Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki pertanian sebagai

pemegang peranan yang penting dari keseluruhan perekonomian nasional.

Salah satu komoditi perkebunan yang sedang digalakkan pengembangannya

adalah kelapa sawit. Komoditi kelapa sawit mampu mengangkat namanya

menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal bahkan menduduki

peringkat ekspor tertinggi dari komoditi perkebunan lainnya (Nawiruddin,

2017).

Komoditi perkebunan kelapa sawit yang menjadi sektor pembangunan di

wilayah masyarakat pedesaan menjadi alat untuk membangun perekonomian

petani. Ekonomi sebagai suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan

pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumberdaya

masyarakat yang terbatas dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha dan

keinginan masing-masing (Damsar, 2009: 35).

Pembangunan subsektor kelapa sawit di Indonesia merupakan penyedia

lapangan kerja yang cukup besar dan sebagai sumber pendapatan petani.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang memiliki andil besar dalam

menghasilkan pendapatan asli daerah, produk domestik bruto, dan

kesejahteraan masyarakat. Kegiatan perkebunan kelapa sawit telah

memberikan pengaruh eksternal yang bersifat positif atau bermanfaat bagi

1
wilayah sekitarnya. Manfaat kegiatan perkebunan terhadap aspek sosial

ekonomi antara lain yaitu; pertama meningkatkan kesejahteraan masyarakat

sekitar; kedua, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha; ketiga,

memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah. (Siradjuddin, 2015)

Kegiatan perkebunan kelapa sawit yang terjadi yaitu adanya pembangunan

perusahaan perkebunan kelapa sawit. Seperti yang terjadi di Provinsi Bangka

Belitung terdapat beberapa pembangunan perusahaan kelapa sawit untuk

membangun perekonomian masyarakat. Seperti halnya yang terjadi di wilayah

Desa Bukit Layang. Desa Bukit Layang saat ini ada beberapa perusahaan

perkebunan kelapa sawit yang telah diberikan perizinan oleh pemerintah untuk

melakukan kegiatan perkebunan. Salah satu dari beberapa Perusahaan

Perkebunan Kelapa Sawit tersebut yaitu PT. Tata Hamparan Eka Persada

(THEP). PT. THEP itu sendiri diberikan perizinan atas pemerintah dengan

tujuan untuk membangun perekonomian masyarakat dengan menjalankan pola

kemitraan terhadap masyarakat di Desa Bukit Layang, sesuai dengan Peraturan

Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 22 tahun 2010 pasal 1

ayat 8.

Pola kemitraan itu sendiri merupakan suatu pola hubungan antara

perusahaan dengan masyarakat yang dibentuk dengan badan hukum. Sesuai

dengan Permentan nomor 29 tahun 2007 Pasal 1 ayat 16 menjelaskan bahwa

kemitraan perkebunan adalah hubungan kerja yang saling menguntungkan,

menghargai, bertanggung jawab, memperkuat, dan saling ketergantungan

antara perusahaan perkebunan dengan pekebun, karyawan, dan masyarakat

2
sekitar perkebunan. Salah satu bentuk dari kemitraan perusahaan dengan

pekebun adalah terbentuknya Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit (KPKS).

Koperasi merupakan organisasi yang dicanangkan dan didukung oleh

pemerintah dengan tujuan agar organisasi ini mampu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan per kapita baik

anggota maupun non anggota. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian pada Bab I Pasal 1, yang dimaksud dengan koperasi

adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum

koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas

kekeluargaan. Salah satu koperasi yang terdapat di wilayah Desa Bukit Layang

adalah koperasi perkebunan.

Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit itu sendiri mengelola perkebunan yang

dibangun oleh perusahaan untuk masyarakat yang disebut perkebunan plasma.

Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit (KPKS) yang telah dibentuk untuk

perkebunan plasma yang telah dibangun oleh perusahaan. Perkebunan plasma

tersebut didapat dari sebagian lahan milik perusahaan, dikarenakan dari seluruh

luas lahan perkebunan milik PT. THEP yang ada di Desa Bukit Layang harus

dibagi lagi dengan perbandingan 50% adalah perkebunan milik perusahaan

atau yang disebut perkebunan inti, dan 50% nya lagi adalah perkebunan plasma

milik KPKS. Desa Bukit Layang memiliki persentase bagi hasil yang sangat

besar, karena luas lahan perusahaan harus dibagi dua.

3
Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit hanya mengelola perkebunan plasma

yang telah dibangun oleh perusahaan dari merawat, memetik Tandan Buah

Segar (TBS), sampai menjual TBS. Hasil yang diperoleh dari penjualan hasil

perkebunan plasma tersebut dibagikan kepada masyarakat yang menjadi

anggota dari koperasi. KPKS juga sebagai jalur tengah antara perusahaan

dengan masyarakat, agar masyarakat tidak merasa dirugikan karena telah

menjual lahan ke perusahaan. Banyaknya lahan bekas tambang yang tidak bisa

lagi digarap oleh masyarakat bisa dimanfaatkan perusahaan sebagai areal

perkebunan dan lahan masyarakat diganti rugi oleh perusahaan.

Lahan masyarakat yang telah dibeli oleh perusahaan akan ditanami

perkebunan kelapa sawit, sehingga masyarakat tidak bisa lagi berkebun dilahan

tersebut. Jadi masyarakat petani harus membuka lahan ditempat lain untuk

bertani. Masyarakat Desa Bukit Layang yang mayoritas bermata pencaharian

sebagai petani tentunya sektor pertanian sebagai penunjang ekonomi keluarga,

ditambah lagi pasca tambang yang terjadi membuat perekonomian masyarakat

menurun.

Berdasarkan keadaan inilah maka peneliti memfokuskan penelitian pada

bahasan mengenai kontribusi dari KPKS Bukit Layang terhadap kehidupan

sosial ekonomi masyarakat di Desa Bukit Layang. Peneliti disini ingin melihat

kontribusi dari KPKS Bukit Layang berperan membangun kesejahteraan

masyarakat dengan membangun perkebunan kelapa sawit. Masyarakat yang

menghadapi pasca tambang tentunya perekonomiannya sangat rendah. Namun

pemerintah mencari jalan keluar untuk menbantu perekonomian masyarakat.

4
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana kontribusi

Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit Bukit Layang terhadap kehidupan sosial

Ekonomi masyarakat Desa Bukit Layang?

C. Tujuan

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

Kontribusi Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit Bukit Layang terhadap

kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Bukit Layang.

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini yaitu :

a. Penelitian diharapkan dapat memperluas wacana studi yang berkaitan

dengan teori pertukaran sosial, yaitu timbal balik antara masyarakat

dan perusahaan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap

masyarakat terkait dengan kontribusi serta kebijakan yang dikeluarkan

KPKS untuk membantu perekonomian masyarakat.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah penyajian bacaan yang relevan dengan penelitian

yang akan dilakukan. Penelitian ini dilakukan oleh Dominikus Okbertus

Srikujam (2015) berjudul “Pola Kemitraan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi

pada PT. Mitra Austral Sejahtera (MAS) di Desa Upe Kecamatan Bonti

Kabupaten Sanggau)”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah pola kemitraan terkait dengan lahan

5
telah melahirkan konflik antara perusahaan dan petani plasma sebagai mitra.

Petani plasma sebagai mitra selalu menjadi pihak yang dirugikan.

Akibat perbedaan luas lahan plasma antara versi Perusahaan, versi KUD,

dan versi Pemerintah Daerah, menyulitkan Badan Pertanahan Nasional

melakukan proses sertifikasi, sehingga petani terancam tidak bisa memiliki

sertifikat hak milik atas lahannya, disisi lain dalam pelaksanaan sistem Bagi

hasil, masih belum berjalan sesuai perjanjian, seperti pihak perusahaan tidak

menerima hasil TBS kebun swadaya masyarakat dengan berbagai alasan.

Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, PT MAS belum membangun

fasilitas umum secara konsisten dan berkesinambungan dan pembinaan

terhadap petani plasma. Dana Corporate Social Responsibility (CSR) bisa

menciptakan pendapatan alternatif agar petani dan masyarakat tidak

melakukan perbuatan pidana untuk menambah penghasilannya.

Penelitian selanjutnya diteliti oleh Albertin Yesica Stevani Tumimomor

(2012) berjudul “Pengelolaan Koperasi Dalam Program Kemitraan”.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian

ini adalah program kemitraan antara Koperasi Bina Bersama dengan PT.

Kahuripan Inti sawit memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan

pendapatan anggotanya. Lahan hutan tanaman industri yang sebenarnya sudah

tidak produktif lagi diolah menjadi kebun kelapa sawit. Program kemitraan

anggota koperasi yang sebelumnya tidak mempunyai kebun kelapa sawit

menjadi memiliki kebun kelapa sawit. Hasil dari kebun dijual ke perusahaan

sehingga dapat menambah pendapatan mereka. Pengelolaan Koperasi Bina

6
Bersama baik dalam pendekatan kelembagaan dan pendekatan proses belum

maksimal dalam upaya mencapai tujuan koperasi yaitu meningkatkan

kesejahteraan anggota koperasi mitra. Dalam pendekatan kelembagaan terlihat

dari belum dilaksanakannya rapat anggota tahunan dan tidak adanya

transparansi keuangan koperasi. Minimnya pengetahuan dan kemampuan

pengurus koperasi dalam mengelola koperasi menjadi penyebabnya.

