Anda di halaman 1dari 46

ANALISIS MITIGASI RISIKO PADA RANTAI PASOK

PABRIK GULA (PG) GENDING PROBOLINGGO DENGAN


METODE HOUSE OF RISK (HOR)

SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM
MEMPEROLEH GELAR SARJANA MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

DIAJUKAN OLEH :
FARID TAUFIQI
NIM : 041611233292

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan pada dunia bisnis saat ini semakin ketat, terlebih dengan
perkembangan zaman yang semakin maju. Semakin ketatnya persaingan bisnis
terutama pada industri menjadikan setiap perusahaan dituntut memiliki kinerja
yang lebih baik dari perusahaan lain guna tercapainya keunggulan yang kompetitif
bagi perusahaan (Kusnindah, 2014). Ruang lingkup atas persaingan itu sendiri pun
menjadi semakin luas, tidak hanya bagaimana produk memiliki kualitas yang baik
dan harga yang murah, melainkan seluruh bagian atas proses bisnis menjadi suatu
hal penting guna menunjang nilai kompetitif dari suatu perusahaan. Strategi
kualitas, biaya yang rendah, dan respon cepat untuk pemenuhan permintaan pasar
menjadi tantangan yang fundamental dalam persaingan aktivitas industri barang
maupun jasa pada periode ini. Selain dituntut untuk penyesuaian produk, kualitas
yang tinggi, kecepatan respon dalam menanggapi permintaan pasar, perusahaan
saat ini perlu mempertimbangkan rantai pasok sebagai standar dasar pengelolaan
aktivitas bisnis. Oleh sebab itu, manajemen rantai pasok sangat diperlukan untuk
mengatur berjalannya aktivitas bisnis suatu perusahaan.

Manajemen rantai pasok adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan


pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta
pengiriman ke pelanggan (Heizer & Render, 2008). Manajemen rantai pasok
mempunyai peran yang penting dan menjadi kunci utama bagi berjalannya
operasional bisnis dengan baik. Menurut Simchi-Levi dan Kaminsky (2000),
manajemen rantai pasok merupakan pendekatan pada studi kasus yang
diperuntukkan umtuk mengintegrasikan pemasok, produsen, gudang maupun
toko, sehingga barang produksi dapat terdistribusi dengan tepat, dan waktu yang
tepat, serta dalam rangka meminimalkan biaya untuk kepuasan konsumen.
Adapun dalam rangka mengelola manajemen rantai pasok, perusahaan
seringkali dihadapkan pada ketidakpastian akan apa yang terjadi di masa depan.
Ketidakpastian ini terbagi menjadi dua hal, yaitu ketidakpastian yang bersifat
positif atau bermanfaat (kesempatan) dan ketidakpastian yang negatif atau
merugikan (risiko). Risiko adalah peran fungsional atas adanya ketidakpastian dan
merupakan dampak dari terjadinya suatu peristiwa (Raj dkk., 2004). Risiko juga
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas-aktivitas suatu perusahaan
sehingga cara untuk menghadapinya adalah menemukan peran untuk
mengantisipasi dan melindungi segala aktivitas perusahaan dengan sebaik
mungkin (Anggraini, 2006).

Kegiatan perusahaan dalam mengantisipasi dan melindungi aktivitas bisnis


perusahaan dari risiko-risiko merupakan dasar dari munculnya konsep Manajemen
Risiko (management risk). Manajemen risiko adalah komponen atas suatu proses
yang memiliki fokus pada perencanaan, identifikasi, analisis, penanganan,
pemonitoran, dan pengendalian pada proyek tertentu (Project Management
Institute, 2004). Berkaitan dengan adanya risiko dalam manajemen rantai pasok,
maka peranan manajemen risiko penting untuk menjaga agar sistem rantai pasok
tidak terganggu dan setidaknya dapat diminimalisir dampak atas risiko yang
memiliki kemungkinan akan terjadi (Ulfah, 2015). Manajemen risiko dapat
dijadikan sebagai fungsi dari manajemen sehingga manajer bisa mengevaluasi
risiko untuk mencapai tujuan perusahaan (Fone & Young, 2000).

Manajemen risiko yang baik dapat membantu perusahaan dalam menjaga


stabilitas aktivitasnya, kemudian juga dapat membantu perusahaan untuk
seminimal mungkin menghindari biaya-biaya yang terpaksa harus dikeluarkan
selain juga untuk mempertahankan stabilitas bekerja bagi karyawan pekerjaan
(Umar, 2001). Oleh karena itu, manajemen risiko mutlak dibutuhkan oleh semua
jenis perusahaan, termasuk juga di perusahaan gula seperti halnya pada PT
Perkebunan Nusantara yang memiliki konsentrasi produksi pada gula.

Komoditas gula sangat penting guna menjaga stagnasi dalam pemenuhan


kebutuhan masyarakat. Produksi gula nasional kurang dalam memberi ketahanan
kebutuhan konsumsi masyarakat. Diperkirakan kebutuhan konsumsi akan gula
pada tahun 2019 mencapai 5,1 juta ton dengan perbandingan produksi gula
nasional hanya 2,5 ton (BPS, 2018).

Gambar 1.1 Proyeksi Produksi dan Konsumsi Gula Nasional

6
5
4
3
Juta Ton

2
1
0
2017 2018 2019 2020
Konsumsi 5.1 5.1 5.1 5.2
Produksi 2.5 2.4 2.5 2.5

Sumber : BPS, 2018

PT Perkebunan Nusantara XI merupakan perusahaan yang bergerak pada


lini bidang utama bisnis industri gula, meliputi gula kristal putih dan gula
premium gupalas. Dalam proses perkembangan perusahaan, Perseroan merupakan
peleburan dari dua perusahaan, yaitu PT Perkebunan XX (PTPN XX) dan PT
Perkebunan XXIV-XXV (PTPN XXIV-XXV). Perseroan secara resmi berdiri
pada tanggal 11 Maret 1996 sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no.
16 Tahun 1996. Kemudian, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
no. 72 Tahun 2014 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik
Indonesia ke dalam modal saham Perusahaan PTPN III, dengan begitu status
PTPN XI menjadi anak perusahaan dari PTPN III.

Produk utama PTPN XI pada lini bisnis utama gula dihasilkan oleh 15
pabrik gula yang tersebar di Jawa Timur, dengan rincian :

Tabel 1.1 Pabrik Gula dibawah struktural PTPN XI

Pabrik Gula Wilayah Barat


Kabupaten Ngawi PG Soedhono
Kabupaten Magetan PG Poerwodadie, PG Redjosarie
Kabupaten Madiun PG Pagotan
Pabrik Gula Wilayah Tengah
Kabupaten Pasuruan PG Kedawoeng
Kabupaten Probolinggo PG Wonolangan, PG Gending. PG Padjarakan
Kabupaten Lumajang PG Djatiroto
Kabupaten Jember PG Semboro
Pabrik Gula Wilayah Timur
Kabupaten Situbondo PG Olean, PG Wringinanom, PG Pandjie, PG
Assembagoes
Kabupaten Bondowoso PG Pradjekan
Sumber : Annual Report PTPN XI, 2018

Tabel 1.2 Kontribusi Produksi Perseroan terhadap Produksi JawaTimur dan Nasional
Kontribusi
Kontribusi Kontribusi
Produksi Produksi Produksi Jawa
Perseroan Perseroan
Tahun Gula Gula Jawa Gula Timur
terhadap terhadap
Perseroan Timur Nasional terhadap
Jawa Timur Nasional
Nasional
2015 406.517 ton 1.536.065 ton 26.46 % 2.497.997 ton 16.27 % 61.49 %
2016 319.913 ton 1.323.928 ton 24.16 % 2.204.619 ton 14.51 % 60.05 %
2017 306.554 ton 1.292.238 ton 23.72 % 2.121.671 ton 14.44 % 60.90 %
2018 317.030 ton 1.309.936 ton* 24.20 % 2.174.400 ton* 14.58 % 60.24 %
* angka sementara/preliminary
Sumber : RSKP 2015-2019
PT Perkebunan Nusantara XI memiliki peran sentral dalam memenuhi
kebutuhan gula nasional dengan kontribusi produksi sekitar 14-16% terhadap
produksi total gula nasional (Tabel 1.3). PT Perkebunan Nusantara XI dihadapkan
pada permasalahan untuk menjaga stabilitas efisiensi dan ketidakpastian iklim
pasokan atas aktivitas bisnisnya. Terlebih lagi, daya pasok akan bahan baku
Perseroan bersumber pada aktivitas petani tebu. Sebagai perusahaan manufaktur,
pertimbangan stagnansi operasi dalam menjaga stabilitas proses dan hasil produk
sangatlah penting. Menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat, Perseroan
mengaktualisasikan optimalisasi pada tiga bidang, yaitu 1) penguatan bisnis inti
yang terkonsentrasi pada produksi gula berbahan tebu; 2) pengembangan
diversifikasi usaha guna menjadi penopang bisnis inti dengan optimalisasi utilisasi
aset; 3) optimalisasi teknologi informasi yang didasarkan pada prinsip integritas
dan profesionalitas (Annual Report PTPN XI, 2018).
Salah satu pabrik gula yang dimiliki PTPN XI adalah Pabrik Gula (PG)
Gending yang bertempat di Desa Sebaung, Kecamatan Gending, Kabupaten
Probolinggo Jawa Timur. PG. Gending dibawah naungan PTPN XI yang
memproduksi gula untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri. PG. Gending
dinilai masih cenderung menghasilkan gula kristal putih yang kurang baik, yang
mana dalam hal itu berarti bahwa produknya kurang bersaing dengan produk gula
lainnya. Nilai kualitas produk dihitung dari hasil proses produksi yang
mempunyai tolak ukur pada hasil nilai rendemen. Pada Tabel 1.4 dijelaskan
bahwa nilai rendemen PG. Gending berfluktuatif setiap tahunnya dan cenderung
mengalami penurunan setiap periodenya, hal tersebut menandakan bahwa
manajemen perusahaan kurang konsistensi dalam mengontrol kualitas dan risiko-
risiko yang ada pada setiap proses produksi.

