Anda di halaman 1dari 24

MODUL PRAKTIKUM SISTEM PRODUKSI

MODUL 2
AGGREGATE PLANNING

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MAARIF HASYIM LATIF
2023
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PRAKTIKUM


Perencanaan Agregat atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Aggregate Planning
adalah suatu proses perencanaan kuantitas dan pengaturan waktu Output (keluaran) untuk
jangka waktu menengah yaitu sekitar 3 bulan hingga 1 tahun. Perencanaan Agregat ini
memberikan gambaran kepada manajemen mengenai kebutuhan terhadap variabel-variabel
produksi seperti persediaan material, tenaga kerja dan sumber daya lainnya sehingga biaya
operasional dapat dikendalikan seminimal mungkin. Gambaran kebutuhan tesebut harus
dapat menyajikan jumlah kuantitas dan waktu yang dibutuhkan agar proses produksi dapat
berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Manajer operasi berupaya untuk menetukan cara terbaik untuk memenuhi ramalan
permintaan dengan menyesuaikan tingkat produksi, tingkat kebutuhan tenaga kerja, tingkat
persediaan, waktu lembur, tingkat nilai sub kontrak, dan semua variabel lain yang dapat
dikendalikan. Tujuan proses produksi biasanya adalah meminimisasi biaya sepanjang periode
perencanaan. Meskipun begitu, isu-isu strategis lainnya mungkin bisa lebih penting daripada
biaya yang rendah. Strategi-strategi ini mungkin mencakup usaha memuluskan tingkat
kebutuhan tenaga kerja, menurunkan tingkat persediaaan, atau mencapai tingkat pemenuhan
kebutuhan konsumen yang tertinggi tanpa memandang berapa biaya yang dikeluarkan.
Tujuan dari materi ini adalah menjelaskan keputusan perencanaan agregat, untuk
menunjukkan bagaimana rencana agregat yang cocok dengan keseluruhan proses
perencanaan, dan menjelaskan beberapa teknik yang digunakan para manajer dalam
mengembangkan suatu rencana. Dalam hal ini, penekanan dilakukan terhadap perusahaan-
perusahaan manufaktur maupun perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa.
Perencaan agregat sangat berhubungan dengan perencanaan penyediaan bahan baku. Besar
kecilnya persediaan kapasitas yang diproduksi tergantung pada banyak sedikitnya bahan baku
yang tersedia di suatu Perusahaan.
Proses perencanaan agregat yang digunakan oleh perusahaan harus tetap
mengedepankan kualitas barang yang diproduksi oleh perusahaan. Perencanaan agregat ini
berhubungan dengan srategi lokasi dalam hal penyimpanan barang yang berlebih, agar dapat
menghemat biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan. Hubungannya dengan manajemen

2
persediaan adalah ketika kapasitas produksi pada satu waktu diperlukan barang persediaan
yang relatif banyak maka kapasitas produksi sebaiknya diperbanyak, begitu pula sebaliknya.
Perencanaan produksi dimulai dengan meramalkan permintaan secara tepat sebagai
input utamanya. Selain peramalan, input-input untuk permintaan produk tersebut juga harus
memasukkan pesanan-pesanan aktual yang telah dijanjikan, kebutuhan spare-part dan service,
kebutuhan persediaan gudang, dan penyesuaian tingkat persediaan sebagaimana yang telah
ditentukan dalam perencanaan strategi bisnis.
Peramalan permintaan biasanya dibuat untuk kelompok-kelompok produk secara
kasar (tanpa memperhatikan perbedaan spesifikasi produk), khususnya selama periode waktu
yang panjang. Perencanaan agregat kemudian dikembangkan untuk merencanakan kebutuhan
produksi bulanan atau triwulanan bagi kelompok kelompok produk sebagaimana yang telah
diperkirakan dalam peramalan permintaan.
Perencanaan produksi akan mudah dibuat bila tingkat permintaan bersifat konstan
atau bila waktu produksi tidak menjadi kendala. Tetapi kedua kondisi ini jarang terjadi dalam
keadaan sebenarnya, dimana secara nyata tingkat permintaan akan berfluktuasi dan
perusahaan selalu dibatasi oleh tanggal waktu penyerahan produk.

