Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI POLA KEMITRAAN USAHA TANI TEBU

(Studi pada PTPN X (Persero) PG. Pesantren Baru Kediri)

Sri Utami
Muhammad Saifi
TopoWijono
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Malang
e-mail: tamye_cute@yahoo.co.id

Abstract
The purpose of this study to determine the mechanism of the partnership approach between sugarcane
growers with PG. New Pesantren and comparison of revenue and efficiency of sugar cane farming is done
by farmers who follow the pattern of partnerships with non-farmer partnership to PG. New pesantren. This
type of research is a descriptive study. The sample used in this study to a partnership of 15 people, while the
non-pattern partnership as many as 13 people. Analysis of the data used in this research is to use a simple t-
test with a method independent sample t-test significance level (α) of 0.05 with an error rate of 5%. From
the results of the analysis using the t test showed that the income of a partnership between farmers and non-
farmers have significant differences partnership, a partnership has a higher value. These results can be
concluded that partial partnership and non-partnership there is a significant difference to have a significant
value of 0.05.

Keywords: Evaluation of the partnership, sugar cane farming, a partnership

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan pola kemitraan antara petani tebu
dengan PG. Pesantren Baru dan perbandingan pendapatan dan efisiensi usaha tani tebu yang dilakukan oleh
petani yang mengikuti pola kemitraan dengan petani non pola kemitraan terhadap PG. Pesantren Baru. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini untuk pola
kemitraan sebanyak 15 orang, sedangkan non pola kemitraan sebanyak 13 orang. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji t sederhana dengan metode independent sample t-
test derajat signifikansi (α) sebesar 0,05 dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. Dari hasil analisis
menggunakan uji t menunjukkan bahwa pendapatan antara petani pola kemitraan dengan petani non
kemitraan mempunyai perbedaan yang signifikan, pola kemitraan memiliki nilai yang lebih tinggi. Hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa secara parsial pola kemitraan dan non kemitraan terdapat perbedaan yang
signifikan dengan mempunyai nilai signifikan sebesar 0,05.

Kata kunci: Evaluasi kemitraan, usaha tani tebu, pola kemitraan

PENDAHULUAN dengan ini dapat diketahui dari tersedianya tanah


Dalam era globalisasi saat ini laju persaingan vulkanik yang subur dengan luasan yang besar,
antar perusahaan semakin pesat. Hal ini tampak iklim sesuai bagi pertumbuhan berbagai tanaman,
semakin berkembangnya industri dan dan curah hujan cukup. Dengan semakin tajamnya
berkembangnya perekonomian di Indonesia saat ini. persaingan, perusahaan berusaha menghadapi
Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) |Vol. 2 No. 2 Februari 2015| 1
Administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
persaingan tersebut dengan berbagai macam cara PTPN di sini berlaku sebagai sebuah organisasi yang
untuk menguasai pasar yang ada. berbentuk perusahaan formal dengan hasil produksi
Menurut Bustanul (2001:77) Subsektor utama adalah gula putih. Dalam setiap organisasi
perkebunan di Indonesia mempunyai karakteristik terdapat nilai-nilai yang digunakan untuk mencapai
yang khas dengan sistem ekonomi dualistik masih tujuan yang diharapkan. Dalam nilai-nilai tersebut
menyelimuti industri hulu, dimana sistem disosialisasikan dan disepakati bersama, kemudian
manajemen atau efesiensi perkebunan rakyat, dirumuskan menjadi budaya perusahaan. Budaya
perkebunan swasta, dan perkebunan besar masih tersebut kemudian diterapkan oleh seluruh karyawan
tidak berimbang. Pemerintah sebenarnya telah pabrik sebagai pedoman petunjuk dalam suatu
mengantisipasi struktur dualistik pada subsektor kegiatan bisnis perusahaan.
perkebunan dengan menerapkan beberapa kebijakan Salah satu cara untuk meningkatkan produksi
pengembangan kerjasama manajemen dan dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani tebu
pembinaan antara petani dengan perusahaan inti. adalah dengan cara diterapkan sistem pola
Kerjasama tersebut dikenal dengan Perkebunan Inti kemitraan, yaitu perusahaan melakukan kerjasama
Rakyat (PIR) dan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) dengan petani untuk mendapatkan bahan baku yang
pada tanaman tebu. Perusahaan besar baik cukup serta pada kualitas yang baik. Adapun dalam
perkebunan negara maupun perkebunan besar melaksanakan pola kemitraan ini petani yang
swasta bertindak sebagai inti yang berfungsi berperan dalam memproduksi tebu terikat suatu
melakukan pembinaan dengan menampung produksi perjanjian sub-kontrak dengan perusahaan inti yang
dari para petani yang bertindak sebagai plasma, berperan sebagai pembeli hasil produksi sesuai
menyediakan kredit, dan sebagai fasilitator dengan harga perjanjian yang telah dijanjikan
pemasaran dan peningkatkan nilai tambah, dan diawal. Dalam permodalan dan teknologi petani
sebagai akselerator proses alih teknologi, dan lain- diberikan pinjaman (penggarapan dan pemupukan)
lain. namun tebu yang dihasilkan harus dijual
Gula merupakan salah satu produk hasil usaha keperusahaan inti.
