Anda di halaman 1dari 86

BUKU AJAR

MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI

OLEH
COKORDA GEDE PUTRA YUDISTIRA, SE., MM

PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS INTERNASIONAL
JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BALI
2015

1
TOPIK 1
PENDAHULUAN
Tujuan.
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan:
- Mengetahui dan memahami pengertian manajemen produksi dan operasi
- Dapat menyebutkan dan menjelaskan ruang lingkup manajemen produksi
dan operasi.
- Dapat menyebutkan kegiatan-kegiatan manajemen produksi dan operasi

Perusahaan yang dapat berkembang adalah perusahaan-perusahaan yang


mampu mencapai apa yang menjadi tujuannya. Tujuan perusahaan ada beberapa yang
satu diantaranya adalah mencapai laba yang maksimal . Untuk mencapai laba yang
maksimal dibutuhkan kerja keras dan koordinasi yang baik diantara komponen-
komponen yang ada di perusahaan.
Komponen-komponen yang dimaksud adalah fungsi-fungsi yang ada didalam
perusahaan yaitu :
1. Fungsi produksi
2. Fungsi personalia
3. Fungsi keuangan/pembelanjaan
4. Fungsi pemasaran

Dalam kenyatan ini fungsi produksi mempunyai peranan yang sangat penting untuk
keberlangsungan suatu perusahaan, itulah yang akan dibahas.
Fungsi produksi merupakan fungsi yang penting yang sangat memegang peranan
penting didalam usaha untuk menghasilkan produk yang baik.
Untuk menangani masalah produksi ini didalam suatu perusahaan biasanya ditunjuk
direktur/manajer produksi.
Untuk mampu melaksanakan fungsinya direktur/manajer produksi harus mengerti,
memahami dan mampu melaksanakan manajemen produksi/operasi.

1. Pengertian Manajemen Produksi/Operasi.


Untuk lebih memudahkan didalam mendefinisikan manajemen produksi/operasi
ada baiknya kita bagi dua tahap, yaitu pertama pengertian manajemen dan yang kedua
pengertian produksi/operasi.
1.1. Pengertian Manajemen.

Manajemen : suatu seni dan ilmu didalam perencanaan, pengorganisasian.


penyusunan, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan sumber daya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Drs. M. Manulang).

Manajemen : merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan
malalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya.
(GR Terry)

2
Manajemen : kemampuan dan ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil
dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. (Sondang
P. Siagian, MPA. Ph D)

Dari beberapa definisi tentang manajemen yang dikemukakan oleh beberapa ahli
dapat kita katakan bahwa manajemen itu adalah :
a. Merupakan perpaduan antara ilmu dan seni
b. Merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi dan koperatif.
c. Adanya orang yang lebih dari satu.
d. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
e. Penanggungjawab untuk tercapainya tujuan tersebut.
Pengertian manajemen sering dikaitkan dengan pengertian organisasi, bahkan ada
yang menganggap manajemen sama dengan organisasi. Organisasi adalah suatu
wadah kegiatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan. Jadi
ada yang melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan, dan ada juga yang
mengatur. Hubungan antara manajemen dan organisasi adalah sangat erat.
Organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam manajemen. Tidak dapat
dipisahkan karena manajemen merupakan cara kerja yang dilakukan di dalam
organisasi dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan. Sehingga ada istilah
didalam organisasi yang sehatlah terdapat manajemen yang baik.

1.2. Pengertian Produksi / Operasi.

Antara kata produksi dan kata operasi dalam konteks ini mempunyai arti yang
sama. Mula-mula yang dipakai adalah kata produksi, karena kata produksi sering
diasosiasikan dengan perusahaan yang menghasilkan barang saja sedangkan yang
diketahui ada juga perusahaan yang menghasilkan jasa. Jadi untuk mencakup
penggunaan yang lebih luas maka ditambahkan kata operasi, sehingga ada yang
menggunakan istilah : Manajemen produksi, Manajemen produksi dan operasi

Produksi : adalah proses pengubahan (konversi) sumber daya kedalam suatu


produk yang dibutuhkan dan diinginkan oleh orang. (Business today, 4 th Edition
1985)

Produksi : adalah kegiatan untuk meningkatkan kegunaan/faedah/utility suatu


barang atau jasa melalui proses tranformasi (pengubahan) masukkan menjadi
keluaran. (Drs. Agus Ahyari).

Penciptaan faedah ada beberapa macam:


a. Faedah bentuk
b. Faedah waktu
c. Faedah tempat
d. Kombinasi dari faedah-faedah diatas.

Jadi dengan demikian pengertian manajemen produksi/operasi adalah:


Merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan (memanajemeni)
penggunaan sumber-sumber daya secara efisien dan efektif untuk menciptakan
atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa, sebagai usaha untuk mencapai
tujuan dan sasaran organisasi.

3
Menurut T. Hani Handoko dalan bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Manajemen
Produksi dan Operasi, Manajemen produksi dan operasi adalah merupakan usaha-
usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya dalam
proses transpormasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk dan
jasa.
Manajemen produksi dan operasi akan berusaha mengarahkan berbagai input agar
dapat menghasilkan berbagai keluaran dalam jumlah, kualitas, harga, waktu, dan
tempat yang sesuai dengan permintaan konsumen/pasar.
Manajemen produksi dan operasi selalu terdapat dan berguna bagi hampir semua
organisasi seperti: pabrik pengolahan/industri manufaktur, perhotelan,
perdagangan, perbengkelan, rumah sakit, perkebunan, pelayanan, universitas dan
lain lain.

2. Ruang Lingkup Manajemen Produksi/operasi.


Untuk lebih dapat mengetahui apa itu manajemen produksi/operasi kiranya perlu
dijabarkan ruang lingkup dari manajemen produksi/operasi.
Adapun ruang lingkup pengambilan keputusan dalam manajemen
produksi/operasi :

2.1. Perencanaan sistem produksi


2.1.1. Perencanaan produk
2.1.2. Perencanaan lokasi pabrik
2.1.3. perencanaan letak fasilitas produksi
2.1.4. Perencanaan lingkungan kerja
2.1.5. Perencanaan standar produksi

2.2. Sistem pengendalian produksi


2.2.1. Pengendalian proses produksi.
2.2.2. Pengendalian bahan baku
2.2.3. Pengendalian tenaga kerja
2.2.4. Pengandalian biaya produksi
2.2.5. Pengendalian kualitas
2.2.6. Pengendalian pemeliharaan

2.3. Sistem informasi produksi


2.3.1. Struktur organisasi
2.3.2. Produksi atas dasar pesanan
2.3.3. Produksi untuk pasar.

Kegiatan produksi didalam suatu perusahaan adalah melibatkan serangkaian unit-


unit/elemen-elemen kagiatan yang terpadu dan saling menunjang untuk
tercapainya proses produksi yang lancar yang sering disebut sebagai sistem
produksi. Sistem produksi ini perlu direncanakan sebelum melaksanakan kegiatan
operasi perusahaan. Perencanaan sistem produksi ini dibuat pada langkah awal
untuk pendirian suatu pabrik. Oleh karena itu perencanaan sistem produksi ini
perlu dibuat secara teliti dan cermat. Selain itu perencanaan sistem produksi ini
termasuk perencanaan yang dipergunakan untuk dalam jangka waktu yang
panjang. Apabila terjadi perubahan dalam sistem produksi ini akan

4
menimbulkan/memerlukan biaya-biaya yang besar, karena sifatnya adalah
merupakan perubahan yang mendasar.

Perencanaan Produk meliputi perencanaan produk apa, berapa dan bagaimana


yang akan dapat diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan. Perencanaan
produk perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya karena perencanaan ini akan
dipergunakan dalam jangka panjang. Perubahan produk/salah menentukan produk
akan dapat menimbulkan kerugian-kerugian. Pertimbangan teknis yang juga perlu
diperhatikan : desain dan bentuk produk, kegunaan produk, fungsi teknis dari
produk, standar bahan baku yang dipergunakan, kuantitas dan kualitas, dan lain-
lain.
Perencanaan lokasi pabrik. Pabrik adalah merupakan tempat dimana fungsi
teknis dari suatu perusahaan tersebut berada. Pemilihan lokasi pabrik tidak boleh
asal-asalan, karena kalau salah didalam memilih dapat terjadi berbagai kerugian-
kerugian. Pemilihan lokasi pabrik yang tepat akan dapat menunjang kagiatan yang
dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga potensi untuk
mendapatkan keuntungan menjadi semakin besar.

Perencanaan letak fasilitas produksi (layout parik), merupakan suatu hal yang
mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat produktivitas dalam perusahaan.
Penyusunan layout yang tepat/teratur dan memenuhi persyaratan teknis yang telah
ditentukan akan menunjang adanya efisiensi dan efektifitas kerja dalam
perusahaan tersebut. Dalam penyusunan layout pabrik ini yang perlu
dipertimbangkan adalah jenis produk dan proses produksi dalam perusahaan
tersebut

Perencanaan lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang baik akan mendukung


adanya tingkat produktivitas kerja yang tinggi sehingga akan dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan yang bersangkutan. Lingkungan kerja hendaknya diatur
sedemikian rupa sehingga cocok dengan kegiatan produksi yang ada dalam
perusahaan. Adanya kecocokan dari lingkungan kerja dalam perusahaan tersebut
maka karyawan perusahaan akan dapat bekerja dengan baik serta dalam tingkat
produktivitas yang tinggi. Dalam masalah lingkungan kerja dalam perusahaan ini
ada tiga hal yang perlu untuk diperhatikan oleh manajemen perusahaan: masalah
pelayanan karyawan perusahaan, kondisi kerja dari para karyawan, dan masalah
hubungan karyawan dalam perusahaan tersebut.

Perencanaan standar produksi, merupakan hal yang sangat penting didalam


perusahaan. Dengan adanya standar produksi akan banyak keuntungan yang dapat
diperoleh perusahaan antar lain: karyawan akan mempunyai pegangan untuk
melaksanakan proses produksi, pihak manajemen perusahaan akan memperoleh
kemudahan untuk mengadakan pengendalian dari kegiatan produksi, dan
pengawasan mutu produk.

Kegiatan operasi perusahaan perlu untuk diadakan pengendalian yang cukup


baik, sehingga proses produksi dalam perusahaan tersebut dapat berhasil dengan
baik. Unsur-unsur pengendalian produksi terdiri dari.

Pengendalian proses produksi. Ini akan menyangkut beberapa masalah seperti:


produk apa dan berapa yang harus diproduksi pada suatu periode yang akan

5
datang; bagaimana penyelesaian proses produksinya; kapan proses produksi
tersebut dimulai dan berakhir; evaluasi dan tindaklanjut dari pelaksanaan kegiatan
produksi. Semuanya itu perlu direncanakan, dikoordinasikan dan dikendalikan,
sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik.

Pengendalian bahan baku. Ini penting bagi suatu perusahaan. Karena bahan
baku merupakan unsur yang penting bagi perusahaan. Kehabisan bahan baku
dapat menyebabkan proses produksi terhenti. Apabila sampai proses produksi
terhenti akan menimbulkan kerugian yang besar. Bahan baku sebaiknya selalu ada
didalam perusahaan/tersedia. Ini tidak berarti kita harus mempunyai persediaan
bahan baku yang banyak. Persediaan bahan baku yang banyak disatu sisi akan
mengamankan jalannya proses produksi, tetapi disisi yang lain akan timbul biaya-
biaya. Dalam pengendalian bahan baku/menetapkan jumlah bahan baku dalam
suatu perusahaan perlu diperhatikan faktor-faktor : analisa penggunaan bahan
baku, penentuan jumlah pembelian serta frekuensi pembelian, adanya ketidak
pastian bahan baku, dan penilaian persediaan bahan baku.

Pengendalian tenaga kerja. Dalam kegiatan produksi tenaga kerja mempunyai


peranan yang cukup penting. Apalagi tenaga kerja langsung, ini perlu
diperhatikan/ada pengendalian. Mereka para tenaga kerja langsung akan secara
langsung mempengaruhi kualitas dari produk. Peranannya akan semakin besar
didalam perusahaan yang menggunakan mesin-mesin yang bersifat umum didalam
proses produksinya. Disini ketelitian, keterampilan dan kecakapan para tenaga
kerja mempunyai akibat langsung terhadap produk yang dihasilkan. Alokasi
tenaga kerja langsung ini juga perlu diperhatikan agar pekerjaan yang telah
ditetapkan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pengukuran dan metode kerja
yang akurat yang sesuai dengan pekerjaan yang diselesaikan.

Pengendalian biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan


yang melaksanakan proses produksi perlu direncanakan dan dikendalikan dengan
sebaik-baiknya. Tingginya biaya produksi akan mempengaruhi tingkat harga
pokok penjualan produk perusahaan. Tingginya harga pokok penjualan ini akan
mempengaruhi program pemasaran perusahaan, sehingga tidak bisa bersaing
dipasaran. Untuk melaksanakan pengendalian biaya produksi dapat depergunakan
model/metode pengendalian biaya produksi yang cocok antara lain: penggunaan
anggaran produksi, analisa selisih dalam biaya produksi, penerapan konsep biaya
relevan dan analisis pulang pokok.

Pengendalian kualitas. Kualitas produk mempunyai peranan yang cukup penting


pula dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Berproduksi
tanpa memperhatikan kualitas produk merupakan ancaman/berakibat terancamnya
kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. Dipasaran banyak
ditawarkan barang, sehingga konsumen mempunyai banyak pilihan dan tentunya
akan mencari barang yang berkualitas. Apabila kualitas produk rendah akan
membuat pemasaran produk sulit.

Pemeliharaan. Pelaksanaan pemeliharaan merupakan bagian yang tak


terpisahkan didalam operasi produksi. Tidak adanya program pemeliharaan yang
baik akan dapat menimbulkan : kerusakan pada alat-alat/mesin produksi,

6
kemacetan produksi, biaya perbaikan/penggantian tinggi, dan masa pakai
peralatan pendek.

Sistem informasi produksi. Dalam pelaksanaan kegiatan produksi, semua


kegiatan dalam perusahaan akan merupakan kegiatan-kegiatan yang saling
berhubungan antara kegiatan satu dengan kegiatan yang lain. Dalam keadaan ini
apabila terjadi kemacetan/kurang informasi dalam suatu kegiatan akan
berpengaruh terhadap kegiatan yang lain, yang akhirnya berpengaruh terhadap
keseluruhan proses produksi. Untuk mengurangi/menghindari hal yang demikian,
maka perlu disusun suatu sistem informasi produksi (SIP) yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Dalam penyusunan SIP ini akan menyangkut tiga hal yaitu
struktur organisasi, produksi atas dasar pesanan, dan produksi untuk pasar. Dalam
penyusunan SIP kita hendaknya mengetahui struktur organisasi dari perusahaan.
Kompleksitas struktur organisasi akan dipengaruhi oleh besar kecilnya
perusahaan. Perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan, penyusunan SIP
disini diperlukan agar informasi pesanan yang masuk sampai pelaksanaannya,
semua bagian yang terlibat dengan pesanan itu dapat segera mengetahuinya
dengan tepat pasti dan cepat. Untuk perusahaan yang berproduksi untuk pasar, SIP
disusun agar dapat menampung informasi-informasi yang dipakai dasar
memproduksi produk oleh perusahaan. Informasi-informasi tersebut antara lain :
pertimbangan-pertimbangan dalam perusahaan yang bersangkutan, pengalaman
penjualan produk ditahun-tahun yang lalu, penyerapan pasar yang diharapkan,
kebijaksanaan persediaan, dan tingkat produksi yang optimum.

3. Kegiatan-Kegiatan Manajemen Produksi/Operasi terdiri atas:

1. Kegiatan periodik
2. Kegiatan terus menerus

Untuk kegiatan yang periodik ada tiga macam :


a. Pemilihan : yaitu kegiatan yang bersifat strategic yang menyangkut
pemilihan proses melalui mana produk akan diproduksi ; meliputi seleksi
produk, proses, mesin dan peralatan tenaga kerja, analisa investasi modal.
b. Perancangan ; kegiatan penganbilan keputusan taktikal yang menyangkut
kreasi metode-metode pelaksanaan suatu operasi produktif, yang meliputi :
- Disain produk dan jasa
- Disain lokasi dan fasilitas
- Disain pekerjaan
- Metode pembayaran upah
- Sistem pengorganisasian dan pengawasan
- Standar dan pengukuran kerja
- Kondisi kerja
c. Pembaharuan : yaitu kegiatan implementasi perbaikan-perbaikan yang perlu
dalam sistem produksi, yang meliputi:
- Revisi / perbaikan sistem produksi dipandang dari sudut proses dan
produk baru.
- Perkembangan teknologi
- Teknik-teknik manajerial
- Perubahan permintaan

7
-Penemuan-penemuan research
-Kegagalan-kegagalan produk
-Proses atau sistem pengoperasian dan pengawasan yang ada
sekarang.
Sedangkan kegiatan yang bersifat terus menerus terdiri dari pengoperasian
sampai pengawasan yang menyangkut :
- Penetapan tingkat kapasitas produksi
- Manajemen persediaan dan pembelian
- Scheduling produksi
- Pemeliharaan dan penangan bahan.
- Standar dan pengawasan kualitas.

Pertanyaan:
1. Jelaskan pengertian dari manajemen produksi dan operasi
2. Mengapa seorang menejer/direktur produksi operasi perlu
memahami ruang lingkup manajemen produksi dan operasi.
3. Sebutkan kegiatan-kegiatan menejer produksi operasi

8
TOPIK 2
SISTEM PRODUKSI DAN PROSES PRODUKSI

Tujuan.
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan:
- Mengetahui dan memahami pengertian sistem produksi dan operasi
- Dapat menyebutkan dan menjelaskan elemen-elemen sistem produksi dan
operasi.
- Dapat menjelaskan dan menyebutkan jenis-jenis proses produksi dan
operasi

1. SISTEM PRODUKSI

Untuk membicarakan masalah sistem produksi maka mau tidak mau kita akan terikat
kepada apa yang dimaksud dengan sistem dan apa yang dimaksud dengan produksi.
Apabila pengertian dari sistem dan produksi ini sudah diketahui, maka pengertian
sistem produksi tidak akan jauh dari kedua pengertian tersebut.
Sistem adalah merupakan suatu rangkaian unsur-unsur yang saling terkait dan
tergantung serta saling pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lainnya yang
keseluruhannya merupakan satu kesatuan bagi pelaksanaan kegiatan bagi pencapaian
suatu tujuan tertentu.

Secara singkat ada yang mendifinisikan sistem itu sebagai berikut:


Sistem adalah merupakan suatu gabungan dari beberapa unit atau elemen-elemen
yang saling menunjang untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan definisi dari produksi adalah kegiatan untuk meningkatkan kegunaan suatu
barang atau jasa melalui proses transformasi masukan menjadi keluaran.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa sistem produksi adalah sebagai berikut:
Sistem produksi adalah merupakan gabungan dari beberapa unit atau elemen-elemen
yang saling berhubungan dan saling menunjang untuk melaksanakan proses produksi
dalam suatu perusahaan tertentu.

Beberapa elemen yang termasuk didalam sistem produksi ini adalah:


a. Produk perusahaan (yang dapat diproduksi)
b. Lokasi pabrik
c. Letak fasilitas produksi
d. Lingkungan kerja karyawan
e. Standar produksi (yang berlaku).