Strategi pada Perencanaan Agregat (Aggregate Planning)

Seperti yang disebutkan sebelumnya, variabel-variabel penting dalam suatu sistem


produksi adalah persediaan dan tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan,
semakin tinggi pula volume output atau jumlah unit produk yang dapat dihasilkan. Namun
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tersebut dapat juga dikonversikan menjadi penambahan
waktu kerja bagi tenaga kerja yang ada atau biasanya disebut dengan istilah Lembur
(OT/Overtime). Oleh karena itu, Jumlah Tenaga Kerja dan penggunakan waktu lembur
merupakan dua variabel yang saling berkaitan yang juga dapat digunakan sebagai strategi
dalam perencanaan agregat.

Material yang dapat berupa bahan baku ataupun bahan pendukung juga merupakan
variabel yang sangat penting dalam proses produksi. Tidak ada Output yang dapat dihasilkan
tanpa adanya Material. Oleh karena itu, Material harus selalu dijaga Persediaan dan kondisi
pemesanannya. Beberapa strategi perencanaan Agregat yang dapat diambil dalam
menghadapi Fluktuasi Permintaan dan ketidakpastian kegiatan produksi pada variabel-
variabel yang dapat dikendali (Controllable Variables) adalah sebagai berikut:

3
1. Variasikan Tenaga Kerja: Perubahaan Permintaan dapat diatasi dengan cara
menambahkan atau mengurangi Tenaga Kerja yang digunakan sesuai dengan proporsi
permintaan tersebut.
2. Variasikan Waktu Kerja: Tetap menjadi stabilitas jumlah tenaga kerja, namun
memperbolehkan waktu idle (nganggur) pada saat permintaan rendah dan
mengizinkan Lembur (Overtime/OT) saat permintaan naik.
3. Variasikan tingkat persediaan: Fluktuasi atau perubahaan permintaan dapat diatasi
dengan adanya persediaan yang cukup (inventori).
4. Subkontrak: Menggunakan Pihak Ketiga atau Subkontraktor untuk menyediakan
kapasitas yang lebih tinggi.
Tabel dibawah ini adalah contoh Perencanaan Agregat (Aggregate Planning) dengan
menggunakan Strategi penambahan waktu kerja atau lembur untuk Tenaga kerja.

Perencanaan agregat adalah penghubung antara perencanaan harian atau penjadwalan


dengan perencanaan jangka panjang. Untuk menyusun rencana agregat, pertama-tama harus
di temu-kenali arti penting dari pengukuran output. Pengukuran dapat dilakukan dengan
mudah bila produksi menghasilkan hanya satu jenis produk, hal ini disebabkan karena output
dihitung langsung dalam jumlah unit yang dihasilkan. Tetapi rata-rata perusahaan
menghasilkan beberapa macam jenis produk sehingga perhitungan output menjadi hal yang
tidak mudah. Dalam lingkungan industri, pertimbangan perencanaan agregat mencakup
persediaan, penjadwalan, kapasitas, dan sumber daya (Hendra Kusuma, 2004:60).
Dengan definisi luas tersebut, maka tugas dan tanggung jawab perencanaan dipikul
oleh 3 pihak pada umumnya. Pihak pertama adalah eksekutif puncak yang bertugas dan
bertanggung jawab dalam perencanaan jangka panjang. Biasanya, jangka waktu lebih dari

4
satu tahun ke depan. Perencanaan yang dilakukan eksekutif puncak meliputi rencana produk
baru, rencana modal, dan rencana fasilitas.
Pihak kedua adalah manajer operasi yang bertugas dan bertanggung jawab dalam
perencanaan jangka menengah. Biasabya, jangka waktunya adalah 3 sampai dengan 18 bulan.
Perencanaan yang dilakukan manajer operasi meliputi rencana penjualan, rencana produksi
dan budget menetapkan tenaga kerja, sediaan serta analisis rencana operasi.
Pihak ketiga adalah supervisor atau foreman yang bertugas dan bertanggung jawab
dalam perencanaan jangka pendek. Biasanya, jangka waktunya adalah 0 sampai 3 bulan ke
depan. Perencanaan yang dilakukan supervisor atau foreman meliputi penugasan, pesanan,
penjadwalan, dan pengiriman.

5
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM

Diharapkan para mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan prosedur


perencanaan agregat :

1. Memahami proses perencanaan secara agregat.


2. Memahami unit agregat yang ditetapkan.
3. Dapat melakukan pengolahan data dengan menggunakan aplikasi POM for Windows.
4. Mengetahui hasil perencanaan agregat sesuai tujuan yang direncanakan.

6
BAB II
PUSTAKA PRAKTIKUM

Pengertian Perencanaan Agregat


Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat
adalah suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk
menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3 hingga
18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik
untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat
tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang
dapat dikendalikan.
Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang
mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh
karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.