yang sangat penting bagi negara Indonesia dan Pembagian dari gula yang digiling oleh pabrik
merupakan komoditas strategis untuk menjaga gula didasarkan oleh randemen. Randemen
kestabilan ekonomi dan salah satu sumber merupakan kadar kandungan gula didalam batang
pendapatan bagi para petani tebu. Oleh karena itu tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila rendemen
kebutuhan gula senantiasa meningkat. Untuk tebu 10 % artinya bahwa dari 100 kg tebu yang
meningkatkan produksi tanaman tebu juga digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula
meningkatkan pendapatan perusahaan dan petani sebanyak 10 kg, apabila randemen kecil maka
tebu, masih banyak kendala yang menimpa, pembagiannya kecil sedangkan randemen besar
sehingga masalah tebu dan gula banyak menghadapi maka pembagiannya juga besar.
persoalan dilapangan diantaranya penanaman,
pengangkutan dan pemasaran. Tabel 1. Pembagian Hasil Antara Petani dengan
Menurut Pusat Data dan Informasi Pertanian PG. Pesantren
Kementrian Pertanian (2011), terdapat 5 (lima) MPTR MPG
provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, (Milik (Milik
No Rendemen
Jawa Barat dan DI Yogyakarta, dengan kontribusi Petani Tebu Perusahaan
sebesar 99,28% terhadap total produksi gula Rakyat) Gula)
perkebunan rakyat Indonesia. Jawa Timur berada di 1 6 3.960 2.040
peringkat pertama dengan kontribusi sebesar 69,57% 2 7 4.660 2.340
terhadap total produksi gula, sedangkan provinsi lain 3 8 5.360 2.640
memberikan kontribusi kurang dari 20%. Hal ini 4 9 6.060 2.940
perlu ditingkatkanya jumlah produksi gula seiring
perkembangan penduduk Indonesia yang terus Sumber : PG. Pesantren Baru Kediri
meningkat. Berdasarkan tabel 1 yang disajikan tersebut
Pabrik Gula Pesantren Baru merupakan salah dapat dilihat pendapatan petani dengan PG.
satu pabrik gula yang berada di wilayah Jawa Timur, Pesantren dengan hitungan randemen pendapatan
terletak di Jalan Mauni Pesantren Kota Kediri. per Kg gula. Jadi sistem pola kemitraan tersebut
Pabrik gula Pesantren Baru dibawah tanggung jawab akan memberikan manfaat bagi perusahaan maupun
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) |Vol. 2 No. 2 Februari 2015| 2
Administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
bagi petani itu sendiri. Adapun manfaat bagi Rumusan Masalah
perusahaan adalah bahwa perusahaan akan 1. Bagaimana mekanisme kemitraan yang dilakukan
memperoleh tebu sesuai dengan kebutuhan dan oleh petani tebu dengan PG. Pesantren Baru?
keinginan dalam jumlah relatif banyak dan dalam 2. Bagaimana perbedaan pendapatan dan efisiensi
waktu yang relatif singkat, sehingga dapat menjamin usaha tani antara petani yang mengikuti pola
kelancaran serta kesinambungan dalam proses kemitraan dengan petani yang tidak mengikuti
produksinya, sedangkan manfaat bagi petani sendiri pola kemitraan?
adalah petani mendapatkan jaminan pemasaran 3. Apakah ada perbedaan hasil yang signifikan
sampai dengan panen dan petani juga memperoleh antara petani pola kemitraan dan non pola
pinjaman modal berupa sarana produksi, karena kemitraan pada PG. Pesantren Baru Kediri?
semua produksi yang dihasilkan akan dibeli oleh
perusahaan inti. TINJAUAN PUSTAKA
Evaluasi dari kemitraan yang terjadi di dalam Pola Kemitraan
PG. Pesantren Baru dengan petani tersebut hal ini Pengertian Pola Kemitraan
perlu dikaji lebih lanjut lagi dengan tujuan untuk Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
mengetahui pendapatan dan efisiensi oleh masing- 1997 dalam pasal 1 menyebutkan bahwa kemitraan
masing pelaku yaitu PG. Pesantren Baru dengan merupakan kerjasama usaha antara usaha kecil
petani agar tidak saling dirugikan satu sama lain. dengan usaha menengah dan atau dengan usaha
Dalam kelancaran dan kesinambungan pada proses besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh
produksi sangat di pengaruhi oleh jumlah produksi usaha menengah dan atau usaha besar dengan
(tebu) yang masuk ke dalam perusahaan. Jika sistem memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling
pola kemitraan tidak terlaksana yang dilakukan memperkuat dan saling menguntungkan.
antara PG. Pesantren Baru dengan petani, maka Manfaat Pola Kemitraan
kesinambungan dan kelancaran dalam proses Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya
produksi tidak akan berjalan dengan lancar dan sistem pola kemitraan ini adalah sebagai berikut :
bahan baku yang di dapat akan kesulitan. Hal ini a) Manfaat bagi perusahaan
disebabkan oleh terbatasnya lahan tebu yang (1) Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya,
disediakan oleh perusahaan tersebut yaitu PG. maka efisiensi perusahaan dapat
Pesantren Baru. ditingkatkan yang pada akhirnya
Pola kemitraan yang terjadi antara PG. keuntungan perusahaan dapat meningkat.
