Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

METODE PERAMALAN DAN PENYUSUNAN RENCANA


AGREGAT

DISUSUN OLEH :
HAIDIR
00.97.01.44.2016

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
ABSTRAK

Perencanaan agregat menyediakan perangkat yang dibutuhkan perusahaan


untuk meraih pangsa pasar dalam perekonomian global. Rencana agregat
memberikan kemampuan untuk merespons perubahan dalam permintaan
pelanggan, selagi tetap memproduksi produk secara murah dan berkualitas tinggi
baik pada industry manufaktur atau jasa.
Perusahaan manufaktur seharusnya mengerti akan pentingnya perencanaan
agregat karena perencanaan agregat memberikan arahan mengenai potensi kapan
perusahaan memproduksi lebih dan kapan perusahaan memproduksi rendah, agar
tidak ada persediaan yang berlebih apalagi barang yang diproduksi tidak tahan
lama. Persediaan produk yang tidak tahan lama dalam jumlah banyak akan
menyebabkan kerugian karena jika disimpan terlalu lama tidak akan laku lagi.
Manajer harus mengantisipasi kerugian yang perencanaan agregat meleset.
Rencana agregat merupakan tanggung jawab penting dari seorang manajer
operasi dan kunci dari produksi yang efisien. Output dari penjadwalan agregat
menghasilkan jadwal produksi induk yang lebih terperinci dan menjadi dasar untuk
melakukan disagregasi, penjadwalan, pekerjaan dan sebagainya.
Rencana agregat bagi perusahaan manufaktur dan jasa memiliki kesamaan.
Restoran, perusahaan penerbangan, dan hotel adalah system jasa yang
menggunakan rencana agregat, dan berkesempatan menerapkan manejemen imbal
hasil. Namun terlepas dari industri atau metode perencanaannya, permasalah
terpenting adalah penerapan perencanaannya.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen
Produksi/Operasional mengenai Metode Peramalan dan Perencanaan agregat.
Penyusun yakin bahwa dalam penyusunan ini masih jauh dari kesempurnaan
dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penyusun, namun penyusun
berharap hal ini tidak mengurangi fungsi dari makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak,
penyusun akan kesulitan dalam menyelesaikan makalah ini, oleh karena itu dengan
kerendahan dan ketulusan hati penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada
paman Google yang adalah sumber pencarian literatur dan cara penyusunan
makalah.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini, tentunya masih banyak
terdapat kekurangan ataupun kesalahan sehingga diharapkan para pembaca dapat
memakluminya, maka dari itu penyusun meminta kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun. semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Oktober 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan

BAB II LANDASAN TEORI


2.1.1. Pengertian Peramalan
2.1.2. Tipe Metode Peramalan
2.1.3. Perencanaan Aggregat

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kegiatan bisnis termasuk fenomena sosial, dan fenomena sosial merupakan
sesuatu yang tidak pasti. Sejalan dengan itu, tingkat permintaan terhadap produk
tertentu senantiasa berubah sejalan dengan perubahan lingkungan perusahaan.
Indikator lingkungan yang mempengaruhi permintaan antara lain jumlah dan
pertumbuhan penduduk, tingkat pendapatan masyarakat, kondisi ekonomi makro,
dan jumlah agregat produk yang ditawarkan peramalan (forecasting) pada dasarnya
merupakan proses pengestimasian permintaan dimasa mendatang dikaitkan dengan
aspek kuantitas, kualitas, waktu terjadinya, dan lokasi yang membutuhkan produk
barang atau jasa yang bersangkutan.
Perencanaan agregat (aggregate planning) atau penjadwalan agregat
(aggregate scheduling) berhubungan dengan penentuan kuantitas dan waktu
produksi pada jangka menengah biasanya antara 3-18 bulan ke depan.
Digunakannya istilah agregat adalah karena ramalan ramalan permintaan akan
berbagai barang atau jasa individual digabungkan menjadi unit unit yang
homogeny. Perencanaan agregat mencerminkan strategi perusahaan dalam
pelayanan kepada langganan, tingkat persediaan, tingkat produksi, jumlah
karyawan dan lain lain.
Proses perencanaan agregat yang digunakan oleh perusahaan harus tetap
mengedepankan kualitas barang yang diproduksi oleh perusahaan. Perencanaan
agregat ini berhubungan dengan srategi lokasi dalam hal penyimpanan barang yang
berlebih, agar dapat menghemat biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan.
Hubungannya dengan manajemen persediaan adalah ketika kapasitas produksi ada
satu waktu diperlukan barang persediaan yang relative banyak maka kapasitas
produksi sebaiknya diperbanyak, begitu pula sebaliknya.
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penyusun disini adalah sebagai
berikut.
1. Apa pengertian Peramalan dan perencanaan agregat?
2. Apa Tipe metode peramalan?
3. Apa sifat perencanaan agregat?
4. Apa saja proses perencanaan agregat?
5. Apa saja strategi prencanaan agregat?
6. Apa saja metode perencanaan agregat?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian peramalan dan perencanaan agregat.
2. Mengetahui sifat perencanaan agregat.
3. Mengetahui apa saja proses perencanaan agregat dan penjelasannya.
4. Mengetahui strategi-strategi proses perencanaan agregat.
5. Mengetahui apa saja metode perencanaan agregat dan penggunaannya
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Peramalan
2.1.1 Pengertian Peramalan
Dalam APICS Dictonary disebutkan definisi forecasting: The business
function that attempts to predict sales and use of products so they can be purchased
or manufactured in appropriate quantities in advance. Artinya, peramalan adalah
fungsi bisnis yang berusaha meramalkan penjualan dan penggunaan produk yang
bersangkutan sehingga produk tersebut dapat dibeli atau dipabrikasi di masa yang
akan datang dalam jumlah yang tepat. Peramalan ini sangat penting sekali artinya
bagi perusahaan bisnis terutarna untuk memenuhi keperluan pembuatan
perencanaan jangka panjang. Namun demikian, dari sisi fungsional, tiap
departemen juga memerlukan ramalan aktivitas. Departemen Surnber Daya
Manusia berkepentingan terhadap hasil peramalan untuk dipakai menyusun
perencanaan personil, baik untuk dipakai sebagai acuan penarikan pegawai maupun
untuk keperluan pendidikan dan pelatihan karyawan. Departemen Akuntansi dan
Keuangan memerlukan estimasi kegiatan jangka pendek untuk keperluan
penyusunan anggaran dan Departemen Pemasaran untuk keperluan penyusunan
perencanaan distribusi. Sehubungan dengan itu, kegiatan peramalan tidak saja
diperlukan oleh manajer puncak perusahaan, tetapi juga oleh manajer divisi. Secara
umum, peramalan dibutuhkan oleh manajemen untuk membuat atau menyusun
rencana yang terkait dengan bidang tugas atau fungsinya. Bahkan kebutuhan akan
data ramalan tidak hanya dijumpai pada usaha bisnis, tetapi juga pada organisasi
nirlaba.
Dilihat dari jangka waktunya, peramalan dibedakan atas tiga macam, yaitu
peramalan jangka panjang (long-term forecasting), peramalan jangka menengah
(intermediate forecasting), dan peramalan jangka pendek (short-term forecasting).
Pembedaan menurut jangka waktu ini berpengaruh pada jenis metode atau alat
peramalan yang sesuai, serta manfaat atau kegunaan yang dapat dipenuhi
Menurut Dervitsiotis (1984), sistem peramalan dapat digambarkan seperti
gambar di bawah :
Gambar di atas menjelaskan bahwa metode peramalan dibedakan atas
metode prediktif atau penaksiran (estimation), metode kausalita (causal method),
dan analisis deret berkala (time series analysis). Keputusan yang dibuat oleh
seorang analis data (pembuat ramalan) adalah metode analisis yang dipilih untuk
dipergunakan serta penetapan atas data yang akan dijadikan masukan analisis.
Untuk melakukan peramalan dimaksud, analis menghadapi empat macam kendala,
yaitu kendala waktu, tenaga ahli, keterbatasan data, dan dana, Untuk membuat
ramalan yang baik, dibutuhkan data yang cukup, perangkat keras, dan perangkat
lunak analisis yang memadai serta tenaga yang ahli dibidang analisis ramalan. Data
yang diperlukan dapat berupa data internal dan juga data eksternal. Hasil analisis
memiliki dua kategori, yaitu basil ramalan dan estimasi tentang kesalahan ramalan.
Suatu ramalan disebut baik jika memenuhi kriteria mutu berupa: akurat, objektif,
kecepatan penyediaan hasilnya, dan stabilitas vs responsivitas ramalan itu.

2.1.2 Tipe Metode Peramalan


Metode ramalan bearneka macam. Akan tetapi, pada pembahasan
mengenai metode peramalan ini hanya akan dikemukakan beberapa model yang
banyak dipakai dalam peramalan tingkat permintaan.
Chase dan Aquilano (1995), Chase, Aquilano, dan Jacobs (2001 ), serta
Russel dan Taylor (2000) membedakan metode peramalan itu ke dalam empat
kategori, yaitu metode kualitatif, metode analisis deret berkala, metode kausal, dan
metode simulasi. Secara garis besar, maksud dan kegunaan setiap metode yang ada
disajikan dalam uraian berikut:
1. Metode Kualitatif
Metode kualitatif adalah metode penaksiran permintaan berdasarkan
perakiraan secara subjektif atau opini pembuat ramalan. Dengan sifatnya yang
demikian itu, ramalan atas hal yang sama yang dilakukan oleh orang yang berbeda
berkemungkinan memberikan basil yang juga berbeda. Metode kualitatif ini terdiri
atas beberapa jenis aplikasi, yaitu metode akar rumput (grass roots method),
metode riset pasar (market research), metode kesepakatan panel (panel concensus),
analogi historis (historical analogy), dan metode Delphi (Delphi method)
a. Metode akar rumput adalah metode peramalan yang memanfaatkan data
taksiran penjualan dari para aparatur penjualan dan wiraniaga (salesmen)
dari seluruh wilayah pemasaran perusahaan dalam perhitungan dan
penetapan ramalan permintaan di masa yang akan datang. Metode ini lazim
dipakai oleh perusahaan grosir atau diler suatu produk tertentu dalam
peramalan permintaan satu tahun atau lebih di masa yang akan datang.
b. Riset pasar adalah pengamatan yang dilakukan di pasar untuk
mengumpulkan data prospek permintaan di masa yang akan datang, baik
dengan mempergunakan metode survei, wawancara maupun cara lainnya.
Metode ini lazim dipakai untuk perencanaan jangka panjang atau dalam
rangka pemasaran produk baru
c. Kesepakatan panel merupakan metode pembuatan ramalan yang
dilakukan melalui diskusi panel yang bebas untuk melakukan tukar pikiran
di antara berbagai partisipan, misalnya para eksekutif perusahaan,
wiraniagawan, dan atau pelanggan perusahaan
d. Analogi historis merupakan cara penaksiran jumlah permintaan terhadap
produk tertentu, khususnya terhadap produk baru, dengan
mempertimbangkan pengalaman dan kondisi yang sama dari produk
lainnya di masa yang lalu. Di sini terpakai asumsi bahwa jika kondisi yang
dihadapi sama dengan kondisi di masa yang lalu, volume permintaan di
masa mendatang juga akan sama
e. Metode Delphi adalah metode penaksiran jumlah permintaan di masa yang
akan datang dengan memanfaatkan opini dari beberapa pakar dengan latar
belakang keahlian yang berbeda. Opini para pakar digali melalui
penyampaian daftar pertanyaan kepada mereka. Manajemen Perusahaan
akan mengulangi penyampaian kuesioner dimaksud sampai diperoleh basil
peramalaan yang dipandang akura