Tujuan Perencanaan Agregat


Pada dasarnya tujuan dari perencanaan agregat adalah berusaha untuk memperoleh
suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada periode perencanaan.
Namun bagaimanapun juga, terdapat permasalahan strategis lain yang mungkin lebih penting
daripada biaya rendah. Permasalahan strategis yang dimaksud itu antara lain mengurangi
permasalahan tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat
pelayanan yang lebih tinggi. Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan
menghubungkan sasaran strategis perusahaan dengan rencana produksi, tetapi untuk
perusahaan jasa, penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal
pekerja. Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:
 Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output.
 Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah yang layak
pada waktu agregat.
 Metode untuk menentukan biaya
 Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan penjadwalan
dapat dibuat untuk periode perencanaan

7
Sifat Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat menurut istilah agregat berarti mengombinasikan sumber daya
yang sesuai ke dalam jangka waktu keseluruhan. Dengan prediksi permintaan, kapasitas
fasilitas, tingkat persediaan, ukuran tenaga kerja, dan input yang saling berhubungan,
perencana harus memilih tingkat output untuk sebuah fasilitas selama 3 hingga 18 bulan yang
akan datang. Dalam perencanaan agregat, rencana produksi tidak menguraikan per produk
tetapi menyangkut berapa banyak produk yang akan dihasilkan tanpa mempermasalahkan
jenis dari produk tersebut. Sebagai contoh pada perusahaan pembuat mobil, hanya
memperhitungkan berapa banyak mobil yang akan dibuat, tetapi bukan berapa banyak mobil
dua pintu atau empat pintu atau berapa banyak mobil berwarna merah atau biru.

Hubungan Input dan Output Perencanaan Agregat

Gambar di atas memperlihatkan bahwa dalam membuat rencana agregat untuk


produksi, manajer operasi tidak hanya menerima input mengenai prediksi permintaan dari
bagian pemasaran, tetapi harus pulaberhadapan dengan data keuangan, personel (tenaga
kerja), persediaan kapasitas eksternal (subkontraktor), dan ketersediaan bahan baku/mentah.
Didalam sebuah lingkungan manufaktur, proses untuk menguraikan rencana agregat secara
lebih terinci disebut disagregasi (disagregation). Disagregasi menghasilkan sebuah jadwal
produksi induk (master production schedule) yang menyediakan input bagi system
perencanaan kebutuhan material (material requirement planning-MRP system). Master
production schedule menangani pembelian atau produksi komponen yang diperlukan untuk

8
membuat produk akhir. Jadwal kerja yang terinci bagi orang-orang dan prioritas penjadwalan
bagi produk menghasilkan tahap akhir system perencanaan produksi.

Biaya yang Terlibat Dalam Perencanaan Agregat


Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain :
 Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)
Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan, proses seleksi dan
training. Biaya training merupakan biaya yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut
adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.
 Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan
akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic.
Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon bagi
karyawan yang di-PHK, menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang masih
bekerja, dan tekanan yang bersifat social. Semua akibat ini dianggap sebagai biaya
pemberhentian tenaga kerja yang akan ditanggungperusahaan.
 Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi
konsekwensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lembur yang biasanya
150% dari biaya kerja regular. Di samping biaya tersebut, adanya lembur akan
memperbesar tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan dari kondisi diatas adalah
bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan dengan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang
bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif.
Bila tidak dapat dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung
biaya menganggur yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang
tidak terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.
 Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada
saat-saat tertentu. Konsekwensi dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah
timbulnya biaya penyimpanan (inventory cost/holding cost) yang berupa biaya
tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang. Kebalikan
dari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-olah

9
menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk biaya
kehabisan persediaan. biaya kehabisan persediaan ini dihitung berdasarkan berapa barang
diminta yang tidak tersedia. Kondisi ini pada system MTO (Make to order; memproduksi
berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan jadwal jadwal penterahan order terlambat,
sedangkan pada system MTS (make to stock; memproduksi untuk memenuhi persediaan)
akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada produk lain. Kekecewaan pelanggan
karena tidak tersedianya barang yang diinginkan akan diperhitungkan sebagai kerugian
bagi perusahaan, dimana kerugian tersebut akan dikelompokkan sebagai biaya kehabisan
persediaan. Biaya kehabisan persediaan ini sama nilainya dengan biaya pemesanan
kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.
 Subcontract Cost (biaya subkontrak)
Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular biasanya perusahaan
mensubkontrakan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada
perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya biaya subkontrak,
dimana biasanya biaya mensubkontrakan ini lebih mahal dibandingkan memproduksi
sendiri dan adanya resiko terjadinya kelambatan penyerahan dari kontraktor.