Tabel 1.3 Data Hasil Rendemen PG. Gending

Tahun Jumlah Hari Giling Hasil Nilai Rendemen


2013 158 7,12
2014 163 8,14
2015 149 8,99
2016 129 5,01
2017 97 6,25
Sumber : Divisi Pengolahan PG Gending

PG. Gending dihadapkan pada persoalan rantai pasok yang rumit


dikarenakan ketidakpastian iklim dan ketidakpastian kualitas maupun kuantitas
produk pasokan bahan baku. Ketersediaan bahan baku menjadi masalah sentral,
yang mana hal itu menyebabkan wacana ditutupnya PG. Gending dan 2 pabrik
gula di Probolinggo pada tahun 2010. Hal tersebut diakibatkan banyak petani
yang tidak percaya pada PTPN XI sebagai induk dari 3 pabrik gula di Probolinggo
karena harga yang ditawarkan PTPN XI bersaing dengan harga yang ditawarkan
pabrik gula dari PTPN X ataupun PG. swasta lain. Selain itu, sistem manajemen
yang buruk juga menjadi permasalahan, karena bagaimana sebuah pabrik gula
besar dan tua sampai kekurangan lahan milik yang seharusnya menjadi tumpuan
bahan baku dari proses produksi Gula Kristal Putih. Masalah-masalah tersebut
mengakibatkan PG. Gending mengalami kerugian secara finansial maupun
penurunan nilai kompetitif produk dan pasarnya.

PG Gending menghadapi permasalahan risiko yang kompleks, setiap


aktivitasnya secara kontinyu terus berlangsung dan saling bergantung serta saling
memengaruhi satu sama lain. Sehingga ketika satu permasalahan muncul dalam
lini bisnis perusahaan, hal tersebut secara tidak langsung bisa memengaruhi
hampir keseluruhan proses rantai pasok PG Gending. Berbagai ketidakpastian dan
banyaknya permasalahan, membuat PG Gending mempunyai berbagai risiko yang
menyebabkan kegagalan untuk mencapai tujuan yang ditargetkan, seperti tidak
adanya bahan baku, keterlambatan pengiriman, prospek pasar yang kurang,
kolaborasi antar lini rantai pasok yang tidak lancar, dan keadaan perekonomian
nasional yang tidak baik dalam menunjang agrobisnis dan agroindustris.

Manajemen risiko yang tepat untuk PG Gending adalah manajemen risiko


yang bersifat proaktif, yang berarti harus ada langkah-langkah pencegahan pada
kejadian risiko maupun penyebab risiko yang bisa terjadi pada perusahaan. Hal
tersebut menuntut PG Gending untuk dapat memitigasi risiko-risiko yang ada
pada rantai pasoknya, sehingga tujuan maupun target perusahaan bisa tercapai
dengan optimal. Untuk mengetahui potensi risiko-risiko yang mungkin terjadi dan
memitigasi masalah-masalah yang terjadi dalam rantai pasok, pada penelitian kali
ini akan dilakukan analisis dan evaluasi risiko yang berpotensi pada rantai
pasok PG Gending menggunakan metode HOR (House Of Risk) yang
dikembangkan oleh Pujawan dan Geraldin.

House of Risk (HOR) merupakan pengembangan dari metode QFD


(Quality Function Deplyment) dan FMEA (Failures Modes and Effect Analysis)
yang digunakan untuk menyusun kerangka kerja dalam pengelolaan risiko.
Kerangka kerja ini terdiri atas dua tahap penyebaran, yakni House of Risk (HOR)
1 dan House of Risk (HOR) 2. HOR 1 digunakan untuk menentukan peringkat
setiap penyebab risiko berdasarkan potensi risiko agregat. Dalam HOR 1 ada dua
subjek yang dijadikan dasar dari metode House of Risk, yaitu kejadian risiko (risk
event) dan penyebab risiko (risk agent). Kejadian risiko merupakan risiko yang
dapat terjadi pada sebuah proses bisnis perusahaan, sedangkan penyebab risiko
merupakan alas an/sebab terjadinya kejadian risiko pada sebuah perusahaan.
Kemudian, HOR 2 digunakan untuk memprioritaskan tindakan proaktif yang
harus dilakukan oleh perusahaan guna memaksimalkan efektivitas biaya.
(Pujawan & Geraldin, 2009).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode House of Risk (HOR)


dikarenakan metode ini cukup berbeda dengan metode lainnya, dimana pada HOR
dipilih penyebab risiko (risk agent) yang memiliki Aggregate Risk Potential
(ARP) tinggi, yang berarti penyebab risiko tersebut juga memiliki probabilitas
kejadian yang tinggi dan menyebabkan adanya kejadian risiko (risk event) dari
proses aktivitas rantai pasok suatu perusahaan. Kemudian dibuat suatu kerangka
kerja mitigasi pada penyebab risiko terpilih berdasarkan rasio korelasi antara
penyebab risiko (risk agent) dengan kejadian risiko (risk event), untuk
menjelaskan tingkat kesulitan dan tindakan mitigasi mana yang dapat
menanggulangi penyebab risiko yang memiliki nilai ARP tertinggi. Hal tersebut
relevan dengan kondisi permasalahan yang dihadapi oleh PG Gending, dengan
akomodasi produksi yang belum bisa maksimal dan berbagai permasalahan yang
ada pada lini rantai pasok, dibutuhkan rencana mitigasi yang akurat untuk
mengukur potensi risiko yang memiliki probabilitas kejadian yang tinggi dan
menentukan mitigasi risiko yang tepat bagi aktivitas rantai pasok perusahaan.
Maka berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian
dengan judul “Analisis Dan Mitigasi Risiko Pada Rantai Pasok  PG. Gending
Probolinggo Dengan Pendekatan House Of Risk (HOR)”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak dari kejadian risiko dan penyebab risiko pada rantai
pasok PG. Gending Probolinggo?

2. Bagaimana rancangan mitigasi risiko pada rantai pasok PG. Gending


Probolinggo?
1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis dampak dari kejadian risiko dan penyebab risiko pada rantai
pasok PG. Gending Probolinggo.
2. Membuat rancangan mitigasi risiko pada rantai pasok PG. Gending
Probolinggo.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis, penelitian ini menambah pengetahuan tentang bagaimana


menganalisis dan mitigasi risiko pada aktivitas rantai pasok PG. Gending
Probolinggo sebagai hasil dari ilmu yang dipelajari pada manajemen
operasi.

2. Bagi Perusahaan, diharapkan bisa menjadi rekomendasi perusahaan dalam


menjalankan aktivitas bisnis ke depannya dan dapat menjadi saran akan
perbaikan dan prospektif Perseroan dalam menjajaki pasar nasional.

3. Bagi Universitas dan Pembaca, penelitian ini menambah bahan acuan


dalam penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada
bidang manajemen operasi.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini disusun dengan urutan sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah yang ada
pada perusahaan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan tugas sarjana.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan terkait landasan teori atau konsep-konsep
yang digunakan untuk mencari solusi atas permasalahan yang diteliti,
dijelaskan penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran yang dipakai
sebagai acuan penelitian ini dilakukan.

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan tentang metodologi yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu meliputi jenis penelitian, variable penelitian, jenis dan
sumber data, teknik pengumpulan data, desain penelitian, dan penjelasan
secara garis besar bagaimana langkah penelitian dan pemecahan masalah
dengan menggunakan metode yang digunakan.

BAB 4 : HASIL dan PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang gambaran umum mengenai deskripsi hasil
penelitian, analisis model dan pembahasan hasil terkait hasil analisa data
yang telah diperoleh selama penelitian dilakukan.

BAB 5 : KESIMPULAN dan SARAN

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis
dari hasil penelitian yang dilakukan serta rekomendasi atau saran-saran
yang perlu bagi perusahaan berdasarkan penelitian ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori

2.1.1 Risiko
Risiko didefinisikan sebagai ketidakpastian dan menghasilkan dinamika
masalah dengan berbagai kemungkinan. Selain itu, risiko merupakan bagian yang
melekat pada setup objek, baik objek tersebut dalam keadaan melakukan aktivitas
maupun tidak melakukan aktivitas sama sekali. The International Standard
Organization (dalam ISO Guide 73:2009 Risk Management – Vocabulary)
menjelaskan risiko sebagai dampak yang ditimbulkan dari ketidakpastian dalam
upaya mencapai objektifitas. Menurut The Internal Auditors (The Role of Internal
Auditing in Erterprise-Wide Risk Management, 2004) risiko adalah “probability
that an event or action, or inaction, may adversely effect the organization or
activity under review”. Risiko adalah kemungkinan atas suatu peristiwa atau
kejadian, atau akibat yang mungkin memberikan dampak terhadap organisasi atau
aktivitas yang dijalankan.