Sedangkan dari pendekatan proses terlihat dari minimnya pengetahuan para

anggota koperasi itu sendiri tentang pentingnya koperasi sebagai wadah

aspirasi dan institusi yang dapat membantu anggota koperasi untuk

meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Penelitian selanjutnya diteliti oleh Ichsan Darwis, (2015) berjudul

“Dampak Keberadaan Perusahaan Kelapa Sawit Terhadap Kesejahteraan

Sosial Masyarakat Di Desa Bulo Mario Kabupaten Mamuju Utara”. Penelitian

ini dilakukan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Hasil dari penelitian

ini adalah dampak keberadaan perusahaan kelapa sawit di Desa Bulu Mario

secara ekonomi membawa banyak dampak positif. Namun secara sosial

membawa perubahan negatif berkenaan dengan tingkat gotong royong

masyarakat. Sebelum adanya perusahaan intensitas gotong royong di Desa

Bulu Mario sangatlah baik. 85 responden atau 93,4 persen dari total sampel

menjawab selalu gotong royong. Sebaliknya, ketika sudah ada perusahaan

intensitas gotong royong di Desa Bulu Mario mengalami penurunan yang

sangat segnifikan. Hanya tersisa 1 responden atau 1,1 yang menjawab selalu.

7
Dalam penelitian ini penulis hanya melihat dampak perusahaan perkebunan

kelapa sawit dari 2 aspek, yaitu aspek sosial dan aspek ekonomi.

Kondisi sosial sebelum adanya perusahaan dapat dikatakan masih

memiliki ikatan emosional yang tinggi. Sehingga tingkat interaksi, gotong

royong dan lain sebagainya masih sangat baik. Hal ini didukung pula

kesamaan latar belakang suku budaya penduduk asli di desa Bulu Mario. Pada

saat ini, setelah adanya perusahaan terjadi penurunan tingkat interaksi, gotong

royong dan lain sebagainya. Dampak keberadaan perusahaan kelapa sawit

terhadap kondisi sosial sangat mempengaruhi yaitu setelah adanya perusahaan

dibandingkan sebelum adanya perusahaan. Dampak tersebut seperti adanya

sarana pendidikan di Desa Bulu Mario, adanya perkelahian yang terjadi antar

desa pada warga tersebut, tingkat interaksi dan gotong royong warga di Desa

Bulu Mario mengalami penurunan dan banyak perbaikan dan pengadaan

sarana sosial publik.

Sedangkan jika dilihat dari kondisi ekonomi masyarakat sebelum adanya

perusahaan dapat dikatakan berada pada kondisi belum sejahterah di daerah

asalnya masing-masing. Yaitu berasal dari daerah Jawa Barat, Jawa Timur,

Majene, NTT dan NTB. Dengan kondisi ekonomi yang masih jauh dari kata

sejahterah lalu mereka memutuskan untuk mengikuti program transmigrasi

pemerintah. Pada saat ini, setelah adanya perusahaan mereka yang dulunya

kurang sejahterah sekarang menjadi sangat sejahterah. Mereka datang dengan

kondisi ekonomi nol, sekarang mayoritas dari mereka berpenghasilan rata-rata

belasan sampai puluhan juta. Dampak keberadaan perusahaan kelapa sawit

8
terhadap kondisi ekonomi sangat mempengaruhi yaitu setelah adanya

perusahaan dibandingkan sebelum adanya perusahaan. Dampak tersebut

seperti peningkatan tingkat ekonomi dan sarana warga di Desa Bulu Mario

yang sangat membantu dalam meningkatkan ekonomi masyarakat tersebut,

terjadinya peningkatan harga tanah dan adanya pekerjaan sampingan warga di

Desa Bulu Mario yaitu berprofessi sebagai Guru.

Penelitian keempat diteliti oleh Muhammad Saleh (2015) berjudul “Studi

Tentang Pola Kemitraan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII Dalam

Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Di Desa Semuntai Kecamatan Long

Ikis Kabupaten Paser”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

deskriptif. Hasil penelitian ini adalah PT. Perkebunan Nusantara XIII dalam

menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai tanggung jawab sosial

tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha kecil

dan Program Bina Lingkungan (PKBL) telah membuat suatu kebijakan tata

kelola tanggung jawab sosial perusahaan yaitu wajib menjalankan Program

Kemitraan.

Serta Bina Lingkungan sebagaimana ditugaskan oleh Pemerintah, dengan

cara melaksanakan program kemitraan, pemberian pinjaman, dan hibah sesuai

dengan prioritas yang ditetapkan untuk memberikan nilai tambah bagi

masyarakat dan perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara XIII melaksanakan

program peningkatan kesehatan masyarakat, pengembangan prasarana dan

sarana umum serta sarana ibadah sesuai dengan prioritas yang ditetapkan serta

dengan koordinasi bersama Pemda dan masyarakat Desa Semuntai.

9
PT. Perkebunan Nusantara XIII melakukan pembinaan, mempertahankan

dan meningkatkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan

masyarakat sekitar sehingga tercipta kondisi yang kondusif dalam mendukung

pengembangan usaha dan pertumbuhan perusahaan serta memberikan

kontribusi yang menyentuh kehidupan masyarakat, sehingga dapat membantu

Pola Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara XIII dalam meningkatkan

perekonomian masyarakat mengatasi atau mengurangi permasalahan sosial

yang terjadi di sekitar lingkungan perusahaan.

Faktor-faktor penghambat dalam program kemitraan PT. Perkebunan

Nusantara XIII sangat berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan maupun

kesejahteraan masyarakat. Faktor penghambat timbul akibat ketidakpuasan

masyarakat atas pola kemitraan yang dilakukan oleh PT. Perkebunan

Nusantara XIII terhadap masyarakat selaku petani. Faktor penghambat dalam

pelaksanaan pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara XIII diantaranya

adalah :

a. Harga komoditas, harga pabrik seringkali lebih rendah dari harga

pasaran.

b. Sertifikasi yang tidak jelas.

c. Banyak potongan yang harus dibayar petani.

d. Petani menjual sawitnya keluar pabrik melalui “Tengkulak” atau

pihak ketiga.

e. Petani kurang paham dengan standar baku mengenai istilah TBS.

10
f. Penglibatan KUD ternyata berkembang tidak seperti yang

diharapkan.

g. Kurangnya perhatian dari pemerintah daerah terhadap

permasalahan yang terjadi di PT. Perkebunan Nusantara XIII.

Penelitian selanjutnya William Hendriono, (2016) berjudul “Studi

Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi

Masyarakat di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara”. Penelitian ini

dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa, Dampak keberadaan perusahaan perkebunan kelapa

sawit PT. Sultra Prima Lestari terhadap kondisi sosial sangat mempengaruhi

yaitu setelah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit dibandingkan

sebelum adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Dampak tersebut seperti adanya akses pendidikan di Kecamatan

Andowia, adanya aktivitas ekonomi baru seperti penginapan, rumah makan,

jasa penyebrangan, dan salon. Setelah adanya perusahaan perkebunan kelapa

sawit PT. Sultra Prima Lestari mereka yang dulunya kurang sejahterah

sekarang menjadi lebih sejahtera. Mereka datang dengan kondisi ekonomi

nol, dampak keberadaan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra

Prima Lestari terhadap kondisi ekonomi sangat mempengaruhi yaitu setelah

adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit dibandingkan sebelum adanya

perusahaan perkebunan kelapa sawit.

11
Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya perusahaan kelapa sawit sudah

dapat dipastikan akan membuka lapangan kerja dan lapangan usaha, baik

langsung maupun tidak langsung, khususnya di Kecamatan Andowia karena

dapat memperbaiki keadaan perekonomian masyarakat. Dimana pada saat

sebelum adanya perusahaan kelapa sawit masyarakat banyak yang bekerja

sebagai petani dan ada pula yang merantau keluar daerah untuk mencari

pekerjaan, namun sesudah adanya perusahaan kelapa sawit masyarakat yang

tadinya merantau banyak yang kembali ke kampung halaman untuk

beraktivitas.

Selain dampak ketersedianya lapangan pekerjaan juga berdampak pada

terciptanya sarana pendidikan, kontribusinya didalam sarana pendidikan yang

berupa bantuan pendidikan atau pun beasiswa berprestasi kepada masyarakat

yang berada di Kecamatan Andowia, atau pun anak - anak dari para karyawan

perkebunan yang bekerja di perkebunan kelapa sawit. Rata - rata masyarakat

di Kecamatan Andowia menyekolahkan anaknya dengan pendapatan yang

dihasilkan selama bekerja, sedangkan para pekerja perkebunan

menyekolahkan anaknya dengan biaya yang dihasilkan selama bekerja

diperusahaan perkebunan namun hanya sampai kejenjang SLTA dan untuk

samapai ketingkat perguruan tinggi mereka tidak mampu. Jadi dengan adanya

peningkatan pada pendapatan dengan terciptanya lapangan pekerjaan dan

meningkatnya tingkat pendidikan tentunya akan meningkatkan taraf hidup

masyarakat.

12
Persamaan penelitian pertama dengan penelitian yang akan dilakukan

yaitu penelitian pertama berfokus pada pola kemitraan perkebunan kelapa

sawit dan melihat dampak dari adanya pembangunan perkebunan kelapa sawit

yang dilakukan terhadap masyarakat sekitar lokasi perusahaan. Persamaannya

sama-sama melihat dampak perkebunan kelapa sawit pada aspek

perekonomian. Pada penelitian kedua, persamaannya dengan penelitian yang

dilakukan adalah penelitian ini berfokus pada pola kemitraan yang dijalankam

oleh koperasi dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit, dan juga koperasi

sebagai wadah aspirasi yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan

anggotanya.