Strategi Perencanaan Agregat.


Terdapat delapan pilihan secara lebih terinci. Lima pilihan pertama disebut pilihan
kapasitas (capacity option) atau disebut strategi perencanaan agregat secara murni (Pure
Strategy) sebab pilihan ini tidak berusaha untuk mengubah permintaan tetapi untuk menyerap
fluktuasi dalam permintaan. Tiga pilihan yang terakhir adalah pilihan permintaan (demand
option) dimana perusahaan berusaha untuk mengurangi perubahan pola permintaan selama
periode perencanaan. Strategi-strategi ini melibatkan manipulasi persediaan, nilai produksi,
tingkat tenaga kerja kapasitas, dan variabel lain yang dapat dikendalikan

Pilihan Kapasitas / Pure Strategy


Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas dasar(produksi) berikut:
1. Mengubah tingkat persediaan
Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama periode permintaan rendah
untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa mendatang. Jika strategi ini dipilih,
maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi, penanganan, keusangan,
pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan meningkat. (Biaya-biaya ini pada

10
umumnya berkisar 15% hingga 40% dari nilai sebuah barang setiap tahunnya). Pada sisi
lain, ketika perusahaan memasuki masa dimana permintaan meningkat, maka kekurangan
yang terjadi dapat mengakibatkan tidak terjadinya penjualan yang disebabkan waktu
tunggu yang lebih panjang dan pelayanan pelanggan yang lebih buruk.

2. Meragamkan jumlah tenaga kerja


Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan. Salah satu cara
untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau memberhentikan para
pekerja produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi. Bagaimanapun, sering karyawan
baru memerlukan pelatihan, dan produktivitas rata-rata menurun untuk sementara karena
mereka menjadi terbiasa. Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua
pekerja dan dapat mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah.

3. Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong


Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu
kerja, mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam
kerja pada saat permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika permintaan sedang tinggi,
terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur
membutuhkan lebih banyak uang, dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik
produktivitas pekerja secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat menyiratkan
naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan.
Pada sisi lain, disaat permintaan menurun, perusahaan harus mengurangi waktu kosong
pekerja-yang biasanya merupakan proses yang sulit.

4. Subkontrak
Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan melakukan
subkontrak selama periode permintaan tinggi. Bagaimanapun, subkontrak, memiliki
beberapa kekurangan antara lain :
o Mahal
o Membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing
o Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna, yang selalu
dapat mengirimkan produk bermutu tepat waktu.

11
5. Penggunaan karyawan paruh waktu
Terutama di sektor jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja
tidak terampil. Praktik ini umum dilakukan direstoran, toko eceran, dan supermarket.

Pilihan Permintaan
Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut :
1. Mempengaruhi permintaan.
Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk meningkatkan
permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon. Perusahaan penerbangan
dan hotel telah lama menawarkan diskon akhir pekan dan tarif musim sepi; perusahaan
telepon membebankan biaya yang lebih murah pada malam hari; beberapa perguruan
tinggi member diskon bagi warga senior; dan pendingin udara dijual lebih murah pada
waktu musim dingin. Bagaimana pun, bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan
penetapan harga tidak selalu mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas
produksi.

2. Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi.


Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima perusahaan tetapi
tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada saat itu. Jika pelanggan
mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik mereka maupun pesanannya, tunggakan
pesanan adalah strategi yang mungkin dijalankan. Banyak perusahaan menggunakan
tunggakan pesanan, tetapi pendekatan ini sering mengakibatkan hilangnya penjualan.

3. Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musimyang berbeda)


Sebuah teknik pelancar masalah aktif yang secara luas digunakan para pengusaha
manufaktur adalah mengembangkan sebuah produk yang merupakan perpaduan dari
barang counterseasonal. Contohnya adalah perusahaan yang membuat pemanas dan
pendingin ruangan atau mesin pemotong rumput dan penyingkir salju. Bagaimanapun,
perusahaan yang menerapkan pendekatan ini mungkin mendapati diri mereka terlibat
dengan produk atau jasa di luar area keahlian atau target pasar mereka.