Pesantren Baru dengan petani adalah pola kemitraan (2) Tersedianya bahan baku yang relatif
dalam memproduksi tebu terikat suatu perjanjian cukup dari sumber petani mitra usahanya.
kontrak dengan perusahaan inti dan dengan harga b) Manfaat bagi petani
perjanjian yang telah disepakati bersama diawal. (1) Adanya jaminan pemasaran hasil yang
Pelaksanaan pola non kemitraan yang terjadi dalam pasti dengan harga yang layak sesuai
memproduksi tebu melibatkan banyak perusahaan dengan kepastian.
hal ini bebas menjual hasil panen tebunya ke luar (2) Dalam hal tertentu petani dapat terbantu
pabrik, tetapi petani yang melaksanakan non dari segi permodalan, teknologi yang
kemitraan tidak mendapatkan fasiltas menyebabkan diperlukan untuk meningkatkan kinerja
biaya sendiri harga terombang ambing. Petani non usaha tani tersebut.
kemitraan disebabkan dua hal yaitu cenderung c) Manfaat bagi pemerintah
punya modal sendiri dan tidak ada informasi. (1) Meningkatkan penerimaan negara sebagai
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari peningkatan pendapatan baik
mekanisme pelaksanaan pola kemitraan antara dari usaha tani maupun dari perusahaan
petani tebu dengan PG. Pesantren Baru dan pertanian.
membandingkan pendapatan dan efisiensi usaha tani (2) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja
tebu yang dilakukan oleh petani pola kemitraan dan dipedesaan dengan berkembangnya usaha
non kemitraan. tani dan perusahaan baik usaha budidaya
maupun agroindustri.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) |Vol. 2 No. 2 Februari 2015| 3


Administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Bentuk-Bentuk Pola Kemitraan d. Selanjutnya hubungan petani dan pabrik gula
1. Inti plasma dikembangkan kearah tahapan mitra usaha,
Inti plasma merupakan hubungan kemitraan dimana petani telah mampu melaksanakan
antara usaha kecil dengan menengah atau besar di usaha tani tebu secara profesional dan dapat
dalamnya usaha menengah atau usaha besar memandang pabrik gula sebagai peluang
bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma, pasar untuk kemajuan usahanya. Hubungan
perusahaan inti melaksanakan pembinaan mulai dari kerjasama dengan pabrik gula dikembangkan
penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, menjadi hubungan kegiatan ekonomi yang
sampai dengan pemasaran hasil produksi. bersifat kontraktual.
2. Subkontrak e. Dengan kemampuan yang sudah berkembang
Subkontrak merupakan hubungan kemitraan itu, petani mampu memanfaatkan sumber
antara usaha kecil dengan usaha menengah atau daya yang dimilikinya secara optimal dan
besar, yang di dalamnya usaha kecil memproduksi dengan kamampuan sendiri.
komponen yang diperlukan oleh usaha menengah 2. Hubungan KUD/KPTR, Petani dan Pabrik Gula
atau besar sebagai bagian dari produksinya. a. KUD/KPTR berfungsi sebagai lembaga
3. Dagang Umum pelayanan yang harus dapat menyediakan
Dagang umum merupakan hubungan kemitraan kebutuhan petani secara enam tepat yaitu:
antara usaha kecil dengan usaha menengah atau tepat jenis, tepat jumlah, tepat mutu, tepat
besar yang di dalamnya usaha menengah atau besar harga, tepat tempat, dan tepat waktu.
memasarkan produksi usaha kecil atau memasok b. Pelaksanaan logistik ini memerlukan
kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah KUD/KPTR yang berkemampuan tinggi,
atau besar yang dilakukan pada mitra. memerlukan dukungan aktif petani
4. Waralaba anggotanya, serta jalinan hubungan
Waralaba meruapakan hubungan kemitraan kerjasama yang serasi dengan lembaga
yang di dalamnya usaha menengah atau besar pelayanan yang mendukungnya.
pemberi waralaba memberikan hak penggunaan c. Saat ini untuk pelayanan kebutuhan petani
lisensi merek perusahaan kepada usaha kecil yang yang menjadi avalist pabrik gula. Pada
penerima waralaba dengan disertai bantuan saatnya nanti apabila KPTR/KUD telah
bimbingan manajemen. mampu, perlu dipertimbangkan untuk di
5. Keagenan avalist KPTR/KUD.
Agen adalah hubungan kemitraan yang di d. Pengolahan dan pemasaran hasil merupakan
dalamnya usaha kecil diberi hak khusus untuk kegiatan terpadu pabrik gula, petani,
memasarkan barang dan jasa oleh mitranya. KPTR/KUD, dengan dukungan bank
pemberi kedit dan pembeli gula.