Secara umum sistem produksi dalam perusahaan akan memerlukan suatu input, yang
kemudian diproses dalam sistem produksi dari perusahaan ( proses transformasi )
untuk kemudian mendapatkan out put, seperti tampak pada gambar berikut:

9
INPUT OUT PUT

- Bahan baku Sistem Produk :


- Tenaga kerja Produksi - Jasa
- Mesin-mesin Perusahaan - Barang
- Fasilitas
- Dll

Feed back
Gambar 2.1 : Sistem produksi sebagai proses-proses transformasi.

Masukan-masukan sumber dapat mengambil bentuk yang berbeda-beda, dalam


operasi pemabrikan masukan adalah berbagai bahan mentah, energi, tenaga kerja,
mesin dan fasilitas penerangan dan teknologi.
Dalam sistem-sistem yang beorientasi pada jasa, masukan mungkin didominasi oleh
tenaga kerja, tetapi tergantung pada sistem tertentu, mesin-mesin, fasilitas dan
teknologi mungkin juga merupakan masukan penting seperti dalam perawatan
kesehatan misalnya.
Proses perubahan itu sendiri melibatkan tidak hanya penerapan teknologi tetapi juga
suatu pengelolaan yang serius dari semua variable yang dapat dikuasai. Disinilah
manajemen Produksi/operasi dapat efektif dalam mendirikan dan memperhalus atau
mendisain kembali sistemnya, dalam merencanakan dan mengawasi pengoperasian.

Pokok manajemen produksi/operasi yang efektif adalah melihat hubungan timbal


balik semua variable dan memandang seluruh proses sejauh mungkin sebagai sistem
yang terpadu (integrated sistem ). Jika segala sesuatu bekerja dengan tepat, kita
mempunyai hasil-hasil produk yaitu barang dan jasa yang cocok dengan jumlah,
kualitas dan standar ongkos yang tersedia jika diperlukan.

2. PROSES PRODUKSI

Yang dimaksud dengan proses produksi adalah cara, metode dan teknik untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan
sumber daya-sumber daya yang ada. Seperti kita ketahui bahwa cara, metode dan
teknik menghasilkan produk cukup banyak, tetapi secara ekstrem dapat dibedakan
menjadi dua yaitu proses produksi yang terus menerus (continuous processes) dan
proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes).

Proses produksi terus menerus (contiuous processes):


Adalah suatu proses produksi dimana mesin-mesin dipersiapkan untuk berproduksi
dalam jangka waktu yang panjang/lama, tanpa mengalami perubahan, selama produk
yang dikerjakan jenisnya sama, dan produk yang dihasilkan adalah produk untuk
pasar (produksi massa) seperti pabrik susu atau pabrik ban.

Sifat-sifat atau ciri-ciri proses produksi yang terus-menerus adalah:


1. Bisaanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar dengan variasi
yang sangat kecil dan sudah distandardisir.

10
2. Bisaanya menggunakan cara penyusunan peralatan berdasarkan urutan
pengerjaan dari produk yang dihasilkan, yang disebut product layout atau
departementation product
3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah
mesin-mesin yang bersifat khusus menghasilkan produk tersebut( special
purpose machines).
4. Pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan kecil
sekali, sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian yang tinggi
untuk pengerjaan produk tersebut.
5. Apabila terjadi salah satu mesin/peralatan terhenti atau rusak, maka
seluruh proses produksi akan terhenti
6. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi produknya kecil
maka job structurenya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu
banyak.
7. Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah
daripada intermitten process.
8. Oleh karena mesin-mesin yang dipakai bersifat khusus maka proses seperti
ini membutuhkan maintenance specialist yang mempunyai pengetahuan
dan pengalaman yang banyak.
9. Bisaanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang fixed
yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan (conveyer)

Kekuranga-kekurangan proses produksi yang terus menerus:


1. Terdapat kesukaran untuk menghadapi perubahan produk yang diminta
oleh konsumen atau pelanggan. Jadi proses produksi seperti ini khusus
untuk menghasilkan produk-produk yang permintaannya stabil dan besar,
dan style produknya tidak mudah berubah.
2. Proses produksi mudah terhenti, karena apabila terjadi kemacetan di suatu
tempat/tingkat proses (di awal, di tengah atau di belakang) , maka
kemungkinan seluruh proses produksi akan terhenti yang disebabkan
adanya saling hubungan atau urutan-urutan antara masing-masing tingkat
proses.
3. Terdapat kesukaran didalam menghadapi perubahan tingkat permintaan,
karena bisaanya tingkat produksinya telah tertentu, sehinggan sangat kaku.

Sedangakan kelebihan/kebaikan proses produksi yang terus menerus adalah:


1. Dapat diperoleh tingkat biaya produksi per unit yang rendah apabila: dapat
dihasilkannya produk dalam volume yang cukup besar, dan produk yang
dihasilkan distandardisir.
2. Dapat dikuranginya pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga
manusia, terutama karena sistem pemindahan bahan yang menggunakan
tenaga mesin/listrik.
3. Biaya tenaga kerja adalah rendah, karena jumlah tenaga kerjanya yang
sedikit dan tidak memerlukan tenaga yang ahli (cukup yang setengah ahli)
dalam pengerjaan produk yang dihasilkan.
4. Biaya pemindahan bahan di dalam pabrik juga lebih rendah, karena jarak
antara mesin yang satu dengan mesin yang lain lebih pendek dan
pemindahan tersebut digerakan dengan tenaga mesin (mekanisasi).

11
Proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes)
Adalah suatu proses produksi dimana mesin-mesin atau peralatan produksi
dipersiapkan untuk berproduksi dalam jangka waktu yang pendek, dan kemudian di
ubah atau dipersiapkan kembali untuk memproduksi produk lain yang mempunyai
variasi produk yang berbeda dengan sebelumnya. Misalnya terlihat dalam pabrik
yang menghasilkan produknya untuk atau berdasarkan pesanan seperti: pabrik kapal,
atau bengkel besi/las.

Sifat-sifat atau ciri-ciri dari proses produksi yang terputus-putus ialah:


1. Bisaanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan
variasi yang sangat besar dan didasarkan atas pesanan.
2. Proses seperti ini bisaanya menggunakan sistem atau cara penyusunan
peralatan berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi atau peralatan
yang sama dikelompokan pada tempat yang sama, yang disebut dengan
process layout atau departmentation by equipment.
3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-
mesin yang bersifat umum yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan
bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama (general
purpose machines)
4. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan bisaanya kurang
otomatis, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang
dihasilkan sangat besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian
yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut.
5. Proses produksi tidak mudah/akan terhenti walaupun terjadi kerusakan
atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan.
6. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan variasi produknya besar,
maka terhadap pekerjaan yang bermacam-macam menimbulkan
pengawasannya lebih sukar.
7. Persediaan bahan mentah bisaanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan
pesanan apa yang dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam
proses lebih tinggi daripada continuous process, karena prosesnya
terputus-putus.
8. Bisaanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang
flesibel yang menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong atau
forklift.
9. Dalam proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan yang bolak
balik sehingga perlu adanya ruang gerak yang besar dan ruangan tempat
bahan dalam proses yang besar.

Kekurangan/kerugian proses produksi yang terputus-putus:


1. Scheduling dan routing untuk pengerjaan produk yang akan dihasilkan
sangat sukar dilakukan karena kombinasi urutan-urutan pekerjaan yang
banyak sekali didalam memprodusir satu macam produk, dan disamping
itu dibutuhkan scheduling dan routing yang banyak sekali karena
produknya yang berbeda tergantung dari pemesannya.
2. Oleh karena pekerjaan routing dan scheduling banyak sekali dan sukar
dilakukan, maka pengawasan produksi dalam proses produksi seperti ini
sangat sukar dilakukan.

12
3. Dibutuhkannya investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan
mentah dan bahan-bahan dalam proses, karena prosesnya terputus-putus
dan produk yang dihasilkan tergantung dari pesanan.
4. Biaya tenaga kerja dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi, karena
banyak digunakannya tenaga manusia dan tenaga yang dibutuhkan adalah
tenaga yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut.

Sedangakan kebaikan kelebihan dari proses yang terputus-putus adalah:


1. Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk
dengan variasi yang cukup besar; terutama diperoleh dari layout yang
berbentuk process layout, jenis mesin yang digunakan dalam memproses
yang bersifat umum, dan pemindahan bahan yang tidak menggunakan
tenaga mesin tetapi tenaga manusia.
2. Oleh karena mesin-mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum,
maka bisaanya dapat diperoleh penghematan uang dalam investasi mesin-
mesinnya, sebab harga mesin-mesin ini lebih murah dari pada mesin-mesin
yang khusus.
3. Proses produksi tidak mudah terhenti akibat terjadinya kerusakan atau
kemacetan di suatu tempat/tingkat proses.

Soal:
- Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan sistem produksi
- Mengapa suatu sistem produksi tersebut harus merupakan satu
kesatuan.
- Dimana perbedaan antara proses produksi terus menerus dengan
proses produksi terputus-putus

13
TOPIK 3
PRODUKTIVITAS
Tujuan.
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan:
- Mengetahui dan memahami pengertian dari produktivitas
- Dapat menyebutkan dan menjelaskan bentuk-bentuk peningkatan
produktivitas.
- Dapat menjelaskan dan menyebutkan jenis-jenis penghitungan
produktivitas.

Masyarakat sering menilai keberhasilan para manajer produksi/operasi dari


produktivitas perusahaan mereka.
Peningkatan produktivitas secara esensial adalah misi para manajer produksi/operasi.
Sehingga ada ahli yang menyatakan produktivitas adalah tes pertama kemampuan
manajemen (Peter Drucker).

1. Pengertian Produktivitas
Pengertian produktivitas dapat dilihat dari dua sudut kajian :
a. Dari kajian philosopis.
Produktivitas adalah suatu sikap mental yang selalu berusaha dan
mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini
b. Dari kajian teknis.
Produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai (out put)
dengan total sumber daya yang digunakan (in put), atau suatu tingkat
perbandingan antara besarnya keluaran dengan besarnya masukan.
Hubungan ini dapat digambarkan dengan persamaan :

Keluaran
Produktivitas = -----------------------
Masukan

2. Aspek Vital dari Produktivitas.


Untuk dapat mencapai produktivitas yang tinggi perlu diperhatikan dua aspek
berikut ini :

f. Efisiensi
Berkaitan dengan seberapa baik berbagai masukan itu
dikombinasikan. Ini merupakan suatu kemampuan untuk bagaimana
mendapatkan hasil yang lebih banyak dari jumlah masukan yang
paling minimum.

g. Efektivitas
Berkaitan dengan suatu kenyataan apakah hasil-hasil yang
diharapkan atau tingkat keluaran itu dapat tercapai ataukah tidak.

14
3. Tingkat-tingkat produktivitas

3.1 Produktivitas tingkat nasional


Out Put nasional
Pn = ------------------------------------
In Put Nasional

3.2.Produktivitas tingkat industri


Out Put Industri
Pi = ------------------------------------
In Put Industri

3.3.Produktivitas tingkat perusahaan

Out Put Perusahaan


Pp = ----------------------------------
In Put perusahaan

3.4.Produktivitas tingkat perorangan

Out Put Perorangan


Po = ---------------------------------
In Put Perorangan

Dari keempat tingkatan produktivitas di atas yang mendapat perhatian dari


para manajer adalah dua yang terakhir.
Produktivitas hendaknya dapat meningkat dari waktu kewaktu karena
dengan meningkatnya produktivitas akan diperoleh berbagai macam
keuntungan-keuntungan antara lain bagi tenaga kerja, perusahaan dan
negara.

4. Bentuk-bentuk peningkatan produktivitas.


Peningkatan produktivitas ada 4 bentuk :
a. Dengan memakai sumber daya yang lebih sedikit didapat jumlah produksi
yang sama.
b. Dengan memakai sumber daya yang lebih sedikit didapat jumlah produksi
yang lebih banyak
c. Dengan memakai sumber daya yang sama didapat jumlah produksi yang
lebih banyak.
d. Dengan memakai sumber daya yang lebih banyak didapat jumlah produksi
yang jauh lebih banyak

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas.


Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas yang
dapat dicapai.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Kondisi fisik pekerjaan
b. Derajat otomatisasi yang digunakan
c. Lay out
d. Disain pekerjaan

15
e. Ketrampilan karyawan
f. Motivasi karyawan
g. Gaji (pengupahan)
h. Jaminan social
i. Pendidikan dan latihan
j. Gizi dan kesehatan
k. Paket-paket benefit yang disediakan

6. Pengukuran Produktivitas.

Bagaimana cara mengukur produktivitas tidaklah terlalu penting, yang


dipentingkan adalah bahwa produktivitas diukur dan dimonitor.

Dengan dapat diukur dan dimonitornya tingkat produktivitas maka pihak


manajemen dapat menentukan arahnya, dapat membandingkan produktivitas
organisasi dengan para pesaing dan mengukur dampak program-program
perbaikan produktivitas atau pengurangan biaya yang dilakukan.

Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan bermacam-macam ukuran.

Contoh :

Ukuran-ukuran produktivitas tingkat perusahaan:

Penjualan
Pp = ------------------------------
Jam Tenaga Kerja

Penjualan
Pp = --------------------------
Upah

Ukuran-ukuran produktivitas untuk individual :

Jumlah unit yang dfihasilkan


Po = -----------------------------------
Jam kerja

Jumlah konsumen yang dilayani


Po = -------------------------------------------
Jumlah jam kerja yang digunakan

Luas permukaan lantai bersih


Po = --------------------------------------
Jumlah pembersih lantai

16
Pertanyaan:
1. Apa yang menjadi alasan mengapa masalah produktivitas perlu
mendapat perhatian
2. Tentukan cara mengukur produktivitas : seorang dokter,
jawatan pelayanan sipil, perpustakaan, pelayan direstoran dan
pekerja administrasi.

17
TOPIK 4
PEMILIHAN LOKASI PABRIK
Tujuan.
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan:
- Mengetahui dan memahami pemilihan lokasi pabrik.
- Dapat menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor penentu lokasi pabrik.
- Dapat menjelaskan dan menyebutkan metode pemilihan lokasi pabrik.

Masalah penentuan lokasi tempat usaha sangat mendasar, karena lokasi


mempengaruhi penghasilan dan biaya, baik biaya tetap maupun biaya variable
perusahaan. Pemilihan lokasi secara keliru tanpa suatu analisis atau evaluasi atau
perhitungan yang cermat bisa merugikan kegiatan operasi perusahan. Namun analisis
lokasi tidak mudah dan sederhana, karena banyak banyak faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menganalisis. Walaupun demikian analisis yang teliti sangat
diperlukan dalam memilih lokasi yang tepat, dalam arti memberikan keuntungan
maupun menciptakan biaya seminim mungkin bagi perusahaan.

Sifat Lokasi

Lokasi mulai dipersoalkan bila: perusahaan baru akan didirikan, fasilitas lokasi
tambahan diperlukan dalam pengembangan usaha (ekspansi), perusahaan terpaksa
harus pindah tempat, dan mengganti pabrik yang sudah tidak ekonomis lagi.

Adam dan Ebert dalam bukunya yang berjudul ―Production and Operations
Management‖ mengemukakan alasan pemindahan lokasi sebagai berikut :
1. Terjadi perubahan letak sumber masukan (bahan mentah atau baku, suku
cadang)
2. Perubahan permintaan pasar secara geografis
3. Perusahaan melakukan merger, sehingga salah satu tempat perusahaan
yang dianggap kurang menguntungkan terpaksa dihapus atau dipindah
4. Diperlukan lokasi baru untuk memperkenalkan produk baru di pasaran,
yang membutuhkan bahan-bahan mentah tertentu atau pasar yang baru.

Didalam penentuan pemilihan lokasi tempat usaha akan sangat tergantung pada tiga
hal yaitu:
1. Produk yang akan dihasilkan.
Perlu ditentukan terlebih dahulu produk apa yang akan dihasilkan oleh
perusahaan apakah akan menghasilkan produk dalam bentuk barang
ataukah menghasilkan produk dalam bentuk jasa. Perbedaan antara barang
dan jasa sangat menentukan tempat lokasi dari perusahaan yang akan
didirikan, misalkan antara lain: perusahaan yang menghasilkan jasa
lokasinya dekat dengan konsumen atau pasar, sedangkan perusahaan yang
menghasilkan barang (manufaktur) dapat agak jauh lokasinya dengan
konsumen.
2. Limbah yang dihasilkan
Kalau perusahaan yang akan didirikan tidak menghasilkan limbah yang
berbahaya bagi lingkungan, lokasi perusahaan di dekat atau didalam
daerah yang padat penduduknya tidak akan bermasalah, tetapi kalau

18
perusahaan menghasilakan limbah yang dapat mencemari lingkungan akan
mendapat masalah jika didirikan di dekat daerah yang padat penduduknya.
3. Biaya yang tersedia
Jumlah anggaran yang tersedia akan mempengaruhi pilihan lokasi yang
akan menjadi lokasi perusahaan, apakah di dalam kota, pinggiran kota
(subur ban) ataukah di luar kota.

Secara lebih mendetail beberapa faktor yang perlu diperhatikan dan dicermati dalam
pemilihan lokasi adalah:
1. Mudah tidaknya mendapatkan tenaga kerja
2. Mudah tidaknya mendapatkan bahan baku
3. Mudah tidaknya mendapatkan gas, air dan listrik
4. Fasilitas kehidupan setempat
5. Pengaturan pembuanagan limbah
6. Fasilitas transportasi, jalan, alat-alat transportasi lainnya
7. Keadaan tanahnya
8. Industri lainnya yang terdapat disekeliling tempat itu dan pengaruhnya
terhadap operasi perusahaan
9. Harga tanah
10. Biaya hidup didaerah tersebut
11. Peraturan pemerintah daerah setempat
12. Subsidi atau perangsang dari pemerintah
13. Iklim
14. Tanggapan masyarakat setempat
15. Tingkat persaingan
16. Ketersediaan modal untuk investasi

Faktor-faktor tersebut diatas sering mengakibatkan terjadinya proses aglomerasi,


yakni kecendrungan pengelompokan sejumlah perusahaan pada lokasi tertentu, dan
sebaliknya proses deglomerasi, yakni kecendrungan pemisahan perusahaan dari
kelompok perusahaan di suatu lokasi.
Faktor-faktor ini perlu juga dipadukan dengan jenis usaha atau tipe lokasi. Analisis
ekonomi secara bebas tentu dapat dilakukan misalnya pada lokasi yang tidak
ditetukan atau dipengaruhi peraturan pemerintah. Jenis usaha industri agraris atau
ekstraktif banyak ditentukan oleh faktor alam, sehingga analisis ekonomi yang rumit
tidak begitu diperlukan. Dengan demikian analisis lokasi atas dasar pertimbangan
ekonomi tidak perlu dilakukan pada semua jenis industri.
Dan jika diperlukan, maka analisis tersebut memiliki tingkat kerumitan yang berbeda-
beda.

Namun tiga unsur utama yang perlu diperhatikan dalam menganalisis lokasi, yakni:
sumber bahan mentah, kedekatan dengan pasar, dan transportasi. Unsur-unsur ini
pada dasarnya menyangkut nilai ekonomis dari lokasi yang dipilih, baik dari segi
penghasilan maupun biaya kegiatan usaha.