Daftar Pustaka
 Hendra Kusuma. 2004. Manajemen Produksi. ANDI. Yogyakarta.
12
 Maria Pampa Kumalaningrum, Kusumawati Heni, dan Hardani Rahmat Purbandono.
2011. Manajemen Operasi. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
 Mohammad Syamsul Ma’arif dan Tanjung Hendri. 2006. Manajemen Operasi.
Cetakan kedua. Grasindo. Jakarta.
 S. Anil Kumar & N. Suresh, Production and Operations Management

13
BAB III

TAHAPAN PRAKTIKUM

Tahapan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi beberapa langkah seperti yang
penjelasan berikut ini:
1. Perumusan masalah dan tujuan perencanaan.
2. Melakukan pengolahan data dengan software POM.
3. Melakukan pembahasan hasil perencanaan agregat.
4. Menyimpulkan hasil perencanaan agregat.
5. Penulisan laporan.

Langkah pertama adalah perumusan masalah yang menjelaskan bagaimana cara atau
teknik pemecahan masalah yang digunakan. Permasalahan yang ingin dipecahkan dalam
penulisan laporan ini adalah bagaimana membuat perencanaan agregat untuk produksi jangka
menengah dengan berbagai metode. Berikutnya adalah menentukan tujuan praktikum yang
ingin dicapai pada kegiatan praktikum sistem produksi saat ini, yaitu mendapatkan biaya
produksi yang seminimal mungkin dari berbagai metode dalam perencanaan agregat.

Langkah kedua adalah proses pengolahan data dengan software POM for Windows
dan penentuan metode-metode yang digunakan dalam proses perencanaan. Proses pengolahan
data dilakukan menggunakan metode Smooth production gross demand, metode Smooth
production net demand dengan inventori awal, metode Smooth production dengan overtime
dan subkontrak, serta metode chase current demand, baik pada kondisi backordered maupun
pada kondisi lost sales. Proses pengolahan data ini menghasilkan sebuah output yang dapat
menjelaskan tentang hasil yang ingin dicapai pada tujuan praktikum (meminimasi biaya)

Langkah-langkah penyelesaian permasalahan dengan menggunakan POM for


Windows :

1. Klik ganda pada icon POM for windows.


2. Klik pada Module pilih Aggregate Planning.

14
3. Klik File pilih New kemudian klik pada Aggregate Planning.

4. Tentukan:
a) Title yaitu judul tabel.
b) Number of past period, yaitu jumlah dari data yang digunakan.
c) Row names yaitu nama dari periode yang digunakan.

15
d) Shortage yaitu backorder diijinkan, atau lost sales.

5. Klik OK.
6. Pilih metode yang akan digunakan (yang dibahas hanya 5 metode).
7. Masukkan data sesuai dengan jenis metode yang dipilih.
8. Klik Solve untuk melihat outputnya.

Langkah ketiga adalah melakukan pembahasan data yang berisi penjelasan hasil
peramalan, Data yang di gunakan adalah hasil peramalan modul 1 sebelumnya. Analisis
dilakukan untuk menjelaskan hasil yang diperoleh dari proses pengolahan data.

Langkah keempat adalah menarik kesimpulan yang diperoleh dari proses pengolahan
data dan menjawab tujuan penulisan yang ingin dicapai. Saran diberikan untuk memperbaiki
proses praktikum selanjutnya dan untuk meminimalkan kesalahan dalam proses pengolahan
data.

Langkah terakhir adalah melakukan penyusunan dan penulisan laporan praktikum.


Penulisan laporan praktikum ini didasarkan sebuah proses peramalan terhadap jumlah produk
yang akan dibuat berdasarkan data jumlah permintaan pada tahun sebelumnya. Peramalan ini
dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah permintaan terhadap produk di masa yang akan
datang. Peramalan ini diharapkan dapat meminimalisasi jumlah inventory yang berlebihan di
gudang dan mengantisipasi jumlah permintaan yang meningkat secara tidak pasti.

16
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 PENGOLAHAN DATA (POM for Windows)


4.1.1 Metode Smooth Production (gross demand)
Digunakan data hasil peramalan sebelumnya untuk membuat perencanaan agregat
dengan ditambahkan data-data tentang biaya yang terkait (unit costs) seperti contoh data
berikut ini:
Table 4.1 Data untuk Perencanaan Metode 1

Pilihan metode dilakukan pada menu yang tersedia, yaitu smooth production (average gross
demand). Setelah itu tekan tombol Solve dan akan menghasilkan output seperti tabel berikut
ini:
Tabel 4.2 Output Perencanaan Agregat Metode 1

17
Serta gambar grafik sebagai berikut:

Gambar 4.1 Grafik Perencanaan Agregat Metode 1


Pengolahan data diatas dilakukan pada kondisi backordered diijinkan. Hal yang sama bisa
dilakukan untuk kondisi lost sales.

