menghentikan
penggunaan faktor produksi pada daerah ini, karena sebenarnya penambahan faktor
produksi masih dapat meningkatkan produksi rata-rata atau produktivitas.

Pengambilan keputusan yang rasionil dimaksudkan pengambilan keputusan


yang didasarkan atas perhitungan untuk mendapatkan pendapatan yang maksimum
dengan jumlah faktor produksi tertentu.

Pada tingkat produksi dimana MP = AP, eprod=1. Pada tingkat ini penambahan
faktor produksi sebesar 1% akan menyebabkan penambahan produk sebesar 1% juga.
Kondisi ini digambarkan pada daerah dimana besarnya produk marjinal sama dengan
produk rata-rata.

2. Daerah dengan 0 < eprod < 1 (Rasional)

Dalam daerah ini penambahan faktor produksi sebesar 1% akan menyebabkan


penambahan produk lebih besar dari 0% dan sampai kurang dari 1%. Tergantung dari
harga-harga produk dan faktor produksi maka dalam daerah inilah akan dicapai
pendapatan maksimum, meskipun sampai saat ini masih belum dapat ditetapkan di titik
mana dari daerah tersebut.

Karena dimungkinkannya dalam daerah ini pengusaha akan memperoleh


keuntungan maksimum, maka daerah produksi ini disebut daerah rasionil dan ditandai
dengan Daerah II dari produksi.
Pada daerah II inilah akan tercapai kondisi efisiensi ekonomis setelah
mempertimbangkan harga produk dan harga faktor produksi. Kondisi dimana eprod = 1,
maka akan tercapai produksi rata-rata (produktivitas) maksimum, daerah inilah efisiensi
teknis tercapai. Daerah II dari produksi itulah yang menjadi pusat perhatian pengusaha,
sebab di daerah itulah terdapatnya pendapatan yang maksimum.

3. Daerah dengan eprod < 0 (Irasional)

Pada tingkat produksi dimana MP = 0, besar eprod=0 juga.


Pada tingkat ini penambahan faktor produksi sebesar 1% tidak akan menyebabkan
perubahan pada produk total. Dalam daerah produksi ini penambahan faktor produksi
akan menyebabkan pengurangan (penambahan negatif) produk.

Jadi penambahan faktor produksi di daerah ini akan mengurangi pendapatan.


Karenanya dinamakan juga dengan daerah tidak rasionil dan ditandai dengan Daerah III
dari produksi. Akhirnya pada tingkat produksi dimana MP bernilai negatif, maka
eprod<0
5. Kurva Isokuan

Pengertian isokuan / isoquant adalah kurva yang memberikan tingkat output produksi
yang sama untuk berbagai kombinasi penggunaan dua input variabel. Tenaga kerja dan
modal bertindak sebagai input variabel yang artinya jumlah penggunaannya dapat
berubah (bertambah atau berkurang). Dengan demikian, produsen dapat menggunakan
lebih banyak mesin (modal) atau mungkin sebaliknya lebih banyak tenaga kerja. Namun
konsep isoquant menggambarkan bagaimanapun kombinasi keduanya tetap hasil output
yang diproduksi sama.

Misalkan teman-teman ingin membuat 100 kue. Teman-teman membutuhkan mesin


(modal) dan tenaga kerja. Katakanlah teman-teman untuk menghasilkan 100 kue dapat
menggunakan 1 mesin dan 18 tenaga kerja. Tapi bisa juga teman-teman menggunakan 5
mesin dan 10 tenaga kerja untuk menghasilkan 100 kue. Jadi, konsep isoquant disini
yaitu output yang dihasilkan sama-sama 100 kue meskipun teman-teman bebas memilih
dari berbagai kombinasi pilihan penggunaan tenaga kerja dan mesin.

Untuk lebih jelas memahami, perhatikan kurva isoquant / isokuan berikut:


Kurva isoquant

Pada gambar diatas kita dapat melihat kurva isokuan / isoquant dengan sumbu Y
berupa modal dan sumbu X berupa tenaga kerja. Kurva isokuan (Z) menggambarkan
tingkat output produksi yang sama. Artinya ketika produksi di sepanjang garis tersebut
akan sama outputnya, namun input yang digunakan memiliki komposisi yang berbeda.

Misalkan pada titik A, titik B, maupun titik C memiliki tingkat hasil produksi yang
sama. Bila kita misalkan outputnya 100 roti, maka titik A, B, C sama-sama
menghasilkan 100 roti. Meskipun demikian, komposisi input yang digunakan berbeda.
Ada yang lebih banyak tenaga kerja, ada yang lebih banyak mesin (modal). Itulah yang
ingin digambarkan dalam kurva isoquant.

