Halaman
Kata Pengantar.............................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.4 Ruang Lingkup.................................................................................. 2
1.5 Maksud dan Tujuan ......................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI...................................................................... 3
21. Pengertian Manajemen Produksi...................................................... 3
2.2. Tahapan Manajemen Produksi.......................................................... 3
2.3. Faktor-faktor Manajemen Produksi.................................................. 4
2.4. Fungsi Manajemen Produksi............................................................. 7
2.5. Sistem Produksi................................................................................ 8
2.6. Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Produksi..................... 11
2.7. Ruang Lingkup Manajemen Produksi.............................................. 12
2.8. Lokasi dan Layout Pabrik................................................................. 13
BAB III Kesimpulan..................................................................................... 15
Daftar Pustaka...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hal tersebut tidak hanya dialami oleh industri yang memproduksi barang, tetapi
dialami pula oleh perkantoran (industri jasa) yang menerapkan prosedur
administrasi yang berbelit – belit / birokratis. Hal itu akan menyebabkan waktu
pelayanan terhadap pelanggan menjadi lebih lama dari waktu yang sepantasnya
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kinerja suatu system operasi dalam produksi dapat diukur?
1.4 Ruang Lingkup
3. Sistem produksi
Maksud pembuatan makalah ini adalah rangka untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Pengantar Bisnis”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar penyusun
dan parapembaca dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana pengawasan
dalam manajer produksi diterapkan dalam suatu perusahaan agar produktivitas
kerja dapat meningkat.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Ongkos Produksi
Bila dikaitkan dengan tujuan suatu sistem usaha, maka ukuran kinerja sering
diukur dengan keuntungan yang dapat dicapai, namun seperti diuraikan diatas
bahwa sistem produksi hanyalah salah satu dari sub sistem yang ada dalam suatu
sistem usaha, sehingga untuk mengukur seberapa besar kontribusi sistem operasi di
dalam pencapaian keuntungan bukanlah hal yang mudah. Oleh sebab itu untuk
mengukur kinerja sistem produksi diambil ukuran waktu operasi tertentu (biasanya
dalam waktu satu tahun)
Ongkos produksi ini meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produk / jasa ketangan konsumen. Dengan ongkos produksi yang murah
diharapkan bahwa produk / jasa dapat dipasarkan dengan harga yang dapat
dijangkau oleh konsumen.
2. Kualitas Produk / Jasa
Kenyataan menunjukan bahwa konsumen tidak hanya memilih produk/jasa
yangharganya murah namun juga produk/jasa yang berkualitas, oleh sebab itu baik
buruknya suatu sistem produksi juga diukur dari kualitas produk/jasa yang
dihasilkan.Ukuran kualitas produk yang dimaksudkan disini tentunya yang
disesuaikan dengan selera konsumen bukan ukuran kualitas secara teknologi
semata.
3. Tingkat Pelayanan
Bagi konsumen untuk menilai baik buruknya suatu sistem produksi / operasi
lebih dinilai dari pelayanan yang dapat diberikan oleh sistem produksi kepada
konsumen itu sendiri. Berbicara mengenai tingkat pelayanan (service level)
merupakan ukuran yang tidak mudah untuk diukur, sebab banyak dipengaruhi oleh
faktor – faktor kualitatif, walaupun demikian beberapa ukuran obyektif yang sering
digunakan antara lain :
a. Ketersediaan (availability) dan kemudahan untuk mendapatkan produk / jasa
b. Kecepatan pelayanan baik yang berkaitan dengan waktu pengiriman (delivery
time) maupun waktu pemrosesan (processing time).
c. Agar dapat dicapai kinerja sistem operasi diatas maka seorang manajer produksi
/ operasi dituntut untuk mempunyai sedikitnya dua kompetensi, yaitu:
- Kompetensi Teknikal yaitu kompetensi yang berkaitan dengan pemahaman
atas teknologi proses produksi dan pengetahuan atas jenis-jenis pekerjaan yang
harus dikelola. Tanpa memiliki kompetensi teknikal ini maka seorang manajer
produksi / operasi tidak akan mengerti apa yang sebenarnya harus diperbuat.
- Kompetensi Manajerial yaitu kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan
yang berkaitan dengan pengelolaan sumber – sumber daya (faktor-faktor produksi)
serta kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain. Kompetensi ini sangat
diperlukan mengingat penguasaan pengelolaan atas faktor- faktor produksi serta
menjalin koordinasi dan kerjasama dengan fungsi-fungsi lain yang ada didalam
suatu unit usaha merupakan keharusan yang tak dapat dihindarkan.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi ini menentukan kegiatan pelaksanaan agar tetap sesuai
dengan rencanaproduksi.
5. Fungsi Pengawasan Mutu
Berhubungan dengan pemeliharaan mutu produksi sehingga
sesuai dengankeinginan pasar.
6. Fungsi Pengawasan biaya
Kegiatan yang bertanggung jawab terhadap setiap perbedaan antara biaya
yangdikeluarkan dengan biaya yang direncanakan.
7. Fungsi Pengangkutan
Bertujuan agar proses produksi dapat dilaksanakan dengan tepat dan dengan
biaya perlengkapan sekecil-kecilnya.
Dalam mengoperasikan suatu kegiatan, peranan manajemen ini sangat penting
sehingga antara satu aspek dengan aspek yang lainnya tidak berjalan sendiri-
sendiri. Suatu manajemen diterapkan dalam perusahaan agar setiap input atau
faktor produksi dikombinasikan dengan baik dan dalam prosesnya prinsip efisiensi
dapat lebih diperhatikan.
2.5. SistemProduksi
Sistem adalah sekumpulan bagian-bagian yang saling berhubungan dengan satu
sama lain, dan bersama-sama beraksi menurut pola tertentu terhadap input dengan
tujuan menghasilkan output. Sistem produksi yaitu sekumpulan sub-sistem yang
terdiri dari pengambilan keputusan, kegiatan, pembatasan, pengendalian dan
rencana yang memungkinkan berlangsungnya perubahan input menjadi output
melalui proses produksi.
A. KeputusanEsensial
Pengelolaan sistem produksi (manajemen produksi) akan melibatkan
serangkaian proses pengambilan keputusan operasional, keputusan – keputusan
taktikal bahkan keputusan strategis. Secara umum ada 5(lima) jenis kategori
keputusan esensial didalam manajemen produksi,yaitu keputusan yang berkaitan
dengan :
1. Proses Produksi
Keputusan yang termasuk dalam kategori ini pada prinsipnya berkaitan dengan
penentuan wahana atau fasilitas fisik yang dipergunakan untuk terjadinya
transformasi input menjadi produk / jasa. Keputusan yang dimaksud meliputi :
- Teknologi produksi\
- Type peralatan
- Jenis proses dan aliran proses produksi
- Tata letak fasilitas
Pada umumnya keputusan – keputusan yang diambil dalam kategori ini
berdampak jangka panjang dan tidak mudah diubah dalam waktu yang singkat
(long term strategic decision).
2. Kapasitas
Keputusan – keputusan yang termasuk dalam kategori ini berkaitan
denganpenentuan kemampuan sistem produksi untuk menghasilkan barang dalam
jumlah dan waktu yang tepat. Dipandang dari sudut waktu dibedakan atas :
a. Keputusan jangka panjang, antara lain penentuan kapasitas design sistem
produksi, expansi kapasitas, integrasi vertikal, integrasi horisontal dsb
b. Keputusan jangka menengah, antara lain penentuan sub kontrak,
penambahan mesin, rekrutasi tenaga kerja dsb.
c. Keputusan jangka pendek, pada prinsipnya berkaitan dengan pengalokasian
pendayagunaan sumber – sumber yang tersedia untuk menghasilkan barang yang
diminta konsumen. Keputusan ini diantaranya adalah penjadwalan produksi
(Scheduling & dispatching), pengaturan mesin dsb.
3. Persediaan (Inventory)
Keputusan yang termasuk dalam kategori ini pada hakekatnya berkaitan dengan
pengaturan material yang diperlukan untuk keperluan produksi, mulai dari
pengaturan bahan baku, barang setengah jadi maupun produk jadi. Ditinjau dari
segi permasalahan yang dihadapi, keputusan ini dapat dibedakan atas keputusan
tentang operating system persediaan dan keputusan tentang policy persediaan.
4. Tenaga Kerja
Mengelola orang merupakan pekerjaan terpenting yang perlu dibuat oleh
seorang manajer mengingat tenaga kerja tidak hanya sebagai salah satu faktor
produksi tetapi merupakan faktor penentu dari keberhasilan semua aktivitas
didalam sistem produksi. Keputusan dalam kategori ini dimulai sejak proses
seleksi karyawan sampai dengan pensiun. Adapun keputusan – keputusan rutin
diantaranya penugasan karyawan, pengaturan lembur dan cuti, penggiliran kerja
dan sebagainya.
5. Kualitas Produksi
Manajer produksi bertanggungjawab atas kualitas dari barang / jasa yang
dihasilkan, oleh sebab itu manajer produksi wajib untuk melakukan kegiatan –
kegiatan agar produk / jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
6. Mutu Produk atau Jasa
Salah satu faktor penting dalam menunjang keberhasilan perusahaan adalah
tingkat mutu produk/jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Mutu
merupakan suatu sistem yang terdiri dari struktur organisasi, tanggung jawab,
prosedur, proses dan sumber daya dalam rangka menerapkan manajemen mutu.
Kegiatan yang berkaitan dengan mutu produk meliputi beberapa tahapan yaitu:
pemasaran dan riset pasar, disain/spesifikasi rekayasa dan pengembangan produk,
pengadaan, perencanaan dan pengembangan proses, produksi, inspeksi, pengetesan
dan pengujian, pengemasan dan penyimpanan, penjualan dan distribusi,
pemasangan dan operasi, bantuan teknik dan perawatan, pembuangan purna pakai.
Setelah menetapkan mutu tertentu dari suatu produk, maka perlu diadakan
pengawasan sejauh mana mutu tersebut dapat dipertahankan, agar tidak terjadi
ketimpangan yang mengakibatkan konsumen merasa kecewa dengan produk yang
telah dibelinya, kalau sudah terjadi ketimpangan maka akan timbul efek yang lebih
jauh bagi perusahaan berupa penanggungan biaya beban kerugian untuk jaminan
mutu produk, atau efek lain yang sangat merugikan perusahaan berupa penurunan
volume penjualan yang akan mengurangi profit margin perusahaan secara
menyeluruh. Secara terperinci tujuan pengawasan mutu adalah:
1) Agar produk hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah
ditetapkan.
2) Mengusahakan agar biaya pengawasan dapat ditekan seminimal mungkin.
3) Mengusahakan agar biaya disain dari produk dan proses dengan menggunakan
mutu produksi tertentu dapat diperkecil.
4) Mengusahakan agar biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin.
2.6 Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Produksi
Dalam mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya,
manajer produksi perlu perlu membuat keputusan - keputusan yang berhubungan
dengan upaya-upaya utuk mencapai tujuan , agar barang-barang dan jasa-jasa yang
dihasilkan sesuai dan tepat seperti yang diharapkan, yaitu tepat mutu (kualitas),
tepat jumlah (kuantitas), dan tepat waktu dengan biaya yang rendah.
Dilihat dari kondisi keputusan yang harus diambil, dibedakan menjadi :
1) Pengambilan keputusan atas peristiwa yang pasti
2) Pengambilan keputusan atas peristiwa yang mengandung resiko
3) Pengambilan keputusan atas peristiwa yang tidak pasti.
4) Pengambilan keputusan atas peristiwa yang timbul karena pertentangan dengan
keadaan lain.
5. Rancangan tugas
Rancangan tugas harus merupakan kesatuan dari human engineering, dalam
rangka menghasilkan rancangan kerja yang optimal.
6. Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kualitas
Dalam strategi produksi dan operasi harus terdapat pernyataan tentang
maksud dan tujuan produksi dan operasi serta misi dan kebijakan-kebijakan dasar
untuk lima bidang yaitu, proses, kapasitas, persediaan,tenaga kerja, dan mutu.
· Faktor sekunder:
- Harga tanah.
- Dominasi masyarakat.
- Peraturan tenaga kerja.
- Rencana tata ruang.
- Kedekatan dengan lokasi pabrik pesaing.
- Tingkat pajak.
- Cuaca atau iklim.
- Keamanan
- Peraturan lingkungan hidup
Pendekatan situasional atau contingency adalah penentuan lokasi berdasarkan
faktor terpenting menurut kebutuhan dan kondisi masing-masing perusahaan.
Misalnya :
- Dekat dengan pasar
- Dekat dengan sumber bahan baku saja
- Tersedia tenaga kerja
BAB III
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi 2004,
Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.
Alam S. Ekonomi , Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Kinerja Keuangan, Bandung: Alfabeta.
Heizer, J. & Render, B. 2011. Operations Management. Tenth Edition. Pearson,
New Jersey, USA.
Sutrisno, Kusmawan Ruswandi, Modul Menata Produk ,Jakarta: Penerbit
Yudistira, 2007
https://medium.com/@solusitesis/pengertian-dan-fungsi-manajemen-produksi-
274c44324bae#.2s2eyq7o7
http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/11/makalah-manajemen-produksi-dan-
operasi.html
http://blogdeta.blogspot.com/2009/03/manajemen-produksi.html
http://sheentazone.blogspot.com/2010/11/manajemen-produksi.html
https://andrianhermawan.wordpress.com/2012/11/13/manajemen-produksi/
http://jurnalapapun.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-produksi-menurut-
para-ahli.html
http://www.ruangpintar.com/2016/02/30-definisi-pengertian-manajemen-menurut-
para-ahli.html
http://www.jelajahinternet.com/2015/12/4-pengertian-produksi-menurut-
para-ahli.html
http://baharuddinrofid.blogspot.co.id/2014/09/makalah-manajemen-
produksi.html
http://fredrickgrld.blogspot.co.id/2012/01/manajemen-produksi.html