Nilai-nilai ekonomis tersebut menentukan tingkat keuntungan, perkembangan, dan


kelangsungan hidup perusahaan di lokasi yang merupakan pusat kegiatan administrasi
dan operasi/produksi perusahaan. Kedekatan dengan pasar memungkinkan perusahaan
untuk memasarkan produk dengan harga yang pantas, memberi pelayanan secara
cepat dan mengakibatkan biaya distribusi ke pasar lebih rendah, dan melakukan usaha

19
promosi langsung. Kemudian pertimbangan kedekatan lokasi dengan sumber bahan
mempengaruhi biaya variable bahan mentah dan transportasi.

Ditinjau dari segi jenis usaha atau industri, perusahaan agraris dan ekstraktif sangat
dipengaruhi oleh faktor alam dan iklim.Lokasi perusahaan yang terbaik adalah dekat
pada sumber bahan . Sementara itu lokasi perusahan jasa dan keuangan sebaiknya
berada dekat pasar, karena sifatnya mudah diditribusi dan lokal. Lokasi industri
manufacturing dan perdagangan umumnya berada diantara sumber bahan dan daerah
konsumen. Namun perusahaan dagang yang usahanya bersifat mengumpulkan bahan
kiranya lebih tepat berada dekat dengan sumber bahan, dan perusahaan dagang yang
bersifat mendistribusikan produk, kiranya cocok ditempatkan pada lokasi yang dekat
dengan daerah konsumen.Perhitungan ekonomis bisaanya dilakukan untuk
menetapkan lokasi yang paling optimal atau menguntungkan.

Metode Evaluasi Alternatif Lokasi

Empat metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah


lokasi : metode pemeringkatan faktor-faktor, analisis titik impas lokasi, metode pusat
gravitasi, dan metode trasportasi. Namun dalam kesempatan ini hanya dua metode
yang akan dibahas yaitu: metode pemeringkatan faktor-faktor, dan analisis titik impas
lokasi, sedangkan dua metode yang lainnya tidak dibahas karena metode tersebut
hanya menitik beratkan pada biaya tranportasi saja dalam penentuan lokasi pabrik
sehingga hanya cocok untuk perusahaan yang mempunyai banyak cabang dan
pasarnya yang luas serta biaya tranportasinya yang cukup besar dikeluarkan dalam
operasional perusahaan nantinya,terutama untuk bahan baku dan pendistribusian
produknya.

Metode Pemeringkatan Faktor

Sebenarnya banyak faktor, kualitatif maupun kuantitatif, yang harus


dipertimbangakan dalam memilih suatu lokasi. Beberapa dari faktor-faktor ini lebih
penting dari yang lain, sehingga manajer dapat menggunakan pertimbangan agar
proses keputusan bisa lebih obyektif. Metode pemeringkatan faktor sangat sering
digunakan karena mencakup variasi faktor yang sangat luas.
Metode pemeringkatan faktor mempunyai enam tahap:

1. Mengembangkan daftar faktor-faktor terkait.


2. Menetapkan bobot pada setiap faktor untuk mencerminkan seberapa jauh
faktor itu penting bagi pencapaian tujuan perusahaan.
3. Mengembangkan suatu skala untuk setiap faktor (misalnya, 1 sampai 10
atau 1 sampai 100 poin).
4. Meminta manajer menentukan skor setiap lokasi untuk faktor, dengan
menggunakan skala yang telah dikembangkan pada tahap 3
5. Mengalikan skor itu dengan bobot dari setiap faktor, dan menentukan
jumlah total untuk setiap lokasi.
6. Membuat rekomendasi yang didasarkan pada skor maksimal, dengan juga
mempertimbangkan hasil dari pendekatan kuantitatif.

20
Contoh soal:
Skor
(skor penuh; 100) Skor Tertimbang
Faktor Bobot Kota A Kota B Kota A Kota B
Harga tanah 0,25 70 60 (0,25)(70)=17,5 (0,25)(60)=15.0
Ketersediaan listri 0,05 50 60 (0,05)(50)=12,5 (0,05)(60)=3,0
Ketersediaan tenaga kerja 0,1 85 80 (0,1)(85)= 8,5 (0,1)(80) = 8,0
Harga Tanah 0,39 75 70 (0,39)(75)=29,3 (0,39)(70)=27,3
Tingkat persaingan 0,21 60 70 (0,21)(60)=12,6 (0,21)(70)=14,7
TOTAL 1.00 70,4 68,0

Jadi yang direkomendasikan dari ilustrasi di atas adalah kota A

Analisis Titik-Impas Lokasi

Analisis titik-impas lokasi merupakan penggunaan analisis biaya-volume produksi


untuk membuat suatu perbandingan ekonomis terhadap alternatif-alternatif lokasi.
Dengan mengidentifikasi biaya variabel dan biaya tetap serta membuat grafik kedua
biaya ini untuk setiap lokasi, kita dapat menentukan alternatif mana yang biayanya
paling rendah.
Analisis titik-impas lokasi dapat dilakukan secara matematik atau secara grafik.
Pendekatan grafiknya mempunyai keuntungan dengan memberikan kisaran jumlah
yang membuat setiap lokasi dapat dipilih.

Tiga tahap dalam analisis titik-impas adalah:

1. Tentukan biaya tetap dan biaya variabel untuk setiap lokasi


2. Plot biaya untuk setiap lokasi, dengan biaya pada garis vertikal dan
volume produksi tahunan pada garis horizontal di grafik itu
3. Pilih lokasi yang biaya totalnya paling rendah, untuk setiap volume
produksi yang diinginkan.

Contoh soal:

Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan tiga lokasi – kota A, kota B, kota C


untuk pabrik baru. Study biaya mengindikasikan bahwa biaya tetap per tahun pada
lokasi-lokasi itu berturut-turut adalah $30.000, $60.000, $110.000, sedangkan biaya
variabelnya berturut-turut adalah $75 per unit, $45 per unit, $25 per unit. Harga jual
yang diharapkan untuk produknya adalah $120. Perusahan ini ingin menemukan
lokasi yang paling hemat biaya untuk volume produksi 2.000 unit per tahun.
Untuk setiap lokasi itu, kita dapat memplot biaya tetapnya (biaya pada jumlah
produksi 0 unit), dan biaya total (biaya tetap + biaya variable) pada volume produksi
yang diharapkan. Garis-garis ini telah diplot pada gambar:

21
Biaya tahunan ($)
180.000 - Kota A
-
-
150.000 -
- Kota C
130.000 -
-
110.000 -
-
-
80.000 - Kota B
-
60.000 -
-
-
30.000 -
-
10.000 -
0 . . . . .
.
500 1000 1500 2000 2500 3000
Jumlah produksi (unit)

Untuk kota A: Biaya total = $30.000 + $75(2.000) = $180.000


Untuk kota B: Biaya total = $60.000 + $45(2.000) = $150.000
Untuk kota C; Biaya total = $110.000 + $25(2.000) = $160.000
Dengan jumlah produksi yang diharapkan sebesar 2.000 unit, kota B memberikan
lokasi dengan biaya paling rendah. Laba yang diharapkan adalah:
Pendapatan total - biaya total = $120 (2.000) - $150.000 = $90.000 per tahun.

Gambar grafik diatas juga menunjukkan bahwa bila volume produksinya kurang dari
1.000 unit, maka kota A merupakan pilihan yang tepat, dan bila volume produksinya
lebih dari 2.500 unit, maka kota C akan memberikan laba terbesar. Titik
perpotongannya adalah 1.000 dan 2.500.

Strategi Lokasi Jasa

Fokus sektor jasa dalam memilih lokasi adalah memaksimalkan penerimaan


(maximizing revenue), sementara focus sektor industri adalah meminimalkan biaya
(minimizing cost). Paling tidak ada 8 komponen utama dari volume dan penerimaan
untuk strategi lokasi jasa yaitu:
1. Daya beli pelanggan di sekitar lokasi. Kalau anda membangun supermarket di
ibukota kabupaten yang daya belinya rendah, dapat diprediksi, bisnis anda

22
akan rugi. Hal ini disebabkan tdak ada yang mermbeli disupermarket itu,
meskipun ramai pengunjungnya.
2. Kesesuaian layanan dan citra dengan demografinya. Misalkan saja restoran
Jepang Hanamasa yang membawa pengunjungnya seolah-olah ada di jepang
dengan pakaian pelayan pakaian Jepang dan interior restoran, interior Jepang.
3. Persaingan di area lokasi. Apakah persaingan itu sehat atau tidak ?
4. Kualitas persaingan. Persaingan itu ada yang menguntungkan ada juga yang
merugikan. Persaingan yang mebnguntungkan adalah persaingan yang ada di
pasar Bunga Potong atau di pasar burung. Karena sudah merupakan sentra
perdagangan yang memudahkan konsumen untuk menuju lokasi tersebut.
5. Keunikan lokasi perusahan dan lokasi pesaing. Mc Danald selalu memilih
lokasi di Supermarket di lantai satu paling pojok, sehingga waktu pengunjung
tidak tergantung pada waktu tutup supermarket, mudah dicari, dan tidak perlu
membuang energi yang besar untuk mencapainya (bandingkan jika lokasinya
berada di lantai 5)
6. Kualitas dan fasilitas fisik serta tetangga bisnis. Misalnya saja usaha jamu,
lokasi yang paling cocok adalah lokasi keramaian seperti persimpangan jalan
dan terminal (stasiun) serta pasar induk (pasar yang beroperasi 24 jam)
7. Kebijakan operasi perusahan. Apakah hari minggu tuitup atau buka, apakah
hari jum’at tutup atau buka? Bisaanya rumah makan padang tutup setiap hari
jum’at dari pukul 11.00 - 13.00 WIB.
8. Manajemen Mutu

Latihan soal:
Consolidated Refineries, dengan markas besar di Houston, harus menentukan pilihan
diantara tiga pilihan lokasi untuk membangun pusat pemrosesan minyak yang baru.
Perusahaan ini telah menyeleksi enam factor yang terdaftar di bawah ini sebagai dasar
untuk mengevaluasi dan menentukan berat peringkat dari 1 sampai 5 untuk setiap
factor.
FAKTOR NAMA FAKTOR BERAT
PERINGKAT
1 Jarak lokasi dengan fasilitas pelabuhan 5
2 Ketersediaan sumber energi dan biayanya 3
3 Sikap dan biaya angkatan kerja 4
4 Jarak lokasi dengan kota Houston 2
5 Penerimaan masyarakat sekitar 2
6 Pemasok peralatan di area yang bersangkutan 3
Dari buku prinsip-prinsip manajemen operasi: Barry Render dan Jay Heizer
Manajemen memberi nilai setiap lokasi dengan dasar poin 1 sampai dengan 100

FAKTOR LOKASI A LOKASI B LOKASI


C
1 100 80 80
2 80 70 100
3 30 60 70
4 10 80 60
5 90 60 80
6 50 60 90

Lokasi manakah yang dipilih ?

23
TOPIK 5
PERMASALAHAN TRANSPORTASI
Tujuan.
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan:
- Mengetahui dan memahami permasalahan transportasi.
- Dapat menjelaskan metode-metode transportasi.
- Dapat menggunakan metode transpotasi untuk menyelesaikan
permasalahan transportasi.

Permasalahan transportasi timbul pada perusahaan yang mempunyai beberapa


pabrik dan beberapa gudang bermaksud menambah kapasitas satu pabriknya atau
realokasi pelayanan dari setiap pabrik serta penambahan pabrik atau gudang baru.
Permasalahan transportasi dapat diselesaikan dengan menggunakan metoda
transportasi.
Metoda transportasi adalah suatu teknik riset operasi (operation research) yang dapat
sangat membantu dalam pembuatan keputusan-keputusan lokasi pabrik atau gudang.
Secara teknis masalah-masalah metoda transportasi sebenarnya merupakan
masalah-masalah khusus dari programasi linear (linear programming). Beberapa
alternatif metoda-metoda untuk memecahkan masalah-masalah transportasi telah
tersedia, yaitu antara lain metoda sudut kiri atas ("northwest corner" atau "Stepping
Stone" method), MODI (modified distribution method) dan VAM (Vogel's
approximation method). Metoda transportasi memang suatu proses "trial and error"
tetapi dengan meng-ikuti aturan-aturan yang pasti sampai menghasilkan penyelesaian
dengan biaya terendah.
Masalah-masalah metoda transportasi sering hanya mempertimbangkan biaya
transportasi atau pengangkutan relatif, tetapi, bila pabrik-pabrik yang berbeda
menghasilkan biaya-biaya yang berbeda pula, maka dua biaya (biaya pabrik dan biaya
transportasi) dapat dijumlahkan untuk mendapatkan biaya pengiriman relatif yang
digunakan dalam analisa.
Untuk menguraikan metoda ini kita akan menggunakan contoh suatu
perusahaan yang mempunyai dua pabrik di Semarang dan Cilacap. Pada
suatu waktu tertentu, perusahaan mempunyai 13 unit produk yang
tersedia di Semarang dan 12 unit di Cilacap. Perusahaan memperoleh
pesanan dari tiga penyalurnya di Surakarta, Yogyakarta dan Magelang.
Menurut pesanan, perusahaan harus mengirim 5 unit ke Surakarta, 10 ke

24
Yogyakarta, dan 10 ke Magelang. Biaya transportasi per unit antara
kota-kota tersebut di tunjukkan dalam tabel berikut (dalam ribuan) :

Ke Surakarta Yogyakarta Magelang


Dari
Semarang Rp. 10 Rp. 15 Rp. 11
Cilacap 8 12 14

Bagaimana seharusnya perusahaan mendistribusikan 25 unit produknya ke


masing-masing penyalur di kota-kota yang berbeda untuk meminimumkan biaya
transportasi total ?
Masalah transportasi dapat digambarkan secara jelas dalam bentuk suatu tabel
transportasi, seperti ditunjukkan dalam tabel 5—1. Dalam tabel jumlah produk yang
tersedia di Semarang dan Cilacap dicantumkan pada kolom yang paling kanan, dan
jumlah kebutuhan dari setiap penyalur terlihat pada baris paling bawah. Biaya
transportasi per unit dari setiap pabrik ke setiap penyalur diletakkan di dalam kotak-
kotak kecil pada tabel. Kotak-kotak besar dalam tabel (matriks) transportasi disebut
sel. Bila kebutuhan total sama dengan persediaan (kapasitas) total, masalah
transportasi ini disebut masalah transportasi yang seimbang (balanced). Kuantitas
yang diangkut dari setiap pabrik ke tempat tujuan yang berbeda-beda ditunjukkan
oleh variabel-variabel keputusan ( X11, Xj2,....... , 23) dalam sel-sel. Jadi Xij
menunjukkan jumlah produk yang dikirim dari tempat asal pengiriman (baris) i ke
tempat tujuan j (kolom).

Tabel 5-1. Tabel Transportasi


Ke Surakarta Yogyakarta Magelang Persediaan
Dari
X 11 10 15 11
Semarang 13
X 12 X 13
Cilacap 8 12 14 12
X 21 X 22 X 23
Kebutuhan 25
5 10 10

25
Masalah transportasi di atas dapat dinyatakari dalam bentuk linear programming
sebagai berikut :

Minimumkan : Z = 10X11 + 15X12 + 11X13 + 8X21 + 12X22 + 14X23


dengan syarat bahwa :
X 11 + X 12 + X13 = 13
X21 + X22 + X23 = 12
X11 + X21 =5
X12 + X22 = 10
X13 + X23 = 10
dan
X11, X12, ………………, X23 > 0
Dalam bentuk umum, masalah transportasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Optimumkan :
m n
Z=  
i 1 j1
C ij X ij

dengan syarat bahwa (batasan-batasan)


n

Xj 1
ij = ai (i = 1, 2, ………., m)

Xii
ij = bj (j = 1, 2, ………., n)

m n

ai
ii
= b
ji
j

dan
Xij > 0 (i = 1, 2, ….., m; j = 1, 2, ….., n)

di mana Cij = biaya transportasi per unit dari tempat asal ke i ke tempat tujuan ke j
ai = jumlah unit yang tersedia pada tempat asal ke i (sumber)
bj = jumlah unit yang diminta oleh tempat tujuan ke j.

Optimalisasi berarti memaksimumkan atau meminimumkan fungsi Z, tergantung


apakah Cij adalah laba per unit atau biaya per unit. Optimalisasi dapat diperoleh
dengan menentukan berapa unit di "angkut" dari setiap tempat asal ke setiap tempat
tujuan (yaitu nilai Xij untuk semua i dan j).

26
Metoda Sudut Barat Laut
Salah satu cara untuk menemukan alokasi yang optimal (yaitu satu rangkaian nilai Xj:
yang menghasilkan nilai fungsi Z optimal) adalah dengan menggunakan "algorithma",
yaitu suatu metoda yang secara sistematik membawa kita pada alokasi optimal, dari
manapun kita memulai perhitungan kita. Proses algorithma dimulai dengan penentuan
"alokasi pertama", yaitu pola alokasi yang memenuhi syarat-syarat mengenai
"permintaan" dan "kapasitas penawaran", tetapi belum tentu optimal. Prosedur alokasi
sistematik pertama yang dikenal adalah metoda sudut barat laut (northwest corner
rule) atau sering disebut metoda sudut kiri atas. Penerapan metoda ini untuk tabel
transportasi kita adalah sebagai berikut :
1. Mulai dari kotak "sudut barat laut" ( X11 ), alokasikan sejumlah maksimum
produk dengan mengingat persediaan pabrik dan kebutuhan. Dari contoh, pabrik
Semarang memiliki persediaan 13 unit, sedangkan penyalur Surakarta
membutuhkan 5 unit. Ini berarti kita mengalokasikan 5 unit untuk penyalur
Surakarta dari pabrik Semarang. Kita masih mempunyai sisa persediaan 8 unit di
pabrik Semarang untuk dialokasikan pada kotak lain.
2. Kemudian, bila Xij merupakan kotak alokasi terakhir maka langkah selanjutnya
adalah mengalokasikan pada kotak Xi,j+1 bila i mempunyai persediaan yang tersisa,
atau alokasi ke X1+1,j bila j mempunyai kebutuhan yang belum terpenuhi, dan
seterusnya sampai semua kebutuhan telah terpenuhi. Dari contoh, pabrik
Semarang masih mempunyai per-sediaan 8 unit, sisa ini dapat kita alokasikan
pada kotak X12 atau X13. Metoda sudut barat laut menentukan bahwa kotak yang
terdekat dengan X11 yang dipilih, yakni kotak X1, 1+1 = X12. Kita alokasikan 8
unit ke kotak X12 Penyalur di Yogyakarta mendapat suplai 8 unit dari pabrik
Semarang, tetapi ini belum memenuhi semua kebutuhannya (10 unit). Maka perlu
dialokasikan 2 unit lagi dari pabrik berikutnya (Cilacap). Sisa persediaan pada
pabrik Cilacap sebesar 10 unit tidak mempunyai pilihan lain kecuali dialokasikan
ke penyalur Magelang ( X23 ), sehingga seluruh persediaan kebutuhan penyalur
telah terpenuhi, seperti terlihat pada tabel 5-2. Segi empat (kotak) yang terisi
alokasi bisaanya disebut segi empat batu, dan yang kosong disebut segi empat air.
Biaya transportasi total untuk pola alokasi tahap pertama ini adalah sebesar Rp
334.000,-, dengan perhitungan sebagai berikut :

27
Tabel 5—2. Alokasi Pertama dengan Metoda Sudut Barat Laut.

Ke Surakarta Yogyakarta Magelang Persediaan


Dari
10 15 11
Semarang 5 8 13

8 12 14
Cilacap 2 10 12

Kebutuhan 5 10 10 25

Biaya per unit Biaya total (dalam


Alokasi Jumlah unit
(dalam ribuan) ribuan)
Semarang – Surakarta 5 Rp. 10,- Rp. 50,-
Semarang – Yogyakarta 8 15,- 120,-
Cilacap – Yogyakarta 2 12 24,-
Cilacap – Magelang 10 14 140,-
Rp. 344,-

Prosedur evaluasi-sel. Sekali lagi "alokasi pertama" di atas belum tentu optimal (atau
dengan biaya total minimum). Oleh sebab itu, langkah selanjutnya adalah menentukan
apakah alokasi sudah optimal atau belum. Untuk menentukan optimalitas ini suatu
prosedur evaluasi-sel diperlukan. Evaluasi sel menyangkut pengujian sel-sel yang
masih kosong (yaitu, sel-sel tanpa nilai yang dilingkari) untuk memastikan apakah
realokasi diperlukan atau tidak.
Prosedur evaluasi-sel dapat diringkas sebagai berikut :
1. Memilih sel (kotak) kosong untuk dievaluasi. Menentukan jalur tertutup (jalur
"minus-plus") melalui pemindahan secara horizontal dan vertikal sampai suatu
nilai yang dilingkari dicapai oleh nilai berlingkaran lainnya dalam kolom atau
baris yang sama.
2. Pemindahan sepanjang jalur tersebut mulai dari sel kosong yang dipilih secara
horizontal atau vertikal sampai mencapai sel kosong yang sama.
3. Memberi tanda plus ( + ) dan minus ( - ) untuk setiap sel dalam jalur, selalu
dimulai dengan tanda plus untuk sel kosong yang dievaluasi.
4. Hitung jumlah biaya transportasi per unit untuk semua sel dalam jalur dengan
memperhatikan nilai-nilai plus dan minus.

