Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN PERENCANAAN PRODUKSI


Perencanaan produksi dapat diartikan sebagai proses penentuan sumber-sumber dalam
menjalankan operasi manufaktur dan mengalokasikannya sehingga menghasilkan produk
yang sesuai dengan keinginan baik dari jumlah maupun kualitas dengan biaya yang minimasi.
Menurut (Ginting, 2007) perencanaan produksi yaitu pernyataan mengenai rencana produksi
agregat yang dijadikan sebagai acuan dalam menentukan master schedule.

Perencanaan produksi dimulai dengan meramalkan permintaan secara tepat sebagai input
utamanya. Selain peramalan, input-input untuk permintaan produk tersebut juga
harus memasukkan pesanan-pesanan aktual yang telah dijanjikan. Kebutuhan spare-part dan
service kebutuhan persediaan gudang, dan penyesuaian tingkat persediaan dan sebagaimana
yang telah ditentukan dalan perencanaan strategi bisnis. Peramalan permintaan biasanya
dibuat untuk kelompok-kelompok produk secara kasar (tanpa memperhatikan
perbedaan spesifikasi produk), khususnya selama periode waktu yang panjang.
Perencanaan agregat kemudian dikembangkan untuk merencanakan kebutuhan produksi
bulanan atau triwulan bagi kelompok-kelompok produk sebagaimana yang telah diperkirakan
dalam peramalan permintaan.

2.2 PENGERTIAN PERENCANAAN AGREGAT


Perencanaan agregat ( agregat planning) juga dikenal sebagai penjadwalan agregat adalah
suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan
kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah ( biasanya antara 3 hingga 12 bulan ke
depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk
memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga
kerja, tingkat persediaan, pekerja lembur, tingkat subkontrak dan variable lain yang dapat
dikendalikan.

Keputusan penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang


mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh
karenanya perencanaan agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.
2.3 TUJUAN PERENCANAAN AGREGAT
Pada dasarnya tujuan perencanaan agregat adalah berusaha untuk memperoleh suatu
pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada periode perencanaan. Namun
bagaimanapun juga, terdapat permasalahan starategis lain yang mungkin lebih penting
daripada biaya rendah. Permasalahan strategis yang dimaksud itu antara lain mengurangi
permasalahan tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat
pelayanan yang lebih tinggi. Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan
menghubungkan sasaran strategis perusahan dengan rencana produksi, tetapi untuk
perusahaan jasa, penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal
pekerja.

Perencanaan agregat bertujuan untuk, (Sukendar & Kristomi, 2008):


1. Mengembangkan perencanaan produksi yang feasible pada tingkat menyeluruh yang akan
mencapai keseimbangan antara permintaan dan suplai dengan memperhatikan biaya minimal
dari rencana produksi yang dibuat, walaupun biaya bukan satu-satunya bahan pertimbangan.

2. Sebagai masukan perencanaan sumber daya sehingga perencanaan sumber daya


dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi.

3. Meredam (stabilisasi) produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan.

Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:
1. Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output. Maksudnya di sini
adalah untuk meramalkan agregat yang
2. Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah yang layak pada
waktu agregat.
3. Metode untuk menentukan biaya.
4. Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan penjadwalan dapat
dibuat untuk periode perencanaan.

2.4 SIFAT PERENCANAAN AGREGAT

Perencanaan agregat menurut istilah agregat berarti mengombinasikan sumber daya yang
sesuai ke dalam jangka waktu keseluruhan. Dengan prediksi permintaan, kapasitas fasilitas,
tingkat persediaan, ukuran tenaga kerja, dan input yang saling berhubungan, perencana harus
memilih tingkat output untuk sebuah fasilitas selama 3 hingga 12 bulan yang akan datang.
Dalam perencanaan agregat, rencana produksi tidak menguraikan per produk tetapi
menyangkut berapa banyak produk yang akan dihasilkan tanpa mempermasalahkan jenis dan
produk tersebut.

2.5 FUNGSI PERENCANAAN AGREGAT

Beberapa fungsi perencanaan agregat yaitu, (Sukendar & Kristomi, 2008):


1. Menemukan metode yang tepat untuk digunakan sebagai strategi perusahaan dalam
menghadapi jumlah permintaan, sehingga ditemukan jumlah biaya terkecil.
2. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategi
perusahaan.
3. Alat ukur performansi proses perencanaan produksi.
4. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi dan membuat
penyesuaian.
5. Memonitor hasil produk aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian.
6. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan membuat penyesuaian.
7. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi

2.6 INPUT PERENCANAAN AGREGAT

Informasi yang diperlukan untuk membuat perencanaan agregat yang efektif, (Sukendar &
Kristomi, 2008):
1. Sumber daya yang tersedia sepanjang periode rencana produksi harus diketahui.
2. Data permintaan yang berasal dari peramalan dan pesanan yang kemudian diterjemahkan
kedalam tingkat produksi.
3. Memasukkan kebijakan perusahaan yang berkenaan dengan perencanaan agregat, misalnya
perubahan tingkat tenaga kerja, dan penentuan kebutuhan sumber daya.

2.7 OUTPUT PERENCANAAN AGREGAT

Output dari proses perencanaan agregat biasanya berupa jadwal produksi untuk
pengelompokkan produk berdasarkan “famili”. Misalnya untuk produsen mobil, output
memberikan informasi mengenai berapa mobil yang harus diproduksi , tetapi bukan pada
berapa mobil yang bermerk A, berseri B maupun berseri C. Jadi berupa jumlah keseluruhan
output yang dihasilkan tiap periode tertentu bukan berdasarkan tipe, (Sukendar & Kristomi,
2008).
2.8 HUBUNGAN INPUT DAN OUTPUT PERENCANAAN AGREGAT

Gambar 2.1 Hubungan Input dan Output Perencanaan Agregat


(Sumber : http://ekayanahidayat.blogspot.com/2013/11/perencanaan-agregat.html)
Gambar di atas memperlihatkan bahwa dalam membuat rencana agregat untuk produksi,
manajer operasi tidak hanya menerima input mengenai prediksi permintaan dari bagian
pemasaran, tetapi harus pulaberhadapan dengan data keuangan, personel (tenaga kerja),
persediaan kapasitas eksternal (subkontraktor), dan ketersediaan bahan baku/mentah.
Didalam sebuah lingkungan manufaktur, proses untuk menguraikan rencana agregat secara
lebih terinci disebut disagregasi (disagregation). Disagregasi menghasilkan sebuah jadwal
produksi induk (master production schedule),yang menyediakan input bagi system
perencanaan kebutuhan material(material requirement planning-MRP system). Master
production schedule menangani pembelian atau produksi komponen yang diperlukan untuk
membuat produk akhir. Jadwal kerja yang terinci bagi orang-orang dan prioritas penjadwalan
bagi produk menghasilkan tahap akhir system perencanaan produksi.

2.9 PROSES PERENCANAAN AGREGAT

Terdapat beberapa proses dalam perencanaan agregat sebagai berikut


1. Long Range Plans
Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut perencanaan produk baru, biaya
perluasan dan sebagainya. Long Range Plans ditetapkan oleh manajer puncak.

2. Intermediete Range Plans


Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut rencana penjualan, rencana
produksi, rencana inventory, anggaran tenaga kerja dan sebagainya. Intermediate range plans
ditetapkan oleh Manajer Operasi.

3. Short Range Plans


Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut job assignment, ordering, Job
scheduling. Short Range Plans ditetapkan oleh Manajer Operasi bersama dengan supervisor
dan operator.

Perencanaan agregat berada pada tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang menyangkut
rencana produksi atau operasi perusahaan.

2.10 STRATEGI-STRATEGI DALAM PERENCANAAN AGREGAT

A.Srategi Murni

Strategi yang disusun dengan hanya memanipulasi salah satu variabel. Strategi ini terdiri dari
dua golongan yakni (1) pilihan kapasitas dimana perusahaan berusaha untuk mengubah
permintaan tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam permintaan  dan (2) pilihan permintaan. di
mana perusahaan berusaha untuk memuluskan perubahan pola permintaan selama perioda
perencanaan Beberapa tipe strategi yang termasuk strategi murni adalah sebagai berikut.

1. Tipe Strategi Pilihan Kapasitas

Sebuah perusahaan dapat menentukan pilihan kapasitas dasar (produksi) berikut:


Mengubah tingkat persediaan. Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama perioda
permintaan rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa datang. Jika strategi
tersebut dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi,
penanganan, keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan meningkat. Biaya-
biaya tersebut pada umumnya berkisar 15% hingga 40% dari nilai sebuah barang setiap
tahunnya. Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa di mana permintaan terus
meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat mengakibatkan penjualan yang hilang
disebabkan lead-time yang lebih panjang dan pelayanan pelanggan yang lebih buruk.

Meragamkan ukuran tenaga kerja dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan. Salah
satu cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau memberhentikan
para pekerja untuk menyesuaikan tingkat produksi. Bagaimanapun, sering karyawan baru
memerlukan pelatihan, dan rata-rata produktivitas menurun untuk sementara sehingga mereka
menjadi terbiasa. Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan
dapat mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah.

Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong. Terkadang tenaga kerja
dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja yang bermacam-macam,
mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja pada
saat permintaan naik. Sekalipun begitu ketika permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan
seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur memerlukan lebih banyak uang,
dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan
merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk
menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan. Pada sisi lain, pada saat permintaan menurun,
perusahaan harus menyerap waktu kosong pekerja yang biasanya merupakan proses yang
sulit.

Subkontrak. Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan melakukan


subkontrak pekerjaan selama perioda permintaan tinggi. Bagaimanapun, subkontrak,
memiliki beberapa kekurangan. Pertama, mungkin mahal; kedua, membawa risiko dengan
membuka pintu klien bagi pesaing. Ketiga, seringkali susah mendapatkan pemasok
subkontrak yang sempurna, yang selalu dapat mengirimkan produk bermutu tepat waktu.

Penggunaan karyawan paruh waktu. Karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga
kerja tidak terampil.

2. Tipe Strategi Pilihan Permintaan


Dasar pemilihan permintaan adalah sebagai berikut:

Mempengaruhi permintaan. Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba


untuk meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan potongan harga.
Contoh – AC pendingin udara paling murah dijual pada waktu musim dingin. Bagaimanapun,
bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu mampu
menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.

Tunggakan pesanan selama perioda permintaan tinggi. Tunggakan pesanan adalah pesanan
yang diterima perusahaan tetapi tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi
pada saat itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik mereka
ataupun pesanannya, tunggakan pesanan adalah strategi mungkin untuk dijalankan. Banyak
perusahaan melakukan tunggakan pesanan, tetapi pendekatan tersebut sering mengakibatkan
hilangnya penjualan.

Bauran produk yang counterseasonal. Suatu teknik penghalusan yang secara luas digunakan
para manufaktur adalah mengembangkan sebuah bauran produk yang terdiri dari barang
counterseasonal.  Contoh - perusahaan yang membuat keduanya: tungku perapian dan alat
pendingin atau mesin pemotong rumput dan peniup salju. Bagaimanapun, perusahaan yang
mengikuti pendekatan tersebut dapat mendapati diri mereka terlibat dengan produk di luar
area keahlian mereka atau di luar target pasar mereka.

B. Strategi hybrid

Gabungan beberapa strategi murni dimana lebih dari satu variabel yang dimanipulasi. Pendek
kata, strategi hibrid merupakan strategi dengan mengkombinasi berbagai pilihan untuk
mengembangkan sebuah rencana. Walaupun setiap pilihan dari lima pilihan kapasitas dan
tiga pilihan permintaan dapat menghasilkan sebuah perencanaan agregat yang efektif,
beberapa kombinasi di antara pilihan kapasitas dan pilihan permintaan mungkin lebih baik.
Banyak manufaktur berasumsi bahwa penggunaan pilihan permintaan telah diteliti benar oleh
bagian pemasaran dan pilihan yang layak itu digabungkan dengan peramalan permintaan.
Kemudian manajer produksi membuat rencana agregat berdasarkan pada peramalan itu.
Bagaimanapun, dengan menggunakan lima pilihan kapasitas dalam otoritasnya, manajer
produksi masih memiliki banyak kemungkinan rencana. Rencana tersebut dapat terdiri, pada
satu sisi, sebuah strategi perburuan dan di sisi lainnya, sebuah strategi penjadwalan
bertingkat. Tentu saja bisa berada di antara keduanya.

C. Strategi Perburuan

Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi setiap perioda yang
memenuhi peramalan permintaan untuk perioda tersebut. Strategi tersebut dapat terpenuhi
dengan berbagai jalan. Contoh - manajer produksi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja
dengan merekrut atau menghentikan karyawan, atau dapat memvariasikan produksi dengan
mengubah waktu lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu, atau subkontrak.

D. Strategi Bertingkat

Sebuah strategi bertingkat (atau penjadwalan bertingkat) adalah sebuah rencana agregat di
mana produksi sehari-hari tetap sama dari perioda ke perioda. Contoh -Perusahaan seperti
Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan yang seragam dan
mungkin (1) membiarkan persediaan barang naik atau turun sebagai penyangga di antara
produksi dan permintaan atau (2) menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan. Filosofi
mereka adalah bahwa tenaga kerja yang stabil menuju ke produk yang lebih bermutu, lebih
sedikit ketidakhadiran dan perputaran karyawan, dan karyawan yang lebih memiliki
komitmen pada tujuan perusahaan. Penghematan lain mencakup karyawan yang lebih
berpengalaman, pengawasan dan penjadwalan yang lebih mudah, dan lebih sedikit startups
dan shutdowns yang dramatis. Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik ketika
permintaan stabil.
2.11 BIAYA PERENCANAAN AGREGAT

Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain :

1. Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)


Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan, proses seleksi dan training.

2. Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)


Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan
produk yang dihasilkan, sehingga mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang
pesangon bagi karyawan yang di-PHK.

3. Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi
konsekuensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lembur.

4. Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada saat-saat
tertentu.

5. Subcontract Cost (biaya subkontrak)


Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular, biasanya perusahaan
mensubkontrakan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada
perusahaan lain.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, 2018. BAB II LANDASAN TEORI. Dikutip dari:


https://repository.widyatama.ac.id (Diakses pada tanggal 21 Oktober 2020 pukul 18:00)
Indiyani, lulu 2018. LAPORAN AGREGAT KELOMPOK Dikutip dari:
https://www.academia.edu (Diakses pada tanggal 21 Oktober 2020 pukul 18:00)

Muhammad Islam, 2018. Laporan Perencanaan Agregat Dikutip dari:


https://www.academia.edu (Diakses pada tanggal 21 Oktober 2020 pukul 18:00)

Hidayat, Ekayana 2013. MANAJEMEN OPERASI. Dikutip dari:


http://ekayanahidayat.blogspot.com/2013/11/perencanaan-agregat.html (Diakses pada tanggal
21 Oktober 2020 pukul 18:00)

Anda mungkin juga menyukai