Hubungan Kelembagaan e. Petani TR menyerahkan tebu yang dihasilkan
Kardiat (2002:69) Hubungan kelembagaan kepada pabrik gula untuk diolah, kemudian
adalah sebagai berikut : gula milik petani yang diperoleh berdasarkan
1. Hubungan Pabrik Gula dan Petani kesepatan bagi hasil penjualan gula sekaligus
a. Pabrik gula dan petani merupakan pelaksana dikaitkan dengan pengembalian kredit
program ITR (Inti Tebu Rakyat dan Tebu kepada bank pemberi kredit.
Rakyat) keduanya harus menjalin kerjasama
yang kompak dean efektif untuk mencapai Analisa Usaha Tani
mutu intensifikasi yag baik. Kardiat (2002:44) Analisa usaha tani dibedakan
b. Hubungan kerjasama pabrik gula dan PTR untuk ITR (Inti Tebu Rakyat) dan TR (Tebu
diwujudkan dalam bentuk kemitraan yang Rakyat). ITR tanpa Sistem Bagi Hasil, sedangkan
dinamis berdasarkan azas manfaat dan TR dengan Bagi hasil. Dalam hal mengukur
kepercayaan yang tinggi. produktivitas harus membedakan antara
c. PTR sebagai penghasil tebu memerlukan produktivitas persial dan produktivitas total yang
pabrik gula sebagai sumber teknologi, diukur dalam suatu Index Produktivitas. Untuk
pembimbing teknis dan pengolah hasil tebu menentukan parameter dalam usaha tani diukur
menjadi gula yang dapat dipasarkan. dengan cara :
a. HPT (Harga Pokok Tebu)
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) |Vol. 2 No. 2 Februari 2015| 4
Administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Jumlah seluruh biaya (tanpa proses) dibanding Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut:
dengan jumlah tebu. Semakin kecil HPT semakin TC = FC + VC
baik, dan ini merupakan prestasi petugas tanaman
secara riil. Menurut William K. Carter (2012:68)
b. SHU (Sisa Hasil Usaha) mendefisinikan biaya yaitu :
Jumlah seluruh pendapatan dari penjualan gula Biaya umumnya akan menghasilkan
dan tetes dikurang seluruh biaya (termasuk proses). klasifikasi dari setiap pengeluaran sebagai
Prestasi tanaman sudah dipengaruhi prestasi pabrik. biyaa tetap, biaya variabel, atau biaya
Cara Penghitungan: semivariabel.
a. HPT c. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya
(1) Biaya: Sewa lahan, Biaya garap, Saprodi yang secara total titak berubah ketika
(2) Jumlah Tebu Total aktivitas bisnis meningkat atau menurun.
Beberapa pengeluaran bersifat tetap
∑ Biaya karena kebijakan manajemen, misalnya
HPT = ∑ Tebu Total saja tingkat iklan dan jumlah sumbangan
sosial ditentukan oleh manajemen dan
tidak terkait langsung dengan aktivitas
b. SHU penjualan atau produksi.
(1) Pendapatan : Unsur gula, Unsur tetes, Lain- d. Biaya variabel didefinisikan biaya yang
lain totalnya meningkat secara proposional
(2) Biaya : Sewa lahan, Biaya garap, Saprodi, terhadap peningkatan dalam aktivitas dan
Proses per kuintal tebu, Tebang angkut per menurun secara proposional terhadap
kuintal tebu penurun dalam aktiitas
e. Biaya semivariabel didefinisikan sebagai
SHU = Pendapatan - Biaya
biaya yang memperlihatkan baik
karakteristik dari biaya tetap maupun
Biaya variabel.
Menurut Mulyadi (2010:466) biaya Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : biaya merupakan semua biaya yang dikeluarkan
1. Biaya tetap (fixed cost), adalah biaya yang untuk menghasilkan produk untuk mencapai tujuan
jumlah totalnya tetap dalam kisar perubahan volume tertentu bagi perusahaan.
kegiatan tertentu. Biaya tetap per satuan berubah
dengan adanya perubahan volem kegiatan. Besarnya Pendapatan
biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator
jangka panjan, teknologi, dan metode serta strategi terpenting dari penerimaan pasar dari produk dan
manajemen. jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan
Secara sistematis biaya tetap dapat dituliskan yang konsisten, dan juga pertumbuhan keuntungan,
sebagai berikut: dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke
n
publik melalui saham untuk menarik investor.
𝐹𝐶 = ∑ Xi.Pxi Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
i=1 𝛑 = 𝐓𝐑 − 𝐓𝐂
Dimana : FC = Biaya Tetap Dimana: π = Pendapatan petani
Xi = Jumalah input ke-i TR = Hasil Penerimaan
Pxi = Harga input ke-i TC = Total Biaya
N = Macam input
2. Biaya Variabel (variable cost), adalah biaya Hipotesis Penelitian
yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan Hipotesis yang digunakan untuk
perubahan volume kagiatan. Jadi VC ini merupakan membandingkan pendapatan dan efisiensi usaha tani
fungsi dari tingkat output. Rumus biaya variabel tebu yang mengikuti pola kemitraan dengan non
sama dengan rumus biaya tetap. Oleh karena itu, pola kemitraan dengan menggunakan uji t. Dari
total cost (TC) merupakan jumlah dari fixed cost dan perumusan masalah dan uraian sebelumnya maka
variable cost. hipotesis yang dikemukakan adalah :
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) |Vol. 2 No. 2 Februari 2015| 5
Administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
1. H0 : Pendapatan dan efisiensi usaha tani tebu penelitian. Hasil pengumpulan data yang
yang dilakukan oleh petani pola kemitraan sama diperoleh disini adalah data yang berhubungan
dengan pendapatan uaha tani tebu yang dengan pelaksanaan sistem pola kemitraan.
dilakukan oleh petani non kemitraan.
