LANDASAN TEORI
Perencanaan produksi dimulai dengan meramalkan permintaan secara tepat sebagai input
utamanya. Selain peramalan, input-input untuk permintaan produk tersebut juga
harus memasukkan pesanan-pesanan aktual yang telah dijanjikan. Kebutuhan spare-part dan
service kebutuhan persediaan gudang, dan penyesuaian tingkat persediaan dan sebagaimana
yang telah ditentukan dalan perencanaan strategi bisnis. Peramalan permintaan biasanya
dibuat untuk kelompok-kelompok produk secara kasar (tanpa memperhatikan
perbedaan spesifikasi produk), khususnya selama periode waktu yang panjang.
Perencanaan agregat kemudian dikembangkan untuk merencanakan kebutuhan produksi
bulanan atau triwulan bagi kelompok-kelompok produk sebagaimana yang telah diperkirakan
dalam peramalan permintaan.
Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:
1. Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output. Maksudnya di sini
adalah untuk meramalkan agregat yang
2. Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah yang layak pada
waktu agregat.
3. Metode untuk menentukan biaya.
4. Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan penjadwalan dapat
dibuat untuk periode perencanaan.
Perencanaan agregat menurut istilah agregat berarti mengombinasikan sumber daya yang
sesuai ke dalam jangka waktu keseluruhan. Dengan prediksi permintaan, kapasitas fasilitas,
tingkat persediaan, ukuran tenaga kerja, dan input yang saling berhubungan, perencana harus
memilih tingkat output untuk sebuah fasilitas selama 3 hingga 12 bulan yang akan datang.
Dalam perencanaan agregat, rencana produksi tidak menguraikan per produk tetapi
menyangkut berapa banyak produk yang akan dihasilkan tanpa mempermasalahkan jenis dan
produk tersebut.
Informasi yang diperlukan untuk membuat perencanaan agregat yang efektif, (Sukendar &
Kristomi, 2008):
1. Sumber daya yang tersedia sepanjang periode rencana produksi harus diketahui.
2. Data permintaan yang berasal dari peramalan dan pesanan yang kemudian diterjemahkan
kedalam tingkat produksi.
3. Memasukkan kebijakan perusahaan yang berkenaan dengan perencanaan agregat, misalnya
perubahan tingkat tenaga kerja, dan penentuan kebutuhan sumber daya.
Output dari proses perencanaan agregat biasanya berupa jadwal produksi untuk
pengelompokkan produk berdasarkan “famili”. Misalnya untuk produsen mobil, output
memberikan informasi mengenai berapa mobil yang harus diproduksi , tetapi bukan pada
berapa mobil yang bermerk A, berseri B maupun berseri C. Jadi berupa jumlah keseluruhan
output yang dihasilkan tiap periode tertentu bukan berdasarkan tipe, (Sukendar & Kristomi,
2008).
2.8 HUBUNGAN INPUT DAN OUTPUT PERENCANAAN AGREGAT
Perencanaan agregat berada pada tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang menyangkut
rencana produksi atau operasi perusahaan.
A.Srategi Murni
Strategi yang disusun dengan hanya memanipulasi salah satu variabel. Strategi ini terdiri dari
dua golongan yakni (1) pilihan kapasitas dimana perusahaan berusaha untuk mengubah
permintaan tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam permintaan dan (2) pilihan permintaan. di
mana perusahaan berusaha untuk memuluskan perubahan pola permintaan selama perioda
perencanaan Beberapa tipe strategi yang termasuk strategi murni adalah sebagai berikut.
Meragamkan ukuran tenaga kerja dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan. Salah
satu cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau memberhentikan
para pekerja untuk menyesuaikan tingkat produksi. Bagaimanapun, sering karyawan baru
memerlukan pelatihan, dan rata-rata produktivitas menurun untuk sementara sehingga mereka
menjadi terbiasa. Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan
dapat mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah.
Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong. Terkadang tenaga kerja
dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja yang bermacam-macam,
mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja pada
saat permintaan naik. Sekalipun begitu ketika permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan
seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur memerlukan lebih banyak uang,
dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan
merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk
menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan. Pada sisi lain, pada saat permintaan menurun,
perusahaan harus menyerap waktu kosong pekerja yang biasanya merupakan proses yang
sulit.
Penggunaan karyawan paruh waktu. Karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga
kerja tidak terampil.
Tunggakan pesanan selama perioda permintaan tinggi. Tunggakan pesanan adalah pesanan
yang diterima perusahaan tetapi tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi
pada saat itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik mereka
ataupun pesanannya, tunggakan pesanan adalah strategi mungkin untuk dijalankan. Banyak
perusahaan melakukan tunggakan pesanan, tetapi pendekatan tersebut sering mengakibatkan
hilangnya penjualan.
Bauran produk yang counterseasonal. Suatu teknik penghalusan yang secara luas digunakan
para manufaktur adalah mengembangkan sebuah bauran produk yang terdiri dari barang
counterseasonal. Contoh - perusahaan yang membuat keduanya: tungku perapian dan alat
pendingin atau mesin pemotong rumput dan peniup salju. Bagaimanapun, perusahaan yang
mengikuti pendekatan tersebut dapat mendapati diri mereka terlibat dengan produk di luar
area keahlian mereka atau di luar target pasar mereka.
B. Strategi hybrid
Gabungan beberapa strategi murni dimana lebih dari satu variabel yang dimanipulasi. Pendek
kata, strategi hibrid merupakan strategi dengan mengkombinasi berbagai pilihan untuk
mengembangkan sebuah rencana. Walaupun setiap pilihan dari lima pilihan kapasitas dan
tiga pilihan permintaan dapat menghasilkan sebuah perencanaan agregat yang efektif,
beberapa kombinasi di antara pilihan kapasitas dan pilihan permintaan mungkin lebih baik.
Banyak manufaktur berasumsi bahwa penggunaan pilihan permintaan telah diteliti benar oleh
bagian pemasaran dan pilihan yang layak itu digabungkan dengan peramalan permintaan.
Kemudian manajer produksi membuat rencana agregat berdasarkan pada peramalan itu.
Bagaimanapun, dengan menggunakan lima pilihan kapasitas dalam otoritasnya, manajer
produksi masih memiliki banyak kemungkinan rencana. Rencana tersebut dapat terdiri, pada
satu sisi, sebuah strategi perburuan dan di sisi lainnya, sebuah strategi penjadwalan
bertingkat. Tentu saja bisa berada di antara keduanya.
C. Strategi Perburuan
Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi setiap perioda yang
memenuhi peramalan permintaan untuk perioda tersebut. Strategi tersebut dapat terpenuhi
dengan berbagai jalan. Contoh - manajer produksi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja
dengan merekrut atau menghentikan karyawan, atau dapat memvariasikan produksi dengan
mengubah waktu lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu, atau subkontrak.
D. Strategi Bertingkat
Sebuah strategi bertingkat (atau penjadwalan bertingkat) adalah sebuah rencana agregat di
mana produksi sehari-hari tetap sama dari perioda ke perioda. Contoh -Perusahaan seperti
Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan yang seragam dan
mungkin (1) membiarkan persediaan barang naik atau turun sebagai penyangga di antara
produksi dan permintaan atau (2) menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan. Filosofi
mereka adalah bahwa tenaga kerja yang stabil menuju ke produk yang lebih bermutu, lebih
sedikit ketidakhadiran dan perputaran karyawan, dan karyawan yang lebih memiliki
komitmen pada tujuan perusahaan. Penghematan lain mencakup karyawan yang lebih
berpengalaman, pengawasan dan penjadwalan yang lebih mudah, dan lebih sedikit startups
dan shutdowns yang dramatis. Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik ketika
permintaan stabil.
2.11 BIAYA PERENCANAAN AGREGAT
3. Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi
konsekuensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lembur.
4. Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada saat-saat
tertentu.