Secara umum, risiko didefinisikan sebagai kombinasi antara occurrence


(keseringan) dan severity (keseriusan) dari kerugian atau bahaya yang
ditimbulkan. Secara kuantitatif risiko dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian
dari likelihood dan consequences. Likelihood merupakan penjelasan kualitatif
mengenai probabilitas dan frekuensi. Sedangkan consequences adalah akibat yang
ditimbulkan dari terjadinya suatu proses yang biasanya menghasilkan kerugian
(AS/NZS, 2004).

Dalam konteks rantai pasok, risiko dapat semakin meningkat karena


disebabkan oleh kompleksitas jaringan sebagai akibat persaingan antar perusahaan
yang mengakibatkan perusahaan-perusahaan mencoba memperluas dan
mengalihkan daya aktivitasnya ke pihak luar (Pujawan & Geraldin, 2009).
Menurut Goh dkk. (2007) ada dua jenis risiko pada rantai pasok berdasarkan pada
sumbernya: risiko yang ditimbulkan dari jaringan internal rantai pasok perusahaan
dan risiko dari lingkungan eksternal perusahaan. Selain itu, secara umum bisnis
memiliki kecenderungan untuk dihadapkan pada dua jenis risiko dasar yaitu risiko
murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculative risk). Risiko murni merupakan
risiko yang terkait pada hal konsekuensi atas suatu aktivitas yaitu yang di
dalamnya rugi atau tidak rugi, sedangkan risiko spekulatif merupakan risiko yang
terkait pada kemungkinan atas rugi atau untung (Griffin dkk., 2002).

2.1.2 Manajemen Risiko

Risiko adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses perusahaan
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Risiko akan berakibat buruk pada
perusahaan apabila perusahaan tidak menetapkan rancangan perencanaan
pengelolaan terhadap risiko yang mungkin terjadi pada aktivitas proses bisnis.
Salah satu solusi untuk mengelola risiko adalah dengan membuat dan
mengimplementasikan suatu manajemen risiko. Oleh karena itu, manajemen
risiko dalam skala perusahaan sangatlah penting untuk dikalkulasikan pada
keseluruhan proses perusahaan.

Manajemen risiko merupakan proses identifikasi dari berbagai pilihan


kebijakan berdasarkan bahaya atau ancaman yang telah dikarakteristikkan (Floyd,
1991). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
171/PMK.01/2016 menjelaskan bahwa manajemen risiko adalah budaya, proses,
dan struktur yang diarahkan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam
pencapaian sasaran organisasi dengan mengelola risiko pada tingkat yang
diterima. Selain itu, Fone dan Young (2000) mendeskripsikan manajemen risiko
sebagai fungsional umum bagi manajemen untuk menilai dan mengarahkan
tinjauan risiko dalam konteks tujuan organisasi secara keseluruhan.

Dalam ISO Guide 73:2009 Risk Management—Vocabulary dijelaskan


bahwa manajemen risiko adalah upaya organisasi yang terkoordinasi untuk
mengarahkan dan mengendalikan risiko. Kemudian, seiring meningkatnya
kebutuhan dunia bisnis dan gejolak problematika yang terus meningkat terhadap
standar umum mengenai manajemen risiko, maka pada tahun 2018 The
International Standard Organization (ISO) mengeluarkan ISO 31000:2018—
Guidelines. Standar ini menggantikan ISO 31000:2009 Risk management—
Principles and guidelines yang diterbitkan pada tahun 2009.

ISO 31000:2018 menekankan tujuan manajemen risiko, yaitu menciptakan


dan melindungi nilai. Tujuan itu diwujudkan dengan (1) meningkatkan kinerja, (2)
mendorong inovasi, dan (3) mendukung pencapaian sasaran. Manajemen risiko
adalah bagian dari tata kelola (governance) dan harus terintegrasi nyata dalam
tatanan fungsi dan peranan di dalam proses organisasi. Penerapan manajemen
risiko memerlukan kepemimpinan dan komitmen dari manajemen puncak, serta
keterlibatan aktif dari semua anggota organisasi. Dalam pengelolaan risiko, ISO
31000:2008—Guidelines mendasarkan pada prinsip, kerangka, dan proses
manajemen risiko sebagaimana digambarkan berikut:

Gambar 2.1 Prinsip, Kerangka Kerja, Proses Manajemen Risiko


Gambar 2.2 Proses Risk Assessment

2.1.3 Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)

Simchi-Levi dkk. (2000) menyatakan Supply Chain Management (SCM)


merupakan pendekatan dalam rangka mengintegrasikan pemasok, manufaktur,
gudang, dan toko-toko secara efisien, yang mana dari efisiensi tersebut dapat
membuat perhitungan akan produksi dan distribusi perusahaan dengan tepat,
dengan lokasi dan waktu yang tepat, dalam tujuan guna meminimalisir biaya
meskipun tetap memberi pelayanan dan kebutuhan pelanggan yang maksimal.
Menurut Pujawan & Mahendrawati (2010) supply chain didefinisikan sebagai
suatu jaringan antar-perusahaan yang secara bersama-sama mengaktualisasikan
aktivitasnya untuk menciptakan atau memproduksi dan menghantarkan atau
mendistribusikan suatu barang sampai pada pemakai akhir.

Salah satu metode pengukuran kualitas bentuk dari implementasi dari


supply chain management adalah Supply Chain Operations Reference (SCOR)
Model ini dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC) pada tahun 1996 dan
mendefinisikan SCOR sebagai referensi model yang digunakan untuk mengukur
kinerja. Supply Chain Operation Reference (SCOR) adalah suatu model acuan
dari operasi supply chain (Pujawan & Mahendrawati, 2010). Process Reference
Model merupakan proses untuk mendapatkan suatu kerangka (framework)
pengukuran yang terintegrasi (Sutawijaya & Marlapa, 2016).

SCOR Model merupakan suatu cara perusahaan untuk


mengkomunikasikan sebuah kerangka yang mendeskripsikan terkait supply chain
secara detail, dan mengkategorikan proses-proses yang merangkai tatanan akan
sebuah supply chain. Selain itu SCOR Model juga membangun matriks-matriks
pengukuran yang diperlukan dalam pengukuran kualitas supply chain.

Model SCOR dari Supply Chain Council (SCC) mengkategorikan proses


dalam supply chain menjadi lima proses inti (Gambar 2.3).

Sumber : Supply Chain Council (2012)


Gambar 2.3 Proses inti pada Model SCOR

1. Plan, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan keseimbangan antara


permintaan aktual dengan yang telah direncanakan. Proses yang
terakumulasikan yaitu tentang kebutuhan distribusi, perencanaan dan
pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material
terkait kebutuhan, perencanaan kapasitas dan melakukan penyesuaian
antara perencanaan rantai pasok (supply chain plan) dengan perencanaan
biaya (financial plan).
2. Source, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan pembelian material
atau bahan baku untuk memenuhi permintaan yang ada. Proses ini
mencakup pengiriman dari supplier, mengecek, menerima, dan
memberikan pembayaran terkait barang yang didistribusikan ke supplier,
serta proses evaluasi pada kinerja supplier.

3. Make, yaitu proses-proses yang berhubungan dengan proses transformasi


bahan baku menjadi produk setengah jadi maupun produk jadi untuk
memenuhi permintaan yang ada. Kegiatan make atau produksi dapat
dilakukan atas pendasaran pada ramalan guna memenuhi target stok
(make-to-stock), atas pendasaran pada pesanan (make-to-order), atau atas
pendasaran pada engineer-to-order. Proses yang tercakup meliputi
kegiatan produksi, penjadwalan produksi, dan melakukan penilaian
kualitas, serta proses pengelolaan barang setengah jadi.

4. Deliver, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan persediaan barang jadi,


termasuk didalamnya mengenai manajemen transportasi, warehouse yang
semuanya itu untuk memenuhi permintaan konsumen. Proses ini meliputi
pemilihan perusahaan yang difungsionalisasikan pada jasa pengiriman,
penanganan pada pesanan dari pelanggan, penanganan kegitaan
pergudangan produk jadi, dan pengiriman tagihan biaya pada pelanggan.

5. Return, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan proses pengembalian


produk karena alas an tertentu, misalnya karena produk tidak sesuai
dengan permintaan konsumen, dan lain sebagainya. Kegiatan yang terlibat
meliputi identifikasi kondisi produk, pengembalian barang yang cacat
produk, penjadwalan terkait pengembalian barang dan melakukan
pengembalian.

2.1.4 Risiko Rantai Pasok

Menurut Zsidisin (2003) risiko dalam hal rantai pasokan adalah terjadinya
potensi kejadian yang memiliki keterhubungan dengan pasokan, yang mana hal
tersebut meliputi ketidakmampuan suatu organisasi dalam dan untuk memenuhi
permintaan pelanggan. Risiko supply chain dapat meningkat dengan adanya
faktor-faktor seperti efisiensi dari pasokan logistik, perkembangan akan struktur
atas supply chain, siklus produk diperpendek dan kapasitas komponen produksi
utama yang memiliki keterbatasan (Norman & Jansson, 2004). Menurut Goh dkk
(2007) ada dua jenis risiko pada rantai pasokan dilihat dari aspek sumbernya,
yaitu risiko yang timbul dari internal jaringan supply chain dan jaringan dari
lingkup eksternal. Lebih lanjut, Blackhurst dkk (2008) memberikan gambaran
terkait kategorisasi risiko dan membaginya dalam 2 sub kategori (internal dan
eksternal), ini memberikan pengertian secara aktual terkait apa dan bagaimana
risiko dapat dideskripsikan menurut kategorinya (Tabel 2.4).

Tabel 2.1 Kategori Risiko Rantai Pasok

Sub Kategori
Kategori Risiko
Risiko Internal Risiko Eksternal

Perselisihan buruh Bencana Alam/perang


Bencana Kebakaran Masalah politik/kerusuhan
Ketersediaan tenaga kerja Kebangkrutan supplier
Pengiriman kepada pelanggan Pembatasan dan peraturan bea
tidak tepat waktu cukai

Logistik Banyaknya broker


Transportasi perusahaan Terlalu banyak saluran distribusi
Masalah pengiriman Masalah infrastruktur pelabuhan
Keunikan produk
Pengiriman tidak tepat waktu dari
lokasi supplier
Ketergantungan
Supplier Kapasitas manufaktur pemasok
Ketergantungan pada satu sumber
Kompleksitas produk
Kualitas Nilai suatu produk
Barang cacat
Sub Kategori
Kategori Risiko
Risiko Internal Risiko Eksternal

Standarisasi kualitas buruk


Tingkat integrasi system
Kapabilitas membagi informasi
Sistem Informasi Penjabaran informasi mengenai dengan supplier
infrastruktur
Peramalan tidak atau kurang
Peramalan akurat Variasi permintaan produk
Variasi lead time
Tindakan konstituen terkait
Legalitas dengan impor/sumber dan olah
global
Global outsourcing
Hak Milik Integrasi vertikal pada rantai
Globalisasi pasar bisnis
Intelektual pasokan
Hak milik akan teknologi
Harga produk
Komponen kunci/bahan baku
Pembelian Risiko nilai tukar
Kepatuhan dan kepatutan
kontrak
Jumlah konsumen
Piutang Kekuatan finansial dari konsumen
Ketanggapan pada konsumen
Kapasitas Biaya dan fleksibilitas kapasitas
Manajemen Visibilitas kurang Komunikasi kurang terbangun

Sistem sekuritas dari sistem Pencurian system


Sekuritas
informasi IT Hacking

2.1.5 Manajemen Risiko Rantai Pasok (Supply Chain Risk Management)

Supply chain risk management dideskripsikan sebagai proses sistematis


guna menjelaskan dasar identifikasi, analisa, dan setiap hal yang berkaitan dengan
risiko pada rantai pasok (Waters D, 2007). Secara keseluruhan aspek yang
melengkapi risiko pada rantai pasok, manajemen risiko rantai pasok
diperuntukkan dalam memberikan kepastian bahwa perancangan rantai pasok
sudah konstan dalam konteks dapat berjalan lancar secara terus-menerus dan tidak
menemukan gangguan pada aliran material yang memiliki signifikansi tinggi
mulai dari supplier sampai kepada konsumen akhir.

Supply Chain Council (2008) mendefinsikan supply chain risk


management sebagai pengidentifikasian akan suatu penilaian, dan kuantifikasi
potensi gangguan pada supply chain yang disusun secara sistematis, serta
memiliki tujuan untuk mengendalikan potensi paparan risiko atau mengurangi
aspek potensial risiko yang berdampak negatif pada kinerja supply chain. Jaringan
antar organisasi atau dengan adanya globalisasi supply chain dan tren terhadap
aktualisasi kebijakan outsourcing telah memberikan dampak risiko yang besar dan
meningkatkan paparan risiko yang memungkinkan berdampak pada suatu
perusahaan (Finch, 2004; Christopher & Lee, 2001). Waters D (2007)
mengklasifikasikan risiko yang terjadi pada supply chain management menjadi
tiga, yaitu:

a. Internal risk. Risiko ini melekat pada proses operasi pada perusahaan
dan risiko yang timbul dari dan akibat keputusan pihak manajemen.
b. Supply chain risk yang timbul dari luar perusahaan namun masih
dalam tataran supply chain. Risiko ini meliputi risiko yang berasal
dari supplier dan konsumen.
c. External risk yang timbul karena adanya interaksi dengan lingkungan
dan risiko yang berasal dari eksternal supply chain.

2.1.6 House of Risk (HOR)

Pujawan dan Geraldin (2009) mengembangkan model manajemen risiko


rantai pasok menggunakan metode konsep House of Quality (HOQ) dan Failure
Models and Effects Analysis (FMEA) untuk menyusun suatu framework dalam
mengelola rantai pasok yang dikenal dengan istilah pendekatan House of Risk
(HOR). Pendekatan HOR bertujuan untuk mengidentifikasi risiko dan merancang
strategi penanganan untuk mengurangi probabilitas kemunculan dari penyebab
risiko (risk agent) dengan memberikan tindakan pencegahan pada penyebab risiko
terpilih. Penyebab risiko (risk agent) merupakan faktor penyebab yang
mendorong timbulnya kejadian risiko (risk event). Oleh karena itu dengan
mengurangi penyebab risiko berarti dapat mengurangi timbulnya beberapa
kejadian risiko. Terdapat 2 fase yang digunakan dalam melakukan pendekatan
HOR yaitu :

1) HOR 1 digunakan untuk menentukan tingkat prioritas penyebab risiko


yang harus diberikan sebagai tindakan pencegahan.

Model House of Risk fase 1 bertujuan menghubungkan suatu set


kebutuhan (what) dan satu set tanggapan (how) yang secara proses menunjukkan
satu atau lebih keperluan/kebutuhan. Adapun pada tahap HOR 1 derajat tingkat
korelasi secara khusus digolongkan sebagai berikut

Tabel 2.2 Derajat tingkat korelasi

Nilai Deskripsi Kriteria


Tidak ada keterkaitan antara
0 Tidak terkait penyebab risiko dengan kejadian
risiko.
Terdapat keterkaitan yang kecil
1 Keterkaitan rendah antara penyebab risiko dengan
kejadian risiko.
Terdapat keterkaitan yang
3 Keterkaitan sedang sedang antara penyebab risiko
dengan kejadian risiko.
Terdapat keterkaitan yang
9 Keterkaitan tinggi sangat erat antara penyebab
risiko dengan kejadian risiko.
Sumber : Pujawan (2010)

House Of Risk (HOR) 1 dilakukan melalui tahap-tahap berikut:

a. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi pada setiap bisnis


proses. Kejadian risiko diletakkan di kolom kiri dan dinyatakan
dengan Ei.
b. Memperkirakan dampak dari beberapa kejadian risiko (jika terjadi).
Tingkat keparahan dari kejadian risiko (severity) diletakkan di kolom
sebelah kanan dari tabel dan dinyatakan sebagai Si. Adapun standar
nilai severity seperti yang dideskripsikan oleh MsDermott dkk (2009)
dalam buku The Basic of FMEA, bisa dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Penggolongan tingkat severity

Ranking Severity Deskripsi


Kegagalan sistem yang
Berbahaya tanpa
10 menghasilkan efek sangat
peringatan
berbahaya
Berbahaya dengan Kegagalan sistem yang
9
peringatan menghasilkan efek berbahaya
8 Sangat tinggi Sistem tidak beroperasi
Sistem beroperasi tetapi tidak
7 Tinggi
dapat dijalankan secara penuh
Sistem beroperasi dan aman
tetapi mengalami penurunan
6 Sedang
performa sehingga
memengaruhi output
Mengalami penurunan kinerja
5 Rendah
secara bertahap
Efek yang kecil pada performa
4 Sangat rendah
system
Sedikit berpengaruh pada
3 Kecil
kinerja system
Efek yang diabaikan pada
2 Sangat kecil
kinerja system
1 Tidak ada efek Tidak ada efek
Sumber : MsDermott dkk, 2009
c. Identifikasi penyebab risiko dan menilai kemungkinan kejadian tiap
penyebab risiko. Penyebab risiko (risk agent) ditempatkan dibaris atas
tabel dan dihubungkan dengan kejadian baris bawah dengan notasi O j.
Adapun standar nilai severity seperti yang dideskripsikan oleh
MsDermott dkk (2009) dalam buku The Basic of FMEA, bisa dilihat
pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Penggolongan tingkat occurance


Ranking Occurance Deskripsi Probabilitas
10
Sangat tinggi Sering gagal Probabilitas > 75%
9
8 Kegagalan yang Probabilitas antara 50% -
Tinggi
7 berulang 75%
6
Jarang terjadi Probabilitas antara 25% -
5 Sedang
kegagalan 50%
4

3 Sangat kecil
Probabilitas antara 5% -
Rendah terjadi
2 25%
kegagalan
Hampir tidak
1 Tidak ada efek Probabilitas < 5%
ada kegagalan
Sumber : MsDermott dkk, 2009
d. Hitung dan tentukan nilai korelasi antara kejadian risiko (risk event)
dan penyebab risiko (risk agent) dengan standar ketentuan dapat
dilihat pada tabel 2.2.
e. Hitung kumpulan potensi risiko (Aggregate Risk Potential of agent j =
ARPj) yang ditentukan sebagai hasil dari kemungkinan kejadian dari
kejadian risiko j dan kumpulan dampak penyebab dari setiap kejadian
risiko yang disebabkan oleh penyebab risiko j.