Pada titik A, untuk menghasilkan output sejumlah Z, maka diperlukan tenaga kerja
sebanyak X1 dan modal sebanyak Y1. Pada titik ini perusahaan teman-teman memilih
lebih banyak menggunakan modal. Penggunaan modal maksudnya disini, bisa saja
modal yang perusahaan teman-teman itu dipergunakan untuk membeli mesin. Makanya
modal atau mesin sering saya tulis bersama. Kondisi ini disebut dengan capital
intensive.
Pada titik B, perusahaan teman-teman sedikt mengurangi penggunaan modal dan
sedikit menambah penggunaan tenaga kerja. Pilihan seperti ini bisa saja dilakukan.
Output produksi yang dihasilkan sama yaitu sebesar Z. Keadaan ini sering digambarkan
sebagai kondisi netral bila seimbangan antara penggunaan mesin dan tenaga kerja.

Pilihan terakhir yang diilustrasikan kurva isoquant diatas yaitu pada titik C. Dalam
kondisi ini perusahaan teman-teman memilih untuk menggunakan lebih banyak tenaga
kerja yaitu sebesar X3 dan mengurangi penggunaan mesin menjadi Y3. Output yang
dihasilkan tetap sebanyak Z. Kondisi ini disebut sebagai labour intensive karena lebih
banyak menggunakan input produksi berupa tenaga kerja.

6. Hukum Perluasan Produksi


Mengapa produksi perlu diperluas? Ada beberapa alasan perlunya perluasan produksi,
diantaranya:
1.Adanya penambahan kebutuhan manusia baik secara jumlah dan kualitas.
2.Adanya barang yang mulai rusak, aus ataupun musnah.
3.Adanya keinginan manusia untuk meningkatkan kemakmuran dan taraf hidupnya.
Perluasan produksi dapat dilakukan dengan cara:
a. Ekstensifikasi, artinya perluasan produksi dengan cara menambah faktor-faktor
atau unit produksi baru. Di bidang pertanian misalnya menambah areal pertanian, di
bidang industri menambah tenaga kerja, mesin-mesin.
b. Intensifikasi, artinya perluasan produksi yang dilakukan dengan cara meningkatkan
produktivitas (kemampuan menghasilkan) dari faktor produksi yang ada pada tiap
unit produksi. Di bidang pertanian misalnya dengan pemupukan, pengairan yang
lebih intensif. Di bidang industri misalnya dengan pembagian kerja (spesialisasi
kerja), peningkatan kemampuan dan keahlian kerja.
c. Diversifikasi, artinya meningkatkan jenis dan macam produksi yang dihasilkan. Di
bidang pertanian seperti tumpang sari.
Coba Anda jawab dengan memberi tanda cek list (V) pada kolom yang sesuai dengan
cara perluasan produksi dalam tabel berikut.

B. Teori Biaya Produksi

1. Pengertian Biaya

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahanbahan mentah yang akan digunakan untuk
menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut.

2. Pembagian Biaya dan Kurva Biaya Produksi

Biaya produksi yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan kepada dua jenis :

1.Biaya Eksplisit adalah segala biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan faktor-
faktor produksi.
2.Biaya Implisit (Tersembunyi) adalah taksiran pengeluaran terhadap faktor-faktor
produksi yang dimiliki oleh perusahaan.

Dari segi alir produksinya dibedakan menjadi beberapa macam biaya produksi. Biaya
produksi ini dibedakan antara biaya total atau total cost (TC), biaya rerata atau average
total cost (AC), dan biaya marginal atau marginal cost atau (MC).

Total cost (TC) adalah biaya yang secara keseluruhan dikeluarkan oleh
perusahaan meliputi biaya tetap atau fixed cost (FC) dan biaya variabel atau variable
cost (VC). Fixed cost adalah biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan dan tidak
terkait dengan besar kecilnya produksi. Variable cost adalah biaya produksi yang
dikeluarkan oleh perusahaan dan tergantung pada besar kecilnya aktivitas produksi.

1.Biaya tetap (fixed cost / FC)

Biaya tetap adalah biaya yang bersifat konstan selama kegiatan produksi
berlangsung. Biaya produksi ini tidak tergantung pada aktivitas produksi. Biaya tetap
merupakan datum, berbentuk garis horisontal sejajar dengan perluasan produksi.

Misalnya, pembelian kapal penumpang seharga 15 trilyun, dengan kapasitas


penumpang sebesar 500.000 penumpang selama 1000 hari. Jumlah biaya tersebut tidak
akan dipengaruhi oleh kapasitas penumpang setiap hari. Perusahaan ataupun
industri/pasar tetap menginvestasikan sejumlah dana tersebut untuk pengadaan kapal
penumpang.

Bagi investor biaya tetap merupakan persoalan dasar dalam meletakkan


kerangka dasar dalam pemilihan skala perusahaan. Semakin luas skala perusahaan
semakin besar jumlah biaya tetap yang dibutuhkan.

Walaupun demikian bagi usaha kecil tetap dituntut adanya sejumlah biaya tetap
termasuk usaha sektor informal. Usaha sektor informal apapun kecilnya tetap
membutuhkan sejumlah biaya tetap.
Tabel Biaya Tetap

Q FC (Rp.) RASIO

1 1000.000 0.000001

2 1000.000 0.000002

3 1000.000 0.000003

4 1000.000 0.000004

5 1000.000 0.000005

6 1000.000 0.000006

7 1000.000 0.000007

Membandingkan biaya tetap dengan satuan produksi yang dihasilkan, ada


kecenderungan rasionya semakin meningkat. Rasio meningkat dari 0.000001 bahkan
lebih besar dari satu, berarti semakin besar produksi maka biaya tetap semakin efektif.
Kurva Biaya Tetap

Kurva kurva biaya tetap menujukkan bahwa untuk menghasilkan output sebesar
Q1 dibutuhkan biaya sebesar Rp. 1.000.000. Jika perusahaan ingin menambah outputnya
menjadi Q2 maka biaya tetap yang dikeluarkan juga sebesar Rp. 1.000.000. Dengan
demikian, semakin banyak output yang diproduksi akan semakin efektif biaya tetap
tersebut.

Biaya variabel (variable cost / VC)

Biaya variabel dapat dibedakan menjadi biaya progresif, proporsional, dan biaya
degresif. Biaya variabel arahnya tidak selalu proporsional, tergantung perbandingan
antara biaya variabel yang dikeluarkan dengan produksi.

Biaya progresif bila setiap tambahan biaya yang dikeluarkan lebih besar
dibandingkan setiap tambahan produksi. Biaya proporsional adalah biaya variabel
dimana “bila setiap tambahan biaya sebanding dengan setiap tambahan produksi”.
Sedangkan biaya degresif adalah biaya variabel dimana “bila setiap tambahan biaya
lebih kecil dari tambahan produksi”.

Contoh biaya variabel proporsional, progresif, dan degresif disajikan dalam tabel dan
kurva berikut ini.
Tabel Biaya Variabel Proporsional, Progresif dan Degresif

Q Proporsional (Rp) Progresif (Rp) Degresif (Rp)

1 500 500 500

2 1000 1500 750

3 1500 3000 950

4 2000 5000 1100

5 2500 7500 1200

6 3000 10500 1275


7 3500 14000 1325

8 4000 18000 1365

9 4500 25000 1400

Dengan demikian kurva biaya progresif, proporsional, dan degresif adalah sebagai
berikut:

Kurva Biaya Variabel Proporsional, Progresif, dan


Degresif

Pada kuantitas produksi pertama, biaya variabel


sebesar Rp. 500. Untuk menghasilkan produksi kedua, biaya proporsional menjadi Rp.
1000, biaya progresif menjadi Rp. 1500 dan biaya degresif menjadi Rp. 750. Lebih
lanjut untuk menghasilkan satuan produksi ketiga dibutuhkan biaya variabel sebesar Rp.
1500, Rp. 3000, dan Rp. 950.

Peningkatan satuan produksi yang diikuti oleh peningkatan satuan uang, ada tiga
alternatif.

 Pertama, peningkatan biaya sebanding dengan peningkatan satuan produksi,


disebut biaya variabel proporsional.
 Kedua, peningkatan biaya semakin meningkat dibandingkan dengan peningkatan
satuan produksi, disebut biaya variabel progresif
 Ketiga, peningkatan biaya semakin menurun dibandingkan dengan peningkatan
satuan produksi, disebut biaya variabel degresif.
Menyikapi perubahan biaya variabel dibandingkan perubahan satuan produksi,
maka rasio biaya variabel tidak sama. Rasio tetap konstan untuk biaya variabel
proporsional, rasio semakin naik untuk biaya progresif, dan turun untuk biaya variabel
degresif.

Hubungan biaya total, biaya tetap, dan biaya variabel

Biaya total (total cost) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk memproduksi sejumlah output tertentu. Dalam memproduksi, perusahaan selalu
mengeluarkan biaya tetap dan biaya variabel sehingga persamaan biaya total adalah:

Q FC VC TC
TC = FC + VC

Persamaan tersebut 1 100 40 140 menunjukkan biaya total


terdiri dari komponen biaya tetap dan biaya
variabel. Bisa juga terjadi biaya total sama dengan
2 100 70 170
biaya variabel, dengan asumsi biaya tetap sama
dengan nol, atau biaya total sama dengan biaya
tetap, dengan aumsi biaya 3 100 86 186 variabel sama dengan nol.

Hubungan biaya total, biaya tetap dan biaya


4 100 96 196
variabel dipaparkan dalam tabel dan kurva di bawah
ini.
5 100 105 205
Tabel Hubungan TC, FC, dan VC

6 100 110 210

7 100 145 245

8 100 220 320

9 100 305 405

10 100 410 510


Kurva Hubungan TC, FC, dan VC

Biaya total menunjukkan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Oleh
karena itu arah biaya total mengikuti biaya variabel sebab biaya tetap merupakan garis
horizontal sejajar dengan sumbu kuantitas produksi.

Hubungan biaya total rerata, biaya tetap rerata dan biaya variabel rerata

Totalbiaya kaitannya dengan kuantitas produksi, maka terdapat tiga macam biaya
rerata yaitu biaya total rerata, biaya tetap rerata dan biaya variabel rerata.

 Avarage total cost (AC), adalah biaya total rerata atau biaya total per satuan unit
produksi, dimana AC = TC/Q.
 Avarage fixed cost (AFC), adalah biaya tetap rerata atau biaya tetap per satuan
unit produksi, dimana AFC = FC/Q.
 Avarage variabel cost (AVC), adalah biaya variabel rerata, atau biaya variabel
per satuan unit produksi, dimana AVC = VC/Q.

Hubungan biaya total, biaya tetap dan biaya variabel dipaparkan dalam tabel dan kurva
berikut.

Tabel Hubungan AC, AFC, dan AVC


AV
Q AFC AC
C

1 100 40 140

2 50 35 85

3 33,3 28,7 62

4 25 24 49

5 20 21 41

6 16,7 18,3 35

7 14,3 20,7 35

8 12,5 27,5 41

9 11.1 33,9 45

10 10 41 51

Semakin besar jumlah produksi semakin kecil biaya tetap rata-rata dan asimtot
terhadap sumbu produksi. Artinya semakin besar produksi maka semakin mendekati
sumbu produksi dan tidak akan mencapai titik nol.
Biaya variabel rerata turun dan sesudah mencapai titik minimum akan kembali
naik lagi. Demikian halnya dengan biaya total rata-rata berbentuk huruf U, mengikuti
arah garis biaya rata-rata dan biaya variabel rerata.

Biaya total rerata merupakan akumulasi dari biaya tetap rerata dan biaya
variabel rerata. Hubungan tersebut tampak jelas pada kurva berikut.

Kurva Hubungan AC, AFC, dan AVC

Titik belok biaya variabel rata-rata dan biaya total rata-rata ditunjukkan oleh
produksi yang keenam. Titik belok menunjukkan tentang biaya minimal bagi
firm/perusahaan, dalam penggunaan biaya baik biaya variabel rata-rata dan biaya total
rata-rata.

Hubungan antara biaya total rerata dan biaya variabel

Biaya total rata-rata, biaya rata-rata diperoleh dari hasil bagi biaya total (TC)
dengan hasil produksi (Q), AC = TC/Q karena TC = FC + VC, maka AC = AFC +
AVC, sedangkan marginal cost (MC), MC = dTC/dQ, adalah biaya marginal yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap unit tambahan produksi.

Hubungan antara biaya total rata-rata dan biaya marginal dipaparkan dalam tabel dan
kurva berikut.

Tabel Hubungan antara TC, AC, dan MC


Q AC MC

1 140 140

2 85 30

3 62 16

4 49 10

5 41 9

6 35 5

7 35 35

8 40 75

9 45 85

10 51 105
Kurva Hubungan antara TC, AC, dan MC

Garis biaya total rata-rata turun dengan semakin naiknya kuantitas produksi, dan
akan mencapai titik minimal, kemudian naik lagi jika kuantitas produksi ditingkatkan.
Biaya marginal mengikuti arah biaya total rata-rata dimana ketika biaya total rerata
turun maka biaya marginal juga turun lalu naik (pada Q=7) dan memotong biaya total
rata-rata di titik minimum dan seterusnya naik mengikuti naiknya biaya total rerata.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-produksi/#A_Pengertian_Produksi
https://deepublishstore.com/blog/materi/faktor-produksi/

file:///C:/Users/HP/Downloads/2836-Article%20Text-8393-2-10-
20221026%20(4).pdf

https://studiekonomi.com/ekonomi/mikro/teori-produksi-isoquant-dan-isocost/

https://konten.smpn2ppu.sch.id/ips/kegiatan-ekonomi-1/MO_files/
konten17.html#:~:text=b.,pemupukan%2C%20pengairan%20yang%20lebih
%20intensif

https://kumparan.com/kabar-harian/contoh-perilaku-produksi-yang-seharusnya-
dilakukan-oleh-produsen-1x1ANNSyAVt/full

https://dconsultingbusinessconsultant.com/produksi-dan-metode-produksi/

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-produksi/

https://www.kudupinter.com/2019/12/produksi.html

Anda mungkin juga menyukai