2. H1 : Pendapatan dan efisiensi usaha tani tebu Pengambilan Sampel
yang dilakukan oleh petani pola kemitraan Populasi dari petani yang akan diteliti dibagi
berbeda dengan pendapatan uaha tani tebu yang menjadi dua kelempok, yaitu :
dilakukan oleh petani non kemitraan. a. Populasi petani tebu yang ikut sistem pola
kemitraan dengan PG. Pesantren Baru.
METODE PENELITIAN b. Populasi petani tebu yang tidak mengikuti
Jenis dan Lokasi Penelitian sistem pola kemitraan dengan PG. Pesantren
Dalam penelitian yang digunakan penulis dalam Baru.
melakukan penlelitian ini bersifat deskriptif. Lokasi Metode pengambilan dari kedua populasi
penelitian ini dilakukan di PG. Pesantren Baru diatas dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin
Kediri dengan wilayah “C“ Wates berlokasi di Jalan dalam bukunya Haryadi dan Winda (2011:30).
Mauni No 334, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Berikut ini rumus menurut Slovin :
n= N
Sumber Data N.e2 + 1
Sumber data merupakan informasi dari mana
data tersebut dapat diperoleh. Sumber data yang dimana : n = Jumlah sampel
digunakan dalam penelitian ini meliputi dua jenis N = Jumlah populasi
yaitu : e2 = Batas ketelitian yang diinginkan
1. Sumber Data Primer
Data primer merupakan data yang bersumber 1) Pola kemitraan : N = 18
langsung dari obyek penelitian perusahaan, e2 = 10 % = 0,1
seperti data-data hasil wawancara dan observasi. n = N = 18 = 15,25 ≈ 15 (dibulatkan)
2 2
Data primer yang diperoleh adalah hasil N.e + 1 18.(0,1) + 1
wawancara secara langsung kepada kepala bagian
asmedis pimpinan wilayah bagian kepegawaian 2) Non Pola kemitraan : N = 15
PG. Pesantren Baru Kediri. e2 = 10 % = 0,1
2. Sumber Data Sekunder n = N = 15 = 13,04 ≈ 13 (dibulatkan)
Data sekunder merupakan data yang diperoleh N.e2 + 1 15.(0,1)2 + 1
secara tidak langsung dari sumbernya melainkan Jadi, dari perhitungan tersebut disimpulkan
sudah diolah serta studi pustaka yang ada bahwa jumlah sampel yang digunakan dalam
kaitannya dengan obyek yang diteliti. penelitian untuk pola kemitraan adalah 15 orang,
sedangkan non pola kemitraan adalah 13 orang.
Teknik Pengumpulan Data Tabel 2. Penentuan petani pada petani Wilayah
Dalam penelitian menggunakan sebuah analisis C daerah Silir Wates
data untuk mengetahui keadaan dari masalah suatu Sampel
obyek. Dengan demikian diperlukan metode- Petani Populasi yang
metode tertentu. Adapun teknik pengumpulan data diambil
yang digunakan oleh peneliti ini, meliputi : Pola Kemitraan 18 15
1. Wawancara / Interview Non Pola Kemitraan 15 13
Wawancara / interview merupakan metode
pengumpulan data yang diperoleh dengan cara Jumlah 33 28
melakukan tanya jawab langsung kepada pihak- Sumber : Data Diolah
pihak yang terlibat secara langsung.
2. Dokumentasi Teknik Analisis Data
Dokumentasi merupakan metode menggunakan Adapun teknik analisis data yang akan
teknik pengempulan data dengan secara digunakan adalah analisis kualitatif/deskriptif yaitu
langsung dokumen dan data yang diperlukan menjelaskan secara panjang lebar dalam bentuk
dalam mengevaluasi yang ada pada obyek kalimat keterkaitan dari data penelitian. Berikut
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) |Vol. 2 No. 2 Februari 2015| 6
Administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
yang dilakukan dalam menganalisis data yang HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
diperoleh dari perusahaan adalah sebagai berikut : Sistem Pola Kemitraan
1. Menguraikan dan menjelaskan fenomena- Tabel 4. Data Pola Kemitraan PG. Pesantren
fenomena yang terjadi di dalam melakukan pola Baru Kediri
kemitraan dan tidak melakukan pola kemitraan. Tebu
2. Membandingkan pendapatan dan efisiensi Luas/ Per.H Rand
antara petani yang mengikuti sistem pola No Nama Jumlah
Ha a emen
kemitraan dengan petani yang tidak mengikuti (kw)
(kw)
sistem pola kemitraan. Nur 890,9
3. Melakukan uji beda sederhana dengan metode 1 6,008 5.353,1 8
Kamim 9
independent sample t-test, dengan M. 900,0
menggunakan program pengolah data SPSS for 2 4,751 4.275,9 8
Ansori 1
windows. Derajat signifikasi (α) untuk H.