4.1.2 Metode Smooth Production (net demand), with starting inventory.


Kita melakukan modifikasi dari kondisi sebelumnya. Modifikasi ini dilakukan dengan
memberikan inventori awal sebesar 100 unit. Disamping itu, metode yang digunakan juga
dirubah menjadi smooth production (average net demand).

Table 4.3 Data untuk Perencanaan Metode 2

18
Pilihan metode dilakukan pada menu yang tersedia, yaitu smooth production (average net
demand). Setelah itu tekan tombol Solve dan akan menghasilkan output seperti tabel berikut
ini:
Tabel 4.4 Output Perencanaan Agregat Metode 2

Serta gambar grafik sebagai berikut:

Gambar 4.2 Grafik Perencanaan Agregat Metode 2

4.1.3 Metode Smooth Production (net demand), Using Overtime and Subcontracting
Kita menggunakan kondisi awal sebagai masukan dimana tidak ada inventori awal.
Kapasitas produksi juga diturunkan menjadi 1000 unit perbulan untuk kapasitas regular.
Telah ditentukan juga kapasitas untuk overtime adalah sebesar 100 unit serta sebesar 900
untuk subkontrak. Sedang biaya untuk overtime ditetapkan sebesar Rp. 9.000 dan untuk
subkontrak sebesar Rp. 11.000.

19
Table 4.5 Data untuk Perencanaan Metode 3

Pilihan metode dilakukan pada menu yang tersedia, yaitu smooth production (average net
demand). Setelah itu tekan tombol Solve dan akan menghasilkan output seperti tabel berikut
ini:
Table 4.6 Output untuk Perencanaan Metode 3

Serta gambar grafik sebagai berikut:

Gambar 4.3 Grafik Perencanaan Agregat Metode 3

20
4.1.4 Metode Chase Current Demand, with Backordered
Dari contoh metode pertama, kita gunakan masukan yang sama untuk unit costs nya.
Tetapi pilihan metodenya adalah chase current demand dengan kondisi backorderd.

Table 4.7 Data untuk Perencanaan Metode 4

Pilihan metode dilakukan pada menu yang tersedia, yaitu chase Current demand, dengan
kondisi Backorder diijinkan. Setelah itu tekan tombol Solve dan akan menghasilkan output
seperti tabel berikut ini:

Table 4.8 Output untuk Perencanaan Metode 4

Serta gambar grafik sebagai berikut:

21
Gambar 4.4 Grafik Perencanaan Agregat Metode 4

4.1.5 Metode Chase Current Demand, with Lost Sales


Sama seperti metode 4 sebelumnya, kita gunakan masukan yang sama untuk unit
costs nya dari contoh metode 1. Tetapi pilihan metodenya adalah chase current demand
dengan kondisi lost sales.

Table 4.9 Data untuk Perencanaan Metode 5

Pilihan metode dilakukan pada menu yang tersedia, yaitu chase Current demand, with Lost
Sales. Setelah itu tekan tombol Solve dan akan menghasilkan output seperti tabel berikut ini:

22
Table 4.10 Output untuk Perencanaan Metode 5

Serta gambar grafik sebagai berikut:

Gambar 4.4 Hasil Perencanaan Agregat Metode 5

23
BAB V
KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pengolahan dan pembahasan data terhadap berbagai metode (5 metode)


didapatkan hasil sebagai berikut:

o Metode 1 (smooth production, gross demand) didapatkan biaya produksi sebesar

o Metode 2 (smooth production, net demand, dengan inventori awal) didapatkan


biaya produksi sebesar

o Metode 3 (smooth production, net demand, with overtime and subcontract)


didapatkan biaya produksi sebesar

o Metode 4 (chase current demand, backordered) didapatkan biaya produksi


sebesar

o Metode 5 (chase current demand, lost sales) didapatkan biaya produksi sebesar

Dari berbagai metode perencanaan agregat tersebut didapat biaya terendah adalah
sebesar…..dengan menggunakan metode…….

Ini berarti….

5.2 SARAN

Adapun beberapa saran yang dapat bermanfaat sebagai acuan pada praktikum
selanjutnya. Beberapa metode belum dilakukan sehingga hasilnya masih belum maksimal.
Hasil perencanaan agregat yang ada digunakan untuk proses disagregasi selanjutnya, yaitu
melakukan perencanaan material.

24

Anda mungkin juga menyukai