2. Metode Analisis Deret Berkala


Metode analisis deret berkala (time series analysis) merupakan metode
pembuatan ramalan yang berangkat dari asumsi bahwa data historis yang lalu dapat
dipakai untuk meramalkan volume kegiatan di masa yang akan datang. Metode ini
terdiri atas beberapa jenis aplikasi, yaitu metode rata-rata bergerak sederhana
(simple moving average), rata-rata bergerak tertimbang (weighted moving
average), penghalusan eksponensial (exponential smoothing), analisis regresi dan
korelasi (regression and correlation analysis), dan proyeksi tren (trend projection).
Rata-rata bergerak sederhana adalah metode peramalan kegiatan yang
mengacu pada jumlah titik waktu tertentu yang bergerak secara sistematis, di mana
jumlah kegiatan selama titik waktu yang bersangkutan dibagi dengan jumlah titik
waktu dimaksud. Pada metode ini dipakai asumsi bahwa semua volume kegiatan
yang dicakup mempunyai peluang yang sama untuk berulang. Jika jumlah titik
waktu sama dengan "n", probabilitas setiap volume kegiatan
1
untuk terjadi kembali adalah sebesar

Rata-rata bergerak tertimbang adalah metode peramalan volume kegiatan


atau permintaan di masa yang akan datang yang mengacu kepada jumlah titik waktu
yang bergerak secra sistematis dan probabilita keberulangan kembali setiap
kegiatan dalam periode yang dicakup, di mana nilai ramalan sama dengan basil kali
antara bobot (weighted factors) dengan nilai kegiatan yang bersangkutan.
Penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan yang bersifat
logaritmik di mana data kegiatan yang terakhir dianggap memiliki probabilitas yang
lebih besar untuk berulang daripada data kegiatan sebelumnya dan menurun secara
eksponensial. Metode penghalusan eksponensial ini memerlukan data yang lebih
sedikit dibandingkan dengan metode rata-rata bergerak sehingga merupakan
metode peramalan jangka pendek yang banyak dipergunakan dalam praktik
Metode regresi adalah metode peramalan jangka panjang yang
menghubungkan suatu variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel
independen, baik dalam bentuk persamaan linier atau pun nonlinier. Regresi yang
relasi variabel dependen dan independennya menggunakan teladan persamaan
tinier disebut regresi linier (linear regression). Sebaliknya yang menggunakan
teladan persamaan nonlinier disebut (non-linear regression). Selanjutnya metode
korelasi (correlation) merupakan metode untuk mengukur keeratan hubungan
antara variable dependen dan indepen dari suatu persamaan regresi linier.
Proyeksi tren adalah metode peramalan kegiatan untuk masa yang akan
datang yang dilakukan dengan menarik suatu garis lurus pada suatu diagram sebar
(scatter diagram) dengan mempergunakan teladan matematik tertentu

3. Metode Kausal
Metode kausal adalah metode kuantitatif yang berguna untuk menganalisis
pengaruh, dan juga hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Sehubugan dengan itu, berikut ini akan dikemukakan berbagai alat
analisis yang dicakup dalam metode ini.
a. Analisis regresi dan korelasi. Analisis regresi merupakan metode yang
dipakai untuk mengetahui hubungan kausal atau sating mempengaruhi
antara variabel independen (Xi) dengan variabel dependen (Yi). Juga
diapakai untuk membuat garis tren dari suatu sebaran data historis (data
yang telah terjadi) yang relevan dengan sebaran data dimaksud. Metode
yang paling umum dipakai dalam analisis regresi ialah metode kesalahan
kuadrat paling kecil (least square method). Sementara itu, korelasi
merupakan metode yang dipakai untuk menaksir keeratan dan sifat
hubungan antara variabel dependen dan independen sebuah persamaan
regresi tinier. Sifat hubungan dimaksud mungkin negatif dan mungkin pula
positif. Jika hubungan atau korelasi antara variabel Xi dan Yi negatif, maka
arah perubahan Xi dan Yi adalah berlawanan. Jika nilai Xi naik, nilai Yi
menurun. Sebaliknya jika nilai Xi turun, nilai Yi akan naik. Dapat pula
dikatakan, jika Xi dan Yi berkorelasi negatif, tren (garis arah perubahan)
dari data juga negatif (ditunjukkan garis tren yang miring dari kiri atas ke
kanan bawah, sama seperti trend kurva permintaan). Sebaliknya, jika
hubungan atau korelasi antara variabel Xi dan Yi positif, arah perubahan Xi
dan Yi adalah searah. Jika korelasinya positif, maka tren data juga positif
(ditunjukkan garis tren yang miring dari kiri bawah ke kanan atas, sama
seperti tren kurva penawaran). Ini berarti jika nilai Xi naik, nilai Yi juga
akan naik. Akan tetapi, jika nilai Xi turun, nilai Yi juga akan turun.
b. Proyeksi tren. Proyeksi tren merupakan suatu metode matematik yang
dipakai untuk membuat garis tren suatu basil plotting data untuk mengetahui
kecenderungan perkembangan di masa datang, naik atau turun. Model ini
pada umumnya terintegrasi ke dalam analisis regresi. Penjelasannya dapat
dibaca pada penjelasan analisis regresi dan korelasi dalam sub a di atas.
c. Model ekonometrik. Model ekonometrik adalah metode yang dipakai untuk
menerangkan perilaku gejala ekonomi berdasarkan data runtun waktu
dengan beberapa macam variabel bebas. Dengan demikian Ekonometrika
adalah ilmu yang mencakup teori ekonomi, matematika, dan statistika
dalam satu kesatuan sistem yang bulat, menjadi suatu ilmu yang berdiri
sendiri dan berlainan dengan ilmu ekonomi; matematika; maupun statistika.
Ekonometrika digunakan sebagai alat analisis ekonomi yang bertujuan
untuk menguji kebenaran teorerna-teorema teori ekonomi yang berupa
hubungan antarvariabel ekonomi dengan data empiris.
d. Model input-output. Model input-ouput adalah metode analisis yang dipakai
untuk mengukur hubungan keterkaitan masukan-keluaran berbagai sektor
usaha dalam perekonomian dan pemerintah melalui aktivitas penjualan
keluarannya
e. lndikator penentu (leading indicator). Indikator penentu adalah analisis
yang dipakai untuk menaksir perubahan suatu sektor yang dipengaruhi jika
sektor berpengaruh itu mengalami perubahan. Misalnya, seberapa besar
kenaikan biaya hidup rata-rata yang harus dipikul oleh masyarakat apabila
harga bahan bakar dinaikkan 10 persen. Harga bahan bakar adalah leading
indicator, sedangkan biaya hidup dan harga barang kebutuhan adalah lag
indicator.

