LANDASAN TEORI
Bab ini akan membahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan perencanaan
produksi dan hal-hal yang terkait dengan perencanaan produksi.
5
2.1.1 Tujuan Perencanaan Produksi
6
Unsur-unsur perencanaan produksi terdiri dari dugaan/perkiraan, perhitungan
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Syarat
mutlak suatu perencanaan harus mempunyai tujuan yang jelas dan mudah
dimengerti. Perencanaan harus terukur dan mempunyai standar tertentu (Baroto,
2002).
Dalam sistem job-order (tidak kontiniu), diperlukan proses yang berbeda pada
setiap pesanan. Perhentian satu atau beberapa titik dalam lintas produksi tidak
akan menghentikan keseluruhan lintas, karena setiap produk dibuat dengan
prosesnya sendiri maka produk jadi biasanya langsung dikirim ke konsumen..
Fungsi yang ditangani perencanaan dan pengendalian adalah (Baroto, 2002) :
1. Mengelola pesanan dari pelanggan (order).
2. Meramalkan permintaan, untuk mengatasi fluktuasi permintaan.
3. Mengelola persediaan.
4. Menyusun rencana agregat (penyesuaian permintaan dengan kapasitas).
5. Membuat Jadwal Induk Produksi (JIP). JIP adalah rencana terperinci
mengenai apa dan berapa unit yang harus diproduksi pada satu periode
tertentu untuk setiap item produksi.
6. Merencanakan kebutuhan. JIP yang telah berisi apa dan berapa yang harus
dibuat selanjutnya diterjemahkan ke dalam kebutuhan komponen, sub
assembly, dan bahan penunjang untuk penyelesaian produk.
7. Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi.
7
2.1.2 Karakteristik Perencanaan Produksi
2.2 Peramalan
8
tertentu, maka peramalan menjadi lebih sekedar perkiraan. Peramalan dapat
dikatakan perkiraan yang ilmiah (educated guess) (Sofyan, 1984). Setiap
pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan di masa yang akan datang,
maka pasti ada peramalan yang melandasi pengambilan keputusan tersebut
(ocw.usu.ac.id/course/download/.../tdi_437_handout_peramalan1.pdf).
Peramalan adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan
(Heizer dan Render, 2004).
Peramalan produksi penting dan perlu karena beberapa hal, sebagai berikut
(Naibaho, 2009) :
1. Ada ketidakpastian aktivitas produksi di masa yang akan datang.
2. Kemampuan & sumber daya perusahaan yang terbatas.
3. Untuk dapat melayani konsumen lebih baik, melalui tersedianya hasil
produksi yang baik.
9
2.2.1 Tujuan Peramalan
10
c. Untuk tujuan apa hasil peramalan digunakan,
d. Peramalan jangka panjang atau jangka pendek yang diperlukan,
e. Derajat ketepatan peramalan yang diinginkan,
f. Kapan peramalan diperlukan,
g. Bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk
kelompok pembeli, kelompok produk, atau daerah geografis.
2. Pengembangan model. Model mempermudah pengolahan dan penyajian
data untuk dianalisis, bila dimasukkan data input akan menghasilkan
output berupa ramalan di masa yang akan datang. Validitas dan reliabilitas
ramalan sangat ditentukan oleh model yang digunakan.
3. Pengujian Model. Pengujian model bertujuan untuk melihat tingkat
akurasi, validitasi, dan reliabiltas yang diharapkan. Bila model telah
memenuhi tingkat akurasi, validitas, dan reliabilitas yang telah ditetapkan
(langkah 1), maka model ini dapat diterima. Perlu dipahami model yang
dipilih belum tentu merupakan model yang terbaik.
4. Penerapan model. Penerapan model dengan cara memasukkan data historis
(data masa lalu) untuk menghasikan suatu ramalan.
5. Revisi dan evaluasi. Hasil ramalan yang telah dibuat harus senantiasa
ditinjau ulang untuk diperbaiki. Perbaikan perlu bila terdapat perubahan
11
atau MAPE) ini ditentukan dulu. Tidak ada ketentuan mengenai berapa
tingkat kesalahan maksimal dalam peramalan.
4. Memilih metode peramalan terbaik diantara metode yang dicoba. Metode
terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan terkecil
dibanding metode lainnya dan tingkat kesalahan tersebut di bawah batas
tingkat kesalahan yang telah ditetapkan.
5. Melakukan peramalan permintaan dengan metode terbaik yang telah
dipilih.
Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain
akurasi, biaya,dan kemudahan. Penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut adalah
sebagai berikut (ocw.usu.ac.id /course /download /.../tdi_ 437_ handout_
peramalan1.pdf) :
1. Akurasi
Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan hasil kebiasaan
kekonsistensian peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias
bila peramalan tersebut bila terlalu tinggi atau rendah dibandingkan
dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan
konsisten bila besarnya kesalahan peramalan relatif kecil. Peramalan
yang terlalu rendah akan mengakibatkan kekuranga persediaan,
sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi segera akibatnya
perusahaan dimungkinkan kehilangan pelanggan dan kehilangan
keuntungan penjualan. Peramalan yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan, sehingga banyak
modal yang terserap sia-sia. Keakuratan dari hasil peramalan ini
berperan penting dalam menyeimbangkan persediaan yang ideal.
2. Biaya
Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan adalah
tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode
12
peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor pemicu
biaya tersebut akan mempengaruhi berapa banayak data yang
dibutuhkan, bagaimana pengolahan datanya (manual atau
komputerisasi), bagaimana penyimpanan datanya dan siapa tenaga ahli
yang diperbantukan. Pemilihan metode peramalan harus disesuaikan
dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin didapat,
misalnya item-item yang penting akan diramalkan dengan metode
yang sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi dari hukum
Pareto ( Analisa ABC ).
3. Kemudahan
Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan
mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Adalah percuma memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat
diaplikasikan pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana,
sumber daya manusia, maupun peralatan teknologi.
13
2. Peramalan Kualitatif
Peramalan yang menggabungkan suatu intuisi, emosi, pengalaman pribadi,
dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal. Biasanya metode ini
digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu yang tersedia. Metode
kualitatif yang banyak dikenal adalah metode Delpi dan metode nominal
(nominal group technique).
14
acak sepanjang waktu, maka model yang disesuaikan dianggap
memberikan yang memadai terhadap deret berkala yang mendasarinya.
Jika pada tahap penyesuaian dianggap kurang memadai, maka kembali ke
tahap pertama dengan mencoba suatu model baru.
4. Prakiraan dengan model terpilih. Model prakiraan yang diterima
digunakan untuk menghasilkan prakiraan nilai mendatang.
15
2.2.6 Proyeksi Trend (Trend Projection)
Metode peramalan deret waktu yang menyesuaikan sebuah garis trend pada
serangkaian data masa lalu, dan kemudian diproyeksikan dalam garis untuk
meramalkan masa depan (Heizer dan Render, 2005). Metode ini menggambarkan
hubungan antara periode dan variabel yang diramal dengan menggunakan analisis
trend. Apabila pola data yang digunakan memiliki unsur musiman, maka
komponen musiman dapat juga dicoba dalam metode ini (Heizer dan Render,
2005).
16
2.4 Perencanaan Produksi Agregat
17
manusia dan peralatan secara produktif. Kata agregat menunjukan bahwa
perencanaan dilakukan di tingkat kasar dan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan total seluruh produk dengan menggunakan seluruh sumber daya
manusia dan peralatan yang ada pada fasilitas produksi tersebut. Namun menurut
Kusuma (2004), perlu diperhatikan bahwa satuan agregat hanya digunakan pada
beberapa produk yang menggunakan fasilitas produksi yang sama. Jika terdapat
dua produk yang menggunakan dua fasilitas produksi yang berlainan. Hal itu
berarti bahwa kedua produk itu tidak perlu dikonversikan ke dalam satuan
agregat. Beberapa fungsi perencanaan agregat yaitu :
a. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap
rencana strategi perusahaan.
b. Alat ukur performansi proses perencanaan produksi.
c. Menjamin kemampuan produksi terhadap rencana produksi.
d. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat
penyesuaian.
e. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan membuat
penyesuaian.
f. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi.
18
Perencanaan agregat juga merupakan suatu keputusan mengenai kapasitas jangka
menengah. Perencanaan agregat merupakan langkah awal aktivitas perencanaan
produksi yang dipakai sebagai pedoman untuk langkah selanjutnya, yaitu
penyusunan Jadwal Induk Produksi (Baroto, 2002).
19
4 Menentukan biaya per unit untuk setiap kerja, lembur, sub kontrak,
persediaan dan biaya lain yang relevan.