pengujian hipotesis yang dipilih adalah sebesar Anwar 900,0
0,05, dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. 3 5,146 4.631,6 8
Iskanda 3
r
Hipotesis Penelitian Muhibu
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini 4 8,043 900 7.238,7 8
lloh
adalah sebagai berikut : Sulisty
a. H0 : Pendapatan dan efisiensi usaha tani tebu 5 3,775 900 3.397,5 8
owati
yang dilakukan oleh petani pola kemitraan Ating 900,0
sama dengan pendapatan uaha tani tebu yang 6 4,489 4.040,1 8
Susanti 1
dilakukan oleh petani non kemitraan. Imam
b. H1 : Pendapatan dan efisiensi usaha tani tebu 890,9
7 Koirudi 4,028 3.588,9 8
yang dilakukan oleh petani pola kemitraan 9
n
berbeda dengan pendapatan uaha tani tebu Joko 890,9
yang dilakukan oleh petani non kemitraan. 8 7,166 6.384,8 8
Susanto 9
Agus 900,0
9 5,368 4.831,3 8
Tri M. 2
Nurka 900,0
10 4,180 3.762 7,75
mim 0
890,9
11 Samijo 5,132 4.572,6 7,75
9
Sulisty 900,0
12 7,6 6.840,6 7,75
o W. 2
Suwand 900,0
13 7,129 6.416,2 7,75
i 1
Imam
900,0
14 Koirudi 9,402 8.461,9 7,75
1
n
H. 890,9
15 9,124 8.129,4 7,75
SLamet 9
91,34 13.45 81.924, 118,5
Jumlah
1 5,06 6 0
Sumber : PG. Pesantren Baru Kediri
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa
Luas 6,008 Ha merupakan lahan yang didaftarkan
kepada pabrik untuk mengikuti sistem pola
kemitraan kepada PG. Pesantren Baru, sedangkan
tebu per.Ha 890,99 kuintal tebu merupakan hasil per
hektar dari lahan yang ditanami tebu dalam per
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) |Vol. 2 No. 2 Februari 2015| 7
Administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
hektar menghasilkan 890,99 kuintal tebu dalam 1 lahan tebu, sedangkan randemen 8,20 merupakan
hektarnya, sedangkan jumlah tebu 5.353,1 kuintal tebu yang setelah ditebang dimasukan PG ketemu
merupakan hasil keseluruhan tebu yang dihasilkan randemen, randemen tersebut untuk mengetahui
dari luas 6,008 Ha lahan tebu, sedangkan randemen nilai tebu per kuintal menghasilkan gula berapa
8 merupakan tebu yang setelah ditebang dimasukan apabila randemen tinggi maka gula yang dihasilkan
PG ketemu randemen, randemen tersebut untuk lebih banyak.
mengetahui nilai tebu per kuintal menghasilkan gula
berapa apabila randemen tinggi maka gula yang Analisis dan Interpretasi Data
dihasilkan lebih banyak. Latar Belakang Terjadinya Kemitraan
Pola kemitraan antara PG. Pesantren Baru
Sistem Non Pola Kemitraan dengan petani sudah terjalin lama semanjak PG.
Tabel 5. Data Non Pola Kemitraan PG. Pesantren berkembang. Hal ini karena perusahaan
Pesantren Baru Kediri ingin meningkatkan taraf hidup petani melalui pola
Tebu Ran kemitraan, serta adanya hubungan kerjasama yang
Luas/ terjalin sejak lama antara petugas dari perusahaan
No Nama Per.Ha Jumlah dem
Ha dengan petani tersebut.
(kw) (kw) en
1.050,0
1 Sumarji 3,051 3.203,7 8,20 Pola Kemitraan Antara PG. Pesantren Baru
4
Satima dengan Petani
2 4,061 900 3.654,9 8,00 Bentuk pola kemitraan yang terjalin antara PG.
n
Jumang Pesantren Baru dengan petani kemitraan di wilayah
3 5,045 900,01 4.540,5 8,00 “C” tersebut merupakan bentuk kemitraan Sub
in
Sugiant Kontrak, yaitu hubungan pola kemitraan antara
4 6,695 890,99 5.965,2 8,00 perusahaan inti dengan petani yang memproduksi
oro
Sunary komponen produksinya. Hal ini petani menyediakan
5 3,126 990,93 3.097,6 8,00 komponen produksi yaitu berupa tebu pada pabrik
adi
Sunariy gula.
6 6,856 900,01 6.170,5 7,75
adi
Satima Penerimaan Usaha Tani
7 7,069 900 6.362,1 7,75 Tabel 12. Rata-rata total tebu dan penerimaan
n
8 Padil 4,061 890,99 3.618,3 7,75 usaha tani tebu per hektar antara
9 Sumarji 6,203 890,99 5.526,8 7,75 pola kemitraan dan non pola
kemitraan
10 Susanti 7,5 900,01 6.750,1 7,75
No Uraian Pola Non Pola
1.100,0
11 Hartini 3,07 3.377,1 8,25 Kemitraan Kemiraan
2
1 Total tebu 13.455,00 19.405,01
Danang
12 6,305 890,99 5.617,7 8,00 (Ha)
S.