4. Model Simulasi
Model simulasi merupakan metode peramalan dinamis yang biasanya
mempergunakan aplikasi komputer. Model ini lazim dipakai pada pembuatan
kebijakan dibidang pengendalian persediaan.
Untuk keperluan pembuatan ramalan, di bawah ini diketengahkan aplikasi
beberapa metode peramalan yang telah dikemukakan di atas, baik untuk membuat
ramalan jangka pendek maupun ramalan jangka panjang. Ramalan jangka pendek
biasanya mempergunakan metode rata-rata bergerak dan penghalusan
eksponensial, sedangkan peramalan jangka panjang mempergunakan metode
analisis regresi
a. Peramalan Jangka Pendek
1. Metode Rata-Rata Bergerak
Seperti telah diketengahkan di muka bahwa metode ini dibedakan atas Metode
Rata-Rata Bergerak Sederhana dan Metode Rata-Rata Bergerak Tertimbang.
Sehubungan dengan itu, berikut ini diketengahkan contoh aplikasinya.
a. Rata-Rata Bergerak Sederhana
Metode ini cocok dipakai untuk melakukan peramalan berdasarkan sediaan data
historis yang fluktuasinya rendah karena metode ini memakai asumsi bahwa
peluang keberulangan setiap kejadian di masa mendatang adalah sama.
b. Rata-Rata Bergerak Tertimbang
Pada aplikasi metode rata-rata bergerak tertimbang, terlebih dahulu
manajemen atau analis data menetapkan bobot (weighted factor) dari data
yang ada. Penetapan bobot dimaksud bersifat subjektif, tergantung pada
pengalaman dan opini analis data. Sekalipun demikian, terdapat beberapa
acuan pemikiran dalam penentuan bobot dimaksud, yaitu sebagai berikut.
1. Perlu menetapkan apakah volume yang terakhir lebih besar peluangnya
untuk berulang atau sebaliknya. Jika analis memutuskan bahwa probabilitas
keberulangan lebih besar pada realisasi yang terakhir, probabilitas
(weighted factor) akan lebih besar pada periode akhir dibandingkan dengan
periode awal.
2. Jumlah probabilitas atau bobot adalah sama dengan satu.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka dapat dirumuskan:
2. Penghalusan Eksponensial
Seperti halnya dengan rata-rata bergerak tertimbang, metode penghalusan
eksponensial ini cocok dipakai untuk data yang fluktuasinya relatif besar
dan sediaan datanya terbatas. Menurut Chase dan Aquilano (1995), ada enam
pertimbangan sehingga metode penghalusan eksponensial ini diterima luas oleh
analis data, yaitu sebagai berikut.
a) Hasil ramalan dengan metode eksponensial relatif lebih akurat.
b) Formulasi model relatif mudah dimengerti.
c) Pengguna dapat memahami bagaimana model ini menghasilkan ramalan.
d) Hanya memerlukan perangkat komputer yang sederhana karena data
historis yang diolah terbatas.
e) Hanya memerlukan perhitungan yang sederhana.
f) Pengujian keakuratan basil ramalan mudah dilakukan
Untuk mengaplikasi model, langkah pertama yang harus dilakukan oleh
pengguna model ialah menetapkan faktor penghalus alpha (a).Dalam praktik faktor
penghalus ini lazim dipakai konstan 0,05 atau 0,10. Pada model penghalusan
eksponensial yang sederhana, dipakai asumsi bahwa ramalan untuk periode
sekarang akan sama dengan jumlah antara ramalan yang lalu dan deviasi antara
permintaan aktual dan ramalan dalam periode yang lalu yang telah dihaluskan.
Berdasarkan asumsi itu, model dapat dirumuskan menjadi:
= 1 + (1 - 1 )
Di mana:
= ramalan permintaan yang dihaluskan secara eksponensial untuk waktu t
1 = ramalan permintaan pada periode sebelumnya
1 = permintaan aktual pada periode sebelumnya
= konstanta penghalus ramalan

a. Metode Peramalan Kuantitatif


Metode peramalan kuantitatif didasarkan atas prinsip statistik yang memiliki
tingkat ketepatan yang tinggi atau dapat meminimumkan kesalahan (error)
Metode kuantitatif ini lebih sistematis sehingga lebih populer penggunaannya
di dunia nyata.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam peramalan secara kuantitatif adalah:
a membuat suatu gambaran permintaan dan faktor yang mempengaruhinya
(permintaan sebagai ordinat dan faktor yang mempengaruhinya sebagai
absis)
b menentukan teknik statistik yang akan digunakan
c menilai kesalahan yang diperkirakan
d membuat suatu keputusan untuk menggunakan teknik tertentu
berdasarkan pertimbangan yang ada.
Untuk itu, terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi supaya dapat menggunakan
metode kuantitatif, yaitu sebagai berikut:
a Tersedia informasi mengenai realisasi yang dicapai dimasa yang lalu
b lnformasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.
c Diasumsikan bahwa beberapa pola kejadian di masa yang lalu akan terus
berlanjut di masa yang akan datang.
Model peramalan kuantitatif ini dibedakan atas: (a) metode time series (analisis
deret berkala); dan (b) metode kausal. Secara berturut-turut akan dikemukakan
implementasinya dalam uraian berikut
1 Metode Peramalan Time Series
Metode ini dapat dipakai jika tersedia data historis dalam jangka waktu tertentu
dan perilaku permintaan pada waktu yang lalu dipandang akan berlangsung pada
waktu yang akan datang. Secara sepintas lalu, metode deret berkala ini (time series
analysis) serupa dengan metode regresi. Akan tetapi, apabila dicermati dengan
teliti, dijumpai perbedaan yang sangat mendasar. Dalam metode deret berkala,
variabel yang mempengaruhi permintaan diwakili oleh faktor waktu, sedangkan
dalam analisis regresi, langsung dihubungkan dengan faktor yang
mempengaruhinya
Namun demikian, rumusan fungsionalnya sama dengan yang lazim dipakai
dalam analisis regresi sederhana, yaitu :
Y = 0 + 1 X
Di mana:
Y = realisasi permintaan
X = periode waktu, bulan atau tahun
0 = intersep fungsi
1 = koefisien arah ramalan

2. Analisis Regresi dan Korelasi


Analisis regresi dan korelasi adalah bentuk dari analisis kausal. Analisis regresi
berguna untuk mengukur besamya pengaruh variabel bebas (Xi) terhadap variabel
tergantung (Y). Di samping itu, juga dapat digunakan untuk memprediksi nilai
variabel tergantung (Y) dengan menggunakan variabel bebas (X). Analisis regresi
pada dasarnya merupakan suatu kajian terhadap hubungan satu variabel yang
disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variable) dengan satu atau
beberapa variabel yang menerangkan (the explanatory variable). Variabel Yi
disebut juga sebagai variabel tergantung (dependent variable) dan variabel Xi
disebut juga sebagai variabel bebas (independent variable). Jika variabel bebas
lebih dari satu, analisis regresi disebut regresi berganda. Disebut berganda karena
pengaruh beberapa variabel bebas secara bersama-sama akan diperhitungkan
kepada variabel tergantung (dependent variable)
Dalam naskah ini, pembahasan hanya akan difokuskan pada regresi linier
sederhana. Model matematik analisis regresi ini adalah
Kesalahan Ramalan
Kesalahan ramalan dapat dibedakan atas kesalahan bias (bias error) dan
kesalahan acak (random error). Kesalahan bias dijelaskan oleh ramalan muncul
karena kesalahan yang diakibatkan oleh variabel independen yang dipakai dalam
peramalan tidak sesuai dengan yang seharusnya, nilai tren yang diperhitungkan
tidak cermat, kesalahan musiman, serta pengaruh dari tren sekuler. Sebaliknya,
kesalahan acak adalah bentuk kesalahan yang tidak dijelaskan oleh ramalan.
Kesalahan acak ini disebabkan oleh faktor yang berada di luar kemampuan kendali
manusia, seperti bencana alam dan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan
moneter. Misalkan, telah diramalkan permintaan di Kota X selama semester
pertama 2002, tetapi ramalan permintaan itu tidak dapat direalisasi sepenuhnya
karena pelanggan sasaran tertimpa musibah banjir dan longsor, serta bencana
kebakaran. Sekalipun demikian, untuk menilai kecermatan basil peramalan, lazim
digunakan alat penaksir yang disebut tracking signal (TS). Tracking signal (isyarat
arah) merupakan suatu ukuran yang menjelaskan derajat kecermatan basil ramalan
sebagai penaksir yang baik dari permintaan aktual. TS ini adalah rasio dari jumlah
kumulatif dari kesalahan ramalan (running sum offorecast error atau RSFE) dengan
rata-rata kesalahan absolut (mean absolute deviation atau MAD).
2.1.3 Perencanaan Aggregate
Terlebih dahulu akan dikemukakan hubungan level manajemen dengan
fungsi utama serta kewenangan dan tugas disajikan dalam gambar di bawah

Gambar di atas menjelaskan bahwa perencanaan agregat berada di level


manajemen menengah. Dalam AP/CS Dictionary disebutkan bahwa aggregate
planning is a process to develop tactical plans to support the organization's business
plan. Aggregate planning usually includes the development, analysis, and
maintenance of plans for total sales, total production, targeted inventory, and
targeted customer back log for families of products. The production plan is the
result of the aggregate planning process. 1ko approaches to aggregate planning
exist:(]) production planning and (2) sales and operations planning
Artinya, perencanaan agregat adalah sebuah proses untuk mengembangkan
rencana taktis guna mendukung rencana bisnis organisasi. Perencanaan agregat
biasanya mencakup pengembangan, analisis, dan pemeliharaan rencana untuk
penjualan total, produksi total, persediaan sasaran, dan sasaran jaminan sediaan
untuk keluarga produk. Rencana produksi adalah hasil proses perencanaan agregat.
Ada dua pendekatan perencanaan agregat, yaitu: (1) perencanaan produksi; dan (2)
perencanaan penjualan dan operasi
Pemilihan metode perencanaan yang benar bagi sebuah organisasi produksi
atau penyedia jasa tergantung pada beberapa faktor. Sebagian faktor penentu itu
bersifat eksternal dan sebagian lagi bersifat internal. Faktor berpengaruh yang
bersifat eksternal mencakup jenis pasar yang dilayani, sifat permintaan pasar yang
dihadapi, kondisi umum perekonomian, dan ketersediaan sumber daya produksi.
Sementara itu, faktor berpengaruh yang sifatnya internal mencakup antara lain
penilaian manajemen mengenai keadaan mendatang yang dihadapi, ketersediaan
tenaga ahli perencanaan, dan peralatan pendukung analisis yang tersedia. Namun
demikian, pertimbangan yang sangat berpengaruh dalam penyusunan rencana
perusahaan adalah jangka waktu dari cakrawala perencanaan yang bersangkutan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Chase dan Aquillano (1995) membedakan
perencanaan itu ke dalam tiga kategori, yaitu perencanaan strategis (perencanaan
jangka panjang), perencanaan agregat (perencanaan jangka menengah, atau
perencanaan taktis) dan perencanaan operasional (perencanaan jangka pendek).
Pada dasarnya perencanaan strategis merupakan perencanaan perusahaan, baik di
bidang produksi barang maupun penyediaan jasa, untuk skala waktu jangka panjang
yang memuat rencana perusahaan secara menyeluruh dan bersifat umum. Jangka
waktu panjang biasanya dikaitkan dengan cukupnya waktu untuk melakukan
perubahan kapasitas produksi yang ada, meningkatkan atau mengurangi jumlah
kapasitas dimaksud. Dengan demikian, jangka waktu panjang umumnya dikaitkan
dengan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan kapasitas, misalnya
dua tahun atau lebih. Bahkan menurut Chase dan Aquilano (1995), jangka panjang
ialah jangka waktu dua sampai lima tahun yang mencakup waktu pembangunan
gedung pabrik yang baru, pengadaan dan pemasangan mesin pabrik yang baru,
pemasangan instalasi listrik, air, sarana komunikasi dan bahan bakar, produksi
percobaan sampai produksi komersial serta pengadaan sarana pendukung produksi
lainnya.
Perencanaan agregat berfungsi untuk menerjemahkan perencanaan strategis
sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan melalui perencanaan operasional.
Pada pokoknya perencanaan agregat adalah perencanaan secara garis besar dan
umum mengenai rencana produksi dalam waktu tertentu yang mengabaikan rincian
produk secara individual serta penjadwalan secara rinci atas fasilitas produksi yang
diperlukan dan tenaga kerja produksi yang dibutuhkan. Rencana agregat ini
mencakup waktu sekitar enam sampai delapan belas bulan yang dirinci kedalam
satuan waktu bulanan.
Masukan perencanaan agregat antara lain meliputi: (1) definisi unit keluaran
yang dapat diukur dengan pasti (kilogram, liter, galon, kerat untuk minuman dalam
kemasan, dan sebagainya); (2) ramalan permintaan pasar; (3) altematif produksi,
dalam ha1 ini produksi rutin (selamajam kerja resmi), produksi dengan kerja lembur
(bekerja diluar jam kerja resmi) dan subkontraktor (menyediakan produk dengan
mempergunakan jasa perusahaan lain, atau memakai jasa outsourcing); serta (4)
perhitungan biaya berdasarkan pendekatan biaya relevan atau biaya standar.
Selanjutnya, keluaran perencanaan agregat adalah: (1) jadwal produksi; (2)
perencanaan kapasitas; (3) perencanaan anggaran produksi pada rujukan biaya
optimal, dan (4) perencanaan sediaan (inventory planning and control).
Secara umum, rencana agregat berangkat dari anggapan bahwa efisiensi
produksi (teknologi produksi yang dipakai) tetap sama, kapasitas produksi tidak
berubah, dan tenaga kerja yang didayagunakan juga tetap sama. Sasarannya ialah
bagaimana mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia itu secara optimal.
Usaha untuk mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia secara optimal
menjadi landasan dipergunakannya metode program linier dalam perencanaan
agregat.
Selanjutnya, rencana operasional adalah rencana yang disusun untuk
dipakai sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan produksi. Rencana operasional ini
merupakan kegiatan penerjernahan rencana agregat menjadi rencana pelaksanaan
produksi. Rencana operasional ini disusun untuk waktu satu bulan yang dibagi atas
rencana produksi harian atau mingguan
1. Tahapan Perencanaan Aggregat
Menurut Kostas N. Dervitsiotis (1984), perencanaan agregat memiliki
empat tahapan, yaitu: (a) tahapan ramalan permintaan agregat; (b) tahapan merinci
penggunaan kapasitas; (c) tahapan menentukan alternatif produksi; dan (d) tahapan
alokasi permintaan ke periode produksi.
Pada tahapan ramalan permintaan agregat, umumnya diaplikasi metode
analisis peramalan statistik yang sesuai untuk jangka menengah, enam bulan
sampai delapan belas bulan yang mempergunakan satuan waktu bulanan. Metode
analisis permintaan pasar berguna sebagai masukan untuk menentukan target
produksi per-satuan waktu bulanan dimaksud.
Salah satu kegunaan perencanaan agregat adalah menerjemahkan atau
mengalokasikan tingkat permintaan pasar ke rencana pelaksanaan produksi
sehingga tingkat permintaan itu dapat dipenuhi secara memuaskan dan dengan
tingkat biaya yang minimal. Sehubungan dengan itu, dalam usaha memaksimalkan
kegunaan perencanaan agregat tersebut, sangat diperlukan hasil peramalan
permintaan pasar yang akurat dan andal.
Karena perencanaan agregat berangkat dari anggapan bahwa kapasitas
produksi tetap tidak berubah, kapasitas tersebut harus dialokasi sedemikian rupa
sehingga mampu menjawab tingkat permintaan pasar yang ada. Kapasitas produksi
dengan mempergunakan peralatan produksi yang tersedia sekarang dapat saja
ditingkatkan keluarannya melalui kerja lembur. Namun demikian, perlu
diketengahkan bahwa kapasitas produksi terpasang pada umumnya dinyatakan
untuk jam kerja reguler (reguler working time). Jam kerja regular tersebut
umumnya dinyatakan untuk hari kerja biasa antara pukul 08.00 sampai pukul 16.00
waktu setempat. Pada jam kerja reguler tersebut, tenaga kerja langsung teralokasi
untuk satu gilir kerja (satu shift). Dengan kerja lembur, berarti perusahaan bekerja
lebih daripada satu shift, misalnya shift kedua (pukul 16.00-24.00) dan shift ketiga
(pukul 00.00-08.00). Sehubungan dengan hal itu, kerja lembur (overtime) tetap
memanfaatkan fasilitas produksi yang dimiliki perusahaan sekarang ini. Melalui
kerja lembur tersebut, volume keluaran per hari dapat ditingkatkan.
Di samping itu, apabila permintaan pasar berada di bawah kapasitas yang
tersedia, manajer pabrik (manajer perusahaan) perlu mempertimbangkan untuk
memakai sisa kapasitas untuk memproduksi produk lain. Produk lain tersebut
mungkin saja merupakan produk komplimenter.
Jika manajemen tidak memanfaatkan kelebihan kapasitas dimaksud, tentu
akan memberikan dampak underutilization yang pada akhirnya akan menekan
naiknya biaya produksi di atas anggaran biaya optimal. Menghadapi gejala over
and or underulization tersebut di atas, manajer perusahaan perlu memiliki kebijakan
penentuan harga yang bersifat antisipatif, kegiatan promosi yang berhasil guna, dan
waktu penyerahan yang fleksibel.
Alokasi permintaan pasar ke alternatif produksi yang mungkin dengan layak
sangat diperlukan apabila tingkat permintaan pasar melebihi kapasitas produksi
reguler. Secara umum, alternatif produksi yang mungkin ada tiga macam, yaitu: (a)
alternatif produksi reguler; (b) alternatif produksi lembur; dan (c) alternatif
produksi subkontraktor.
Dalam pembahasan terdahulu telah dikemukakan bahwa produksi reguler
dikaitkan dengan aktivitas produksi selama jam kerja reguler yang lazim, yaitu pada
gilir kerja pertama selama hari kerja. Sebaliknya, kerja Iembur adalah kegiatan
produksi di luar jam kerja reguler, baik dalam hari kerja resmi maupun pada hari
raya atau hari Abad. Sebaliknya, pada penggunaan subkontraktor, berarti
perusahaan memeransertakan perusahaan lain dalam kegiatan menghasilkan
produk tertentu yang tidak dapat dipenuhi sendiri oleh perusahaan.
Antara kapasitas subkontraktor dan kapasitas dan kapasitas lembur terdapat
perbedaan yang mendasar. Kapasitas lembur masih merupakan bagian dari
kapasitas produksi perusahaan yang operasinya di luar jam kerja reguler.
Sebaliknya kapasitas subkontraktor adalah kapasitas perusahaan lain.
Karena perencanaan agregat disusun berdasarkan kapasitas yang konstan,
apabila dalam alokasi kapasitas dan pemilihan altematif produksi terjadi kelebihan
dan atau kekurangan tenaga kerja langsung, manajer perusahaan sudah harus
memiliki rancangan jalan keluar.
Menghadapi tenaga kerja langsung perusahaan, pilihan yang dihadapi
manajemen perusahaan adalah: (a) tenaga kerja konstan atau jumlahnya tetap sama
dan diarahkan untuk memproduksi keluaran yang disesuaikan jumlahnya dengan
tingkat permintaan pasar; dan (b) tenaga kerja bervariasi, di mana pada pilihan ini
jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan selalu disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Sehubungan dengan itu, terdapat kemungkinan, pada titik waktu tertentu, tenaga
kerja berlebihan sehingga perlu merumahkan sebagian dari tenaga kerja yang ada
(layoff). Menghadapi situasi demikian ini, perusahaan perlu mempertimbangkan
lebih dini konsekuensi yang mungkin atas tenaga kerja perusahaan dan dalam ha!
ini tentu perlu memperhatikan aturan ketenagakerjaan yang berlaku.
Sebagai alat untuk mengantisipasi over and/or underutilization ini,
manajemen perusahaan dapat memanfaatkan kebijaksanaan persediaan. Kelebihan
produksi yang belum terserap oleh pasar dapat ditahan sebagai sediaan yang
berguna untuk dipakai memenuhi kelebihan permintaan di masa datang. Sepanjang
memungkinkan, manajemen dapat mempertimbangkan altematif penyerahan
kemudian kelebihan pesanan di atas kapasitas perusahaan, serta memanfaatkan
kapasitas subkontraktor. Hal yang pasti ialah pemilihan alternatif produksi tersebut
tetap menjamin biaya produksi yang minimum.
Menurut Kostas N. Dervitsiotis (1984), metode perencanaan agregat yang
tersedia dapat digolongkan menurut Tabel di bawah ini tabel yaitu pendekatan
perumusan perencanaan aggregat
Pada tahapan keempat, permintaan dialokasikan pada periode pelaksanaan
produksi setelah terlebih dahulu mengidentifikasi altematif produksi yang mungkin
dan paling layak. Ini berarti pada tahapan ini dilakukan penentuan strategi produksi
yang optimal.
Metode perencanaan agregat digunakan untuk mengalokasikan permintaan
pada periode kegiatan produksi yang berbeda berdasarkan asumsi yang dipakai
untuk memilih altematif yang optimal, termasuk biayanya. Beberapa metode juga
tergantung pada jaminan tercapainya kondisi optimal berdasarkan asumsi yang
telah dibuat itu. Dengan demikian, sebagian metode beranjak dari proses trial and
error
Dihubungkan dengan topik karangan, alur pembahasan akan dibatasi pada
metode dengan basil yang optimal yang memiliki bentuk hubungan yang linier,
yang ditunjukkan oleh butir B pada Tabel di atas. Namun demikian, untuk
mendapatkan gambaran perbandingan, model akan didahului dengan analisis kasus
yang memakai pola pemecahan trial and error
Hasil yang diperoleh dari aplikasi trial and error dapat dibandingkan dengan
hasil penerapan metode program linier. Penerapan program linier dimaksud berupa
penerapan model transportasi. Model transportasi dimaksud sudah disempumakan
dan disederhanakan sehingga mengakomodasi pemakaian kapasitas regular,
overtime dan outsourcing (subkontraktor)
Pada diagram dalam Gambar di bawah terlihat bahwa terdapat
kemungkinan tahapan kedua dan ketiga dapat diabaikan sehingga dari tahapan
pertama langsung ke tahapan keempat
2. Aplikasis Trial and Error dalam Perencanaan Agregat
Pada aplikasi metode dalam pemecahan kasus perencanaan agregat terlebih
dahulu akan diterapkan pemecahan dengan metode trial and error, kemudian
dengan mempergunakan metode PL (metode transportasi). Pemecahan juga akan
dilakukan dengan memanfaatkan perangkat lunak computer
3. Aplikasis Metode Transportasi dalam Perencanaan Agregat
Selanjutnya, penyelesaian kasus perencanaan agregat dengan program linier
dapat dilakukan dengan mempergunakan metode transportasi konvensional (pola
hubungan sumber-tujuan) dan dapat pula dengan mempergunakan metode
transportasi yang telah disempumakan (pola periode waktu).
a. Pemecahan dengan Metode Transportasi Konvensional
Metode transportasi konvensional adalah metode transportasi yang modelnya
tetap sama dengan model yang lazim, yaitu memakai pola hubungan sumber tujuan.
Kemudian, model dimaksud diaplikasi dalam perencanaan agregat. Namun
demikian, tetap dijumpai perbedaan dengan model transportasi yang biasa. Pada
metode konvensional ini, telah dilakukan pengembangan model untuk
mengakomodasi pelaksanaan produksi secara lembur, di samping pelaksanaan
proses produksi dalam jam kerja reguler.
Selanjutnya dalam penerapannya, model ini memiliki dua macam pola
pemecahan, yaitu:
1) mengasumsikan kerja reguler sebagai suatu pola relasi sumber-tujuan
tersendiri dan terpisah dari hubungan sumber-tujuan kapasitas lembur;
2) mengasumsikan kapasitas kerja reguler dan lembur sebagai suatu pola
relasi terpadu pada sumber-tujuan
BAB III
Kesimpulan
1 Masalah peramalan sangat penting artinya, terutama untuk melakukan
pendugaan terhadap permintaan di masa yang akan datang. Ramalan
permintaan selanjutnya sangat berguna untuk melakukan prediksi terhadap
volume produksi. Untuk menyusun jadwal produksi, diperlukan metode
peramalan jangka pendek, baik mempergunakan rata-rata bergerak
sederhana, rata-rata bergerak tertimbang, atau pun penghalusan
eksponensial. Selanjutnya, analisis regresi sangat diperlukan untuk
membuat ramalan jangka panjang. Dalam bab ini, analisis regresi tidak
dikemukakan dan akan dikemukakan tersendiri dalam uraian mendatang.
Rencana agregat merupakan alat yang diperlukan untuk mengintegrasikan
rencana produksi menurut jadwal produksi dengan anggaran produksi yang
dibuat oleh Bagian Anggaran perusahaan. Perencanaan agregat dipecahkan
dengan cara manual, metode transportasi serta dengan menggunakan
perangkat lunak Excel OM for Windows dan POM for Windows
2 Proses agregasi merupakan proses pengelompokan beberapa jenis item
menjadi product family, sebaliknya proses disagregasi merupakan proses
derivasi product family menjadi item.
3 Strategi pada kedua proses tersebut ditujukan agar dihasilkan kapasitas
produksi yang optimal.
4 Peran Aggregate Planning sangat penting karena merupakan interface
antara sistem manufaktur dan pasar produknya.
5 Ada beberapa strategi proses agregasi dan disagregasi yang dapat dipilih,
dengan pertimbangan total biaya terkecil sebagai tujuannya.

Anda mungkin juga menyukai