5 Mengembangkan alternatif perencanaan dan menghitung biayanya.
6 Jika perencanaan yang memuaskan telah tersusun, maka diseleksi yang
paling tepat sesuai tujuannya, jika tidak terbentuk maka kembali kepada
tahap 5.
20
3. Pilihan Campuran
Strategi perburuan, yaitu mengatur tingkat produksi sesuai dengan
permintaan yang diprediksi melalui variasi pilihan-pilihan di atas. Strategi
bertingkat, yaitu menjaga tingkat output, nilai produksi, atau jumlah
tenaga kerja yang tetap sepanjang horizon perencanaan.
21
Pt = f (Wt, I*, It-1, Ft, Ft+1, Ft+2,..,Ft+n) …(2)
dimana :
Wt = Jumlah tenaga kerja di periode t.
Ft = Ramalan permintaan di periode t.
I* = Tingkat persediaan yang diinginkan.
It-1 = Persediaan aktual pada akhir periode t-1.
Pt = Tingkat produksi di periode ke-t.
4. Model Transportasi
Suatu model perencanaan produksi agregat yang menggunakan bantuan
tabel transportasi untuk kepentingan yang praktis.
22
Hasil peramalan harus dibandingkan dengan kondisi nyata untuk menentukan
apakah model peramalan yang digunakan masih memiliki tingkat akurasi yang
ditetapkan. Bila tidak, maka model peramalan harus dikembangkan ulang.
Ada dua kategori yang disarankan yakni make to stock dan make to order. Make
to stock hanya dipakai untuk standard product sedangkan make to order
digunakan pada kedua definisi produk yakni standard product dan custom
product. Perbedaan pada strategi produksi make to order digambarkan pada
tenggang waktu pengiriman untuk proses item produk dan persediaan material.
Item produksi make to stock telah tersedia dan berada pada gudang barang jadi
23
untuk mengantisipasi permintaan aktual lainnya. Pada make to stock definisi
produk yang digunakan adalah standard product. Produk dapat dilakukan dengan
waktu pengiriman yang lebih pendek karena telah tersedia di gudang barang jadi
sehingga tenggang waktu (lead time) lebih kecil dari make to order. Make to
order adalah membuat suatu produk sesuai dengan pesanan. Pada strategi
produksi make to order definisi produk yang digunakan adalah standard product
dan custom product. Variasi yang mungkin timbul pada make to order adalah
bagaimana mengantisipasi level persediaan komponen atau material, serta
bagaimana dapat memenuhi order-order yang masuk ke perusahaan. Make to
order dapat dibagi atas : Assembly to order, build to order, completely make to
order dan engineer to order (Siagian, 2005).
Proses penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan yang optimal untuk sebuah
item, berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan dari masing masing periode
horison perencanaan dalam MRP ( material requirment Planning) (Siagian,
2005). Didalam ukuran lot ini ada beberapa pendekatan yaitu:
24
Eqonomic Order Quantity (EOQ) adalah teknik pemesanan dalam manajemen
pengadaan yaitu cara perhitungan pemesanan bahan baku sekali pesan atau
berangsur dengan biaya paling minimum (Herjanto, 2001).
25
2.6 Analytical Hierachy Process (AHP)
26
1. Menghitung Matrik Perbandingan Berpasangan
Setelah memperoleh hasil penilaiaan perbandingan antar elemen
yang diperoleh dari kuisioner, maka dimasukkan ke dalam matriks
perbandingan berpasangan. Kemudian dilakukan perhitungan
Geometric Mean, yaitu : Aij = (Z1 x Z2 x … x Zn)1/n
2. Perhitungan Bobot dan Prioritas tiap Elemen
Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
a. Jumlah kolom matriks perbandingan berpasangan, yaitu : Σ
Kolom = Σ Nilai setiap sel pada kolom.
b. Matrik perbandingan berpasangan dengan bobot hasil
normalisasi, yaitu : Bobot normalisasi = (Σ normalisasi
baris/n)
c. Menghitung eigen Value, yaitu λmaks = Σ (Σ kolom X
Σbaris bobot normalisasi
d. Menghitung Consistency Indeks (CI
e. Menghitung Consistency Ratio (CR)
27
ada pada keseluruhan hierarki (Bobot keseluruhan x Bobot pada
level di atasnya)
5. Penentuan Prioritas Alternatif yang Terpilih
Dari hasil pembobotan selanjutnya maka dapat diperoleh alternatif
yang memiliki bobot yang paling besar, yang dijadikan alternative.
28