2 Penerimaan 69.168.809,8 69.029.814,6
Winarsi 1.000,0
13 2,588 2.588,1 8,00 (Rp)
h 3
Sumber : Data Diolah
19.405, 60.472, 103,
Jumlah 65,63 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 12
01 60 2
menunjukkan bahwa rata-rata jumlah produksi yang
Sumber : PG. Pesantren Baru Kediri
dihasilkan petani pola kemitraan lebih besar
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa
daripada non pola kemitraan yaitu untuk pola
Luas 3,051 Ha merupakan lahan yang dimiliki
kemitraan produksi 13.455,00 hektar mendapat Rp.
Sumarji dalam sistem non Pola kemitraan,
69.168.809,8,- sedangkan non pola kemitraan untuk
sedangkan tebu per hektar 1050,04 kuintal tebu
produksi 19.405,01 hektar mendapat Rp.
merupakan hasil per hektar dari lahan yang ditanami
69.029.814,6,-. Hal ini yang membuat perbedaan
tebu dalam per hektar menghasilkan 1.050,04
produksi ini karena pengaruh ada dan tidaknya
kuintal kuintal tebu dalam 1 hektarnya, sedangkan
bimbingan dari petugas lapang dalam hal
jumlah tebu 3.203,7 kuintal merupakan hasil
keseluruhan tebu yang dihasilkan dari luas 3,051 Ha
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) |Vol. 2 No. 2 Februari 2015| 8
Administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
pengolahan lahan tebu, pemupukan, pananaman penerimaan yang diperoleh petani yang mengikuti
sampai dengan panen. pola kemitraan lebih tinggi. Dikarenakan ada
pembinaan khusus dari petugas lapang PG.
Total Biaya Usaha Tani Tebu Pesantren Baru yang intensif dilakukan secara
Tabel 13. Rata-rata total biaya usaha tani tebu bertahap.
per hektar untuk petani pola kemitraan
dan non pola kemitraan Uji Beda Terhadap Petani Pola Kemitraan dan
Pola Non Pola Non Pola Kemitraan
Jenis Biaya Kemitraan Kemitraan Revenue cost ratio (R/C) untuk mengukur
(Rp) (Rp) kelayakan usaha yang menggunakan rasio
penerimaan dan biaya. Maka dapat dilihat pada
Biaya tetap : lampiran 3 dan lampiran 4, berikut rincian tingkat
Pajak lahan 375.000,- 375.000,- efisiensi dapat dilihat pada tabel 15 dibawah ini :
Sewa lahan 14.000.000,- 14.000.000,- Tabel 15. Perhitungan Revenue Cost Ratio (R/C)
Biaya variabel: Tingkat Efisiensi Untuk Usaha Tani
Biaya garap Pola Kemitraan dengan Non Pola
Saprodi Kemitraan
5.350.000,- 7.800.650,- Petani Pola Petani Non
Tebang Muat No Uraian
6.516.900,- 7.950.960,- Kemitraan Kemitraan
Angkut
13.781.534,- 10.970.535,- Penerimaan
Tenaga kerja 69.168.809,8
2.600.623,- 5.200.972,1,- 1. (Rp) 69.029.814,6
laki-laki
606.623,- 3.158.675,2,- 2. Biaya Total 49.456.792,3
Tenaga kerja 42.855.680
perempuan (Rp)
Total (Rp) 42.855.680,- 49.456.792,3,- R/C rasio 1,61 1,39
Sumber : Data diolah Sumber : Data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 13 Dari penyajian tabel 15 selanjutnya dilakukan
menunjukkan bahwa rata-rata biaya total yang uji beda anatar petani pola kemitraan dan petani non
dikeluarkan petani yang non kemitraan lebih besar pola kemitraan, dengan menggunakan uji
dibanding dengan pola kemitraan. Oleh karena itu, independent sample t-test. Berikut ini diperoleh hasil
petani terkadang mengurangi penggunaan pupuk uji beda dengan menggunakan uji independent
sehingga tebu yang dimiliki memerlukan perlakukan sample t-test.