Tabel 2.5 Model HOR 1


Sumber : Pujawan & Geraldin (2009)
f. Buat ranking kejadian risiko berdasarkan kumpulan potensi risiko
dalam penurunan urutan (dari besar ke nilai terendah). Model hasil
proses HOR 1 dapat dilihat pada tabel 2.5.

2) HOR 2 digunakan untuk menentukan tindakan/kegiatan yang pertama


dilakukan, mempertimbangkan perbedaan secara efektif seperti
keterlibatan sumber dan tingkat kesukaran dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Memilih atau menyeleksi sejumlah kejadian risiko dengan ranking
prioritas tinggi (ARP tertinggi—Aj). Hasil seleksi akan ditempatkan
dalam (what) di sebelah kiri dari HOR 2 seperti pada Tabel 2.6.
b. Identifikasi pertimbangan tindakan yang relevan untuk pencegahan
kejadian risiko (PAk). Tindakan ini diletakkan dibaris atas sebagai
how pada HOR 2.
c. Tentukan hubungan antar masing-masing tindakan pencegahan dan
masing-masing kejadian risiko. Hubungan ini (Ejk) dapat
dipertimbangkan sebagai tingkat dari keefektifan pada tindakan k
dalam mengurangi kemungkinan kejadian kejadian risiko.
Tabel 2.6 Model HOR 2
Sumber : Pujawan & Geraldin (2009)

d. Mengkalkulasikan total aktivitas (TEk) pada setiap penyebab risiko


dengan perhitungan sebagai berikut:

TEk =Σj ARPi Ejk∀k


e. Mengukur tingakt kesulitan atas penerapan aksi mitigasi (D k) dalam
mereduksi probabilitas terjadinya risiko. Kemudian, menghitung
total efektivitas penerapan mitigasi (ETDk) dengan rumus sebagai
berikut:
ETDk = TEk / Dk
f. Menentukan ranking atau skala prioritas mulai dari nilai ETDk
tertinggi sampai terendah, dimana ranking 1 memiliki arti tindakan
dengan ETDk yang tertinggi. (Puspita, 2018)

2.2 Penelitian Terdahulu

Perkembangan industri memunculkan persaingan ketat dan dinamika yang


kompleks, sehingga dalam mencakup proses bisnis perusahaan diperlukan
berbagai strategi dan kebijakan perusahaan yang diarahkan pada upaya untuk
mempertahankan stagnasi kompetitif perusahaan dan untuk memimpin
persaingan. Salah satu yang memiliki peran vital dalam mengatasi hal tersebut
adalah memastikan perusahaan untuk dapat menjamin rantai pasokan tidak
mengalami kebuntuan dalam menyelesaikan hambatan yang menghampiri
perusahaan.

Tabel 2.7 Tabel penelitian terdahulu

Adapun beberapa penelitian terkait adalah sebagai berikut:

No Penelitian Persamaan Perbedaan


Sebelumnya
1 “House of risk: a Penggunaan dan Penelitian ini mencoba
model for proactive proses metode House memberikan tambahan
supply chain risk of Risk yang literatur manajemen
management” oleh I. digunakan dalam supply chain berupa
Nyoman Pujawan melakukan penelitian. pendekatan praktis
and Laudine H. yang baru dalam
Geraldin. pengelolaan risiko
pada supply chain.
Dalam hal tujuan,
penelitian ini
diperuntukkan guna
menyediakan kerangka
kerja yang secara
proaktif mengelola
risiko pada supply
chain dan sebagai
contoh penggabungan
terkait 2 teori yang
diperuntukkan guna
meneliti suatu risiko
supply chain pada
sebuah kasus.
2 “A fuzzy-based Model dasar yang Dalam penelitian ini
House of Risk digunakan yaitu penghitungan terkait
No Penelitian Persamaan Perbedaan
Sebelumnya
assessment method House of Risk. Aggregate Risk
for manufacturers in Potential (ARP)
global supply menggunakan
chains” oleh Hoi- pendekatan berbasis
Lam Ma and Wai- logika fuzzy. Dengan
Hung Collin Wong. begitu, dalam
penelitian ini model
yang dipakai adalah
House of Risk berbasis
Fuzzy.
3 “Analisis Strategi Penelitian mencoba Penelitian ini memiliki
Mitigasi Risiko pada mendeskripsikan konsentrasi pada
Supply Chain CV risiko pada rantai strategi apa yang bisa
Surya Cip dengan pasok. Kemudian dilakukan atas
House of Risk tahapan yang dipakai penyebab risiko dan
Model” oleh Aries adalah HOR 1 dan kejadian risiko yang
Susanty dan Yoana HOR 2. Dalam dihasilkan. Hasil atas
Ellen Pertiwi pengumpulan data, pengaplikasian House
(penulis data yang of Risk dilanjutkan
korespondensi) dikumpulkan sebagai dengan identifikasi
bahan penelitian strategi pada proses
adalah data kejadian mitigasi risiko.
risiko dan penyebab Kemudian dalam hal
risiko beserta nilai ini, identifikasi
severity dan lanjutan setelah HOR 2
occurance. dilanjutkan dengan
memberi arah
penelitian untuk
meneliti penyebab
No Penelitian Persamaan Perbedaan
Sebelumnya
risiko yang menjadi
penyebab utama
munculnya kejadian
risiko.
4 “Analisis Penyebab Tahapan penelitian Penelitian memiliki
Risiko dan Mitigasi menggunakan HOR 1 fokus pada analisis
Risiko dengan dan kemudian HOR 2. sebab risiko pada
Menggunakan Pemetaan aktivitas Divisi Pengadaan
Metode House of menggunakan SCOR- sebuah perusahaan,
Risk pada Divisi Overview yaitu plan, yang mana objek
Pengadaan PT XYZ” source, make, penelitiannya terkait
oleh Dyah Lintang delivery, dan return. pengadaan barang dan
Trenggonowati† & jasa seperti kesalahan
Nur Atmi Pertiwi. dalam menetapkan
harga perkiraan sendiri
(HPS), keterlambatan
pembuatan dokumen
dan lain sebagainya.
Kemudian, penelitian
ini juga menentukan
prioritas penyebab
risiko dan
mendeskripsikan serta
memilih strategi
mitigasi risiko yang
harus dilakukan oleh
perusahaan.

2.3 Pertanyaan Penelitian


Tabel 2.8 Pertanyaan penelitian

No Tema Pertanyaan Pertanyaan Penelitian

1 Mengidentifikasi dampak a. Bagimana alur aktivitas rantai


dari kejadian risiko dan pasok PG. Gending Probolinggo ?
penyebab risiko pada rantai b. Apa saja risiko-risiko yang
pasok PG. Gending mungkin terjadi dalam rantai
Probolinggo. pasok perusahaan ?

2 Menganalisis risiko pada a. Bagaimana analisis terhadap


proses rantai pasok PG. risiko rantai pasok perusahaan
Gending Probolinggo. dengan metode House of Risk
(HOR) ?
b. Bagaimana penentuan nilai
severity, occurance, correlation,
dan aggregate risk potential
(ARP) ?

3 Membuat rencana mitigasi a. Bagaimana rencana tindakan


risiko pada proses rantai mitigasi risiko pada rantai pasok
pasok PG. Gending yang harus dilakukan ?
Probolinggo.

2.4 Kerangka Pemikiran

Tabel 2.9 Kerangka pemikiran penelitian

INPUT

1. Data dari studi literatur dan kepustakaan


2. Hasil observasi dan studi lapangan PG. Gending Probolinggo
3. Studi pendahuluan dengan mendalami informasi data dan historis
perusahaan.
4. Wawancara, brainstorming, dan memberikan kuesioner kepada
pihak terkait di PG. Gending Probolinggo
PROCESS

1. Identifikasi dan pemetaan aktivitas dan proses rantai pasok


perusahaan dengan metode SCOR.
2. Identifikasi risiko-risiko yang kemungkinan bisa terjadi dalam rantai
pasok perusahaan dan sesuai dengan batasan penelitian.
3. Analisa penilaian dan evaluasi risiko yang telah dipilih dengan
pertimbangan beberapa ketentuan berupa severity, occurance,
correlation, dan aggregate risk potential (ARP).

OUTPUT

1. Analisis rancangan rencana tindakan pencegahan atau rencana mitigasi


risiko yang telah diidentifikasi dan diprioritaskan.
2. Desain rencana tindakan pencegahan atau rencana mitigasi risiko pada
rantai pasok untuk melakukan penanganan pada penyebab risiko yang
telah diidentifikasi dan diprioritaskan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah-langkah yang diambil dalam


menyelesaikan permasalahan dalam penelitian untuk mendapatkan ketelitian,
memperkecil kesalahan-kesalahan serta mendapatkan hasil penelitian yang sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Bab ini memaparkan tentang jenis penelitian,
jenis dan sumber data, batasan penelitian, teknik pengumpulan data, alur piker
metode penelitian, dan desain penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis


penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada objek
dengan kondisi alamiah dimana posisi peneliti menjadi instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara konsisten, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna,
serta lebih menekankan pada proses daripada hasil, hasilnya disepakati oleh
peneliti dan subjek penelitian. (Sugiyono, 2009:15). Menurut Sukmadinata (2009)
penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi
dan orang secara individual maupun kelompok. Dalam penelitian kualitatif
metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan
pemanfaatan dokumen.

Kemudian menurut Sugiyono (2009:29-63) metode deskriptif adalah


metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana
adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum. Metode deskriptif juga dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya

Pendekatan deskriptif kualitatif digunakan guna menjabarkan hasil dari


pengumpulan dan pengolahan data kualitatif yang didapatkan dari wawancara dan
kuesioner. Menurut Sugiyono (2009:380), metode deskriptif dalam penelitian
kualitatif digunakan peneliti untuk mengeksplorasi dan atau melihat secara
komprehensif suatu situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, mendalam,
dan luas.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data
kualitatif dikumpulkan dari teknik wawancara dan kuesioner yang meliputi
pemetaan aktivitas rantai pasok, potensi kejadian risiko, agen risiko dan tindakan
pencegahan. Adapun sumber data meliputi data primer dan data sekunder.

1. Data primer didapatkan dari observasi, wawancara dan kuesioner


dengan pihak terkait. Hasil dari data primer mencakup gambaran
umum perusahaan, proses aktivitas rantai pasok perusahaan, risiko-
risiko yang memiliki kemungkinan timbul dalam rantai pasok
perusahaan, sebab risiko, strategi atau rencana tindakan untuk
mengatasi risiko pada rantai pasok, dan penentuan nilai severity,
occurance, dan kesulitan aksi tindakan mitigasi risiko.
2. Data sekunder didapatkan dari studi literatur dari referensi buku,
jurnal, artikel ilmiah dan studi lapangan mengenai konsep risiko,
manajemen risiko, rantai pasok, manajemen rantai pasok, manajemen
risiko rantai pasok, Supply Chain Operations References, dan House
of Risk.

3.3 Batasan Penelitian

Batasan penelitian memiliki tujuan untuk memperjelas arah serta


memfokuskan penelitian sehingga tujuan dari penelitian dapat dan akan sesuai
serta tidak melebar. Secara umum, batasan penelitian ini terdapat pada lingkup
rantai pasok (supply chain). Batasan secara rinci yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain:

1. Risiko yang dianalisis adalah risiko yang berkaitan dengan aktivitas


industry produk Gula Kristal Putih yang dilakukan oleh PG. Gending
Probolinggo
2. Jenis risiko yang menjadi bahasan penelitian ini adalah risiko
operasional (operational risk) dan risiko keuangan (financial risk).
3. Identifikasi dan analisis risiko yang dilakukan memberikan hasil akhir
dan keluaran berupa matriks risiko (risk matrix) dan peta risiko (risk
mapping) berupa rencana mitigasi risiko yang berfungsi memberikan
gambaran umum kepada manajemen PG. Gending Probolinggo tentang
portofolio risiko (risk portofolio), BUKAN:
a. Membahas tentang tata cara implementasi manajemen risiko,
b. Mengembangkan prosedur dan manual manajemen risiko,
c. Menetapkan tata cara pengelolaan risiko,
d. Menetapkan batas toleransi (risk tolerance) perusahaan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun tahap pengumpulan data dilakukan dengan metode-metode


sebagai berikut.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan ini dilakukan dengan observasi perusahaan untuk


mendapatkan gambaran umum terkait perusahaan dan permasalahan yang ada
pada ranah persoalan untuk diteliti dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
dilakukan obsevasi/pengamatan secara langsung kondisi aktual yang terjadi di
lapangan yaitu aktivitas rantai pasok perusahaan. Observasi dilakukan dengan
pengamatan berupa kunjungan ke perusahaan, guna menelaah berbagai
keberlangsungan proses aktivitas perusahaan.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang memiliki


arah kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen (Sugiyono,
2005:83), juga yang terdapat pada buku-buku, jurnal ataupun media lain yang
memiliki keterhubungan dengan penelitian ini. Studi ini membantu peneliti untuk
memahami secara mendalam terkait teori serta konsep dalam penelitian yang
dilakukan.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada


responden yaitu General Manajer, Manajer Tanaman, Manajer Pengolahan,
Manajer Teknik, Manajer A.K.U, dan Manajer QC untuk menggali dan menelaah
informasi mengenai pengelolaan risiko rantai pasok dan informasi yang
mendukung dari data-data penelitian yang bersifat kualitatif. Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data ketika ingin mendalami hal-hal dari
subjek penelitian yang lebih mendalam (Sugiyono, 2005:72). Hasil yang didapat
pada proses ini meliputi pemetaan proses aktivitas bisnis perusahaan dan data
terkait agen risiko dan penyebab risiko pada rantai pasok perusahaan.

4. Kuesioner
Cara ini dilakukan dengan membuat rancangan pertanyaan, yang mana
rancangan ini berbentuk deskriptif guna memperoleh data yang valid. Kuesioner
diperuntukkan guna menentukan nilai severity dan occurance dari agen risiko dan
kejadian risiko. Kuesioner diberikan kepada responden terkait, yaitu supplier
bahan baku (petani tebu), karyawan PG. Gending Probolinggo, dan distributor.
Contoh kuesioner ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2

Tabel 3.1 Penilaian Risiko pada Tingkat Severity pada Kejadian Risiko

Kode Kejadian Risiko Severity


Perubahan mendadak dalam rencana
E1
produksi
Pengiriman bahan baku tidak tepat
E2
waktu

Tabel 3.2 Penilaian Risiko Tingkat Occurance pada Penyebab Risiko

Kode Penyebab Risiko Occurance


A1 Permintaan produk yang mendadak
A2 Kebutuhan konsumen meningkat

3.4 Alur Pikir Metode Penelitian

Adapun diagram alur pikir penyelesaian dalam penelitian ini dapat


dijelaskan pada uraian sebagai berikut.

1. Studi Pendahuluan
Tahapan awal dalam penelitian ini adalah proses studi lapangan
dengan cara melakukan kunjungan secara langsung pada obyek penelitian
yaitu PG. Gending Probolinggo. Selanjutnya hasil studi lapangan ini
dijadikan acuan yang melatarbelakangi penulis dalam melakukan
penelitian dengan disiplin ilmu yang sesuai dengan kondisi yang ada pada
obyek penelitian.

2. Studi Kepustakaan
Tahapan selanjutnya yang dapat dilakukan secara paralel dengan
studi lapangan adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan
tahap pencarian referensi yang mendukung diadakannya penelitian.
Referensi yang digunakan bisa dengan membaca text book, e-book,
penelitian tugas akhir dan jurnal yang relevan dengan topik penelitian.
Dari membaca beberapa literatur, kemudian diperoleh suatu permasalahan
yang akan diangkat dalam penelitian ini. Studi kepustakaan yang ada
berhubungan dengan manajemen risiko, manajemen risiko rantai pasok,
Supply Chain Operation Reference, dan House of Risk.

3. Identifikasi Permasalahan
Tahapan selanjutnya ialah melakukan identifikasi permasalahan
yang ada di perusahaan dengan melakukan observasi langsung dan
wawancara dengan Manufacturing Manager untuk mendapatkan informasi
mengenai permasalahan yang ada di perusahaan.

4. Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian


Setelah tahap identifikasi permasalahan yang disesuaikan dengan
studi literatur dan studi lapangan, maka dirumuskan mengenai rumusan
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta penetapan
batasan dan asumsi penelitian.

5. Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data-data penelitian data
dengan data kuantitatif pada aktivitas rantai pasok perusahaan dalam
perspektif Supply Chain Operation References (SCOR). Data kualitatif
dikumpulkan dari teknik wawancara dan kuesioner yang meliputi data
potensi kejadian risiko dan agen risiko. Adapun dalam penetapan nilai
severity (tingkat kerugian) pada potensi kejadian risiko ditentukan
responden yang mengacu dari penelitian-penelitian terdahulu dengan
acuan skala pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Penggolongan nilai severity

Ranking Severity Deskripsi


Kegagalan sistem yang menghasilkan
10 Berbahaya tanpa peringatan
efek sangat berbahaya
Kegagalan sistem yang menghasilkan
9 Berbahaya dengan peringatan
efek berbahaya
8 Sangat tinggi Sistem tidak beroperasi
Sistem beroperasi tetapi tidak dapat
7 Tinggi
dijalankan secara penuh
Sistem beroperasi dan aman tetapi
6 Sedang mengalami penurunan performa
sehingga memengaruhi output
Mengalami penurunan kinerja secara
5 Rendah
bertahap
4 Sangat rendah Efek yang kecil pada performa sistem
Sedikit berpengaruh pada kinerja
3 Kecil
system
Efek yang diabaikan pada kinerja
2 Sangat kecil
system
1 Tidak ada efek Tidak ada efek
Sumber : MsDermott dkk (2009)

Adapun penetapan nilai nilai occurance (probabilitas terjadi) pada


agen risiko ditentukan responden dengan acuan skala pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Penggolongan nilai occurance

Ranking Occurance Deskripsi Probabilitas


10
Sangat tinggi Sering gagal Probabilitas > 75%
9
8 Kegagalan yang Probabilitas antara 50% -
Tinggi
7 berulang 75%
6
Jarang terjadi Probabilitas antara 25% -
5 Sedang
kegagalan 50%
4
3 Rendah Sangat kecil terjadi Probabilitas antara 5% -
2 kegagalan 25%
Hampir tidak ada
1 Tidak ada efek Probabilitas < 5%
kegagalan
Sumber : MsDermott dkk (2009)

6. Pengolahan Data

Pada tahap ini data-data yang sudah dikumpulkan pada tahap


pengumpulan data melalui identifikasi risiko dengan pendekatan Supply
Chain Operation References (SCOR) berupa data potensi kejadian risiko
beserta nilai severity (tingkat kerugian) dan agen risiko beserta nilai
occurance (probabilitas terjadi), selanjutnya dilakukan pengolahan data
dengan tahapan korelasi potensi kejadian risiko dengan agen risiko.
Kemudian dilakukan pemetaan korelasi potensi kejadian risiko dengan
agen risiko dengan pendekatan Supply Chain Risk Identification System
(SCRIS). Adapun skala penilaian korelasi potensi kejadian risiko dengan
agen risiko yang sudah diidentifikasi ditentukan oleh responden dengan
acuan skala pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 Skala Korelasi

Tingkat Keterangan
0 Tidak ada korelasi
1 Korelasi rendah
3 Korelasi sedang
9 Korelasi tinggi
Sumber : Pujawan (2010)

Setelah didapatkan nilai korelasi antara potensi kejadian risiko


dengan agen risiko, selanjutnya dilakukan perhitungan dengan tahapan
House of Risk yang dimulai dari House of Risk 1 yang menghitung
prioritas agen risiko yang akan diperbaiki berdasarkan korelasi antara
beberapa potensi kejadian risiko dengan agen-agen risiko yang sudah
diidentifikasi sebelumnya. Hasil dari House of Risk 1 ialah berupa prioritas
agen risiko. Prioritas agen risiko yang dihasilkan dari tahapan House of
Risk 1 selanjutnya dimasukkan dalam tahapan House of Risk 2 yang akan
menghasilkan prioritas tindakan pencegahan risiko berdasarkan korelasi
antara agen-agen risiko dengan tindakan-tindakan pencegahan risiko
beserta penentuan tingkat kesulitan penerapan tindakan pencegahan
terhadap agen risiko tersebut.

Adapun penetapan nilai tingkat kesulitan penerapan tindakan


pencegahan ditentukan oleh responden dengan acuan skala pada Tabel 3.6

Tabel 3.6 Nilai Kesulitan

Skala Keterangan Indikator Implementasi


1 Sangat Mudah Murah dan waktu singkat
2 Mudah Murah tapi waktu lama
3 Netral Normal
4 Sulit Mahal tapi waktu singkat
5 Sangat Sulit Mahal dan waktu lama
Sumber : Pujawan (2010)

Dari tahapan House of Risk 2 dihasilkan prioritas tindakan


pencegahan yang selanjutnya dianalisa dan ditentukan strategi mitigasi
yang sesuai dengan tindakan pencegahan risiko tersebut. (Tabel 3.7)

Tabel 3.7 Ilustrasi Potensi Kejadian Risiko (Risk Event)

Nilai Kerugian (Severity)


No Potensi Kejadian Risiko (Risk Event) Kode 1 2 3 4 5
Perubahan mendadak dalam rencana
1 E1 √
Produksi
Sumber : Pujawan (2010)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari kuesioner teridentifikasi


potensi kejadian risiko (risk event) yaitu perubahan mendadak dalam
rencana produksi yang diberi kode E1 dengan nilai kerugian yang
ditentukan oleh responden dengan skala 3 yang artinya nilai kerugian
sedang.

Tabel 3.8 Ilustrasi Agen Risiko (Risk Agent)

Kemungkinan Kejadian
No Agen Risiko (Risk Agent) Kode (Occurance)
1 2 3 4 5
Permintaan produk furniture
1 A1 √
yang mendadak dari customer
Sumber : Pujawan (2010)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari kuesioner teridentifikasi


agen risiko (risk agent) yaitu permintaan produk furniture yang mendadak
dari customer yang diberi kode A1 dengan nilai kemungkinan kejadian
yang ditentukan oleh responden dengan skala 3 yang artinya mungkin
terjadi (possible), probabilitas antara 25% -50%.

Setelah semua data kejadian risiko (risk event) beserta nilai


severity (tingkat kerugian) dan agen risiko beserta nilai occurance
(probabilitas kejadian) telah teridentifikasi selanjutnya seluruh data
dimasukkan ke dalam tabel House of Risk 1 agar diketahui nilai korelasi
dan prioritas agen risiko yang akan dilakukan tindakan pencegahan yang
dapat ditunjukkan pada Tabel 3.9

Tabel 3.9 Ilustrasi Nilai Korelasi

Agen Risiko (A)


Kejadian
Proses A1 Severity
Risiko (E)
Plan E1 1 3
Occurance 3
ARP 9
Rangking 1
Sumber : Pujawan (2010)
Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat korelasi antara kejadian
risiko 1 (E1) dengan agen risiko 1 (A1) memiliki nilai korelasi 1 (korelasi
rendah). Maka dapat dihitung nilai Aggregate Risk Potential (ARP)
sebagai berikut:

ARPj = (Oj ) X (Ʃi Si Rij) = (3) X (3x1) = 9

Oj : Probabilitas/peluang terjadinya agen risiko j (occurrence)

Si : Kerugian yang ditimbulkan kejadian risiko i apabila terjadi

(severity)

Rij : Korelasi antara agen risiko dan kejadian risiko.

Selanjutnya hasil prioritas agen risiko diidentifikasi tindakan


pencegahannya, dalam hal ini pemilihan agen risiko yang akan diberi
tindakan pencegahan merupakan penentuan dari hasil nilai ARP tertinggi.

Berdasarkan ilustrasi di atas dapat diketahui bahwa data tindakan


pencegahan yang telah teridentifikasi pada Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10 Ilustrasi Tindakan Pencegahan Risiko

Tingkat
No. Agen Risiko Tindakan Pencegahan Kode
Korelasi
Permintaan produk
Melakukan update
furniture yang
1 permintaan customer P1 2
mendadak dari
setiap minggu
customer
Sumber : Pujawan (2010)

Setelah data tindakan pencegahan teridentifikasi, selanjutnya data di


atas dimasukkan ke dalam tabel House of Risk 2 dengan menyertakan nilai
korelasi antara agen risiko (A) dan tindakan pencegahan risiko (P) yang
ketentuannya sama dengan yang tertera pada House of Risk 1.
Tabel 3.11 Ilustrasi Tek dan ETD

Tindakan Pencegahan (P)


Agen Risiko (A) P1 ARP
A1 9 9
Total Effectiveness (Tek) 81
Degree of Dificulty (Dk) 2
Effectiveness To Dificulty (ETD) 40.5
Rank of Priority 1
Sumber : Pujawan (2010)

Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat korelasi antara agen


risiko 1 (A1) dengan tindakan pencegahan risiko 1 (P1) memiliki nilai
korelasi 9 (korelasi tinggi) serta tingkat kesulitan penerapan tindakan
pencegahan (Dk) dengan nilai 2 (mudah, biaya murah tapi waktu lama).
Maka dapat dihitung nilai efektif masing tindakan pencegahan (Tek)
sebagai berikut:

Tek = (Ʃj ARPj) X (Ejk) = (9) X (9) = 81

Tek : Total efektifitas tindakan pencegahan

ARPj : Nilai Aggregate Risk Potential (ARP)

Ejk : Korelasi antara tindakan pencegahan (k) dengan agen risiko

(j)

Setelah nilai total efektif masing tindakan pencegahan (Tek)


didapatkan, maka dihitung nilai total rasio tingkat kesulitan (ETDk) dari
hasil prioritas agen risiko yang sudah diidentifikasi tindakan pencegahannya
sebagai berikut:

ETDk = TEk/Dk = 81/2 = 40.5

ETDk : Nilai total rasio tingkat kesulitan.

TEk : Nilai total efektifitas tindakan pencegahan.

Dk : Nilai tingkat kesulitan penerapan tindakan pencegahan.


Berdasarkan ilustrasi di atas dihasilkan prioritas tindakan
pencegahan yaitu PA1, sehingga urutan prioritas tindakan pencegahan ini
dapat dijadikan acuan dalam menentukan strategi mitigasi risiko secara
teknis menurut kemampuan dan kebijakan perusahaan yang akan dibahas
dalam tahap berikutnya yaitu analisis dan interpretasi hasil.

7. Analisis dan Interpretasi Hasil

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil dari pengolahan


data dengan pendekatan model House of Risk dari tahap House of Risk 1 dan
House of Risk 2 yang telah dilakukan yaitu beberapa tindakan perbaikan
untuk menghasilkan beberapa strategi mitigasi risiko. Strategi mitigasi
risiko yang telah ditetapkan merupakan rekomendasi untuk perusahaan
dalam melakukan perbaikan pengelolaan rantai pasok.

8. Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini disusun kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian


untuk menjawab beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai. Pada
tahapan ini juga diberikan saran sebagai bentuk rekomendasi kepada
obyek penelitian maupun penelitian selanjutnya mengenai pengelolaan
risiko dalam perspektif rantai pasok dengan pendekatan House of Risk.

3.5 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu rencana yang akan dijadikan acuan


oleh seseorang yang melakukan penelitian. Desain penelitian terdiri dari poin-poin
arahan mengenai bagaimana melakukan penelitian, bagaimana data diperoleh,
bagaimana data dikelola, dianalisis, dan diinterpretasikan, dan bagaimana
kesimpulan dapat dibentuk. Berikut adalah diagram alur pikir yang dijadikan
acuan dalam desain penelitian ini :
Gambar 3.1 Desain Penelitian

Identifikasi Masalah dan


Penetapan Tujuan Penelitian

Tahap Persiapan

Studi Pendahuluan dan Studi


Kepustakaan

Supply Chain
Pemetaan Aktivitas Rantai Operation
Pasok Reference

Identifikasi Risiko :
a. Penyebab dan dampak identifikasi Tahap
b. Menetapkan nilai tingkat risiko (severity) Pengumpulan
c. Menentukan kejadian risiko (occurance) dan Pengelolaan
Data (HOR 1)
d. Menentukan korelasi kejadian risiko dan
penyebab risiko

Evaluasi Risiko :
a. Menentukan the aggregate risk potential (ARP)
b. Menentukan ranking nilai ARP dari tinggi ke rendah
c. Menentukan tindakan pencegahan (prevention action)
Tahap Analisa
Data (HOR 2)
Perencanaan Aksi Mitigasi :
a. Menghitung nilai efektif dan nilai optimal
dari tindakan pencegahan
b. Menentukan prioritas sebagai rancangan
mitigasi risiko
c. Analisis tindakan pencegahan

DAFTAR
Kesimpulan PUSTAKA
dan Saran
Anggraini, Yuanita F., Patdono Soewignjo., & Stefanus Eko Wiratno. (2006).
Identifikasi Dan Analisis Risiko Berdasarkan Konsep Risk Management Di
Pt Perkebunan Nusantara X (Persero). Prosiding Seminar Nasional
Manajemen Teknologi IV. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Magister
Manajemen Teknologi (MMT).
AS/NZS. (2004). Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS
4360:2004. Standards Australia International, Sydney.
Blackhurst, Jennifer V., Scheibe, K. P., Johnson D. J. (2008). Supplier risk
assessment and monitoring for the automotive industry. International
Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 38 No. 2,
pp. 143-165.
Christopher, M., Peck, H., Abley,J., Haywood, Major M., Saw, R.,
Rutherford, C., & Strathern, M. (2003). Creating resilient supply chains:
A practical guide. Centre for Logistics and Supply chain management,
Cranfield School of Management. Cranfield University, Cranfield, UK.
Christopher, M., & Lee, H. (2004). Mitigating supply chain risk through improved
confidence. International Journal of Physical Distribution & Logistics
Management, Vol. 34, No. 5, pp.388–396.
Claxton, K. N. M. C. (2017). Failure modes effects analysis (FMEA) for review
of a diagnostic genetic laboratory process. International Journal of Quality
& Reliability Management, Vol. 34.
Evizal, Rusdi. (2018). Pengelolaan Perkebunan Tebu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Fone, M. and Young, P.C. (2000). Public Sector Risk Management (1 st ed.).
Oxford: Butterworth-Heinemann.
Goh, M., Lim, J.Y.S. and Meng, F. (2007). A Stohastic Model for Risk
Management in Global Supply Chain Networks. European Journal of
Operational Research, Vol. 182. 164-173.
Griffin, Ricky W., Ronald J. Elbert. (2002). Bussiness (6 th ed.). New Jersey:
Prentice Hall Inc.
Heizer, Jay & Barry Render. (2008). Manajemen Operasi (Buku 1 Edisi 9).
Jakarta: Salemba Empat.
Kusnindah, Cahya, Yeni Sumantri, Rahmi Yuniarti. (2014). Pengelolaan Resiko
pada Supply Chain dengan Menggunakan Metode House of Risk (HOR)
(Studi Kasus di PT XYZ). Jurnal Teknik Industri. 4, 661-671.
Ma, H. L., & Wong, W. H. C. (2018). A fuzzy-based House of Risk assessment
method for manufacturers in global supply chains. Industrial Management
& Data Systems, 118(7), 1463-1476.
Norman, A., and Jansson, U. (2004). Ericsson’s proactive supply chain risk
management approach after a serious sub-supplier accident. International
Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 34, pp 434-
456.
Project Management Institute. (2004). A guide to the project management body of
knowledge (PMBOK®Guide) (3rd ed.). Newtown Square, PA: Project
Management Institute, Inc.
PTPN XI. (2016). Annual Report Publication. Surabaya.
PTPN XI. (2017). Annual Report Publication. Surabaya.
PTPN XI. (2018). Annual Report Publication. Surabaya.
Pujawan, I. N., & Geraldin, L. H. (2009). House of risk: a model for proactive
supply chain risk management. Business Process Management Journal. 15
(6), 953-967.
Pujawan, I. N., & Mahendrawati. (2010). Supply Chain Management. Surabaya:
Penerbit Guna Widya.
Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri. (2015). Analisis Lelang Gula
PTPN/Petani Dalam Rangka Stabilisasi Harga. Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia: Jakarta.
Puspita, Hanna, D. (2018). Analisis dan mitigasi risiko pada proses pengadaan
barang dan jada dengan pendekatan metode house of risk (HOR) di PT
Industri Kereta Api (PERSERO). Universitas Airlangga: Magister
Manajemen.
Raj Sinha, P., Whitman, L. E., & Malzahn, D. (2004). Methodology to mitigate
supplier risk in an aerospace supply chain. Supply Chain Management: an
international journal, 9 (2), 154-168.
Sianturi, Purnama T. (2013). Perlindunan Hukum Terhadap Pembeli Barang
Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang. CV Mandar Maju.
Suni, Abdul Naim. (2016). Analisis Pengukuran Kinerja Supply Chain
Menggunakan Metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) Dan
Objective Matrix (OMAX) (Studi Kasus Pada Pamella Satu). Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga: Jurusan Teknik Industri.
Simchi-Levi, D., Kaminsky, P. & Simchi-Levi, E. (2000). Designing and
Managing the Supply Chain: Concepts, Strategies, and Case Studies.
Singapore: McGraw-Hill International Edition.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Administratif. Bandung: CV Alafbeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV
Alafbeta.
Sukmadinata, Nana S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Supply Chain Council. (2012). Supply Chain Operation Reference Model
Revision 11.0. United States of America: Supply Chain Council, Inc.
https://ibfgi.com/risk-management-31000/
Supply Chain Council. (2017). Quick Reference Guide SCOR® Version 12.0.
United States and Europe: APICS.
Susanti, Aries. (2016). Analisis Strategi Mitigasi Resiko pada Supply Chain CV
Surya Cip dengan House of Risk Model. Universitas Diponegoro: Jurusan
Teknik Industri.
Sutawijaya, A.H., dan E. Marlapa. (2016). Supply Chain Management: Analisis
dan Penerapan Menggunakan Supply Chain Operation Reference (SCOR) di
PT. Indoturbine. MIX: Jurnal Ilmiah Manajemen, Volume VI, No. 1. 121-
138.
Hidaya, S., dan Imam Baihaqi. (2014). Analisis dan Mitigasi Risiko Rantai Pasok
Pada PT. Crayfish Softshell Indonesia. Institut Teknologi Sepuluh
November: Jurusan Teknik Industri.
Ulfah, Maria., Mohamad Syamsul M., Sukardi., Sapta R. (2015). Analisis dan
Perbaikan Manajemen Risiko Rantai Pasok Gula Rafinasi Dengan
Pendekatan House of Risk. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Jurusan
Teknik Industri.
Umar, Husein. (2001). Manajemen Risiko Bisnis: Pendekatan Finansial dan Non
finansial. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Cetakan Kedua.
Tang, C. S. (2006). Perspectives in supply chain risk management. International
Journal of Production Economics, 103(2), 451–488.
Taufik, Ahmad. (2012). Sejarah Perkembangan Pabrik Gula Gending, Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur (1830-2010). Universitas Negeri Malang: Jurusan
Sejarah.
Trenggonowati, D. L, & Nur Atmi Pertiwi. (2017). Analisis Penyebab Risiko Dan
Mitigasi Risiko Dengan Menggunakan Metode House Of Risk Pada Divisi
Pengadaan PT. XYZ. Journal Industrial Service, Volume 3, No. 1a.
Wardhana, Praditya. (2017). Analisis Penawaran dan Prospek Industri Gula di
Jawa Timur. Universitas Jember: Jurusan Agribisnis.
Waters, D. (2007). Supply Chain Risk Management (SCRM): Vulnerability and
resiliance in logistics. Kogan Page Publisher.
White, D. (1995). Application of system thinking to risk management: a review of
the literature. Management Decision, Vol. 33 no. 10, pp 35-45.
Zsidisin, G.A. (2003). Managerial perceptions of supply risk. Journal of Supply
Chain Management, Vol. 39, pp 14-25.

Anda mungkin juga menyukai