28
5. Ulangi prosedur-prosedur ini sampai semua sel kosong dievaluasi dan
masukkan hasil-hasil tanpa lingkaran.
6. Suatu nilai positif setelah evaluasi sel menunjukkan kenaikan biaya dengan
adanya realokasi; suatu nilai negatif mencerminkan penurunan biaya.

Dalam tabel 5-2 dari contoh kita ada dua sel kosong (yaitu, X13 dan X21).
Mari kita pertama kali mengevaluasi sel Semarang-Magelang. Bila kita melakukan
realokasi 1 unit dari sel X12 ke sel X13 , Yogyakarta hanya akan menerima 9 unit. Ada
penurunan biaya transportasi per unit sebesar Rp 4.000,- dengan adanya
pemindahan ini. Karena Yogyakarta memerlukan 10 unit, dibutuhkan 1 unit
tambahan untuk memenuhi kebutuhan. Dan karena Magelang sekarang
mempunyai 11 unit, 1 unit ekstra harus dialokasikan dari sel X 23 ke sel X 22 .
Hasilnya adalah penurunan biaya sebesar Rp 2.000,-. Jadi, penyelesaian baru
menghasilkan penurunan biaya total Rp 6.000,-, seperti ditunjukkan bilangan -6
(yaitu, - 4 - 2 = - 6) dalam tabel 5-3. Ini menandakan adanya perbaikan, dan
realokasi dapat dilakukan.
Tabel 5-3. Evaluasi sel
Ke Surakarta Yogyakarta Magelang Persediaan
Dari
10 - 15 + 11
Semarang 5 8 -6 13

8 + 12 - 14
Cilacap 1 2 10 12

Kebutuhan 5 10 10 25

29
Dengan cara yang sama kita mengevaluasi sel Cilacap Surakarta, di mana
realokasi akan menghasilkan kenaikan biaya sebe-sar Rp 1.000,- (-2 + 3 = 1),
sehingga tidak perlu dilakukan. Jadi, nilai positif menunjukkan kenaikan biaya,
sedangkan nilai negatif mencerminkan penurunan. Alokasi pertama dapat diperbaiki
dengan realokasi.

Realokasi dilakukan melalui suatu jalur tertutup (closed path), seperti terlihat
dalam tabel 5-3. Jalur tertutup selalu mulai dari sel kosong dan diberi tanda plus ( + ),
kemudian bergerak ke bawah pada kolom yang sama, dan sampai pada sel yang berisi
serta ditandai minus (-); dan seterusnya sampai mencapai sel terisi yang terletak pada
baris yang sama. *(bila ada dua atau lebih nilai negatif pada sel-sel kosong secara bersama-sama,
sel dengan nuilai terkecil (nilai negatif terbesar) dipilih untuk merelokasi, karena ini menjamin
penurunan biaya transportasi per unit terbesar)

Perbaikan alokasi. Penyelesaian alokasi pertama seperti ditunjuk-kan dalam


tabel 5-2 belum merupakan penyelesaian optimal. Hasil evaluasi sel dalam tabel 5-3
menunjukkan bahwa alokasi pertama dapat diperbaiki (untuk mengurangi biaya
transportasi total). Bila sel X23 bersisi -6, kita tahu bahwa realokasi akan mengurangi
biaya transportasi.

Pertama, bagaimanapun juga, kita menelusuri setiap sel pada jalur tertutup
yang mempunyai bilangan negatif. Dalam jalur tertutup, dua sel yang terisi ditandai
minus pada evaluasi sel. Sel-sel tersebut adalah X12 dan X23. Di antara dua sel yang
ditandai minus kita memilih sel X12 (atau Semarang — Yogyakarta), yang berisi
jumlah alokasi lebih kecil. Pilihan ini menjamin keseimbangan antara persediaan dari
kebutuhan. Kita mengalokasikan sebanyak unit yang mungkin dari sel ini ke sel yang
kosong. Karena itu, kita mengirimkan 8 unit dari sel X12 ke sel X13. Sekarang,
Yogyakarta mempunyai persediaan 2 unit dan Magelang mempunyai 18 unit. Ini
melebihi persyaratan "kebutuhan". Untuk menjaga keseimbangan antara persediaan
dan kebutuhan, kita mengirimkan 8 unit dari sel X23, sel minus, ke sel X22 sel plus.
Realokasi ini menghasilkan pengurangan biaya transportasi per unit sebesar Rp
6.000,- ( - Rp 4.000,- -Rp 2.000,- = - Rp 6.000,- ). Bila terdapat tiga atau lebih sel
bertanda minus dalam jalur , kita selalu memilih sel yang terisi terkecil untuk
realokasi. Penyelesaian alokasi kedua disajikan dalam tabel 5-4, dengan evaluasi sel

30
berikutnya.
Tabel 5-4. Alokasi Kedua
Ke Surakarta Yogyakarta Magelang Persediaan
Dari
10 15 11
Semarang 5 6 8 13

8 12 14
Cilacap -5 10 2 12

Kebutuhan 5 10 10 25

Alokasi kedua menghasilkan biaya transportasi total Rp 286.000,-, yang lebih murah
Rp 48.000,- ( Rp 6.000,- x 8 ) daripada alokasi pertama. Walaupun telah ada
perbaikan, tetapi hal ini belum merupakan alokasi optimal. Sel kosong Cilacap -
Surakarta masih berisi bilangan negatif bila sel-sel kosong di eva-luasi. Kita
mengulang prosedur realokasi ini untuk memperbaiki penyelesaian. Alokasi baru
dapat dilihat dalam tabel 5-5.

Tabel 5-5. Alokasi Optimal

Ke Surakarta Yogyakarta Magelang Persediaan


Dari
10 15 11
Semarang 3 1 10 13

8 12 14
Cilacap 2 10 5 12

Kebutuhan 5 10 10 25

Alokasi baru yang disajikan dalam tabel 5-5 merupakan alokasi optimal, karena
evaluasi sel menghasilkan bilangan-bilangan positif dalam sel-sel kosong. Biaya
transportasi total alokasi optimal ini sebesar Rp 276.000,-, yang Rp 10.000,- ( 5.000 x
2) lebih kecil daripada alokasi kedua. Program pengiriman optimal sebagai berikut :

31
Biaya per unit Biaya total (dalam
Alokasi Jumlah unit
(dalam ribuan) ribuan)
Semarang – Surakarta 3 Rp. 10,- Rp. 30,-
Semarang – Yogyakarta 10 11,- 110,-
Cilacap – Yogyakarta 2 8,- 16,-
Cilacap – Magelang 10 12,- 120,-
Rp. 276,-

Metode MODI
Metode MODI (Modified Distribution) merupakan perkembangan dari metode
stepping – stone, karena penentuan segi empat kosong yang bisa menghemat biaya
dilakukan dengan prosedur yang lebih pasti dan tepat serta metode ini dapat mencapi
hasil optimal lebih cepat. Cara untuk memilihnya digunakan persamaan Ri + Kj = Cij
Ri adalah nilai baris i, Kj nilai kolom j, dan Cij adalah biaya pengangkutan 1 satuan
barang dari sumber i ke tujuan j. adapun langkah – langkah menghitungnya sebagai
berikut :

a. Isilah tabel pertama dari sudut kiri atas ke kanan bawah.


b. Menentukan nilai baris dan kolom
Nilai baris dan kolom ditentukan berdasarkan persamaan diatas (Ri +
Kj = Cij). Baris pertama selalu diberi nilai 0, dan nilai baris – baris yang lain dan nilai
semua kolom ditentukan berdasarkan hasil – hasil hitungan yang telah diperoleh. Bila
nilai suatu baris sudah diperoleh, maka nilai kolom yang dihubungkan dengan segi
empat batu dapat dicari dengan rumus Ri + Kj = Cij.
Nilai baris W = RW = 0.

Mencari nilai kolom A :


RW + K A = CWA
0 + KA = 20, nilai kolom A = KA = 20

Mencari nilai kolom dan baris yang lain :


RW + KB = CWB; 0 + KB = 5; KB = 5
RH + KB = CHB; RH + 5 = 20; RH = 15
RP + KB = CPB; RH + 5 = 10; RP = 5
RP + KC = CPC; 5 + KC = 19 KC = 14

32
Nilai – nilai ini kemudian diletakkan pada baris/kolom yang bersangkutan, seperti
terlihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Tabel pertama

c. Menghitung indeks perbaikan


Indeks perbaikan adalah nilai dari segi empat air (segi empat yang kosong).
Mencarinya dengan rumus :
Cij – Ri – Kj = Indeks perbaikan

Tabel 5.10. Menghitung indeks perbaikan


Segi empat Cij – Ri – Kj Indeks perbaikan

HA 15 – 15 – 20 -20

PA 25 – 5 – 20 0

WC 8 – 0 – 14 -6

HC 10 – 15 – 14 -19

d. Memilih titik tolak perubahan


Segi empat yang mempunyai indeks perbaikan negatif berarti bila diberi
alokasi (diisi) akan dapat mengurangi jumlah biaya pengangkutan. Bila nilainya
positif berarti pengisian akan menyebabkan kenaikan biaya pengangkutan. Segi
empat yang merupakan titik tolak perubahan adalah segi empat yang indeksnya
―bertanda negatif‖, dan ―angkanya terbesar‖. Dalam Tabel 5.10, ternyata yang

33
memenuhi syarat adalah segi empat HA. Oleh karena itu segi empat ini dipilih
sebagai segi empat yang akan diisi.

e. Memperbaiki alokasi
Berilah tanda positif pada segi empat yang terpilih (HA). Pilihlah 1 segi empat
terdekat yang isi dan sebaris (HB), 1 segi empat yang isi terdekat dan sekolom
(WA); berilah tanda negatif pada 2 segi empat ini. Kemudian pilihlah satu segi
empat yang sebaris atau sekolom dengan 2 segi empat yang bertanda negatif tadi
(WB), dan berilah segi empat ini tanda positif. Selanjutnya pindahkanlah alokasi
dari segi empat yang bertanda negatif ke yang bertanda positif sebanyak isi
terkecil dari segi empat yang bertanda (-) (50). Jadi segi empat HA kemudian
berisi 50, segi empat HB berisi 60 – 50 = 10, segi empat WB berisi 40 + 50 = 90,
dan segi empat WA menjadi tidak berisi. Lihat tabel 5.9.
f. Ulangi langkah – langkah tersebut diatas, mulai langkah nomor b sampai
diperoleh biaya terendah. Bila masih ada indeks perbaikan yang bernilai negatif
berarti alokasi tersebut masih dapat diubah untuk mengurangi biaya
pengangkutan. Bila sudah tidak ada indeks yang negatif berarti sudah optimal.
Sebagai contoh perubahan pertama sampai mencapai tabel optimal dapat dilihat
pada tabel 5.11, a,b,c,d, dan e.

Tabel 5.11. Perubahan alokasi untuk memperoleh alkasi optimal dengan Metode
MODI
(a)

34
Biaya tranportasi = 90 (5) + 50(15) + 10(20) + 10(10) + 40(19)
= 2260

(b)

Biaya transportasi = 90(5)+ 50(15)+ 10(10)+ 20(10)+ 30(19)


= 2070.
(c)

Biaya transportasi = 60(5)+ 30(8)+ 50(15)+ 10(10)+ 50(10)


= 1890

35
(d)

Tebel (d) tidak bisa dioptimalkan lagi, karena indeks perbaikan pada setiap segi empat
air sudah tidak ada yang negative, seperti terlihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12. Indeks perbaikan dari Tabel 5.11 e


Segi empat Ci – Rj – Kj IndeksPerbaikan
WA 20 – 0 – 5 15
HB 20 – 2 – 5 13
PA 25 – 5 – 13 7
PC 19 – 5 – 8 6

Metoda Vogel's Approximation


Metoda sudut barat laut yang telah dibahas di depan tidak praktis untuk pencarian
penyelesaian optimal suatu masalah transportasi yang kompleks. Perhitungannya
banyak memakan waktu karena alokasi pertama lebih berdasarkan posisi sel dalam
tabel, dan bukan biaya transportasi per unit. Metoda Vogel atau Vogel's
Approximation method (VAM) adalah salah satu prosedur alokasi yang
berdasarkan elemen biaya. Metoda ini lebih efisien dan praktis. Alokasi pertama
mungkin optimal atau mendekati optimalitas, sehingga waktu perhitungan lebih cepat.
Adapun langkah-langkah pengerjaan metoda VAM adalah sebagai berikut :

36
1. Buatlah matriks yang menunjukkan kebutuhan masing-masing tempat tujuan,
kapasitas masing-masing sumber, dan biaya transportasi per unit, misal
seperti terlihat pada tabel 5-6.
2. Carilah perbedaan atau selisih antara dua biaya terkecil, yaitu biaya terkecil
dan biaya terkecil kedua untuk setiap baris dan kolom. Sebagai contoh, selisih
biaya terkecil dan terkecil kedua untuk baris A adalah 3 (11—8).

37
Tabel 5 - 6. Matriks Masalah Transportasi

Ke
gudang
K L M N Kapasitas
Dari
Pabrik

A 8 13 12 11 20

10 10 14 7
B 35

15 9 14 12
C 45

Kebutuhan 20 35 15 30 100

3. Pilih selisih yang terbesar di antara selisih-selisih yang telah di hitung dalam
langkah (1). Dari contoh kita, kolom N terpilih. Dan kolom ini adalah "calon"
untuk alokasi.
4. Alokasikan sejumlah maksimum tanpa melanggar syarat-syarat kebutuhan dan
kapasitas pada kolom atau baris terpilih yang mempunyai biaya terendah.
Dalam contoh kita, baris B mempunyai biaya terendah ( Rp 7,- ), sehingga kita
aloka-sikan 30 unit pada sel BN (kolom N baris B). Alokasi sebanyak 30 unit
adalah maksimal untuk sel tersebut karena kebutuhan gudang N adalah 30
unit, meskipun kapasitas pabrik B adalah 35 unit. Karena "kebutuhan" gudang
N telah terpenuhi, maka kolom N dapat dihilangkan pada langkah berikutnya
(atau berarti tidak diberikan alokasi). Lihat tabel 5 - 7.

38
Tabel 5 - 7. Alokasi Awal dengan Metoda Vogel.
gudang Perbedaan
Kapasitas
K L M N baris
A 8 13 12 11 20 3
Pabrik B 10 10 14 (7) 35 3
C 15 9 14 12 45 3
30
Kebutuhan 20 35 15 Pilihan XBN = 30

Perbedaan kolom 2 1 2 4 Hilangkan kolom N

5. Kemudian kita melakukan penghitungan perbedaan (selisih) biaya ke dua


untuk setiap baris dan kolom seperti yang kita kerjakan sebelumnya. Dalam
hal ini perlu dicatat bahwa penghitungan selisih ke dua ini tidak
memperhatikan baris atau kolom yang telah diberi alokasi. Dari hasil
penghitungan selisih ke dua ini kita ulangi prosedur yang sama dalam langkah
(3), (4) dan (5), yang menunjukkan bahwa kotak CL diberi alokasi sebesar
maksimal 35 unit tanpa melanggar syarat kebutuhan dan kapasitas. Kita
lakukan penghitungan selisih ke tiga dan seterusnya sampai semua baris dan
kolom sepenuhnya teralokasi seperti terlihat dalam tabel 5 - 8.

Bila terdapat 2 atau lebih selisih biaya yang besarnya sama (pada perbedaan kolom
maupun baris), maka dicari biaya transportasi per unit terendah di antara sel-sel pada
baris atau kolom itu, dan kemudian isikan alokasi maksimum pada sel tersebut. Bila
biaya terendah tidak ada, maka pilihlah sel yang diisi berdasar sa-lah satu baris atau
kolom terpilih.

39
Tabel 5 - 8. Alokasi Lanjutan dengan Metoda Vogel.
Gudang Perbedaan
Kapasitas
K L M baris
A 8 13 12 20 4
Pabrik B 10 10 14 5 0

C 15 (9) 14 45 5

Kebutuhan 20 35 15 Pilihan XCL = 35

Perbedaan kolom 2 1 2 Hilangkan kolom L

Gudang Perbedaan
Kapasitas baris
K M
A (8) 12 20 4
Pabrik B 10 14 5 4
C 15 14 45 1

Kebutuhan 20 15 Pilihan XAK = 20

Perbedaan kolom 2 2 Hilangkan baris A dan kolom K

Gudang
Kapasitas
M
B 14 5
Pabrik
C 14 10
Pilihan XBM = 5
Kebutuhan 15
Pilihan XCM = 10

Pengerjaan alokasi dengan metoda Vogel di atas dapat juga dilakukan dalam satu
matriks sebagai berikut, lihat tabel 5 - 9.

40
Tabel 5 - 9. Matriks transportasi dengan Penyelesaian Metode Vogel.
Ke-
gudang Perbedaan
K L M N Kapasitas
baris
Dari pabrik
8 13 12 11
A 20 20 3 4 4 -

10 10 14 7
B 35 3 0 4 -
5 30

15 9 14 12
C 45 3 5 1 -
35 10

Kebutuhan 20 35 15 30 100
Perbedaan 2 1 2 4
kolom 2 1 2 -
2 - 2 -
- - 0 -

Hasil alokasi ini kemudian kita tes optimalitasnya dengan prosedur evaluasi
- sel. Pencarian indeks perbaikan ternyata mengalami "kemacetan" karena
terjadi masalah degeneracy. Pada umumnya, degeneracy timbul dalam
masalah transportasi bila jumlah sel berisi kurang dari ( m + n - 1 ) pada
setiap tahap pe-nyelesaian, di mana, m menunjukkan jumlah baris (tempat
asal) dan n jumlah kolom (tempat tujuan). Dalam contoh kita, ada 5 sel
berisi (segi empat batu) dibanding 6 variabel dasar (3 + 4 - 1 ), sehingga
terjadi degenerate. Untuk evaluasi sel kita memasukkan alokasi sejumlah (e)
ke dalam salah satu sel kosong yang mempunyai biaya terendah. Pengisian
(e) menghasilkan sel-sel terisi yang memenuhi ( 3 + 4 - 1 ). Alokasi(e)
menunjukkan nilai positif sangat kecil mendekati nol. Dalam tabel 5 – 10
nilai - nol (e) dimasukkan pada sel BK, sel dengan biaya terendah.
Walaupun sel BL mempunyai biaya terendah yang sama dengan BK, tetapi

41
tidak dipilih karena jalur tertutup tidak dapat dibentuk untuk setiap sel
kosong.
Penyelesaian yang disajikan dalam tabel 5 – 10 adalah alokasi optimal
karena evaluasi sel menghasilkan nilai-nilai positif dari semua sel kosong.
Skedul alokasi optimal beserta biayanya adalah sebagai berikut :
Alokasi Jumlah unit Biaya per unit Biaya total
A–K 20 Rp. 8,- Rp. 160,-
B–M 5 14,- 70,-
B–N 30 7,- 210,-
C–L 35 9,- 315,-
C–M 10 14,- 140,-
Rp. 895,-

Tabel 5 - 10. Alokasi Optimal

Ke
gudang
K L M N Kapasitas
Dari
Pabrik
8 13 12 11
A 20 6 0 6 20

10 10 14 7
B e 1 5 30 35

15 9 14 12
C 5 35 10 5 45

Kebutuhan 20 35 15 30 100

Masalah Maksimisasi

Metoda-metoda transprotasi untuk mencari minimum dalam contoh di atas


pada prinsipnya dapat diterapkan untuk masalah maksimisasi. Tidak seperti masalah
minimisasi, masalah maksimisasi adalah jarang terjadi dalam masalah-masalah
transportasi. Kontribusi laba per unit tidaklah berbeda secara berarti pada lokasi-
lokasi yang berbeda, dan pengukurannya tidak semudah biaya transportasi per unit.
Masalah transportasi sering menyangkut alokasi para karyawan pada berbagai
pekerjaan yang berbeda, atau pembelanjaan modal dan alokasi dana investasi
masalah-masalah tersebut tidak berkenaan dengan transportasi.
Dalam maksimisasi, angka-angka dalam kotak-kotak kecil menunjukkan laba
(atau identik dengan "return"), bukan biaya. Bila kita menggunakan metoda Vogel,

42
perbedaan baris dan kolom didapatkan dari selisih antara laba tertinggi dan tertinggi
ke dua dalam setiap baris dan kolom. Alokasi awal mulai dari baris atau kolom yang
mempunyai selisih terbesar. Kita mengalokasikan unit sebanyak mungkin pada sel
dengan laba tertinggi dalam baris atau kolom terpilih. Langkah-langkah yang
digunakan untuk alokasi adalah persis sama seperti minimisasi. Evaluasi- sel dan
prosedur pengiriman juga sama. Dalam evaluasi sel, angka-angka negatif dalam sel-
sel kosong menunjukkan penyelesaian optimal, karena angka-angka negatif berarti
adanya penurunan laba per unit dengan adanya realokasi.

Masalah-masalah Transportasi yang Tidak Seimbang


Dalam masalah-masalah transportasi sebelumnya, "suplai" total dari sumber-
sumber adalah sama dengan "permintaan" total tempat-tempat tujuan (balanced
transportation problems). Dalam operasi-operasi organisasi senyatanya kondisi ini
tidak selalu terpenuhi. Sering kali terjadi kapasitas total melebihi kebutuhan atau
sebaliknya, yang menghasilkan surplus atau kekurangan. Masalah transportasi ini
disebut "unbalanced", di mana kebutuhan tidak sama dengan kapasitas yang tersedia.
Bila kapasitas lebih besar daripada kebutuhan, masalah dapat dipecahkan melalui
penambahan kolom semu (dummy colom). Kita memasukkan biaya transportasi
sebesar nol ( 0 ) dalam sel-sel pada kolom semu dan jumlah surplus, sehingga
masalah "unbalanced" menjadi masalah yang "balanced". Kita dalam hal ini
menganggap bahwa biaya penyim-panan per unit untuk produk surplus sama di semua
tempat asal (sumber). Bila biaya penyimpanan per unit berbeda, maka harus
dimasukkan sebagai pertimbangan. Di lain pihak, bila kebutuhan lebih besar daripada
kapasitas, kita dapat menambahkan baris se-mu (dummy row) untuk membuat
masalah transportasi "balanced". Dalam kasus ini masalahnya tidak semudah kasus
surplus. Kita mungkin memerlukan tambahan anggapan-anggapan untuk menentukan
skedul alokasi optimal. Penyedia (supplier) mungkin berkeinginan untuk
meminimumkan biaya transportasi tanpa memperhatikan situasi permintaan. Dia
mungkin berkeinginan untuk memproduksi jumlah kekurangan dengan kerja lembur,
sehingga menimbulkan biaya tambahan. Dia mungkin berkeinginan untuk membatasi
permintaan yang tidak terpenuhi pada setiap tempat tujuan, misal 20% dari setiap
permintaan tempat tujuan, dan seterusnya. Untuk menggambarkan masalah
transportasi "unba-lanced", berikut ini akan diberikan sebuah contoh.

43
Contoh 5 - 2. Perusahaan DINO memproduksi bir dengan merk X di empat
pabriknya. Perusahaan mempunyai empat gudang yang tersebar di semua
daerah pemasaran. Kapasitas setiap pabrik, kebutuhan setiap gudang dan biaya
transpor-tasi (dalam rupiah) ditunjukkan dalam tabel berikut :
Gudang Kapasitas
Pabrik
K L M N pabrik
A 15 14 12 10 40
B 9 11 12 6 25
C 7 5 12 10 25
D 10 13 15 14 30
Kebutuhan 20 20 20 30
Gudang

Bagaimana seharusnya perusahaan mensuplai gudang-gudangnya untuk


meminimumkan biaya transportasi total ?

Masalah transportasi di atas adalah masalah transportasi "unbalanced",


karena kapasitas total pabrik yang tersedia lebih besar daripada kebutuhan total
gudang. Kolom semu, disebut gudang semu, ditambahkan pada tabel, beserta jumlah
kelebihan kapasitas dan biaya tranportasi nol. Masalahnya sekarang telah menjadi
"balanced", seperti terlihat pada tabel 5 - 11.

44
Tabel 5 - 11. Masalah Transportasi dengan Kapasitas Lcbih Besar
dari Kebutuhan.
Ke
Gudang
gudang
K L M N semu Kapasitas
Dari
(dummy)
Pabrik
15 14 12 10 0
A 40

9 11 12 6 0
B 25

7 5 12 10 0
C 25

10 13 15 14 0
D 30

Kebutuhan 20 30 20 30 20 120
Langkah-langkah penyelesaian selanjutnya adalah sama dengan penyelesaian
masalah-masalah transportasi di atas, baik dengan metoda sudut barat laut (atau
stepping stone), Vogel atau MODI.

Soal latihan:
Suatu perusahaan yang mempunyai 3 buah pabrik di A,B, dan C. Perusahaan
menghadapi masalah alokasi hasil produksinya dari pabrik-pabrik tersebut ke gudang-
gudang penjualan di K, L, dan M.
Kapasitas pabrik, kebutuhan gudang dan biaya pengangkutan dari tiap pabrik ke tiap gudang
dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Kapasitas Pabrik A, B, dan C


Pabrik Kapasitas Produksi Tiap Bulan
A 135 ton
B 90 ton
C 75 ton
Jumlah 300 ton

Kebutuhan Gudang K, L, dan M


Gudang Kebutuhan Tiap Bulan
K 75 ton
L 165 ton
M 60 ton
Jumlah 300 ton

45
Biaya Pengangkutan Setiap Ton dari Pabrik A, B, C ke Gudang K, L, M
Dari Biaya Tiap Ton (dalam ribuan Rp)
Ke Gudang K Ke Gudang L Ke Gudang M
Pabrik A 25 10 13
Pabrik B 20 25 15
Pabrik C 30 15 24

Selesaikan permasalahan transportasi tersebut dengan mencari alokasi yang optimal


sehingga biaya transportasi yang paling minimal. Gunakan metode MODI dan VAM

46
TOPIK 6
PENGEMBANGAN PRODUK

Tujuan.
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan:
- Mengetahui dan memahami pentingnya pengembangan produk.
- Dapat menyebutkan dan menjelaskan produk baru suatu perusahaan.
- Dapat menjelaskan dan menyebutkan proses pengembangan produk baru.

A. Pendahuluan.
Suatu perusahaan yang ingin tetap eksis dipasaran harus senantiasa melakukan
pengembangan terhadap produk-produknya. Dengan adanya pengembangan produk
diharapkan akan dihasilkan produk baru dari suatu perusahaan. Tentu produk baru
tersebut adalah produk yang disukai / lebih disukai oleh konsumen, sesuai dengan
pengertian dari pengembangan produk sebagai berikut:

Pengembangan produk adalah merupakan suatu penelitian terhadap produk yang


sudah ada untuk dikembangkan lebih jauh lagi agar mempunyai tingkat kegunaan
yang lebih tinggi dan atau lebih disukai oleh para konsumen.

Adapun yang dimaksud dengan produk baru didalam sebuah perusahaan ini secara
umum adalah merupakan produk perusahaan yang mempunyai salah satu atau
beberapa kriteria berikut ini.
1. Terdapat perubahan-perubahan kecil dari produk yang telah diproduksikan
oleh perusahaan tersebut.
2. Terdapat perubahaan-perubahaan total dari produk yang telah
diproduksikan oleh perusahaan yang bersangkutan.
3. Produk yang telah diproduksikan oleh perusahaan-perusahaan yang lain (
para pesaing ), akan tetapi belum pernah diproduksikan oleh perusahaan
yang bersangkutan.
4. Produk yang belum pernah diproduksikan oleh perusahaan-perusahaan
dalam negeri walaupun produk tersebut sudah ada dan sudah dipasarkan di
negara-negara yang lain.
5. Produk yang sama sekali belum pernah diproduksikan baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Produk semacam ini benar-benar merupakan
produk baru atau penemuan baru dalam arti kata yang sebenar-benarnya.

B. Produk Life Cycle (Siklus Kehidupan Produk )

Produk perusahaan tidak selamanya akan disukai oleh konsumen, produk perusahaan
yang ditawarkan kepada konsumen hampir semuanya akan mengalami suatu siklus
kehidupan yang terdiri atas empat tahap dalam periode waktu terbatas. Tiap tahap
dalam produk life cycle membuka kesempatan-kesempatan baru dan masalah-
masalah baru bagi manajemen produksi. Perusahaan harus dapat memprediksi posisi /
keadaan produknya dipasaran. Bila diketahui kedudukan produk dalam siklus

47
kehidupannya, maka dapat dirumuskan rencana perbaikan disain dan pengembangan
produk yang lebih baik..

Volume
penjualan
produk

0 Pengenalan Pertumbuhan Kejenuhan Penurunan Waktu

Tahap – tahap siklus kehidupan produk dapat dijelaskan secara singkat sebagai
berikut :

1.Tahap pengenalan ( introduction )


Pada tahap ini produk baru diperkenalkan pertama kali ke pasar.
Operasi penjualan tidak selalu berjalan dengan baik.
Volume penjualan dalam unit masih rendah.
Masih terdapat masalah kelambatan dalam perluasan kapasitas produksi.
Harga tinggi.
Jumlah produksi rendah.
Hanya konsumen yang suka mencoba-coba mungkin membeli pada tahap ini.

2.Tahap pertumbuhan ( growth )


Pada tahap ini produk perusahaan sudah dikenal dan mulai digemari oleh
konsumen, sehingga terjadi pertambahan penjualan yang cukup besar.
Konsumen membeli dengan sedikit desakan.
Produk diperbaiki dan distandarisasi sehingga menjadi dapat diandalkan dalam
penggunaan.
Perusahan sudah bisa berproduksi dalam jumlah yang cukup besar.
Penentuan jumlah produksi perlu dilaksanakan secara hati-hati.
Harga akan lebih rendah.
Luas produksi yang ekonomis dan tingkat laba tertinggi akan dicapai pada tahap
ini.
Bagian penelitian dan pengembangan perusahaan dapat lebih diaktifkan pada
tahap ini.

3.Tahap kejenuhan ( maturity )


Pada tahap ini produk adalah matang, harga wajar, keandalan dalam
performance.
Volume penjualan mulai menurun pertambahannya, sehingga penjualan konstan
atau bahkan cendrung mulai turun.
Laba perusahaan mulai turun.

48
Tugas manajemen produksi pada tahap ini adalah memodifikasi produk
.
4.Tahap penurunan ( decline ).
Penjualan produk perusahaan mengalami penurunan sampai akhirnya tidak
dapat dijual sama sekali.
Pasar sudah jenuh.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, perlu dikeluarkan
produk baru atau paling tidak memodifikasi produk lama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produk life cycle :


1. Tingkat perubahan kebisaaan pembelian oleh konsumen.
2. Tingkat perubahan teknologi
3. Tingkat kesulitan untuk memasuki pasar.

Dalam suatu perusahaan yang berperanan penting didalam perancangan kembali


produk lama ataupun didalam pengembangan produk-produk baru adalah bagian
penelitian dan pengembangann ( R & D ).

Bisaanya kegiatan-kegiatan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk :


1. Mencari hubungan-hubungan kimiawi dan phisikal dasar.
2. Memperbaiki produk-produk dan jasa-jasa perusahaan yang sudah ada.
3. Menemukan penggunaan-penggunaan baru bagi produk atau jasa perusahaan
sekarang.
4. Mengembangkan berbagai produk dan jasa baru.
5. Mengurangi biaya produksi produk / jasa sekarang melalui perbaikan operasi
dan proses produksi perusahaan.
6. Menganalisa produk / jasa pesaing.
7. Menemukan penggunaan yang menguntungkan dari produk-produk
sampingan proses produksi.

Dari ketujuh tujuan penelitian di atas, mungkin yang paling penting adalah yang
nomer empat, karena kemungkinan-kemungkinan akhir suatu produk sering sangat
besar dan dapat melipat gandakan bisnis organisasi.

Contohnya :
1. Penemuan computer
2. Penemuan foto copy
3. Camera photo digital.
4. Dll.

C. Proses pengembangan produk baru.


Proses pengembangan produk baru pada umumnya terdiri dari lima langkah :

1. Pencarian gagasan.

Sumber utama gagasan produk baru :


a. Dari pasar
b. Teknologi

49
Gagasan produk baru dapat juga berasal dari

a. Observasi terhadap produk-produk sekarang


b. Pendapat para penyalur
c. Para ahli
d. Pesaing
e. Orang-orang penjualan
f. Manajemen puncak
g. Para karyawan perusahaan

2. Seleksi gagasan produk baru


Tidak semua gagasan harus dikembangkan menjadi produk baru.
Gagasan produk baru perlu memenuhi paling tidak tiga kriteria :
a. Potensi pasar
b. Kelayakan finansial
c. Kesesuaian operasi
Ketiga kriteria ini digunakan sebagai dasar untuk menganalisa gagasan-
gagasan produk baru sebelum dijadikan disain pendahuluan.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk membantu didalam analisa
seleksi produk (gagasan produk baru).

a. Metode daftar penilaian (scoring).


Disini ditentukan terlebih dahulu faktor-faktor yang dipertimbangkan
kemudian memberikan bobot pada masing-masing faktor tersebut.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan antara lain :
- Nilai guna dari produk
- Kemungkinan pengembangan
- Fasilitas produksi yang diperlukan
- Fasilitas perusahaan
- Proyeksi permintaan produk
- Proyeksi penjualan produk.
- Proyeksi penjualan perusahaan
- Potensi keuntungan produk
- Posisi persaingan
- Tersedianya bahan baku
- Potensi peningkatan penjualan
- Siklus umur produk

Kemudian produk dikategorikan dari sangat baik sampai sangat jelek


untuk tiap faktor tersebut.
Produk yang terpilih tentu produk- produk yang memenuhi standar
penilaian perusahaan.

b. Analisa finansial.
Yaitu analisa terhadap karakteristik biaya dan penghasilan
dilakukan dengan perhitungan Return On Invesment atau sering
disebut Project Value Index.

50
Rumus :
Pt . Pc . AV . P . L
RI = ---------------------------------
TDC

Dimana :
RI = Return on Invesment
Pt = Probabilitas keberhasilan teknikal ( 0 ≤ Pt ≤ 1 )
Pc = Probabilitas keberhasilan komersial ( 0 ≤ Pc ≤ 1 )
AV = Volume tahunan penjualan produk total
dalam(unit )
P = Konstribusi laba perunit produk yang dijual (Rp)
L = waktu kehidupan produk dalam tahun.
TDC = Biaya pengembangan produk total ( dalam Rp )

3. Disain produk (membuat prototype )


Langka ini adalah mewujudkan gagasan tersubut dalam bentuk nyata yakni
dengan membuat prototype produk yang baru. Tujuan pembuatan model
tersebut adalah agar dapat dilihat apakah produk baru tersebut secara taknis
benar-benar dapat dibuat atau tidak, dan apakah dapat diproduksi dengan
biaya yang optimal atau tidak.

4. Tes pemasaran
Tahap ini diproduksi produk baru tersebut secara terbatas sebagai langkah
percobaan dan dipasarkan kepada sekelompok konsumen untuk dicoba guna
mengetahui pendapat/tanggapan mereka.

5. Desain akhir dan komersialisasi produk.


Setelah mengetahui tanggapan konsumen terhadap produk baru tersebut dan
mengadakan perbaikan-perbaikan maka disain akhir dapat dibuat dan produk
baru itu dianggap layak untuk diproduksi secara besar-besaran.

Hambatan-hambatan didalam pengembangan produk baru :

a. Kurangnya gagasan pengembangan produk baru yang baik


b. Kondisi pasar yang semakin bersaing
c. Batasan-batasan yang semakin bertambah dari masyarakat dan pemerintah.
d. Biaya yang besar.
e. Tingginya tingkat kegagalan
f. Jangka waktu kehidupan produk baru yang pendek.

Soal latihan:

1.Apa arti penting pengembangan produk.


2.Jelaskan kriteria yang termasuk produk baru.
3.Bagaimana proses pengembangan produk baru.
4.Apa peranan R&D dalam pengembangan produk suatu perusahaan.

51
TOPIK 7
PERENCANAAN KAPASITAS
Tujuan.
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan:
- Mengetahui dan memahami pentingnya kapasitas pabrik.
- Dapat menjelaskan jenis-jenis kapasitas pabrik.
- Dapat menggunakan metode penentuan kapasitas pabrik.

Perencanaan kapasitas : kegiatan penentuan dan pembaharuan kebutuhan-kebutuhan


kapasitas.
Kapasitas : suatu tingkat keluaran dalam periode tertentu dan merupakan kuantitas
keluaran tertinggi yang mungkin, selama periode waktu itu, atau suatu ukuran
kemampuan produktif suatu fasilitas per unit waktu.

Kapasitas suatu fasilitas adalah konsep yang mendua dalam artian merupakan konsep
dinamik yang dapat diubah dan dikelola serta dapat disesuaikan dengan tingkat
penjualan yang berfluktuasi.

Jenis-jenis kapasitas :
Ada beberapa definisi kapasitas yang secara umum diterima :
1.Design capacity yaitu tingkat keluaran per satuan waktu untuk mana pabrik
dirancang.
2.Rated capacity yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang menunjukkan
bahwa fasilitas secara teoritis mempunyai kemampuan memproduksinya.

Rated Capacity = Jumlah Mesin X Jam Kerja Mesin X Prosentase


penggunaan Mesin X Efisiensi Sistem

3.Standar capacity yaitu tingkat keluaran persatuan waktu yang ditetapkan


sebagai sasaran pengoperasian bagi manajemen, supervisi dan para operator
mesin ; dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusunan anggaran.
4.Actual/ atau operating capacity yaitu tingkat keluaran rata-rata per satuan
waktu selama periode-periode waktu yang telah lewat.
5.Peak capacity yaitu jumlah keluaran per satuan waktu yang dapat dicapai
melalui maksimisasi keluaran dan akan mungkin dilakukan dengan kerja
lembur, menambah tenaga kerja, menghapuskan penundaan-penundaan,
mengurangi jam istirahat dan lain-lain.

Dalam praktek, perusahaan bisaanya menggunakan tingkat kapasitas nyata atau


kapasitas pengoperasian, yang mana dapat ditentukan dari informasi, laporan-laporan
atau catatan pusat kerja.
Bila informasi ini tidak ada rated capacity dapat digunakan.

52
Faktor- faktor yang perlu dipertimbangkan didalam penentuan kebutuhan kapasitas
adalah :
a. Batasan permintaan
b. Mesin-mesin yang dimiliki
c. Tenaga kerja
d. Bahan baku
e. Faktor-faktor produksi

ANALISA BREAK - EVEN

Analisa break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara
fixed cost, variabel cost, penghasilan dan volume kegiatan (penjualan).

Analisa break even digunakan untuk :

a. Berapa jumlah produk (dalam rupiah atau unit keluaran ) yang


harus dihasilkan, agar perusahaan minimal tidak menderita rugi
(impas secara finansial).
b. Berapa besar laba perusahaan yang akan diperoleh atau rugi yang
akan diderita pada berbagai tingkat volume yang berbeda-beda
diatas dan dibawah titik break even.

Untuk menghitung BEP terlebih dahulu perlu ditentukan dan diketahui hal-hal berikut

1.Biaya variabel (VC)


Biaya-biaya yang jumlahnya tergantung dari jumlah volume produksi
2.Biaya tetap (FC) Biaya yang jumlahnya tetap untuk suatu periode tertentu dan
tidak tergantung pada jumlah volume produksi.
3.Biaya total (TC)
TC = FC + VC
4.Total penghasilan (TR)
Jumlah penghasilan yang diterima oleh perusahaan sebagai hasil penjualan
produknya pada periode tertentu.
TR = P.Q

BEP merupakan titik dimana penghasilan total sama dengan biaya total.
Dalam bentuk rumus :
TR = TC
P . Q = FC + VC
P . Q = FC + ( V . Q )
Dimana :
P = Harga per unit
Q = Kuantitas yang dihasilkan
V = Biaya variabel per unit
FC = Biaya tetap Total

Karena Q (kuantitas) adalah tidak diketahui, padahal yang kita cari, kita dapat
menggunakan aljabar untuk merumuskan kembali persamaan di atas sebagai berikut :

53
P . Q = FC + ( V . Q )
FC = P . Q - ( V . Q )
FC = ( P - V ) . Q

FC
QBEP = -----------
P - V

Keadaan BEP dapat digambarkan sebagai gambar berikut :

Biaya dan penghasilan TR

TC
BEP

FC

Contoh :

Harga penjualan produk A adalah Rp 100.000 per unit, biaya bahan mentah dan
tenaga kerja langsung sebesar Rp 80.000 per unit. Biaya tetap per bulan Rp
20.000.000

Hitung BEP untuk 1 bulan tersebut :

20.000.000
Q = -------------------------------------
100.000 - 80.000

Q(BEP) = 1.000 unit

Istilah ( P – V ) disebut konstribusi, yaitu jumlah kelebihan/selisih harga jual per unit
di atas biaya variable per unit ( atau penghasilan total melebihi biaya variabel total ),
yang mana ini digunakan untuk menutup biaya tetap.
Dalam contoh di atas, harga produk A memberikan konstribusi sebesar Rp 20.000
terhadap penutupan FC sampai titik BEP tercapai. Diatas 1000 unit konstribusi
Rp 20.000 akan berupa laba sebelum pajak.
Misalkan : manajer ingin mengetahui pada volume produksi berapa agar diperoleh
laba sebesar Rp 5.000.000.
Cara termudah adalah dengan :

54
5.000.000
-------------- = 250 unit di atas BEP
20.000

Jadi volume produksinya adalah 1.250 unit

Dalam rumus :

FC + Laba yang diinginkan


Q = -------------------------------------------------
P - V

20.000.000 + 5.000.000
Q = ----------------------------------------------
100.000 - 80.000

Q = 1.250 unit

Agar lebih realistik perlu dimasukkan unsur pajak pendapatan, karena semua laba
yang dihasilkan penjualan di atas BEP adalah kena pajak.
Kalau dirumuskan sebagai berikut :

Laba yang diinginkan


FC + ----------------------------
1 - Tingkat pajak
Q = --------------------------------------------------------------
P - V

Masih dalam contoh di atas :

Tingkat pajak 40 %

Jumlah yang harus dihasilkan untuk memperoleh laba Rp 5.000.000 adalah :

5.000.000
20.000.000 + ----------------------------
1 - 0,4
Q = -----------------------------------------------------------
100.000 - 80.000

Q = 1.417 Unit.

55
Soal latihan:

1. Sebuah perusahaan mempunyai data sbb:


Jumlah produksi selama satu tahun adalah 7000 unit.
Harga jual produk per unit adalah Rp. 750.000.00
Dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan untuk tenga kerja langsung,
bahan baku, dan bahan penolong lainnya adalah sebesar Rp. 350.000.000.00
Biaya-biaya yang tergolong kedalam biaya tetap selama satu tahun adalah
sebesar Rp.550.000.000.00.
Pertanyaan:
a. Pada jumlah produksi berapa unitkah perusahaan berada dalam
keadaan BEP.
b. Berapakah laba/rugi yang dialami oleh perusahaan berdasarkan
data di atas

2. Bobot 30 %.Perusahaan MD memiliki data produksi sbb: gaji karyawan tiap


bulan mencapai Rp 10.480.000,00, sedangakan biaya pabrikase setiap bulan
Rp 41.630.000,00. Biaya-biaya umum dan administrasi yang menjadi beban
bagian produksi sebesar Rp 6.950.000,00 tiap bulan. Bahan dasar
yang dipergunakan dalam proses produksi untuk tiap satuan hasil produksi
sebesar Rp 258.000,00. Depresiasi pabrik dan mesin-mesin tiap bulan Rp
25.000.000,00 ; disamping itu, terdapat data biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp 126.000,00 setiap unit produk. Harga jual produk akan
mencapai setinggi Rp 525.000,00 per unit. Semua yang diproduksi habis
terjual. Tingkat pajak yang berlaku sebesar 40%. Dari data di atas tentukan :

a. Luas (kapasitas) produksi perusahaan minimum dalam unit dan rupiah


agar perusahaan tidak menderita kerugian.
b. Luas produksi perusahaan agar memperoleh laba Rp 24.000.000,00
tiap bulan sesudah pajak.
c. Jika perusahaan berproduksi sebesar 1000 unit tiap bulan berapa besar
laba setelah pajak yang diraih perusahaan

56
TOPIK 8
PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK (PENJUALAN)

Tujuan.
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan:
- Mengetahui dan memahami pentingnya peramalan permintaan produk.
- Dapat menjelaskan prosedur penyusunan peramalan penjualan.
- Dapat menyebutkan dan menggunakan metode peramalan permintaan
produk.

Setiap perusahaan didalam operasinya/aktivitasnya selalu menghadapi masa depan


dalam rangka mencapai keberhasilannya. Oleh karena itu perusahaan membutuhkan
pimpinan yang mampu untuk dapat menetapkan keputusan yang tepat dalam
menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian, agar perusahaan tersebut dapat
meraih keberhasilannya.
Salah satui hal yang penting adalah memperkirakan atau meramalkan besarnya
permintaan pelanggan akan produk yang dihasilkan.
Peramalan/prakiraan merupakan seni dan ilmu dalam memprediksi kejadian yang
mungkin dihadapi pada masa yang akan dating, dengan menggunakan data/informasi
yang lalu, melalui perhitungan-perhitungan untuk penentuan terlebih dahulu.
Para manajer didalam memperoleh hasil peramalan yang lebih baik dapat
menggunakan metode-metode peramalan, oleh karena metode peramalam itu berbeda-
beda maka, manajer harus berhati-hati didalam memilih metode yang tepat, yang
mana ini harus disesuaikan dengan kasus yang dihadapi.
Tidak ada satu pun metode peramalan yang dapat dipergunakan secara universal
untuk seluruh keadaan.
Ada suatu pernyataan ― Prakiraan/peramalan selalu salah‖ ini diartikan: jarang sekali
terjadi apa yang diperkirakan tentang penjualan misalnya sama persis dengan jumlah
yang terjadi dalam penjualan nyata.
Walaupun selalu ada penyimpangan hasil peramalan, masih ada upaya yang dapat
dilakukan untuk mengurangi kesalahan dari peramalan yang dilakukan.
1. Melalui prakiraan atau peramalan yang terbaik
2. Membuat flexibilitas proses produksi

PENTINGNYA PERAMALAN PENJUALAN

Data peramalan penjualan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penyusunan hal-hal
sebagai berikut :

1. Schedule produksi
2. Schedule persediaan
3. Kebutuhan bahan
4. Schedule pembelian
5. Kebutuhan tenaga kerja
6. Kebutuhan dana/kas

57
PROSEDUR PENYUSUNAN PERAMALAN PENJUALAN

1. Sasaran laba atau volume produksi sudah ditentukan dan diterima dari
manajemen puncak
2. Departemen pemasaran ; dengan menggunakan berbagai informasi seperti
penjualan yang lalu, pengetahuan trend pasar produk yang bersangkutan
pada saat ini, dan informasi-informasi lainnya dari bagian riset pemasaran,
bagian pemasaran akan menyusun peramalan sementara. Peramalan
sementara ini akan diserahkan kedepartemen produksi dan departemen
keuangan.

3. Departemen produksi.
Setelah menerima peramalan sementara, departemen produksi akan
mempertimbangkan kelayakan hasil peramalan sementara itu dipandang dari
sudut produksi. Dasar-dasar pertimbangannya seperti: fasilitas produksi,
tenaga operator yang menangani. Pertanyaannya adalah apakah fasilitas
produksi cukup tersedia atau tidak ? Bagaimana kemampuan fasilitas
produksi untuk merealisasikan produksi barang yang sudah ditentukan?

4. Departemen keuangan
Bagian keuangan akan memeriksa serta mempertimbangkan peramalan
sementara tersebut dilihat dari kebijakan keuangan perusahaan dibidang
investasi maupun penerimaan penghasilan.

5. Dengan rekomendasi dari bagian keuangan dan bagian produksi, bagian


pemasaran akan menggunakan peramalan usulan yang telah dibuat atau
membuat usulan peramalan yang lain

6. Peramalan penjualan final kemudian diserahkan kemanajemen puncak untuk


disetujui ataupun mungkin ditolak

Prosedur penyusunan peramalan penjualan dapat digambarkan dalam diagram sbb:


MANAJEMEN
PUNCAK

SASARAN LABA

BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PRODUKSI PEMASARAN KEUANGAN

58
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM
PEMBUATAN PERAMALAN PENJUALAN

1.Faktor internal, terdiri dari:


a. Kapasitas pabrik
b. Efektivitas dan efisiensi dalam pendistribusian produk
c. Kualitas produk
d. Harga pokok
e. Pemeliharaan peralatan
f. Kebijaksanaan produksi
2.Faktor eksternal
a. Restriksi (pembatasan) dalam ekspor produk
b. Restriksi dalam impor produk
c. Pengaruh kartel atau lembaga-lembaga perdagangan
d. Trend ekonomi internasional
e. Kondisi lokal
f. Subsidi dari pemerintah

3.Faktor umum
a. Demografi
b. Persaingan
c. Kejadian-kejadian di dunia
d. Perubahan sosial budaya
e. Kebijaksanaan pemerintah
f. Pajak
g. Dan lain-lain

METODE PERAMALAN

Metode peramalan dapat dibedakan menjadi 2 bagian :

1.Metode kualitatif

Metode ini mendapatkan hasil peramalannya pada keputusan-keputusan,


pandangan atau intuisi seseorang dan pendapat-pendapat.
Metode ini sifatnya subyektif.
Berbagai sumber pendapat bagi peramalan kondisi bisnis adalah :
a. Para eksekutif
b. Orang penjualan
c. Para langganan
d. Cara lainnya
Teknik peramalan yang menggunakan metode ini adalah teknik Delphi,
konsensus panel, analogi historik.

59
2.Metode kuantitatif

Metode peramalan yang menggunakan teknik-teknik statistik, untuk itu


diperlukan data historis.
Teknik-teknik peramalannya meliputi antara lain :

a. Teknik rata-rata ( average )

Peramalan penjualan produk selama jangka waktu tertentu di masa


yang akan datang didasarkan atas perhitungan rata-rata dari
permintaan produk dimasa yang lalu.

b. Teknik rata-rata bergerak (moving average)

Peramalan penjualan produk di waktu yang akan datang didasarkan


atas perhitungan rata-rata dari permintaan-permintaan selama jangka
waktu ditentukan (3 mingguan, 4 bulan dst.) yang kemudian bergerak
dari jangka waktu pertama sampai jangka waktu berikutnya.

c. Teknik grafik.
Dimana data histories penjualan selama jangka waktu tertentu
digambarkan dalam bentuk grafik. Perkiraan untuk penjualan dimasa
yang akan datang diperkirakan dari trend grafik penjualan produk
tersebut.
Grafik penjualan yang diperoleh dapat berbentuk :
a. Long term trend component
b. Seasonal (musiman)
c. Cyclical

d. Teknik least squares (kwadrat terkecil)

Bentuk umum persamaannya :

Y = a + bX

Dimana :

Y = Variabel (penjualan) yang akan diramal


a = Konstanta
b = Slope/besasrnya perubahan Y untuk satu perubahan X
X = Unit waktu
Besarnya ―a‖ dan ―b‖ dapat diperhitungkan dengan rumus :

Y
a = ---------------
N

60
 (X .Y)
b = ----------------
 X2

Dengan syarat  X = 0

Contoh :

Tahun Penjualan (Y) X X.Y X2


1998 50.000 -3 -150.000 9
1999 60.000 -2 -120.000 4
2000 60.000 -1 -160.000 1
2001 55.000 0 0 0
2002 60.000 1 60.000 1
2003 65.000 2 130.000 4
2004 60.000 3 180.000 9
 410.000 0 40.000 28

410.000
a = ----------------- = 58.571,5
7
40.000
b = --------------- = 1.429
28

Sehingga persamaan dalam bentuk :

Y = 58.571,5 + 1.429 X

Untuk peramalan tahun 2005 dan 2006 sebagai berikut :

Tahun 2005 :

Y = 58.571,5 + 1.429 . X

Y = 58.571,5 + 1.429 . ( 4 )

Y = 64.287,5

Tahun 2006 :

Y = 58.571,5 + 1.429 . X

Y = 58.571,5 + 1.429 . ( 5 )

Y = 65.716,5

61
Soal latihan :

1. Data penjualan yang terdapat pada perusahaan Widya Wiwaha adalah (dalam ton):

Tahun Kuartal 1 Kuartal 2 Kuartal 3 Kuartal 4 Total


1982 110 420 160 185 875
1983 200 360 120 330 1.010
1984 240 375 230 360 1.205
1985 190 350 100 250 890
1986 210 355 190 225 980

a. Hitunglah ramalan penjualan untuk 4 kuartal ditahun 1987 dengan rata-rata


bergerak empat bulanan.
b. Hitunglah ramalan penjualan untuk 4 kuartal ditahun 1987 dengan kuadrat
terkecil/least squares.

2. Perusahaan Mega Karti mempunyai data penjualan 17 tahun terakhir sbb :


Tahun Penjualan (Unit) Tahun Penjualan (Unit)
1990 1000 1999 25000
1991 2500 2000 40000
1992 3000 2001 50000
1993 4000 2002 65000
1994 10000 2003 75000
1995 12000 2004 80000
1996 15000 2005 100000
1997 14000 2006 117500
1998 20000

Anda sebagai seorang konsultan perusahaan diminta untuk membuat peramalan


permintaan produk untuk empat tahun yang akan datang yaitu: 2007, 2008, 2009, dan
2010 dengan menggunakan metode Least Square

62
TOPIK 9
PERENCANAAN JUMLAH PRODUKSI

Tujuan.
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan:
- Mengetahui dan memahami pentingnya jumlah produksi.
- Dapat menyebutkan dan menjelaskan pola-pola produksi.
- Dapat menghitung jumlah produksi.

1. Pentingnya Perencanaan Jumlah Produksi


Perencanaan jumlah produksi akan menentukan berapa jumlah produksi di
waktu yang akan datang.

Perencanaan jumlah produksi akan bermanfaat dalam menentukan :


e. Perencanaan fasilitas pabrik
f. Perencanaan bahan baku
g. Perencanaan tenaga kerja
h. Perencanaan proses produksi (teknis produksi) dll.

2. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Merencanakan Jumlah Produksi


Dalam merencanakan jumlah produksi perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Perencanaan penjualan.
Perencanaan penjualan akan memperhatikan berapa jumlah produk yang
akan dijual diwaktu yang akan datang. Peramalan penjualan merupakan hal
amat penting disini.

Kebijakan persediaan produk akhir.


Arti kebijakan persediaan produk akhir yang dimaksudkan disini adalah
menentukan jumlah persediaan produk akhir dari suatu perusahaan.

Ada berbagai metode dalam penentuan persediaan produk akhir ini antara
lain adalah :

a. Supply bulanan.
Artinya : penentuan jumlah persediaan produk akhir ditentukan setiap
bulan.
Misalnya: Jumlah persediaan produk A ditentukan sebesar satu kali
penjualan bulan yang bersangkutan.

b. Penentuan atas dasar turn over persediaan tahun yang lalu.


Jumlah persediaan produk akhir ditentukan sebesar turn over persediaan
tahun yang lalu. Turn over persediaan merupakan perbandingan antara
penjualan dengan persediaan.
Penjualan
Turn over = ----------------------
Persediaan

63
c. Maksimal dan minimal persediaan
Artinya : jumlah persediaan produk akhir ditentukan atas dasar jumlah
maksimal dan minimal persediaan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pola produksi yang dipilih.

a. Pola produksi sering didefinisikan : pendistribusian dari produksi


tahunan kedalam periode-periode yang lebih kecil. Atau dengan kata
lain, pola produksi merupakan penentuan cara bagaimana produksi
dalam satu tahun didistribusikan kedalam bulanan, minggu atau jenis
waktu yang lain. Sebelum pola produksi ditentukan, jumlah produksi
tahunan yang perlu ditentukan lebih dahulu.
b. Pengitungan jumlah produksi tahunan.
Apabila jumlah penjualan tahunan yang direncanakan sudah dihitung
dan persediaan produk akhir sudah ditentukan, jumlah produksi yang
direncanakan dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

Rencana produksi tahunan = Rencana penjualan + persediaan


akhir - persediaan awal

c. Jenis-jenis pola produksi


Ada tiga macam pola produksi, yaitu pola poduksi konstan, pola
produksi bergelombang dan pola produksi moderat.

a). Pola produksi konstan


Definisi:
Pola produksi konstan merupakan pendistribusian produksi tahunan
kedalam produksi bulanan, dimana jumlah produksi dari bulan ke
bulan adalah sama atau relatif sama
Permasalahannya:
Bagaimana pengaruhnya terhadap pola produksi apabila ada kenaikan
atau penurunan penjualan ?. Tentu saja pola produksi tidak akan
konstan lagi bila ada kenaikan atau penurnan penjualan. Oleh karena
itu agar pola produksi tetap konstan ditempuh dengan cara-cara
sebagai berikut :

1. Bila ada kenaikan penjualan.


Cara yang ditempuh:
Kelebihan jumlah penjualan terhadap jumlah produksi ditutup
dengan mengambil sejumlah tertentu dari persediaan akhir.
2. Bila ada penurunan penjualan
Cara yang ditempuh:
Kelebihan jumlah produksi terhadap penjualan ditambahkan ke
persediaan akhir.

b). Pola produksi bergelombang.


Pola produksi bergelombang merupakan pendistribusian produksi
tahunan kedalam produksi bulanan, dimana jumlah produksi dari bulan

64
ke bulan akan berbeda-beda, tergantung daripada besar kecilnya
penjualan perusahaan. Apabila penjualan naik maka jumlah produksi
akan naik pula. Sebaliknya apabila penjualan perusahaan menurun,
maka jumlah produksinya akan turun. Sebagai akibat dari pada
produksi bergelombang ini, maka besarnya persediaan produk akhir
akan relatif stabil.

c). Pola produksi moderat


Pola produksi moderat merupakan pola pendistribusian produksi
tahunan kedalam produksi bulanan, dimana baik jumlah produksi
maupun persediaan produk akhir akan berubah-ubah tergantung pada
naik turunnya penjualan perusahaan. Besarnya perubahan penjualan
dari bulan kebulan akan diikuti secara bersama-sama oleh perubahan
jumlah produksi dan jumlah persediaan.

Contoh :

Sebuah perusahaan textil ―Politex‖ merencanakan produksinya pada


tahun 2004 sebagai berikut :

Tabel 9 – 1 Perkiraan Penjualan Textil Januari – Desember 2004


Bulan Unit Bulan Unit
Januari 4.000 Juli 9.000
Pebruari 6.000 Agustus 8.000
Maret 7.000 September 6.000
April 10.000 Oktober 4.000
Mei 11.000 Nopember 4.000
Juni 10.000 Desembar 5.000

Perkiraan penjualan selama satu tahun = 84.000 unit, dengan perkiraan per bulan
seperti tabel di atas.
Hal-hal yang sudah ditentukan sebagai berikut:
1. Persediaan awal = 12.000 unit ( awal 2004 )
2. Persediaan akhir = 12.000 unit ( akhir tahun 2004 )

Pola Produksi Konstan.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa persediaan awal sama dengan


persediaan akhir. Dengan demikian kebutuhan produksi satu tahun akan sama
dengan perkiraan penjualan satu tahun, yaitu = 84.000 unit. Hal ini dapat
dijelaskan dengan perhitungan sbb:

Kebutuhan produksi = peramalan penjualan + persediaan akhir – persediaan


awal
Kebutuhan produksi = 84.000 + 12.000 – 12.000
= 84.000
Perkiraan produksi setiap bulannya = 84.000 / 12 = 7.000 unit, oleh karena pola

65
produksinya konstan untuk setiap bulan.

Pola produksi konstan ini akan mengakibatkan pola persediaan tiap bulannya
akan berfluktuasi. Hal ini disebabbkan fluktuasi penjualan perusahaan tiap
bulannya, sehingga kelebihan atau kekurangan produksi terhadap penjualan
akan ditambahkan atau diambilkan dari persediaan

Tabel 9 – 2 Pola Produksi Konstan Perusahaan ―Politex‖


BULAN PENJUALAN PERSEDIAAN PERSEDIAAN KEBUTUHAN
AKHIR AWAL PRODUKSI
1 2 3 4=1+2–3
JAN 4.000 15.000 12.000 7.000
PEB 6.000 16.000 15.000 7.000
MAR 7.000 16.000 16.000 7.000
APR 10.000 13.000 16.000 7.000
MEI 11.000 9.000 13.000 7.000
JUNI 10.000 6.000 9.000 7.000
JULI 9.000 4.000 6.000 7.000
AUG 8.000 3.000 4.000 7.000
SEP 6.000 4.000 3.000 7.000
OKT 4.000 7.000 4.000 7.000
NOP 4.000 10.000 7.000 7.000
DES 5.000 12.000 10.000 7.000

Pola Produksi Bergelombang

Tabel 9 – 3 Pola Produksi Bergelombang Perusahaan ―Politex‖


BULAN PENJUALAN PERSEDIAAN PERSEDIAAN KEBUTUHAN
AKHIR AWAL PRODUKSI
1 2 3 4=1+2–3
JAN 4.000 12.000 12.000 4.000
PEB 6.000 12.000 12.000 6.000
MAR 7.000 12.000 12.000 7.000
APR 10.000 12.000 12.000 10.000
MEI 11.000 12.000 12.000 11.000
JUNI 10.000 12.000 12.000 10.000
JULI 9.000 12.000 12.000 9.000
AUG 8.000 12.000 12.000 8.000
SEP 6.000 12.000 12.000 6.000
OKT 4.000 12.000 12.000 4.000
NOP 4.000 12.000 12.000 4.000
DES 5.000 12.000 12.000 5.000

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah produksi perusahaan akan berubah-ubah
sesuai dengan perubahan penjualan. Apabila penjualan naik, produksi juga akan naik.
Pada bulan Januari penjualan sebesar 4.000 unit, kebutuhan produksi bulan januari
sebesar 4.000 unit. Penjualan ini naik pada bulan Pebruari menjadi sebesar 6.000 unit,
dan kebutuhan produksinya naik menjadi sebesar 6.000 unit.

66
Sebaliknya apabila jumlah penjualan perusahaan turun, maka produksipun akan turun.
Besar kecilnya kenaikan ataupun penurunan jumlah produksi tersebut relatif akan
sama dengan besarnya kenaikan ataupun penurunan penjualan. Dalam contoh tersebut
perubahan jumlah produksi sama persis dengan perubahan jumlah penjualan, karena
persediaan akhir besarnya sama setiap bulan.

Pola Produksi Moderat

Tabel 9 – 4 Pola Produksi Moderat Perusahaan ―Politex‖


BULAN PENJUALAN PERSEDIAAN PERSEDIAAN KEBUTUHAN
AKHIR AWAL PRODUKSI
1 2 3 4=1+2–3
JAN 4.000 14.000 12.000 6.000
PEB 6.000 15.000 14.000 7.000
MAR 7.000 15.000 15.000 7.000
APR 10.000 13.000 15.000 8.000
MEI 11.000 11.000 13.000 9.000
JUNI 10.000 10.000 11.000 9.000
JULI 9.000 9.000 10.000 8.000
AUG 8.000 7.000 9.000 6.000
SEP 6.000 7.000 7.000 6.000
OKT 4.000 9.000 7.000 6.000
NOP 4.000 11.000 9.000 6.000
DES 5.000 12.000 11.000 6.000

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa produksi dan persediaan produk akhir tidak
stabil. Fluktuasi penjualan akan mengakibatkan fluktuasi baik jumlah produksi
maupun jumlah persediaan akhir. Fluktuasi produksi maupun persediaan akhir tidak
sama besarnya dengan fluktusi perkiraan penjualan. Dengan kata lain dapat dikatakan,
bahwa pengaruh fluktusi penjualan akan dibagi dua antara produksi dan persediaan
akhir.

Soal latihan :

Sebuah perusahaan sepatu yang menjual poduknya untuk pasar domestic dan luar
negeri, mempunyai rencana penjualan untuk tahun 2012 sbb:

Bulan Jumlah Bulan Jumlah


Januari 17.000 Juli 25.000
Februari 19.000 Agustus 28.000
Maret 21.000 September 33.000
April 24.000 Oktober 35.000
Mei 22.000 November 37.000
Juni 23.000 Desember 40.000

Persediaan awal = 6996 unit (awal 2012)


Persediaan akhir tahun 2012 ditentukan 5% dari rencana penjualan.
1. Buatlah perencanaan jumlah produksi tahun 2012 dengan menggunakan pola
produksi konstan

67
2. Buatlah perencanaan jumlah produksi tahun 2012 dengan menggunakan pola
produksi bergelombang
3. Buatlah perencanaan jumlah produksi tahun 2012 dengan menggunakan pola
produksi moderat, dengan memperhatikan: selama lima bulan perusahaan akan
berproduksi secara konstan sebanyak 30000unit setiap bulan, berproduksi setiap bulan
sebanyak 27767 unit untuk selama tiga bulan, sedangkan yang lainnya menyesuaikan
dengan jumlah kebutuhan produksi.

68
TOPIK 10
KOMBINASI PRODUKSI

Tujuan.
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan:
- Mengetahui dan memahami permasalahan kombinasi produksi.
- Dapat menjelaskan dan menggunakan metode grafik dan simplek didalam
penyelesaian optimalisasi.

Persoalan kombinasi produksi timbul adalah karena ;

1. Perusahaan memproduksi lebih dari satu produk


2. Terdapat sumber daya yang terbatas
3. Sumber-sumber daya mempunyai berbagai alternatif penggunaan
4. Adanya tujuan untuk memperoleh laba maksimal

Penyelasaian persoalan kombinasi produksi dapat dilakukan dengan dicapainya


optimalisasi produksi dengan mempergunakn metode linear programming.

Linear programing (LP) merupakan teknik matematik yang dikembangkan untuk


membantu seorang manajer dalam mengambil keputusan.

LP dipergunakan untuk mengalokasikan berbagai sumber daya yang terbatas, diantara


berbagai alternatif penggunaan sumberdaya tersebut agar tujuan (max laba) tercapai.

Hal penting yang perlu diperhatikan didalam penyelesaian permasalahan LP adalah


penyusunan model matematis dari permasalahan tersebut.

Untuk itu perlu diketahui :


1. Variabel-variabel apakah yang terdapat di dalam permasalahan LP.
2. Batasan-batasan apa saja yang terdapat pada variable-variabel tersebut.
3. Apa tujuan yang hendak dicapai didalam permasalahan LP itu.

Model Linear Programing

Aktivitas Pemakaian sumber per unit aktivitas (out put) Kapasitas


sumber
Sumber X1 X2 X3

1 A11 A12 A13 B1


2 A21 A22 A23 B2
.
.
.
M Am1 Am2 Am3 Bm
Z pertambahan tiap C1 C2 Cn
unit

69
Dimana :
X = Tingkat/jenis aktivitas
A = Banyaknya sumber yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit out
put aktivitas
B = Banyaknya sumber/fasilitas yang tersedia untuk dialokasikan kesetiap
jenis aktivitas
C = Sumbangan setiap satuan out put aktivitas terhadap Z
Z = Nilai yang di maximalkan.

Dengan berdasarkan tabel di atas lalu dapat disusun suatu model matematis yang
dipakai untuk mengemukakan permasalahan LP sebagai berikut :

Fungsi tujuan :

Maximumkan Z = C1.X1 + C2.X2 + Cn.Xn

Dengan mengingat batasan-batasan sumber daya dalam bentuk.

Fungsi pembatas :

1. A1.X1 + A12.X2 +…….A1n.Xn  B1

2. A21.X1 + A22.X2 +…….A2n.Xn  B2


.
.
.
M. Am1.X1 + Am2.X2 +……Amn.Xn  Bm

X1  0 , X2  0 …… Xn 0

Penyelesaian optimalisasi melalui LP dapat dilakukan dengan cara :

1. Grafik ; untuk permasalahan optimalisasi 2 variabel


2. Simplex ; untuk permasalahan optimalisasi > 2 variabel

Penyelesaian Linear programming dengan Metode Grafik

Adapun langkah-langkah yang dilakukan :


1. Menentukan fungsi tujuan yang akan dicapai
2. Mengidentifikasi batasan-batasan yang berlaku dan memformulasikannya
kedalam bentuk fungsi linear atau bentuk matematik.
3. Menggambarkan masing-masing garis fungsi pembatas dalam satu sistim
salib sumbu, kemudian tentukanlah daerah yang memenuhi batasan
tersebut. Daerah ini sering disebut sebagai daerah yang memenuhi syarat
(feasible area).

70
Y Y Y
4 4 4

---- 4X + 3Y  12 4X + 3Y 12 4X + 3Y = 12
------ ------
-------- ------
---------- -------
------------ -------
3 X 3 X 3 X

4. Menentukan kombinasi optimum dengan cara mencari titik-titik yang


paling menguntungkan dalam hubungannya dengan fungsi tujuan.
Kombinasi optimum variable-variabel keputusan akan selalu ditemukan
pada titik ekstrim (titik sudut) dari suatu daerah feasible.

Contoh :

Suatu perusahaan menghasilkan 2 jenis produk yang diolah malaui 4 jenis mesin.
Jumlah jam kerja yang ada pada masing-masing mesin per hari adalah :
Mesin I = 10 jam, Mesin II = 12 jam , Mesin III = 10 jam , Mesin IV = jam 6
jam
Produk pertama diolah melalui mesin 1, 2, 3 dengan lama waktu setiap unitnya 2 jam
pada mesin I, 1 jam pada mesin II, dan 2,5 jam pada mesin III.
Produk kedua diolah melalui mesin I, II, IV dengan lama waktu setiap unitnya 1 jam
pada mesin I, 4 jam pada mesin II, dan 2 jam pada mesin IV..
Dimana laba per iunit pada setiap produk, Rp 10 produk 1 dan Rp 5 produk 2.

Pertanyaanya:
Formulasikan fungsi tujuan dan fungsi pembatas serta bagaimana kombinasi antara
kedua jenis produk tersebut sehingga labanya adalah maximum.

Jawab :
Misal : Produk 1  X1
Produk 2  X2

71
Aktivitas/ X1 X2 Kapasitas
Sumber
1 2 1 10 jam

2 1 4 12 jam

3 2,5 - 10 jam

4 - 2 6 jam
Constribusi laba Rp 10 Rp 5

Fungsi tujuan

Max laba : Z = 10 X1 + 5 X2

Pembatas-pembatas

1. 2X1 + X2  10

2. X1 + 4X2  12

3. 2,5X1  10

4. 2X2  10

Menggambar grafik masing-masing fungsi pembatas :

1. 2X1 + X2  10 X1 X2
0 10
2X1 + X2 = 10 5 0

2. X1 + 4X2  12 X1 X2
0 3
X1 + 4X2 = 12
12 0
3. 2,5X1  10

2,5X1 = 10

X1 = 4
4. 2X2  6

2X2 = 6

X2 = 3

72
X2

10

2X1 + X2 = 10

2,5X1 = 10

3 A 2X2 = 6

B
X1 + 4X2 = 12

C
X1
4 5

Mencari titik koordinat dari masing-masing sudut daerah feasible


Sudut A ( 0 , 3 )

Z titik A = 10 (0) + 5 (3)


= 15

Sudut B perpotongan antara 2 garis

1. 2 X1 + X2 = 10

2. X1 + 4X2 = 12

2 X1 + X2 = 10
2 X1 + 8X2 = 24
-7X2 = -14
X2 = 2
2 X1 + X2 = 10
2X1 + 2 = 10
2X1 = 8
X1 = 4
Sehingga B ( 4 , 2 )

Z titik B = 10 (4) + 5 (2)


= 50

73
Sudut C ( 4 , 0 )

Z titik C = 10 ( 4 ) + 5(0)

= 40

Kesimpulannya yang paling menguntungkan adalah kombinasi

X1 = 4
X2 = 2

LANGKAH – LANGKAH METODE SIMPLEKS


Contoh:
Perusahaan sepatu ―Ideal‖ membuat dua macam sepatu. Macam pertama merek X1,
dengan sol dari karet, dan macam kedua merek X2 dengan sol dari kulit. Untuk
membuat sepatu-sepatu itu perusahaan memiliki tiga macam mesin. Mesin satu
khusus membuat sol dari karet, mesin dua khusus membuat sol dari kulit, dan mesin
tiga membuat bagian atas sepatu dan melakukan assembling bagian atas sol. Setiap
lusin sepatu merek X1 mula-mula dikerjakan di mesin 1 selama 2 jam, kemudian
tanpa melalui mesin 2 terus dikerjakan di mesin 3 selama 6 jam. Sedangkan untuk
sepatu merek X2 tidak diproses dimesin 1, tetapi pertama kali dikerjakan di mesin 2
selama 3 jam kemudian di mesin 3 selama 5 jam. Jam kerja maksimum setiap hari
untuk mesin 1 = 8 jam, mesin 2 = 5 jam, dan mesin 3 = 30 jam. Sumbangan terhadap
laba untuk setiap lusin sepatu merek X1 = Rp30.000 sedangkan merek X2 =
Rp50.000. Masalahnya adalah menentukan berapa lusin sebaiknya sepatu merek X1
dan merek X2 yang dibuat agar bisa memaksimumkan laba.

Langkah 1: Mengubah fungsi tujuan dan batasan – batasan


Fungsi tujuan diubah menjadi fungsi implisit, artinya semua CjXij kita geser ke
kiri. Misalnya fungsi tujuan pada contoh di depan Z = 30.000X1 + 50.000X2 diubah
menjadi Z – 30.000X1 – 50.000X2 = 0
Pada bentuk standar, semua batasan mempunyai tanda ≤. Ketidaksamaan ini harus
diubah menjadi kesamaan. Caranya dengan menambah slack variable (Slack variable
adalah variabel tambahan yang mewakili tingkat pengangguran atau kapasitas yang
merupakan batasan). Variabel slack ini adalah Xn+1,Xn+2,…..Xn+m. Karena tingkat atau
hasil kegiatan – kegiatan yang ada diwakili oleh X1 dan X2, maka variable slack

74
dimulai dari X3, X4 dan seterusnya sebagai berikut : (Kadang - kadang ―Slack
variable‖ diberi tanda huruf lain, misalnya S1, S2 … dan seterusnya)
(1) 2X1 ≤ 8 menjadi 2X1 + X3 = 8
(2) 3X2 ≤ 15 menjadi 3X2 + X4 = 15
(3) 6X1 + 5X2 ≤ 30 menjadi 6X1 + 5X2 + X5 = 30
Berdasarkan perubahan persamaan – persamaan diatas dapat disusun formulasi
yang diubah itu, sebagai berikut :
Fungsi tujuan : Maksimumkan Z – 30.000X1 – 50.000X2

Batasan – batasan :
(1) 2X1 + X3 =8
(2) D 3X2 + X4 = 15
(3) 6X1 + 5X2 +X5 = 30
Langkah 2 : Menyusun persamaan – persamaan di dalam tabel
Setelah formulasi diubah kemudian disusun ke dalam tabel, dalam bentuk
symbol seperti tampak pada Tabel 3.1, sedang untuk contoh di depan seperti terlihat
pada Tabel 3.2.
Tabel 10.1. Tabel simpleks dalam bentuk symbol

NK adalah nilai kanan persamaan, yaitu nilai di belakang tanda sama dengan (=).
Untuk batasan 1 sebesar 8, batasan 2 sebesar 15, dan batasan 3 sebesar 30.
Variabel dasar adalah variable yang nilainya sama dengan sisi kanan dari persamaan.
Pada persamaan 2X1 + X3 = 8, kalau belum ada kegiatan apa – apa, berarti nilai X1 =
0, dan semua kapasitas masih menganggur, maka pengangguran ada 8 satuan, atau
nilai X3 = 8. Pada tabel tersebut nilai variable dasar (X3,X4,X5) pada fungsi tujuan
pada tabel permulaan ini harus 0, dan nilainya pada batasan – batasan bertanda positif.

75
Tabel 10.2. Data perusahaan sepatu IDEAL dalam tabel simpleks yang pertama
Variabel
Z X1 X2 X3 X4 X5 NK
Dasar
Z 1 -3 -5 0 0 0 0

X3 0 2 0 1 0 0 8

X4 0 0 3 0 1 0 15

X5 0 6 5 0 0 1 30

Setelah data disusun di dalam tabel diatas kemudian diadakan perubahan –


perubahan agar dapat mencapai titik optimal, dengan langkah – langkah berikutnya.
Langkah 3: Memilih kolom kunci
Kolom kunci adalah kolom yang merupakan dasar untuk mengubah tabel
diatas. Pilihan kolom yang mempunyai nilai pada garis fungsi tujuan yang bernilai
negatif dengan angka terbesar. Dalam hal ini kolom X2 dengan nilai pada baris
persamaan tujuan -5. Berilah tanda segi empat pada kolom X2, seperti terlihat pada
Tabel 10.3. kalau suatu tabel sudah tidak memiliki nilai negatif pada baris fungsi
tujuan, berarti tabel itu tidak bisa dioptimalkan lagi (sudah optimal).

Tabel 10.3. Pemilihan kolom kunci pada tabel pertama

Langkah 4: Memilih baris kunci


Baris kulnci adalah baris yang merupakan dasar untuk mengubah tabel
tersebut diatas. Untuk itu terlebih dahulu carilah indeks tiap – tiap baris dengan cara
membagi nilai – nilai pada kolom NK dengan nilai yang sebaris pada kolom kunci.
(lihat kolom ―keterangan‖ pada tabel 10.3.)

76
Nilai kolom NK
Indeks =
Nilai kolom kunci

Untuk baris batasan 1 besarnya indeks = 8/0 = ~, baris batasan 2 = 15/3 = 5, dan baris
batasan 3 = 30/5 =6. Pilihan baris yang mempunyai indeks positif dengan angka
terkecil. Dalam hal ini batasan ke -2 yang terpilih sebagai baris kunci. Berilah tanda
segi empat pada baris kunci itu, seperti terlihat pada Tabel 10.4 bagian atas. Nilai
yang masuk dalam kolom kunci dan juga termasuk dalam baris kunci disebut angka
kunci.

Tabel 10.4. Cara mengubah nilai baris kunci

Langkah 5: Mengubah nilai – nilai baris kunci


Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan angka kunci, seperti
terlihat pada Tabel 10.4 bagian bawah (0/3 = 0; 3/3 = 1; 0/3 = 0; 1/3 = 1/3 ; 0 ; 15/3 =
5). Gantilah variable dasar pada baris itu dengan variable yang terdapat di bagian atas
kolom kunci (X2)

Langkah 6: Mengubah nilai – nilai selain pada baris kunci


Nilai – nilai baris yang lain, selain pada baris kunci dapat diubah dengan rumus
sebagai berikut :
Baris baru = baris lama – (koefisien pada kolom kunci) x nilai baru baris kunci
Untuk data diatas, nilai baru baris pertama (Z) sebagai berikut :

77
Nilai – nilai baru diatas dipakai untuk melengkapi isi Tabel 10.4 bagian bawah,
hasilnya terlihat pada Tabel 10.5
Tabel10.5. Tabel pertama nilai lama dan tabel kedua nilai baru

Langkah 7: Melanjutkan perbaikan – perbaikan/perubahan – perubahan

Ulangi langkah – langkah perbaikan mulai langkah 3 sampai langka ke – 6


untuk memperbaiki tabel – tabel yang telah diubah/diperbaiki nilainya. Perubahan
baru berhenti setelah pada baris pertama (fungsi tujuan) tidak ada yang bernilai
negatif. Kalau tabel kedua (hasil perubahan pada bagian bawah dari Tabel 10.8. itu
kita ubah lagi, maka kolom dan baris kuncinya seperti terlihat pada Tabel 10.6.
Tabel 10.6. Kolom dan baris dari tabel hasil perbaikan pertama, dan nilai baru baris
kunci hasil perbaikan kedua.

78
Nilai baru baris – baris yang lain kecuali baris kunci sebagai berikut :

Baris ke – 3 : tidak berubah, karena nilai pada kolom kunci = 0

Kalau hasil perubahan di atas kita masukkan ke dalam Tabel 10.6 bagian bawah,
hasilnya seperti terlihat pada Tabel 10.7.

Tabel 10.7. Hasil perubahan/perbaikan kedua

Kalau dilihat baris pertama (Z) pada Tabel 10.7 tidak ada lagi yang bernilai
negatif, semuanya positif. Berarti tabel itu tidak dapat dioptimalkan lagi, sehingga
hasil dari tabel tersebut sudah merupakan hasil optimal.

Rangkuman langkah – langkah secara keseluruhan


Kalau tabel awal (sebelum diubah), tabel hasil perubahan pertama dan tabel
hasil perubahan kedua dijadikan satu, maka akan tampak jelas perubahannya, seperti
terlihat pada Tabel 10.8. Dari tabel ini akan tampak maksud dari tiap variable dan
nilai – nilai yang ada pada tabel optimal, yakni :
X1 = 5/6, sehingga I1 = 5/6 losin setiap hari.
X2 = 5; sehingga I2 = 5 losin setiap hari.

79
Z maksimum = 271/2; artinya laba yang akan diperoleh = Rp. 275.000,00
setiap hari.
Tabel 10.8. Tabel – tabel yang diperoleh, dari tabel pertama sampai perubahan
terakhir

Secara ringkas Optimalisasi Produksi dengan metode Simplex


Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Tentukan fungsi tujuan yang akan dicapai pada masalah yang dihadapi,
kemudian fungsi tujuan tersebut dirubah bentuk susunannya sebelum
memasukkan nilai-nilai kedalam tabel simplex, dengan cara : variable-
variabel yang terletak disebelah kanan tanda persamaan dipindah kekiri.
Dari max Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 ….CnXn
Menjadi : Z - C1X1 - C2X2 - C3X3 ….CnXn = 0

2. Tentukan batasan-batasan yang ada, lalu susun kesemuanya dalam bentuk


fungsi-fungsi pembatas.

Sebelum memasukkannya ke dalam tabel simplex maka fungsi-fungsi


pembatas tersebut dirubah menjadi persamaan dengan memasukkan unsur
slack variable (S).

80
Misal :

1. A11X1 + A12X2 + A13X3 ……..A1nXn  B1 menjadi

A11X1 + A12X2 + A13X3 ……..A1nXn + S1 = B1

2. A21X1 + A22X2 + A23X3 ……..A2nXn  B2 menjadi


A21X1 + A22X2 + A23X3 ……..A2nXn + 0S1 + S2 = B2

M Am1X1 + Am2X2 + Am3X3 ……..AmnXn  B12 menjadi


Am1X1 + Am2X2 + Am3X3 ……..AmnXn + 0S1 + 0S2 + Sm = Bm

3. Setelah jelas perubahan fungsi tujuan dan pembatasnya, kemudian


menuangkannya kedalam tabel simplex yang bentuk dasarnya :
Variabel Z X1 X2 X3 …Xn S1 S2 Sm Nilai
Dasar Kanan
( NK )
Z 1 - C1 - C2 - C3 -Cn 0 0 0 0

S1 0 A11 A12 A13 A1n 1 0 0 B1

S2 0 A21 A22 A23 A2n 0 1 0 B2

Sm 0 Am1 Am2 Am3 Amn 0 0 1 Bm


i.

4. Memilih Kolom Kunci ( KK )


Kolom kunci ditentukan dengan cara memilih kolom yang mempunyai nilai
negatif dengan angka terbesar pada baris tujuan ( Z )
KK adalah kolom yang dipakai sebagai dasar untuk melanjutkan penyelesaian
tabel sebelumnya ke tabel berikutnya.
5. Menentukan Baris Kunci
Caranya adalah dengan membagi angka-angka pada kolom nilai kanan ( NK )
dengan angka-angka yang ada pada kolom kunci, kemudian dipilih hasil bagi
(yang disebut index) yang mempunyai nilai positif terkecil.

6. Perpotongan antara kolom kunci dengan baris kunci disebut angka kunci atau
nomor kunci.
7. Dengan menggunakan nomor kunci di atas, kemudian dilakukan perubahan-
perubahan angka-angka pada baris kunci, caranya adalah dengan membagi
angka – angka pada baris kunci dengan nomor kunci

Pada saat ini variable dasar yang terletak pada baris kunci diganti dengan
variable yang memiliki nomor kunci
8. Setelah baris kunci dirubah selanjutnya adalah dilanjutkan dengan merubah
baris-baris yang lain dengan berdasarkan pedoman, menjadikan angka-angka
lain pada kolom kunci bernilai nol

81
Rumusnya :

Baris baru = baris lama - (nilai baru baris kunci X angka pada kolom
kunci)

9. Memasukan kembali nilai- nialai baru dari masing – masing baris ke dalam
tabel simplex

10. Perhatikan baris Z

Syarat optimal diperoleh adalah apabila semua angka pada baris Z sudah tidak
bertanda negatif.
Bila pada baris Z masih ada angka yang negatif berarti penyelesaian belum optimal,
karena itu perlu dilanjutkan kelangkah berikutnya, yang pada prinsipnya mengulang
kembali langkah terdahulu berkali-kali sampai akhirnya memenuhi persyaratan
optimal.

Soal latihan:

Seorang produsen kue ingin mengetahui optimalisasi produksinya dengan maksud


untuk mengetahui keuntungan maksimal. Selama ini dia menghasilkan dua macam
kue yaitu kue XX dan kue YY. Dengan tingkat harga yang berlaku sekarang semua
hasil produksinya habis terjual. Dalam menghasilkan kuenya produsen tsb hanya
dibatasi oleh tepung terigu dan jam tenaga kerja. Setiap satu dus untuk jenis kue XX
dan YY memerlukan tepung terigu masing-masing 90 Kg dan 120 Kg dengan jumlah
tepung terigu yang tersedia sebanyak 6000 Kg. Sedangkan untuk proses
pengerjaannya memerlukan jam kerja dari keseluruhan jam kerja yang tersedia
sebanyak 216 jam adalah: kue XX memerlukan 4,5 jam dan kue YY memerlukan 3
jam. Keuntungan yang diperoleh untuk satu dus : kue XX Rp 3150 dan kue YY Rp
2400. Pertanyaan : Bagaimana kombinasi produksi optimalnya, dan berapa
jumlah laba yang diperoleh .

82
TOPIK 11
PENGAWASAN KUALITAS / MUTU
Tujuan.
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan:
- Mengetahui dan memahami tentang pentingnya mutu.
- Dapat menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor penentu mutu.
- Dapat menjelaskan dan menyebutkan biaya mutu
- Mampu melakukan pengawasan mutu.

Pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam


hal mutu dapat tercermin dalam hasil akhir/merupakan usaha untuk mempertahankan
mutu dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah
ditetapkan.

Dalam konteks perusahaan yang dimaksud mutu/kualitas adalah: faktor-faktor yang


terdapat dalam suatu barang yang menyebabkan barang tersebut sesuai dengan tujuan
untuk apa barang itu dimaksudkan/dibutuhkan.
Hasil produksi (barang) harus dapat memenuhi beberapa tujuan agar barang-barang
tersebut dapat dipergunakan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka barang-barang itu
harus mempunyai mutu yang tertentu. Yang menentukan tujuan untuk apa barang
tersebut dimaksudkan adalah konsumen , sehingga dapat dikatakan yang menentukan
predikat baiknya mutu suatu barang adalah konsumen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu:

1. Fungsi suatu barang


Tingkat suatu mutu barang tergantung pada seberapa besar tingkat
pemenuhan fungsi kepuasan penggunaan barang yang dapat tercapai.
2. Wujud luar
Berupa bentuk, warna, pembungkus dll.
3. Harga barang tersebut
Mutu yang baik bisaanya diikuti dengan harga yang tinggi tetapi tidak
selalu demikian.

Biaya Mutu (Quality Cost)

Meningkatkan ataupun mempertahankan mutu membutuhkan biaya. Oleh karena itu


pengusaha harus melihat biaya yang dikeluarkan dan hasil serta keuntungan yang
diharapkan.

Biaya-biaya mutu dikelompokkan kedalam:

1. Biaya-biaya pencegahan (prevention)


Yaitu biaya-biaya yang diperlukan dalam melakukan usaha-usaha untuk
mencapai mutu yang tertentu, agar jangan sampai terjadi barang-barang
produk yang cacad.
Contoh:
a. Biaya-biaya untuk perencanaan mutu dan pengwasan proses.

83
b. Biaya perencanaan dan pemasangan fasilitas
c. Biaya untuk pelatihan pegawai agar terpenuhi prosedur kerja yang
baik
2. Biaya penaksiran (Appraisal)
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan penilaian atas mutu dari
barang-barang yang dihasilkan.

Contoh:
a. Biaya-biaya untuk pemeriksaan dan pengecekan bahan-bahan yang
diterima
b. Biaya untuk pengecekan dan penyortiran produk akhir
c. Biaya untuk peralatan pengecekan
3. Biaya kegagalan (Failure)
Biaya kegagalan internal ; biaya yang timbul karena faktor-faktor dalam
perusahaan seperti:
a. Biaya pembetulan yang diperlukan terhadap barang-barang yang
cacat, sehingga tercapai mutu yang sesuai dengan standar.
b. Biaya-biaya yang timbul karena barang-barang yang dinyatakan
cacat.
c. Biaya-biaya pembelian bahan-bahan baru untuk mengganti bahan-
bahan yang dinyatakan rusak.
d. Biaya-biaya untuk pembetulan-pembetulan kondisi processing
yang ternyata tidak dapat menghasilkan barang-barang yang
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
Biaya kegagalan external
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan-perbaikan penggantian
dari produk yang rusak sesudah sampai ditangan pembeli.

Dalam perumusan kebijaksanaan mengenai mutu perlu diperhatikan faktor-faktor


berikut
1. Proses pembuatan. Untuk memperoleh mutu yang baik diperlukan waktu
yang lama.
2. Aspek penjualan. Mutu yang rendah akan mengalami kesulitan dipasar,
sedangkan mutu produk yang tinggi harga jual tinggi
3. Perubahan permintaan konsumen. Konsumen ingin adanya perubahan-
perubahan, sehingga perusahaan perlu memperhatikan karena selera
berubah
4. Peranan inspeksi. Penting diperhatikan agar mutu sama dengan yang
telah ditetapkan, sehingga dapat memperkecil biaya produksi yang
ditimbulkan oleh pengawasan
5. Ruang lingkup kebijaksanaan mutu yang diambil. Perlu
dipertimbangkan apakah perlu diadakan penilaian mutu pada setiap tingkat
proses produksi yang ada atau hanya dilakukan bila proses produksi telah
selesai. Apabila dilakukan diseluruh tingkat, biayanya mahal.

Tujuan pengawasan mutu :


a. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah
ditetapkan
b. Mengusahakan agar biaya mutu dapat menjadi sekecil mungkin

84
c. Mengusahakan agar biaya disain dari produk dan proses dengan
menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin
d. Mengusahakan agar biaya produksi serendah mungkin

Cara untuk pengawasan mutu dapat dilakukan dengan :


1. Pemberian keterngan-keterangan
2. Inspeksi ; merupakan kegiatan pengujian dan pemeriksaan apakah produk
memenuhi standar atau tidak.

Sifat pengujian ada 2 :


1. Bersifat merusak
2. Bersifat tidak merusak

Pemeriksaan dapat dilakukan pada :


1. Barang-barang yang dibeli (bahan baku)
2. Barang dalam proses
3. Barang akhir

Tujuan ispeksi adalah pencegahan (menghentikan pembuatan komponen-komponen


rusak dan menghindarkan perusahaan dari pengerjaan satuan-satuan yang sebenarnya
telah rusak.

Kapan melakukan inspeksi ? Sebenarnya ada beberapa pedoman umum untuk


menentukan kapan sebaiknya inspeksi dilakukan:
1. Inspeksi setelah operasi-operasi yang cenderung memproduksi barang-
barang salah; agar tidak ada kerja lebih dilakukan pada barang-barang
jelek
2. Inspeksi sebelum operasi-operasi yang memakan biaya; agar berbagai
operasi ini tidak akan dilaksanakan pada barang barang yang telah rusak.
3. Inspeksi sebelum operasi-operasi dimana produk-produk salah mungkin
memacetkan mesin-mesin.
4. Inspeksi sebelum operasi-operasi menutupi kerusakan-kerusakan
(pengecatan, perakitan)
5. Pada mesin-mesin otomatik dan semi otomatik, biasanya inspeksi
dilakukan pada unit pertama dan terakhir, tapi kadang-kadang pada unit-
unit diantaranya.
6. Inspeksi komponen-komponen akhir (produk jadi).
7. Inspeksi sebelum penggudangan (termasuk barang-barang yang dibeli)

Soal latihan:
1. Apakah yang dimaksud dengan mutu
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi mutu suatu barang
3. Jelaskan biaya-biaya mutu yang ada.
4. Kapan saat-saat dilaksanakannya inspeksi
5. Jelaskan jenis pengujian yang ada.

85
DAFTAR PUSTAKA :

Arman Hakim Nasution, 2006, Manajemen Industri, Yogyakarta: Andi

Assauri,Sofjan, 1993, Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi keempat. Jakarta:


LPFE-UI

Barry Render & Jay Heizer. 2001. Prinsip-prinsip manajemen operasi. Jakarta:
Salemba Empat

Boediono, 1985. Analisa Network. Yogyakarta: BPFE-UGM

Danang Sunyoto, Danang Wahyudi, 2011, Manajemen Operasi Teori, Soal-Jawab, &
Soal Mandiri, Yogyakarta: Caps

Handoko, T. Hani. 1994. Dasar-dasar manajemen produksi dan operasi. Yogyakarta:


BPFE-UGM

Murdifin Haming, Mahfud Nurnajamuddin, 2007, Manajemen Produksi Modern


Operasi Manufaktur dan Jasa, Buku 1, Jakarta: Bumi Aksara

Pangestu Subagyo, Marwan Asri dan T. Hani Handoko, 2000, Dasar-dasar operations
research. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE

Rosnani Ginting, 2007, Sistem Produksi, Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu

86

Anda mungkin juga menyukai