yang khusus, hal ini menyababkan tenaga kerja yang
dibutuhkan juga lebih besar, sehinga biaya yang Tabel 16. Independent Sample T-Test Petani Pola
dikeluarkan juga lebih banyak. Kemitraan dan Petani Non
Kemitraan Untuk Total biaya Usaha
Pendapatan Usaha Tani Tebu Tani Tebu
Tabel 14. Rata-rata Pendapatan Usaha Tani Group Statistics
Tebu Antara Pola Kemitraan dan Non Std. Std. Error
Jenis N Mean Deviation Mean
Pola Kemitraan
No Uraian Pola Non Pola Total Pola
15 42.8556 2.67780 .69140
Biaya Kemitraan
kemitraan Kemitraan
Non Pola
1 Penerimaan Kemitraan
13 49.4567 4.44455 1.23270
69.168.809,8
(Rp) 69.029.814,6
Sumber : Data SPSS
2 Biaya Total 49.4567.92,3
42.855.680
(Rp)
Pendapatan 26.313.129,8 19.573.022,3
Sumber : Data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 14
menunjukkan bahwa pendapatan usahatani tebu
yang diperoleh petani pola kemitraan lebih besar
daripada petani non kemitraan, hal ini karena
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) |Vol. 2 No. 2 Februari 2015| 9
Administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Dari hasil uji beda dengan menggunakan Adanya perbedaan ini disebabkan oleh adanya
independent sample t-test dalam penyajian tabel 16, jaminan yang diberikan oleh perusahaan serta
digunakan hasil analisis dengan asumsi ragam sama ada pengawasan dan bimbingan oleh petugas
(equal variances assumed), maka diperoleh hasil lapang PG. Pesantren Baru, sehingga
signifikansi sebesar 0,002, dimana hasil tersebut produktivitasnya tinggi.
kurang dari derajat signifikansi (α) sebesar 0,05.
Sehingga dapat diambil keputusan menerima H1 atau DAFTAR PUSTAKA
menolak H0 yaitu hasil ini menunjukkan bahwa Arifin, Bustanul. 2001. Spektrum Kebijakan
secara statistik berbeda nyata antara efisiensi usaha Pertanian Indonesia. Jakarta : Erlangga.
tani tebu petani yang mengikuti pola kemitraan dan Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitan Suatu
petani non kemitraan, dengan tingkat kesalahan Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI,
sebesar 5%. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto S. 2007. Manajemen penelitian. Jakarta :
KESIMPULAN Rineka Cipta.
1. Pola kemitraan yang dilakukan pada PG. Arsyad, Lincolin. 2008. Ekonomi Manajerial. Edisi
Pesantren terhadap Petani di wilayah penelitian IV. Universitas Gajah Mada.
adalah kemitraan Sub Kontrak antara petani Azwar, S. (2010). Metodologi Penelitian.
dengan PG. Pesantren yang sudah terlaksana Yogyakarta: Pustaka Pelajar Cetakan X1.
sejak awal dibungan PG. Pesantren Baru Kediri. Bustami Bastian dan Nurlela. 2013. Akuntansi
2. Berdasarkan evaluasi rata-rata pendapatan yang Biaya. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Mitra
diperoleh usaha tani tebu untuk petani pola Wacana Media.
kemitraan lebih besar yaitu Rp. 69.168.809,8,- Carter, William K. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi 14.
sedangkan untuk non pola kemitraan yaitu Rp. Jakarta : Salemba Empat.
69.029.814,6,-. Hal ini karena jumlah produksi Martodireso, Sudadi. 2002. Angribisnis Kemitraan
dan harga tebu lebih tinggi, sehingga akan Usaha Bersama. Kanisius. Jakarta.
mempengaruhi besarnya pendapatan yang Mulyadi (2010), Akuntansi Biaya, Edisi ke-5
diperoleh oleh petani. cetakan kesepuluh, Penerbit UPP-STIM
3. Dari hasil nilai revenue cost rasio (R/C), YKPN, Yogyakarta.
diperoleh bahwa rata-rata nilai revenue cost Kardiat. 2002. Penyehatan Tanaman Tebu Melalui
rasio (R/C) untuk petani yang mengikuti pola Pola Inti Tebu PTPN X (PERSERO).
kemitraan sebesar 1,61 lebih besar dibanding Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk
dengan rata-rata nilai revenue cost rasio (R/C) Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga.
untuk petani non pola kemitraan sebesar 1,39. Sarjono, Haryadi, dan Julianita, Winda. 2011. SPSS
Hal ini menunjukkan bahwa hasil usaha tebu vs LISREL: Sebuah Pengantar, Aplikasi
pol akemitraan lebih efisiensi dibanding dengan untuk Riset. Selemba Empat: Jakarta.
hasil usaha tebu petani non kemitraan. Soekartawi. 2002. Agribisnis. Teori dan
4. Dari hasil perhitungan uji beda antara petani Aplikasinya. Rajawali Pers Universitas
pola kemitraan dan petani non kemitraan, dapat Brawijaya : Jakarta.
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi
pola kemitraan dengan non kemitraan dapat Pertanian. Teori dan Aplikasi. Raja
diambil keputusan menerima H1 atau menolak Grafindo Persada : Jakarta.
H0 yaitu hasil ini menunjukkan bahwa secara Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta :
statistik berbeda nyata antara efisiensi usaha Universitas Indonesia (UI-Press).
tani tebu petani yang mengikuti pola kemitraan Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,
dan petani non kemitraan, dengan tingkat Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
kesalahan sebesar 5%. Hasil dari uji beda Suratiyah, Ken, 2006. Ilmu Usahatani. Penebar
tersebut terlihat jelas bahwa terdapat perbedaan Swadaya. Jakarta.
antara usaha tani tebu petani pola kemitraan Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan,
dengan petani non kemitraan yang signifikan. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) |Vol. 2 No. 2 Februari 2015| 10


Administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai