Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN OPERASI

“ PERENCANAAN AGREGAT”

Dosen Pengampu :

Cempaka Paramita SE., M.sc

Kelompok 2 :

Ratih Winda M S 160810201042

Ade Fisma Hanny S 160810201043

Pradipta Widhi N 160810201049

Siti Makhtumah F 160810201073

Ali Wafa 160810201093

Riadatul Azizah 160810201096

Dheanti Dwi M P 160810201108

Lusia Antika Putri 160810201110

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penjadwalan agregat (perencanaan agregat) menyangkut penentuan jumlah dan kapan
produksi akan dilangsungkan dalam waktu dekat, seringkali 3-18 bulan ke depan. Manajer
operasi berupaya untuk menetukan cara terbaik untuk memenuhi ramalan permintaan dengan
menyesuaikan tingkat produksi, tingkat kebutuhan tenaga kerja, tingkat persediaan, waktu
lembur, tingkat nilai sub kontrak, dan semua variabel lain yang dapat dikendalikan. Tujuan
proses produksi biasanya adalah meminimisasi biaya sepanjang periode perencanaan.
Meskipun begitu, isu-isu strategis lainnya mungkin bisa lebih penting daripada biaya yang
rendah. Strategi-strategi ini mungkin mencakup usaha memuluskan tingkat kebutuhan tenaga
kerja, menurunkan tingkat persediaaan, atau mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan
konsumen yang tertinggi tanpa memandang berapa biaya yang dikeluarkan.
Tujuan pembahasan dari materi ini adalah menjelaskan keputusan perencanaan agregat,
untuk menunjukkan bagaimana rencana agregat yang cocok dengan keseluruhan proses
perencanaan, dan menjelaskan beberapa teknik yang digunakan para manajer dalam
mengembangkan suatu rencana. Dalam hal ini, penekanan dilakukan terhadap perusahaan-
perusahaan manufaktur maupun perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa.
Perencaan agregat sangat berhubungan dengan perencanaan penyediaan bahan baku.
Besar kecilnya persediaan kapasitas yang diproduksi tergantung pada banyak sedikitnya bahan
baku yang tersedia di suatu Perusahaan.
Proses perencanaan agregat yang digunakan oleh perusahaan harus tetap
mengedepankan kualitas barang yang diproduksi oleh perusahaan. Perencanaan agregat ini
berhubungan dengan srategi lokasi dalam hal penyimpanan barang yang berlebih, agar dapat
menghemat biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan.
Hubungannya dengan manajemen persediaan adalah ketika kapasitas produksi pada
satu waktu diperlukan barang persediaan yang relatif banyak maka kapasitas produksi
sebaiknya diperbanyak, begitu pula sebaliknya.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis disini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari perencanaan agregat?
2. Bagaimana proses perencanaan agregat itu?
3. Apakah sifat dari perencanaan agregat?
4. Apa saja strategi dan metode dari perencanaan agregat?
5. Apa sajakah metode dalam perencanaan agregat?
6. Apakah itu manajemen imbal hasil ?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pegertian dari perencanaan agregat;
2. Mengetahui proses untuk melakukan perencanaan agregat;
3. Mengetahui sifat dari perencanaan agregat;
4. Mengerti akan strategi dan metode dalam perencanaan agregat;
5. Mengetahui metode dalam perencanaan agregat
6. Mengetahui menajemen imbal hasil

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PERENCANAAN AGREGAT


Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah
dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang.AP juga didefinisikan sebagai usaha
untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan
menentukan jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan
AP dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder level.
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat
adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan
kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke
depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk
memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga
kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat
dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan kuartalan
yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif.
Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.

2.2 PROSES PERENCANAAN AGREGAT


Terdapat beberapa proses dalam perencanaan agregat sebagai berikut :
a. Rencana Jangka Panjang
Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut perencanaan produk
baru, biaya perluasan dan sebagainya. Long Range Plans ditetapkan oleh manajer
pucak.
b. Rencana Jangka Menengah
Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut rencana penjualan, rencana
produksi, rencana inventory, anggaran tenaga kerja dan sebagainya. Intermediate
range plans ditetapkan oleh Manajer Operasi.

c. Rencana Jangka Pendek

4
Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut job assignment,
ordering, Job scheduling. Short Range Plans ditetapkan oeh Manajer Operasi
bersama dengan supervisor dan operator.
Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut, perencanaan agregat berada pada
tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang menyangkut rencana produksi / operasi
perusahaan.
Perencanaan agregat membentuk keterkaitan antara perencanaan fasilitas di satu pihak
dan penjadwalan dipihak lain. Perencanaan fasilitas membatasi keputusan perencanaan
agregat.penjadwalan berkenaan dengan jangka waktu yang pendek (beberapa bulan atau
kurang) dan dibatasi oleh keputusan perencanaan agregat. Perencanaan agregat berkaitan
dengan perolehan sumber daya, sedangkan penjadwalan berkaitan denngan pengalokasian
sumber daya yang tersedia terhadap pekerjaan dan pesanan tertentu. Jadi perbedaan dasar harus
dilakukan antara perolehan sumber daya melalui penjadwalan.

2.3 SIFAT PERENCANAAN AGREGAT

Heizer dan Render (2010:150), sebagaimana tersirat pada istilah agregat, suatu
perencanaan agregat berarti menggabungkan sumber daya yang tepat ke dalam jangka waktu
umum atau keseluruhan. Dengan prediksi permintaan, kapasitas fasilitas, tingkat persediaan,
ungkuran tenaga kerja, dan input yang saling berhubungan, perencana harus memilih tingkat
output untuk sebuah fasilitas selama3 hingga 18 bulan mendatang.
Perencanaan agregat merupakan bagian dari system perencanaan produksi yang lebih
besar. Oleh karena itu, sangatlah bermanfaat untuk dapat memahami hubungan antara rencana
serta beberapa factor internal dan eksternal. Dalam lingkungan manufaktur, proses
menguraikan rencana agregat secara lebih terperinci disebut disagregasi (disaggregation).
Disagregasi menghasilkan jadwal produksi induk yang menyediakan input bagi sistem
perencanaan kebutuhan bahan baku
(MRP system). Jadwal produksi induk menangani pembelian atau produksi bagian atau
komponen yang diperlukan untuk membuat produk akhir. Jadwal kerja yang terperinci bagi
orang-orang dan prioritas penjadwalan untuk produk menghasilkan tahap akhir dari sistem
perencanaan produksi.

5
2.4 STRATEGI DAN METODE PERENCANAAN AGREGAT

Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh manajer operasi dalam merumuskan
rencana agregat yaitu :
1) Apakah persediaan digunakan untuk menyerap perubahan selama periode
permintaan ?
2) Apakah perubahan akan diakomodasikan dengan cara mengubah jumlah tenaga
kerja?
3) Apakah perlu penggunaan tenaga kerja paruh waktu atau waktu lembur dan waktu
kosong untuk menghadapi fluktuasi ?
4) Apakah perlu menggunakan subkontraktor untuk antisipasi pesanan yang fluktuatif
sehingga dapat mempertahankan jumlah tenaga kerja yang stabil?
5) Apakah perlu mengubah harga atau faktor lain untuk mempengaruhi permintaan?
Semua ini adalah stategi perencanaan yang benar. Strategi-strategi ini melibatkan
manipulasi persediaan, nilai produksi, tingkat tenaga kerja, kapasitas, dan variabel lain yang
dapat dikendalikan.
Terdapat delapan pilihan secara lebih terinci. Lima pilihan pertama disebut pilihan
kapasitas (capacity option) sebab pilihan ini tidak berusaha untuk mengubah permintaan tetapi
untuk menyerap fluktuasi dalam permintaan.
Tiga pilihan yang terakhir adalah pilihan permintaan (demand option) dimana
perusahaan berusaha untuk mengurangi perubahan pola permintaan selama periode
perencanaan1.

2.4.1 Pilihan Kapasitas


Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas dasar (produksi) berikut:
a) Mengubah tingkat persediaan
Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama periode permintaan
rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa mendatang. Jika strategi ini
dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi,
penanganan, keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan meningkat.
(Biaya-biaya ini pada umumnya berkisar 15% hingga 40% dari nilai sebuah barang
setiap tahunnya). Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa dimana

6
permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat mengakibatkan tidak
terjadinya penjualan yang disebabkan waktu tunggu yang lebih panjang dan
pelayanan pelanggan yang lebih buruk.

b) Meragamkan jumlah tenaga kerja


Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan. Salah satu
cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau
memberhentikan para pekerja produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi.
Bagaimanapun, sering karyawan baru memerlukan pelatihan, dan produktivitas rata-
rata menurun untuk sementara karena mereka menjadi terbiasa. Pemberhentian atau
PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan dapat mendorong ke arah
produktivitas yang lebih rendah.

c) Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong


Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan
waktu kerja, mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan
menambah jam kerja pada saat permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika permintaan
sedang tinggi, terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan.
Upah lembur membutuhkan lebih banyak uang, dan terlalu banyak lembur dapat
membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat
menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk menjaga agar fasilitas
dapat tetap berjalan. Pada sisi lain, disaat permintaan menurun, perusahaan harus
mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya merupakan proses yang sulit.

d) Subkontrak
Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan
melakukan subkontrak selama periode permintaan tinggi. Bagaimana pun,
subkontrak, memiliki beberapa kekurangan antara lain :
 Mahal;
 Membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing;
 Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna, yang selalu
dapat mengirimkan produk bermutu tepat waktu.

e) Penggunaan karyawan paruh waktu

7
Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan
tenaga kerja tidak terampil. Praktik ini umum dilakukan di restoran, toko eceran, dan
supermarket.

2.4.2 Pilihan Permintaan


Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut:
a) Mempengaruhi permintaan
Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk
meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon.
Perusahaan penerbangan dan hotel telah lama menawarkan diskon akhir pekan dan
tarif musim sepi; perusahaan telepon membebankan biaya yang lebih murah pada
malam hari; beberapa perguruan tinggi member diskon bagi warga senior; dan
pendingin udara dijual lebih murah pada waktu musim dingin. Bagaimana pun,
bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu mampu
menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.

b) Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi


Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima
perusahaan tetapi tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada
saat itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik mereka
maupun pesanannya, tunggakan pesanan adalah strategi yang mungkin dijalankan.
Banyak perusahaan menggunakan tunggakan pesanan, tetapi pendekatan ini sering
mengakibatkan hilangnya penjualan.

c) Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musim yang berbeda)
Sebuah teknik pelancar masalah aktif yang secara luas digunakan para
pengusaha manufaktur adalah mengembangkan sebuah produk yang merupakan
perpaduan dari barang counterseasonal. Contohnya adalah perusahaan yang
membuat pemanas dan pendingin ruangan atau mesin pemotong rumput dan
penyingkir salju. Bagaimanapun, perusahaan yang menerapkan pendekatan ini
mungkin mendapati diri mereka terlibat dengan produk atau jasa di luar area keahlian
atau target pasar mereka.

8
2.4.3 Pilihan Campuran
Walaupun setiap lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan permintaan dapat menghasilkan
sebuah jadwal agregat yang efektif, beberapa kombinasi diantara pilihan kapasitas dan pilihan
permintaan mungkin akan lebih baik.
Kebanyakan pengusaha manufaktur berasumsi bahwa penggunaan pilihan permintaan
telah diteliti secara menyeluruh oleh bagian pemasaran dan pilihan-pilihan yang layak itu
digabungkan dengan prediksi permintaan. Manajer operasi lalu membuat rencana agregat
berdasarkan pada prediksi itu. Bagaimanapun, dengan menggunakan lima pilihan kapasitas
dalam otoritasnya, manager operasi masih memiliki banyak kemungkinan rencana. Rencana
ini dapat terdiri dari :

a) Strategi perburuan (chase strategy)


Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi setiap
periode yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut. Strategi ini dapat
terpenuhi dengan berbagai jalan. Sebagai contoh, manager operasi dapat
memvariasikan tingkat tenaga kerja dengan merekrut atau menghentikan karyawan ,
atau dapat memvariasikan produksi dengan waktu lembur, waktu kosong, karyawan
paruh waktu, atau subkontrak.

b) Strategi penjadwalan bertingkat (level-scheduling strategy)


Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap sama dari periode ke
periode. Perusahaan seperti Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada
tingkatan yang seragam dan mungkin membiarkan persediaan barang jadi naik atau
turun untuk menopang perbedaan permintaan dan produksi atau menemukan pekerjaan
alternatif bagi karyawan. Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik ketika
permintaan stabil.
2.5 METODE PERENCANAAN AGREGAT

Ada beberapa tehnik yang digunakan manajer operasi untuk mengembangkan rencana
agregat yang lebih bermanfaat dan lebih tepat, diantaranya :

2.5.1. Metode Pembuatan Grafis Dan Diagram


Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami. Pada dasarnya, rencana
rencana dengan grafis dan diagram ini menangani variabel sedikit demi sedikit agar perencana
dapat membandingkan proyeksi permintaan dengan kapasitas yang ada.

9
Pendekatan yang digunakan adalah “ trial and error “ yang tidak menjamin terciptanya
rencana produksi yang optimal, tatapi penghitungan yang dibutuhkan hanya sedikit dan dapat
dilakukan oleh staf yang paling dasar pekerjaannya.
Tahapan dalam metode ini adalah:
1. Tentukan permintaan pada tiap periode
2. Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu lembur, dan tindakan subkontrak
untuk tiap periode
3. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan biaya pemberhentian karyawan
serta biaya penahanan persediaan
4. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para pekerja dan
tingkatan persediaan
5. Kembangkan rencana alternatif dan amati biaya totalnya.

 Contoh Kasus
Metode grafik terhadap perencanaan agregat untuk pemasok atap
Sebuah produsen bahan untuk atap di Mexico telah membuat prediksi
bulanan untuk suatu kelompok produknya. Data untuk periode 6 bulan dari
Januari-Juni disajikan pada table berikut. Perusahaan tersebut ingin memulai
pengembangan agregatnya.

BULAN PERMINTAAN JUMLAH HARI PERMINTAAN


YANG PRODUKSI PERHARI
DIHARAPKAN (TERHITUNG)
Januari 900 22 41
Februari 700 18 39
Maret 800 21 38
April 1200 21 57
Mei 1500 22 68
Juni 1100 20 55
JUMLAH 6200 124

PENDEKATAN = Gambarkan grafik permintaan harian dan rata-rata


permintaan untuk mengilustrasikan sifat dari perencanaan masalah agregat

10
SOLUSI = Pertama menghitung permintaan perhari dengan membagi
permintaan bulanan yang diharapkan dengan jumlah hari produksi (hari
kerja) tiap bulan dan menggambar sebuah grafik untuk ramalan permintaan
tersebut. Kedua menggambarkan garis putus-putus pada diagram yang
menyatakan tingkat produksi yang diperlukan untuk memenuhi rata-rata
permintaan selama 6 bulan. Perhitungannya adalah sebagai berikut.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 6200


= =50 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 124

80

70

60

50

40 Series 1
Column1
30
Column2
20

10

0
22(Jan) 18(Feb) 21(Mar) 21(April) 22(Mei) 20

2.5.2 Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan


Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak
dikembangkan diantaranya:

a. Metode Transportasi Dalam Program Linear


Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai masalah alokasi kapasitas
operasi untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan, maka rencana agregat dapat
dirumuskan dalam format program linear.

 Contoh Kasus :
Contoh Perencanaan Agregat Metode Tabular ( model transportasi )

11
Metode transportasi digunakan untuk model program linier. Berikut ini akan dibahas
suatu kasus menggunakan model transportasi dengan data-data :

Permintaan :
Periode 1 2 3 4
Permintaan 500 800 1700 900

Kapasitas :
Pasokan Yang Ada
Periode Jam Normal Jam Lembur Subkontrak

1 700 250 500


2 800 250 500
3 900 250 500
4 500 250 500

 Persediaan Awal : 100 unit


 Persediaan akhir yang diinginkan : 150 unit
 Biaya lembur :Rp 125/unit
 Biaya Subkontrak :Rp 150/unit
 Biaya jam Normal :Rp 100/unit
 Biaya Persediaan :Rp 20/unit/periode

Penyelesaian :
 Keterangan :

1. Total Cost :
400(100) + 300 (140) + 800(100) + 250(145) + 900(100) + 250(125) + 500(100) +
350(125)
= 445.750

12
2. Yang diproduksi adalah :

Periode Rencana Produksi Permintaan


1 700 500
2 1.050 800
3 1.150 1.700
4 1.250 900

Berarti yang diproduksi ≠ ∑ Permintaan


System produksi tidak Back Order sehingga kebutuhan pada periode I tidak
mungkin dipenuhi oleh periode 2.
Jadwal produksi induksinya adalah :
Kwartal I = 700 unit
II = 1.050 unit
III = 1.150 unit
IV = 1.250 unit

b. Linear Decision Rule


Merupakan model perenxcanaan agregat yang berupaya untuk mengoptimalkan
tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu.Model
ini meminimisasi biaya total dari biaya gaji, rekrutmen, PHK, lembur, dan
persediaan melalui serangkaian kurva biaya kuadrat.

c. Management Coefficient Model


Dikembangkan oleh E.H Bowman yang membangun suatu model keputusan formal
di seputar pengalaman dan kinerja manajer. Teori yang mendasari adalah
pengalaman masa lalu manajer cukup baik, sehingga dapat digunakan sebagai dasar
menetapkan keputusan di masa depan. Teknik ini menggunakan analisa regresi
terhadap keputusan produksi yang diambil manajer di masa lalu.

d. Simulasi
Suatu model computer yang dinamakan “ Penjadwalan lewat simulasi” yang
dikembangakan tahun 1966 di R.C Vergin. Pendekatan simulasi ini menggunakan

13
prosedur pencarian kombinasi nilai yang biayanya minimal untuk ukuran jumlah
tenaga kerja dan tingkat produksi.

2.6 MANAJEMEN IMBAL HASIL

Manajemen imbal hasil atau pendapatan merupakan proses perencanaan agregat dalam
mengalokasikan sumber daya bagi pelanggan pada harga yang akan memaksimalkan imbal
hasil atau pendapatan. Supaya manajemen imbal hasil dapat berfungsi, perusahaan harus
mengelola 3 persoalaan sebagai berikut :

1. Struktur Harga Mejemuk.


Berbagai penetapan struktur harga harus dapat diterapkan dan logis kepada pelanggan.
Hal ini dapat terjadi di berbagai bidang

2. Prediksi Penggunaan dan Jangka Waktu


Merupakan sebuah perkiraan seberapa banyak kebutuhan konsumen sekarang dan
dimasa yang akan datang apakah akan terus bertambah atau berkurang.

3. Perubahan Permintaan
Hal ini berarti mengelola penggunaan yang meningkat sejalan dengan lebih banyaknya
kapisitas yang terjual. Hal ini merupakan berurusan dengan permasalahan yang terjadi
karena penetapan struktur harga mungkin tidak terlihat adil dan logis bagi semua
pelanggan.

14
Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Perencanaan agregat merupakan suatu elemen yang penting dalam
proses produksi, yang juga berkaitan strategi operasi yang digunakan oleh
banyak perusahaan. Perusahaan harus berhati-hati dalam menerapkan
perencanaan agregat ini, karena jika tidak maka perusahaan merugi, hal ini
desebabkan kapasitas barang yang di produksi ternyata berlebih, hal itu
biasanya menyebabkan banyak biaya-biaya tambahan yang harus dikeluarkan
perusahaan yang seharusnya dapat dinetralisir tau dihindari sebelumnya.

3.2 SARAN

Setiap perusahaan diharapkan dapat membuat perencanaan agregat


dengan strategi yang paling baik dan memungkinkan untuk setiap perusahaan
sesuai dengan strategi operasi perusahaan. Perusahaan harus jeli untuk melihat
peluang kapan perusahaan harus memproduksi lebih dan kapan perusahaan
harus memproduksi cukup suatu barang agar tidak ada barang-barang yang
berlebih dan tidak menimbulkan biaya-biaya lain yang tidak dibutuhkan

15
DAFTAR PUSTAKA

Haizer, Jay dan Barry Render. 2017 “Operations Management” Jakarta : Salemba Empat

16

Anda mungkin juga menyukai