Persamaan pada penelitian ketiga dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah sama-sama melihat pada fokus dari dampak keberadaan perusahaan

perkebunan kelapa sawit terhadap kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat.

Persamaan pada penelitian keempat dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah penelitian ini berfokus pada pola kemitraan perusahaan perkebunan

kelapa sawit dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Pada penelitian

kelima persamaanya yaitu ingin melihat dampak dari perkebunan kelapa sawit

dari aspek sosial dan ekonomi.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian pertama yaitu

penelitian pertama lebih fokus pada konflik dari kemitraan yang dibentuk

sedangkan dalam penelitian ini tidak berfokus pada konflik yang ada, pada

penelitian ini lebih fokus ke kontribusi dari perkebunan kelapa sawit.

Penelitian kedua lebih berfokus pada dampak koperasi dalam sebuah

13
pengelolaannya termasuk dari segi internal dan eksternal koperasinya, pada

penitian kedua ini perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan yaitu saya

lebih fokus ke kontribusi dari koperasi, sedangkan penelitian ini lebih ke

dampak koperasi yang dilihat dari pengelolaan koperasi.

Penelitian ketiga menggunakan metode kuantitatif serta penelitian ini

berfokus pada dampak dari perkebunan kelapa sawit yang berdampak pada

dua aspek, yaitu aspek kondisi sosial dan aspek kondisi ekonomi. Oleh karena

itu pada penelitian ketiga peneliti menjelaskan aspek sosial ekonominya secara

terpisah, sedangkan ini peneliti akan menjelaskan aspek sosial ekonomi secara

keseluruhan. Penelitia keempat lebih berfokus pada kewajiban perusahaan

terhadap menjalankan tugas perusahaan untuk mensejahterakan masyarakat

serta tanggung jawab sosial dengan membangun prasarana dan sarana-sarana

umum termasuk kesehatan dan ibadah sesuai yang ditugaskan pemerintah.

Peningkatan perekonomian untuk membantu mengurangi permasalahan sosial

dimasyarakat. Pada penelitian keempat, hanya berfokus ke dampak

perkebunan kelapa sawit terhadap masyarakat dilihat dari aspek sosial dan

ekonominya saja, sedangkan pada penelitian ini peneliti memfokuskan

kontribusi dari perkebunan kelapa sawit terhadap kehidupan sosial ekonomi

masyarakat.

F. Kerangka Teoretis

Penelitian ini menggunakan teori milik Peter M. Blau untuk menganalisis

Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa

14
Bukit Layang. Menurut Blau didalam buku Poloma, Margaret (2013: 81)

Teori ini menjelaskan bahwa setiap keinginan untuk memperoleh ganjaran

sosial ini merupakan sesuatu yang bersifat “given” didalam teori Blau dan

merupakan asal-usul struktur social. Blau menceritakan bahwa setiap orang

tertarik ke sebuah asosiasi karena ingin mengharapkan ganjaran yang

interinsik maupun eksterinsik.

Menurut Blau orang tertarik satu sama lain karena beragam alasan yang

menyebabkan mereka membangun asosiasi-asosiasi sosial. Sekali ikatan awal

di tempa, penghargaan-penghargaan yang mereka berikan satu sama lain

membantu memelihara dan meningkatkan ikatan-ikatan itu. Penghargaan yang

dipertukarkan dapat bersifat interinsik (misalnya, cinta, kasih sayang,

penghargaan) atau eksterinsik (contohna, uang dan pekerjaan fisik) (Ritzer,

2012: 727)

Menurut Blau dalam buku Bernard (2007: 176), orang-orang tertarik

kepada satu sama lain karena bermacam-macam alasan yang memungkinkan

mereka membentuk atau membangun asosiasi-asosiasi sosial atau organisasi-

organisasi sosial. Begitu ikatan-ikatan awal sudah terbentuk maka imbalan

yang mereka berikan kepada satu sama lain berfungsi untuk mempertahankan

dan menguatkan itu. Imbalan yang dipertukarkan bisa bersifat intrinsik,

(seperti cinta, afeksi, dan penghargaan) dan dapat pula bersifat ekstrinsik

(seperti uang, barang-barang dan material lainnya.

Blau memang mengakui tidak semua perilaku manusia dibimbing oleh

pertimbangan pertukaran sosial, tetapi dia berpendapat kebanyakan memang

15
demikian. Dia mengetengahkan dua persyaratan yang harus dipenuhi bagi

perilaku yang menjurus pada pertukaran sosial : (1) perilaku tersebut “harus

berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melalui interaksi

dengan orang lain”, dan (2) perilaku “harus bertujuan untuk memperoleh

sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut” (poloma, 2013: 82).

Blau mengatakan dalam buku Poloma (2013: 82) tidak semua transaksi

sosial bersifat simetris dan berdasarkan pertukaran sosial seimbang. Jelas

bahwa hubungan-hubungan antar pribadi dapat bersifat timbak balik atau

sepihak. Dalam hal terjadi hubungan yang bersifat simetris, dimana semua

anggota menerima ganjaran sesuai dengan yang diberikannya, maka kita dapat

menyebut hal demikian sebagai hubungan pertukaran.

Blau dalam teorinya mengatakan pertukaran sosial terbatas kepada tingkah

laku yang mendatangkan imbalan, akni tingkah laku yang akan berhenti kalau

dia berasumsi bahwa tidak akan ada imbalan lagi. Menurutnya, orang-orang

tertarik pada satu sama lain karena bermacam-macam alasan yang

memungkinkan mereka membentuk atau membangun asosiasi-asosiasi sosial

atau organisasi sosial (Upe, 2010: 183).

Teori pertukaran ini digunakan untuk menganalisis bagaimana kontribusi

dari keberadaan Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit bagi kehidupan sosial

ekonomi masyarakat di Desa Bukit Layang. KPKS sebagai jalan tengah antara

perusahaan kelapa sawit dengan masyarakat yang memberikan ganjaran

timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat atas apa yang telah

masyarakat berikan. Masyarakat sebagai alat penyedia lahan untuk perusahaan

16
tentunya menginginkan timbal balik dari perusahaan. Mereka berharap dengan

adanya timbal balik dari perusahaan tentunya akan sedikit membantu mereka

dalam segi perekonomian.

Desa Bukit Layang yang merupakan daerah pedesaan yang masih

memiliki norma-norma adat dalam masyarakat yang sangat berlaku. Menurut

Blau dalam buku Bernrd (2007:180) mengataka bahwa norma-norma yang

berlaku dapat menjadi alat pertukaran antara individu dan masyarakat maka

nilai dapat menjadi alat pertukaran antara kelompok dan kelompok dengan

kolektivitas. Menurut Blau nilai-nilai yang ada dapat dipandang sebagai media

atau alat didalam transaksi sosial

Dalam pandangan Blau, ada empat tipe dasar dari nilai-nilai. Pertama,

nilai-nilai yang bersifat khusus atau partikular adalah nilai sebagai media

integrasi dan solidaritas didalam masyarakat. Kedua, nilai-nilai yang bersifat

universal yaitu nilai yang berstandard bersifat umum. Misalnya seorang

individu menyumbang sesuatu segmen dalam kehidupan masyarakat dan

kemudian masyarakat menentukan nilai dari kontribusi itu dan memberikan

imbalan yang seimbang, seperti status yang lebih tinggi, upah yang lebih

besar, atau privilese tertentu. Ketiga, nilai yang bersifat meligitimasi otoritas,

yaitu memberikan legitimasi atas kekuasaan kepada orang orang tertentu

seperti pemimpin supaya bisa memberikan kontrol sosial. Keempat, nilai-nilai

oposisi, yaitu nilai ini memberikan kemungkinan untuk menyebarluaskan

perasaan akan perlunya perubahan yang jauh lebih efektif daripada

17
penyebaran melalui kontak pribadi antara orang-orang untuk melawan

keteraturan yang sudah mapan. (Bernard, 2007: 181)

Kita melihat kondisi perekonomian di Bangka yang semakin sulit,

tentunya hal itu akan memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat

Desa Bukit Layang. Masyarakat yang telah menjual lahan mereka kepada

perusahaan sangat mengharapkan ganjaran timbal balik dari perusahaan,

disamping memberikan timbal balik kepada masyarakat perusahaan juga harus

bisa menjaga hubungan atau ikatan-ikatan awal serta norma yang telah

dibentuk antara perusahaan dengan masyarakat, agar tidak terjadinya

pertukaran yang sepihak atau menguntungkan sebelah pihak saja. Melalui

ikatan awal yang telah dibangun tersebut dapat menjadi sebuah cara bagi

perusahaan agar apa yang telah mereka berikan dapat menjadi imbalan yang

setimpal bagi masyarakat.

18
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Rahman dan Ibrahim (2009: 41), pada umumnya ada 2 jenis

penelitian, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian

kualitatif lebih berkaitan dengan penyajian data secara kualitas, bukan angka,

dan biasanya lebih pada eksplorasi data, bukan pengujian variabel serta lebih

berkenan dengan proses yang penuh nilai. Penelitian kualitatif juga bersifat

mengeksplorasi karena mengkaji secara khusus apa yang menjadi objek

penelitian tersebut yang dikaji secara terbatas dan mendalam dalam penentuan

informan yang akan diwawancara.

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif yaitu merupakan suatu metode penelusuran dalam

penelitian yang deskriptif untuk mengambarkan dan mengeksplorasi

fenomena sosial di masyarakat. Metode kualitatif deskriptif dianggap relevan

digunakan dalam penelitian ini. Metode kualitatif deskriptif diharapkan dapat

mengungkapkan temuan dan menjabarkan fenomena sosial masyarakat

mengenai kehidupan sosial ekonomi dimasyarakat di Desa Bukit Layang.

Dengan demikian metode ini dapat digunakan serta mampu memetakan hasil

yang diperoleh dari sumber informasi, yang memahami keadaan dan objek

penelitian.

19
B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Bukit Layang Kecamatan

Bakam Kabupaten Bangka. Pertimbangan memilih lokasi dikarenakan Desa

ini terdapat koperasi perkebunan kelapa sawit. Koperasi Perkebunan Kelapa

Sawit merupakan suatu lembaga yang sudah berdiri sejak tahun 2007 dan

memiliki kantor di Dusun Air Layang Desa Bukit Layang. Kantor tersebut

pula setiap hari digunakan oleh pengurus KPKS mengelola semua keperluan

serta kegiatan dari perkebunan kelapa sawit plasma.

Keuntungan dengan adanya KPKS ini bisa meningkatkan

perekonomian masyarakat. keuntungan tersebut juga dapat digunankan untuk

membantu masyarakat dalam hal bantuan sosial serta membantu membangun

alternatif sarana umum.

C. Informan

Pemilihan informan ditentukan dengan teknik purposive sampling.

Metode purposive sampling merupakan metode penetapan sampel berdasarkan

kriteria tertentu (Sangadji, 2010). Hal ini dilakukan dengan mengambil subjek

bukan didasarkan oleh strata, random dan daerah. Pengambilan data

didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Kriteria informan yang menjadi

sumber data dari penelitian ini yaitu pengurus KPKS, anggota KPKS, dan

masyarakat yang menjadi kepala keluarga dalam sebuah keluarga di Desa

Bukit Layang. Kriteria informan yang akan saya pilih yaitu masyarakat yang

menjadi kepala keluarga di Desa Bukit Layang yang memahami KPKS,

anggota dari KPKS , serta pengurus KPKS baik itu dari pengurus maupun

20
pengawas dari KPKS. Jumlah informan yang akan diteliti dalam penelitian ini

yaitu sebanyak 15 orang.

D. Sumber Data

Sumber data untuk penelitian ini dibagi dalam dua bentuk, yaitu :

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh

seorang peneliti umumnya dari hasil observasi terhadap situasi sosial

dan diperoleh dari tangan pertama atau subjek penelitian (Mukhtar,

2013). Data primer didapatkan dari melakukan pengamatan langsung

di Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit Desa Bukit Layang. Pihak-

pihak yang diwawancarai dalam penelitian ini yaitu pengurus

Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit, anggota Koperasi Perkebunan

Kelapa Sawit, serta masyarakat Desa Bukit Layang. Data primer

digunakan sebagai sumber utama untuk memperkuat validitas data

dari penelitian ini.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung oleh peneliti, tapi telah berjenjang melalui tangan kedua atau

ketiga. Data sekunder adalah sumber data tambahan yang digunakan

dalam penelitian ini didapat dari data pemerintahan, literatur, jurnal

dan berita yang dimuat di media massa. Sumber data ini digunakan

untuk memperkuat data temuan dalam penelitian.

21
E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan beberapa

teknik, yaitu :

a. Observasi

Observasi yaitu mengamati dan mendengar dalam rangka

memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial

selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang

diobservasi, dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut

guna penemuan data analisis (Suprayogo, 2003). Observasi dilakukan

di Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit Bukit Layang untuk melihat

kondisi kontribusi dari keberadaan KPKS tersebut bagi kehidupan

sosial ekonomi masyarakat Desa Bukit Layang.

b. Wawancara

Menurut Nawawi (dalam Rahman, 2009), wawancara adalah usaha

untuk mengajukan pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan

pula. Wawancara dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan

untuk mendapatkan informasi (data) dari informan dengan cara

bertanya langsung secara bertatap muka. Namun seiring

perkembangannya teknik wawancara ini tidak harus dilakukan secara

berhadapan langsung, melainkan dengan memanfaatkan sarana

komunikasi lain, misalnya telepon dan internet. Dalam penelitian ini

dilakukan teknik wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi

yang lebih akurat terkait dengan data yang dibutuhkan.

22
c. Dokumentasi

Guba dan Lincoln mengemukakan penggunaan metode

dokumentasi dalam penelitan karena bersifat alami dan berupa bukti

nyata yang dapat ditampilkan sebagai barang bukti untuk suatu

pengujian (Moleong, 2007: 217). Dokumentasi yang digunakan dalam

penelitian ini berupa data-data yang didapat dari berbagai sumber,

data peraturan pemerintah maupun data yang didapatkan dari sumber

media cetak. Dokumentasi juga didapatkan dari penelitian yang

dilakukan peneliti berupa foto-foto kondisi dan realitas yang ada di

Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit Bukit Layang.

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian akan dianalisis dengan

pendekatan kualitatif model interaktif. Miles dan Huberman mengatakan,

analisis data dengan model interaktif terdiri atas tiga hal utama, yaitu reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sebagai sesuatu

yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah, pengumpulan data

dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut

analisis. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, display data dan

penarikan kesimpulan. Menurut Idrus (2007) adapun langkah-langkah yang

akan ditempuh dalam menganalisis data kualitatif sebagai berikut :

1. Reduksi data

Reduksi data, yaitu memilih dan memilah data mentah yang masih

beragam untuk dikelompokan dalam pokok-pokok persoalan sesuai

23
fokus penelitian. Tujuannya agar data yang sama dikelompokkan pada

bagian yang relevan dan mudah ditelusuri bilamana diperlukan. Hasil

wawancara yang merupakan data mentah yang didapat dari lapangan

kemudian dipilih dan dipilah oleh peneliti untuk dikelompokan dan

digabungkan menjadi laporan penelitian sesuai dengan permasalahan

penelitian.

2. Display data

Display data, yaitu data sistematis yang sudah diolah. Data yang di

display dapat berupa tabel, matriks, chart, atau grafik dan lain

sebagainya. Pada tahap ini peneliti mengolah data dengan menyajikan

data-data hasil observasi dan penelitian di lapangan dalam bentuk teks

naratif, dan tabel.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan, yaitu tahap pengambilan keputusan atas

pertanyaan peneliti. Data yang telah disusun sedemikian rupa

dikaitkan dengan pola, model, hubungan sebab akibat dan persamaan

dengan pendapat lain akan muncul kesimpulan dari apa telah diteliti.

Jadi dari data yang ada, akan dicoba menarik kesimpulan. Tahap

terakhir yaitu pengambilan kesimpulan yang dirumuskan dari seluruh

data yang didapat baik dari hasil wawancara, buku-buku maupun dari

koran dan hasil penelitian, penarikan kesimpulan ini dilakukan sesuai

dengan konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini.

24
BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Desa Bukit Layang

PT. Tata Hamparan Eka Persada berada di Desa Bukit Layang. Desa

Bukit Layang merupakan salah satu desa di Kecamatan Bakam Kabupaten

Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Desa Bukit Layang terbentuk

pada tahun 1999. Desa Bukit Layang dibagi kedalam 4 Dusun dan 13 RT,

yaitu Cungfo, Air Layang, Pangkal Layang dan Bukit Layang. Desa Bukit

layang berada di titik koordinat 105.90595 LS/LU -1.870272 BT/BB, adapun

batasan-batasan wilayah Desa Bukit Layang sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Penyamun

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mabat

3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Air Duren

4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Berbura, Desa Pugul dan

Desa Cit

Tabel 3.1 Batas-Batas Wilayah Desa Bukit Layang

Bagian Wilayah
Sebelah Utara Desa Penyamun
Sebelah Selatan Desa Mabat

Sebelah Barat Desa Berbura, Desa Pgul, Desa Cit

Sebelah Timur Desa Air Duren


PT. Tata Hamparan Eka Persada atau biasa disingkat PT. THEP

merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit.

25
Pendirian perusahaan di Desa Bukit Layang dinilai merupakan lokasi yang

strategis karena daerah tersebut mayoritas penduduknya adalah petani dan

masih banyak lahan yang cocok untuk ditanami kelapa sawit.

1. Kependudukan

Jumlah penduduk di Desa Bukit Layang berjumlah 3.368 orang

dengan pembagian laki-laki berjumlah 1.749 dan jumah perempuan

sebanyak 1.619. Jumlah kepala keluarga sebanyak 982 KK dengan

kepadatan penduduk 13,33 per KM.

Melihat dari jumlah penduduk tersebut, adapun pembagian mata

pencaharian penduduk Desa Bukit Layang yakni sebagai berikut.

Tabel 3.2 jenis mata pencaharian penduduk Desa Bukit Layang

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan


Petani 433 orang 23 orang
Buruh tani 44 orang 4 orang
Pegawai Negeri Sipil 5 orang 2 orang
Penambang 58 orang 2 orang
Karyawan perusahaan swasta 44 orang 12 orang
Wiraswasta 97 orang 11 orang
Buruh Harian Lepas 256 orang 8 orang

Dilihar dari data pada tabel 3.2 diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas

penduduk Desa Bukit Layang merupakan petani yaitu sebanyak 456 orang.

Dengan banyaknya penduduk yang bekerja sebagai petani tentunya

menjadi peluang besar bagi PT. THEP untuk membuka perkebunan kelapa

sawit di daerah tersebut. Selain dari dukungan masyarakat Desa Bukit

26
Layang, kondisi lingkungan daerah ini juga mendukung untuk dijadikan

lahan perkebunan kelapa sawit.

2. Pendidikan

Melihat dari segi pendidikan masyarakat Desa Bukit Layang dapat

dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.3 tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan


Tamat SD/sederajat 523 orang 513 orang
Tamat SMP/sederajat 153 orang 94 orang
Tamat SLTA/sederajat 328 orang 294 orang
Tamat S-1/sederajat 12 orang 14 orang

Dilihat dari tabel 3.3 maka dapat diketahui mayoritas penduduk Desa

Bukit Layang menempuh pendidikan yang sangat rendah. Hal tersebut

dapat diliat dari tabel diatas masih banyaknya masyarakat yang bertamatan

SD sebesar 523 orang laki-laki dan 513 orang perempuan. Rendahnya

tingkat pendidikan membuat rendahnya kualitas SDM didesa tesebut.

Namun disamping itu masih banyak juga masyarakat yang bertamatan

SLTA.

3. Sosial Ekonomi

Desa Bukit Layang bersebelah dengan Desa Penyamun dan Desa

Mabat. Akses jalan menuju ke pusat kota yaitu sepanjang 20 KM dengan

kondisi jalan yang sudah cukup baik. Secara kehidupan sosialnya,

masyarakat Desa Bukit Layang masih tergolong tradisional, dimana setiap

masyarakat masih memegang erat tradisi dan budaya yang ada. Setiap

27
adanya perayaan hari besar agama, masyarakat masih melakukan tradisi

nganggung. Masyarakat Desa Bukit Layang memiliki solidaritas yang

tinggi. Hal ini terbukti dengan setiap ada kegiatan atau acara di salah satu

rumah warga, maka seluruh tetangga sekitar akan ikut membantu.

Secara ekonomi masyarakat Desa Bukit Layang mayoritas masih

bergantung di sektor pertanian. Sektor pertanian ini yang merupakan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi alat untuk menopang

perekonomian masyarakat. Selain itu perekonomian masyarakat yang

menurun diakibatkan pasca tambang di Desa Bukit Layang membuat

masyarakat harus bisa berusaha membangun perekonomianya kembali

untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

B. Gambaran Umum PT. THEP

PT. Tata Hamparan Eka Persada (THEP) berdiri pada bulan juli tahun

2006 di Desa Bukit Layang dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit yang

dimiliki seluas 1.074 Ha. PT. THEP merupakan perusahaan yang bergerak

dibidang perkebunan kelapa sawit dan memiliki kantor pusat di Bukit Tabir

Desa Air Duren Kecamatan pemali. Secara luas lahan PT. THEP memiliki

lahan yang sangat luas dengan terdapat dibeberapa daerah dipulau bangka.

PT. THEP juga terdapat didesa-desa lain yang yang ada dipulau bangka

yang juga menjalankan pola kemitraan. Terdapat 11 (sebelas) koperasi plasma

yang bermitra dengan PT. THEP yang rata-rata persentasenya 60%

perkebunan inti berbanding 40% perkebunan plasma, sedangkan untuk bukit

28
layang sendiri 50% perkebunan inti dan 50% perkebunan plasma. Untuk

kantor cabang Estate PT. THEP memiliki 5 (lima) kantor cabang, yaitu :

 Estate I di Desa Berang Pelangas Bangka Barat

 Estate II di Desa Penyampak Bangka Barat

 Estate III di Desa Riau Silip Bangka Induk

 Estate IV di Bukit Tabir Desa Air Duren Bangka Induk

 Estate V di Desa Bukit Layang Bangka Induk

C. Gambaran Umum Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit (KPKS) Bukit

Layang

1. Sejarah berdirinya Koperasi KPKS

Koperasi adalah merupakan lembaga ekonomi mikro yang berfungsi

untuk mensejahterakan masyarakat, namun saat ini pemerintah memberikan

perhatian besar kepada koperasi-koperasi di Indonesia. Program unggulan

ini dimaksudkan dapat menjadi pilar penggerak ekonomi kemasyarakatan

sehingga diharapkan dapat merambah sampai kepada masyarakat yang

tingkat sosial ekonominya rendah.

Di lingkungan masyarakat kita khususnya Koperasi Perkebunan

Kelapa Sawit ( KPKS ) di Desa Bukit Layang. Koperasi Perkebunan Kelapa

Sawit ( KPKS ) pada tahun 14 februari 2008, dengan didirikannya koperasi

ini diharapkan dapat mensejahterakan Masyarakat Desa Bukit Layang dan

menjadi penengah antara PT. THEP dan masyarakat Desa Bukit Layang ,

baik pengguna jasa atau pemodal yang bersifat kebersamaan dan tolong

menolong, sehingga keberadaan Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit

29
(KPKS) diharapakan mampu menjadi penengah antara masyarakat dan

antara PT. THEP.

Seiring dengan perkembangannya Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit

(KPKS), sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian, dan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994

tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan

Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, maka pada tahun 2008 tepatnya pada

tanggal 15 Desember 2008 Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha

Kecil Republik Indonesia, telah menetapkan dan mengesahkan Akte

Pendirian Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit ( KPKS ) sebagai lembaga

yang berbadan hukum dengan Akta Pendirian Koperasi Perkebunan Kelapa

Sawit (KPKS) 13689/BH/KWK.25/XIX/2008.

Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit ( KPKS ) sebagai lembaga

berbadan hukum tentunya Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit ( KPKS )

juga harus mengikuti tata aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga

pada tahun 2014 Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit (KPKS) telah

melakukan pembaharuan dokumen-dokumen (surat-surat berharga) lainnya

yaitu :

a. Surat Keterangan terdaftar dari Departemen Keuangan Republik

Indonesia Direktorat Jenderal Pajak dengan Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP) 02.908.264.2-636.000 tanggal 10 September

2014.

30
b. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Koperasi dari Dinas

Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal

Kabupaten Bangka Nomor: 224626300078 tanggal 15 Oktober

2014.

c. Surat Ijin Usaha Perdragangan (SIUP) Kecil dari Dinas

Perindustrian, Perdagangan, DUP/XIII/2014/P.I tanggal 13

Oktober 2014.

Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit (KPKS) yang dibentuk merupakan

Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) bergerak dibidang perkebunan kelapa

sawit dengan menjalankan pola kemitraan dengan pihak perusahaan yang

berada didaerah tersebut yaitu PT. THEP. Dengan adanya pola kemitraan

antara masyarakat Desa Bukit Layang dengan perusahaan, maka terjadinya

sistem bagi hasil, dimana perusahaan harus menyerahkan separuh dari lahan

perkebunan ke masyarakat yang dikelola oleh Koperasi Perkebunan Kelapa

Sawit (KPKS) Bukit Layang.

Sistem bagi hasil itu sendiri merupakan pembagian lahan dari milik

perusahaan yang berbanding 50% dengan 50%. KPKS tersebut mengurus

separuh lahan milik perusahaan dengan luas 537,84 Ha. KPKS sendiri

memiliki jumlah anggota 570 orang, setiap keluarga hanya 1 orang yaitu

kepala keluarga yang bisa menjadi anggota. Jumlah pengurus KPKS

sebanyak 12 orang dengan jumlah tenaga kerja di perkebunan sebanyak 35

orang. KPKS memiliki kantor 1 unit dengan aset kendaraan 4 unit mobil.

1. Visi dan Misi KPKS

31
a. Visi dari KPKS yaitu menjadikan KPKS Bukit Layang

sebagai badan usaha yang mandiri, maju dan mapan

dengan pengkaderan yang berbasis pada pertisipasi

anggota sebagai strategi pengembangan usaha untuk

meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan

masyarakat pada umumnya.

b. Misi dari KPKS Bukit Layang yaitu :

 Meningkatkan produksi Tandan Buah Segar (TBS)

sebagai usaha produk, memperluas jangkauan

tenaga kerja, mematangkan usaha jasa angkutan

TBS dan menciptakan usaha baru seperti simpan

pinjam, waserda, kontraktor, saprodi, dan lain-lain.

 Memberdayakan anggota dalam bidang pengerjaan

kebun, rekrutmen masyarakat lokal dengan

memberikan pelatihan agar tercipta tenaga kerja

yang handal bagi KPKS Bukit Layang.

 Menjalin komunikasi yang baik dengan pihak yang

terkait baik anggota, perusahaan, bank,

pemerintah,pihak ketiga dan lain-lain.

 Meningkatkan transparansi dalam administrasi

keuangan dan inventaris untuk mencapai suatu

kebijakan yang transparan dan akuntabel.

Dari Visi, Misi dan Tujuan yang dimiliki oleh Koperasi Perkebunan

32
Kelapa Sawit ( KPKS ) maka dapat dilihat bahwa Koperasi tersebut

mempunyai suatu program yang jelas dalam menjalankan peranannya

untuk masyarakat Desa Bukit Layang. Komitmen tesebut diciptakan

bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk meningkatkan kinerjanya

untuk memajukan Koperasi tersebut dalam meningkatkan ksejahteraan

masyarakat baik anggota maupun bukan anggota.

2. Tujuan Didirikannya Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit ( KPKS )

KPKS Bukit Layang adalah sebuah koperasi berbadan hukum

berdasarkan anggaran No.489/BH/7/1994 yang telah disahkan oleh

mentri koprasi dan pembinaan pengusaha kecil Republik Indonesia

dengan No. 13689/BH/KWK.25/XIX/2008. Adapun tujuan didirikannya

Koperasi Perkebunan Kelapa Sawi ( KPKS ) ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan para anggota

khususnya dan masyarakat umumnya.

2. Menyelenggarakan usaha pembangunan lahan milik petani

dalam bentuk lahan perkebunan komoditas kelapa sawit,

membangun, memelihara dan menjual hasil produksi secara

kolektif, perdesa pertahun tanam anggota koprasi.

3. Mengadakan dan mengusahakan pengembangan unit-unit

koprasi seperti waseda, transportasi, dan produk kelapa sawit.

4. Membantu pemerintah sesuai dengan program pembangunan.

5. Membantu para anggota tentang kekoperasiaan, teknik

perkebunan kelapa sawit dan keselamatan kerja.

33
6. Kegiatan dan perekonomian lainnya yang langsung menyangkut

kepentingan anggota sepanjang diperlukan.

7. Sebagai penengah antara masyakat dengan antara PT. THEP.

3. Struktur Organisasi KPKS

Organisasi koperasi merupakan suatu cara atau sistem hubungan kerja

sama antara orang-orang yang mempunyai kepentingan sama, guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Pengelola koperasi harus

melayani para anggotanya dengan lebih baik, menyeimbangkan antara

perkembangan institusi atau organisasi dengan ekonomi anggotanya dan

juga masyarakat dan melindungi serta menjamin kelangsungan hak suara

dan partisipasi anggotanya.

Keberadaan struktur organisasi suatu badan usaha yang sangat

diperlukan untuk menunjukkan garis wewenang dan garis tanggung jawab

diantara masing- masing fungsi yang terhimpun didalamnya, serta hubungan

masing-masing fungsi secara normalitas. Struktur organisasi berupa diagram

yang dapat membantu memenuhi kebutuhan pihak lain untuk mengetahui

hubungan-hubungan garis wewenang, dan tanggung jawab masing-masing

fungsi badan usaha tersebut.

Struktur organisasi koperasi disusun berdasarkan UU No. 25 tahun

1992 tentang pokok-pokok perkoperasian menyatakan bahwa alat

kelengkapan koperasi terdiri atas : (1) Rapat anggota, merupakan badan

34
pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi, (2) pengurus, merupakan

badan yang menjalankan keputusan rapat anggota, (3) badan pemeriksa

pengawas, merupakan badan yang mengawasi jalannya kegiatan koperasi.

Selanjutnya berdasarkan perkembangan usaha koperasi, pengurus dapat

memperkerjakan karyawan untuk menjalankan aktifitas usaha sehari-hari.

Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit (KPKS) Bukit Layang telah membentuk

dan mempunyai kelengkapan struktur organisasi sesuai dengan UU No.25

tahun 1992 tentang perkoperasian, adapun berikut ini susunan organisasi

KPKS Bukit Layang adalah sebagai berikut :

a. Rapat Anggota

Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam

koperasi. Dalam rapat anggota, para anggota koperasi bebas untuk

berbicara, memberikan usul, pandangan dan tanggapan serta saran

demi kemajuan usaha koperasi. Menurut pasal 23 UU No.25/1992,

rapat anggota menetapkan :

1) Anggaran dasar.

2) Kebijakan umum dibidang organisasi, manajemen, dan

usaha koperasi.

3) Pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian pengurus dan

pengawas.

4) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja,

serta pengesahan laporan keuangan.

5) Pengesahan pertanggung jawaban pengurus.

35
6) Pembagian SHU.

7) Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran

koperasi.

b. Pengurus Koperasi

Pengurus koperasi terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara serta

anggota yang dipilih oleh rapat anggota sesuai dengan anggaran

dasar koperasi. Tugas dari pengurus koperasi yaitu:

1) Mengelola koperasi dan usahanya.

2) Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan

rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi.

3) Menyelenggarakan rapat anggota.

4) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas.

5) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris

secara tertib.

6) Memelihara daftar buku anggota.

Adapun susunan dari kepengurusan Koperasi Perkebunan Kelapa

Sawit (KPKS) Bukit Layang yaitu :

Ketua Umum : Akhmad Sartono, S. IP

Sekretaris : Yandi, S.E

Bendahara : Supriyadi

Ketua I : Masyadi

Ketua II : Maryadi

36
Ketua III : Ferdianto

Ketua IV : Ristan

Gambar 3.1 Struktur bagan susunan pengurus KPKS

Dilihat dari susunan dan gambar diatas ketua umum

merupakan pemimpin manajerial dari kepengurusan koperasi, yang

dimana tugasnya adalah a) Menyusun program kerja bersama

pengurus lainnya, b) Membuat rancangan rencana anggaran

pendapatan dan belanja koperasi, c) Menyelenggarakan rapat

anggota d) Mengajukan laporan keuangan dan

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Sekretaris sendiri sebagai

pelaksana administrasi dan inventaris koperasi. Bendahara

memiliki tugas sebagai pelaksana keuangan dalam koperasi yang

menyangkup membuat laporan harian kas, membuat penerimaan

37
dan pengeluaran kas, serta menyelenggaraan pembukuan

keuangan.

Tugas dari ketua 1 sampai dengan 4 itu memiliki tugas yang

sama namun memiliki bidang berbeda-beda, tugasnya yaitu

mengawas dilapangan atas pekerjaan yang dilakukan oleh

perusahaan. Masing bidangnya yaitu ketua 1 memiliki tugas

dibidang panen, ketua 2 memiliki tugas dibidang pemupukan,

ketua 3 dibidang penyemprotan, sedangkan ketua 4 dibidang

Rawat Gawang Manual (RGM) atau bisa disebut juga penebasan.

c. Pengawas Koperasi

Pengawas merupakan perangkat koperasi yang dipilih dari dan

oleh anggota dalam rapat anggota yang sesuai dengan pasal 38 UU

No. 25 tahun 1992 dan pengawas ini bertanggung jawab kepada

rapat anggota. Tugas dari pengawas koperasi yaitu :

a) Melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi

termasuk organisasi usaha, dan pelaksanaan kebijakan

pengurus.

b) Menyusun laporan tertulis tentang hasil pemeriksaannya

yang akan disampaikan kerapat anggota.

Badan pengurus koperasi juga bertugas memeriksa laporan

keuangan koperasi secara rutin atau periodik sesuai keinginan atau

kesepakatan antara badan pengawas dengan pengurus koperasi.

Pengawas KPKS tidak selalu ada dikantor KPKS seperti pengurus

38
yang selalu ada dikantor pada jam kerja dari hari senin hari sabtu.

Adapun susunan badan pengawas KPKS Bukit Layang yaitu :

Ketua : H. Junata

Anggota : Suminto

Anggota : Abdul Romadhon

Gambar 3.2 Struktur bagan pengawas KPKS.

39
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Peran PT. TATA HAMPARAN EKA PERSADA (THEP) Terhadap

Masyarakat Desa Bukit Layang

Latar belakang masyarakat Desa Bukit Layang yang secara mayoritas

sebagai petani tentunya menjadi salah satu alasan utama PT. Tata Hamparan

Eka Persada atau disingkat PT. THEP berdiri di lokasi tersebut. Desa Bukit

Layang merupakan daerah agraris dimana lokasi lahan desa masih tergolong

cukup luas. Hampir 70% dari jumlah total seluruh luas lahan daerah ini masih

belum di gunakan.

Pada tahun 2006 PT. THEP mulai melakukan survey ke Desa Bukit

Layanng dan melakukan penawaran lahan dengan masyarakat sekitar. PT.

THEP tidak hanya membeli lahan yang masih kosong untuk dijadikan

perkebunan kelapa sawit, tetapi juga membeli lahan eks tambang timah.

Secara ekologi, tanah bekas tambang memang sulit untuk di olah kembali.

40
Namun untuk jenis tanaman kelapa sawit, tanaman ini bisa tumbuh dengan

subur di lokasi tersebut.

Pembelian lahan ini tentunya dengan adanya persetujuan antara kedua

belah pihak yang ditengahi oleh perangkat desa setempat. Hal ini dilakukan

untuk mengurani dampak konflik yang bisa saja tejadi kedepan sebagai efek

dari pendirian perkebunan ini. Harga dari pembelian lahan tersebut tentunya

sudah ditentukan dan disepakati oleh kedua belah pihak baik masyarakat

maupun pihak perusahaan.

Menurut informasi dari Bapak Sartono selaku informan mengatakan :

“Pada waktu itu pihak perusaahaan datang untuk berbicara


terkait dengan rencanaa mereka membuat perkebunan kelapa
sawit. Ternyata setelah dilakukan perundingan dengan
masyarakat banyak juga yang setuju kalau tanah mereka
dibeli untuk dijadikan lahan perkebunan terlebih lahan yang
sudah jadi bekas tambang”

Dari hasil informasi tersebut yang di jelaskan oleh Bapak Sartono

selaku kepala desa saat itu mengatakan bahwa dalam proses pembebasan

lahan untuk perkebunan PT. THEP pernah berbicara langsung kepada pihak

pemerintah desa setempat. Hal-hal yang dibicarakan antara lain terkait dengan

rencana pendirian perkebunan kelapa sawit dan juga upaya untuk pembelian

lahan yang akan dijadikan lokasi perkebunan. Pada saat itu disepakati harga

untuk pengembalian lahan tersebut adalah senilai Rp 7.500.000,- per hektar

tanah.

Menurut Blau dalam buku Bernard (2007:178), mengatakan bahwa

interasi sosial pertama-tama muncul didalam kelompok-kelompok sosial.

Orang tertarik kepada kelompok tertentu kalau mereka merasa bahwa

41
hubungan dengan kelompok tersebut akan memberikan lebih banyak imbalan

atau keberuntungan. Dalam penjelasan Blau tersebut dapat dikatan PT. THEP

membangun interaksi dengan masyarakat terlebih dahulu untuk memberikan

penjelasan tentang perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut. Melalui

sosialisasi perusahaan mulai membangun interaksi tersebut, hingga

masyarakat mengerti bagaimana program dari pendirian perkebunan kelapa

sawit tersebut.

Perangkat desa dalam hal ini banyak membantu dan memberikan

masukan terkait dengan pendirian perusahaan tersebut. Salah satu bentuk

bantuan yang diberikan oleh pemerintah adalah dengan mengkoordinir

masyaraat yang memiliki lahan untuk dibeli dan dijadikan lokasi perkebunan

tersebut.

Sebagai bentuk kerjasama antara perusahaan PT. THEP dengan Desa

Bukit Layang makan dibentuklah koperasi perkebunan kelapa sawit Bukit

Layang. Keberadaan koperasi ini tentunya di manfaatkan masyarakat sebagai

jalan tengah antara pihak perusahaan dengan masyarakat.

Menurut bapak Juhari selaku anggota KPKS sebagai informan

mengatakan :

“sebelum menjual lahan ke perusahaan tentunya kami sudah


diberikan pembekalan berupa sosialisasi terkait dengan rencana
perkebunan tersebut maka itu kami mau menjual lahan kami. Jadi
kami tidak sembarangan mau menjual lahan hanya karena harga
jual yang tinggi.”

Informasi dari Bapak Juhari mengatakan bahwa sebelum masyarakat

Desa Bukit Layang dan pemerintah daerah tersebut memberikan izin

perkebunan kelapa sawit di lahan desa mereka, sebelumnya sudah diberikan

42
terlebih dahulu sosialisasi oleh pihak perusahaan. Sosialisasi tersebut terkait

dengan rencana-rencana selama pendirian perusahaan kelapa sawit. Sehingga

disni bisa diliat bahwa sosialisasi tersebut dilakukan agar bisa menjelaskan

bagaimana bentuk perusahaan supaya masyarakat tidak merasa dirugikan.

Dalam sosialisasi tersebut perusahaan menjelakan bahwa perusahaan

menjalankan pola kemitraan sebagai jalan tengah ke masyarakat. Pola

kemitraan tersebutlah yang kemudian didirikannya koperasi perkebunan

sebagai bentuk kerjasama kepada masyarakat Desa Bukit Layang. KPKS

Bukit layang itu sendiri mengurus lahan perkebunan plasma yang dibentuk

oleh perusahaan. PT. THEP disini sebagai perusahaan menyediakan lahan,

bibit, pupuk, serta perawatan perkebunan.

PT. THEP bagi koperasi sebagai bapak angkat atau bisa disebut avalis.

Perusahaan sebagai avalis ini berperan dimana semua biaya pembangunan

kebun koperasi dilakukan oleh perusahaan dari awal sampai tanaman

menghasilkan atau sekitar 48 bulan. Jadi disini perusahaan memfasilitasi

semua pembangunan kebun sampai kebun plasma koperasi terbentuk. Barulah

kemudian kebun koperasi diakadkreditkan kepada anggota koperasi dengan

difasilitaskan oleh pihak bank.

Akadkredit kebun itu sendiri merupakan kebun yang dibangun oleh

perusahaan untuk koperasi itu dijual kepada anggota koperasi dengan cara

kredit melalui bank. Bank yang dipilih untuk memfasilitasi akadkredit tersebut

adalah Bank Syariah Mandiri. Alasan dipilih untuk bekerjasama dengan pihak

Bank Syariah Mandiri dikarenakan suku margin atau bunga yang terendah.

43
Angsuran kredit tersebut dibuat dalam bentuk perjanjian dengan bank selama

120 bulan atau 10 tahun sampai lunas.

B. Peran KPKS Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa

Bukit Layang

Perkebunan skala besar dan berorientasi ekspor bagi Indonesia sudah

dikembangkan sejak zaman kolonial. Keberadaan perkebunan skala besar

ini merupakan salah satu pendorong terjadinya perubahan di pedesaan..

Meskipun tidak selama teh dan karet, perkebunan kelapa sawit yang baru

booming dan berkembang sangat pesat saat ini bahkan mengalahkan

komoditas perkebunan yang lain. Terutama di Pulau Kalimantan

(Indonesia dan Malaysia), tanaman perkebunan berorientasi ekspor juga

sudah dikenal sejak masa kolonial sehingga kecenderungan masyarakat

untuk mengikuti tren pasar sangat tinggi, seperti pada masa karet dan

merica terkenal.

Kelapa sawit juga menunjukkan eksistensinya, dimana hampir

sebagian masyarakatat juga terlibat dalam pengembangan kebun kelapa

sawit, pada umumnya dibuka di kawasan pedesaan. Oleh karena itu tidak

mengherankan jika keberadaan perkebunan kelapa sawit juga mendorong

terjadi perubahan di kawasan pedesaan. Perubahan tersebut bukan hanya

sekedar perubahan komoditas pertanian dan ekologi dari hutan atau lahan

pertanian pangan menjadi perkebunan monokultur. Perubahan tersebut

44
juga terkait kondisi sosial dan ekonomi karena keberadaan kebun kelapa

sawit mendorong terjadinya pergeseran dalam strategi mata pencaharian

dari pertanian (ladang berpindah) ke perkebunan yang menetap, bahkan

dijadikan sumber nafkah utama rumahtangga.

Perkebunan kelapa sawit tidak hanya menawarkan komoditas baru

bagi petani kebun namun juga menawarkan sistem organisasi produksi

baru dalam pengelolaan usaha pertanian. Selain kebutuhan akan lahan

yang sangat luas, perkebunan kelapa sawit sangat padat modal, input usaha

perkebunan (pupuk, bibit, obat-obatan dan lain sebagainya) dan tenaga

kerja yang sulit dipenuhi oleh petani kebun yang serba terbatas dalam

kesemuanya. Namun demikian, untuk menjamin kesejahteraan masyarakat

di kawasan perkebunan, pemerintah mewajibkan perusahaan skala besar

yang membangun perkebunan kelapa sawit untuk mengikutsertakan

masyarakat dalam berbagai bentuk tipe ekonomi produksi. Ini merupakan

sebuah sistem baru bagi masyarakat lokal, terutama yang sebelumnya

melihat usaha pertanian maupun perkebunan sebatas kegiatan untuk

memenuhi kebutuhan subsistensinya. Karena itulah, pengembangan

perkebunan kelapa sawit memberikan dampak yang cukup luas bagi

masyarakat Pedesaan tidak terkecuali masyarakat pedesaan di Kabupaten

Bangka, Kecamatan Bakam Desa Bukit Layang.

Koperasi merupakan salah bentuk badan hukum yang sudah lama di

kenal Indonesia dan koperasi merupakan suatu kumpulan dari orang-orang

yang mempunyai tujuan atau kepentingan bersama. Jadi koperasi

45
merupakan bentukan dari sekelompok orang yang memiliki tujuan

bersama. Kelompok orang inilah yang akan menjadi anggota dan yang

akan berperan penting bagi anggota/umat, dalam didirikannya

pembentukan koperasi berdasarkan azas kekeluargaan dan gotong royong.

Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang-orang atau

Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan

prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasarkan atas azas kekeluargaan. Jadi di dalam koperasi setiap anggota

mempunyai kedudukan yang sama dan peran yang sama dalam kegiatan

koperasi.

Pengertian peran menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu sesuatu

yang diharapkan oleh orang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat.

Sedangkan peranan itu bagian dari tugas utama yang harus dilakukan.

Pentingnya peranan karena ia mengatur prilaku seseorang, meramalkan

perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat

menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang

sekelompoknya. Dalam hubungan ini peranan-peranan mencakup tiga hal

yaitu ;

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh

individu dalam masyarakat dan individu.

46
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai individu yang penting dalam

struktur sosial masyarakat.

Sebelum membahas bagaimana peranan Koperasi KPKS terhadap

kehidupan masyarakat , sebelumnya kita harus mengetahui apa itu peran

dan fungsi Koperasi itu sendiri. Adapun fungsi koperasi yaitu :

1. Meningkatkan produksi, mewujudkan pendapatan yang adil dan

kemakmuran yang merata serta meningkatkan ekonomi anggota.

2. Mempertinggi taraf hidup dan tingkat kecerdasan umat/anggota.

3. Membantu meningkatkan perkembangan ekonomi masyarakat.

Oleh karena itu di dalam koperasi rapat anggota mempunyai

kekuasaan tertinggi yang menentukan jalannya kegiatan usaha koperasi.

Karena telah diketahui bersama bahwa koperasi merupakan badan usaha

milik anggotanya. Jadi tujuan didirikannya sebuah koperasi adalah untuk

meningkatkan sosial ekonomi. Peran KPKS disini adalah bagaimana

lembaga ini dapat mengelola kebutuhan anggotanya menjadi tercukupi,

KPKS ini telah menjalankan lembaga ini dengan baik, seperti : Peran

koperasi KPKS dalam pola kemitraan inti plasma yaitu sebagai sarana

keanggotaan petani dimana mereka yang tergabung dalam keanggotaan

tersebut akan mendapatkan manfaat plasma. Menerima pembagian hasil

produksi setiap bulan, dan itu semua dapat membantu perekonomian

anggota yang tergabung dalam koperasi KPKS dengan jumlah anggota

sebanyak 570 orang dan semua dibagi secara merata setiap bualan.

47
Secara umum koperasi juga berperan dalam hal menciptakan lapangan

pekerjaan. Masyarakat bisa bekerja dilapangan sebagai tenaga perawatan

atau tenaga panen dikebun. Dari KPKS menciptakan lapangan pekerjaan

lowongan pekerjaan sebagai sekuriti, mandor kebun maupun staf dikantor.

Jenis usaha yang dilakukan KPKS Bukit Layang terdiri dari produksi TBS,

usaha jasa angkutan TBS dan juga fee tenaga kerja. Sesuai dengan visi

misi KPKS Bukit Layang dikemudian hari KPKS akan meningkatkan

sektor usahanya seperti simpan pinjam, waserda, kontraktor, sarana

produksi, dll. Dari ketiga usaha yang sudah berjalan dapat dilihat hasil

yang cukup memuaskan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada

dasarnya dan masyarakat pada umumnya.

Peran koperasi juga dapat dirasakan pada masyarakat umum seperti

mendapatkan bantuan sosial dari koperasi seperti bantuan bagi yang sakit

atau meninggal., bantuan PHBI, PHBN dan lain lain. Seperti yang

dikatakan oleh Bapak Akhmad Sartono selaku ketua dari KPKS yaitu :

“koperasi dengan pola kemitraan inti plasma memiliki peran


sebagai wadah anggota untuk mendapatkan manfaat plasma.
Koperasi mengelola semua kegiatan diperkebunan sampai dengan
pembagian hasil dari perkebunan plasma kepada anggota. KPKS
juga bisa berperan menyediakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan. Selain itu KPKS juga
ikut berperan dalam memberi bantuan sosial bagi masyarakat yang
sedang kesusahan seperti ada yang kena musibah keluarga yang
meninggal ataupun yang sakit”

Dilihat dari yang dikatakan diatas bahwa KPKS berperan sebagai

pencipta lapangan pekerjaan dan juga sebagai sarana masyarakat untuk

mendapatkan manfaat dari plasma. KPKS disini sebagai tempat bagi

48
masyarakat untuk mendapatkan manfaat dari perkebunan plasma untuk

membantu taraf hidup perekonomian keluarga yang dimana perekonomian

masyarakat sedang anjlok diakibatkan pasca tambang.

Peran KPKS sebagai penyedia lapangan pekerjaan disini begitu sangat

membantu masyarakat, dimana bagi mereka yang tidak mempunyai

pekerjaan itu bisa menjadi berarti bagi mereka. Karena dengan itu mereka

bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari atau menambah penghasilan untuk

menaikan taraf hidup mereka. Hal itu tentu saja bisa menunjukkan bahwa

terjadinya teori pertukaran sosial, dimana masyarakat dapat menerima

ganjaran serta manfaat dari keberadaan KPKS.

C. Kontribusi KPKS Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat

Desa Bukit Layang

Di dalam kehidupan, kebutuhan dapat bersifat individu maupun kolektif.

Konsekuensinya, selalu ada upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Kebutuhan dapat dibedakan dalam bebagai kriteria, baik dilihat dari sifat,

hierarki, maupun prioritasnya. Terpenuhinya kebutuhan pada prioritas

pertama atau kebutuhan dasar akan mendorong usaha seseorang untuk

memenuhi kebutuhan pada prioritas berikutnya. Usaha pemenuhan kebutuhan

tidak pernah berhenti. Hal itu disebabkan karena adanya kebutuhan pada

prioritas berikutnya yang menunggu untuk dipenuhi, juga karena kebutuhan

itu berkembang dinamis sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Suatu

realitas kehidupan sosial ekonomi yang menunjukan semakin banyak

kebutuhan terpenuhi. Tidak mengherankan apa bila dalam kehidupan

49
masyarakat selalu dijumpai proses atau usaha perubahan menuju kondisi

kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera.

Salah satu usaha tersebut adalah dengan menggerakan organisasi koperasi

di Desa Bukit Layang, karena semakin banyaknya anggota koperasi yang

mengikuti KPKS sebagai anggota untuk mendapatkan hasil dari pendapatan

dari perkebunan plasma. Adanya wadah Koperasi ini, diharapkan sebagai

tempat untuk mengembangkan diri, kerjasama, dan menambah keterampilan

dalam berbagai hal serta memperluas pergaulan. Sehingga organisasi ini

berdampak positif bagi anggotanya misalnya menambah pengetahuan

dibidang organisasi berguna dalam kehidupan sehari-hari.

KPKS ini mempunyai fungsi sebagai proses pemberdayaan baik dilihat

dari hubungan internal maupun eksternal. Secara internal, Koperasi KPKS

berusaha untuk menjadi penengah atau jembatan antara masyarakat Desa

Bukit Layang dengan PT, THEP. Secara eksternal, untuk mengenalkan

koperasi dalam kalangan masyarakat untuk mempermudahkan kotribusi

koperasi KPKS. Kontribusi yang diberikan berupa jalan untuk meningkatkan

taraf hidup serta pola pikir masyarakat. Kerena pada dasarnya masyarakat

Desa Bukit Layang yang mayoritas berpendidikan rendah dan

bermatapencaharian sebagai petani tentunya perekonomiannya sangat rendah.

Dengan adanya keberadaan KPKS ini diharapkan dapat membangun

perekonomian masyarakat serta pola pikir masyarakat.

Meningkatkan Taraf Perekonomian Masyarakat, di tengah-tengah

persaingan ekonomi yang sedemikian keras seperti sekarang ini, tidaklah

50
mudah untuk memperbaiki sosial ekonomi. Padahal amanah itu harus

dilakukan. Dikarenakan betapa besar dampak ekonomi terhadap perilaku

masyarakat. Sosial ekonomi adalah pemenuhan kebutuhan/kedudukan

seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas

ekonomi, pendidikan serta pendapatan.

Dalam pembahasannya sosial dan ekonomi sering menjadi objek

pembahasan yang berbeda. Dalam konsep sosiologi manusia sering disebut

dengan makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa

adanya bantuan dari orang lain, sehingga arti sosial sering diartikan sebagai

hal yang berkanaan dengan  masyarakat.

Ekonomi barasal dari Bahasa Yunani yaitu oikos yang berarti keluarga

atau rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan. Konsep ini

memperkenalkan pembangunan sebagai suatu proses perubahan sosial

terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,

dimana pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan

manusia, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang dimulai dari kebutuhan

fisik sampai sosial.  Secara kontekstual pembangunan lebih berorientasi pada

prinsip keadilan sosial ketimbang pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari tingkat

pendidikan dengan adanya koperasi KPKS ini masyarakat di Desa Bukit

Layang, mengalami kemajuan, anak-anak sekolah tidak memiliki kendala,

seperti alat-alat perlengkap sekolah, uang jajan dll.

Masyarakat yang menikmati manfaat dari keberadaan KPKS tentunya

sangat bermanfaat dari berbagai sisi perekonomian. Hal tersebut tentunya

51
sudah terjalin teori pertukaran sosial dimana seperti yang dijelaskan Blau

dalam buku Poloma (2013: 83) bahwa tidak semua transaksi sosial bersifat

simetris dan berdasarkan pertukaran sosial seimbang. Jelas bahwa hubungan-

hubungan antar pribadi dapat bersifat timbak balik atau sepihak. Dalam hal

terjadi hubungan yang bersifat simetris, dimana semua anggota menerima

ganjaran sesuai dengan yang diberikannya, maka kita dapat menyebut hal

demikian sebagai hubungan pertukaran. Kontribusi yang diberikan KPKS

terhadap kehidupan sosial ekonomi mayarakat yaitu sebagai berikut :

1. Membantu perekonomian masyarakat dengan memberikan

penghasilan setiapbulannya kepada anggota.

2. Menciptakan lapangan pekerjaan kepada masyarakat Desa Bukit

Layang.

3. Memberikan bantuan sosial kepada masyarakat Desa Bukit Layang

yang terkena musibah.

4. Memberikan bantuan akses Mobil Operasional kepada masyarakat

jika ada masyakarakat Desa Bukit Layang yang ingin berobat

kerumah sakit.

5. Memberikan bantuan ke Desa Bukit Layang untuk perayaan-

perayaan hari besar.

Masyarakat yang menerima ganjaran atau manfaat dari KPKS tidak hanya

berupa hasil dari perkebunan plasma yang dikirim setiap bulan, namun juga

ganjaran berupa tersedianya lapangan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan

52
sehari-hari. Jadi bagi mereka yang melakukan hal tersebut bisa dikatakan

mendapatkan manfaat ganda dalam keberadaan KPKS tersebut.

Pekerjaan yang disediakan koperasi KPKS cukup lumayan banyak, seperti

sekuriti, mandor, perawat tanaman mandor dll. Selaian itu taraf ekonomi

masayarakat meningkat dengan adanya koperasi KPKS ini bisa dilihat dari

bangunan rumah, peralatan rumah tangga, kendaraan dan lain-lain. Anggota

KPKS yang bangunan rumah awalnya hanya rumah yang terbuat dari

kayu/papan sekarang anggota KPKS tersebut sudah membangun rumah

secara permanen. Peralatan rumah tangga yang awalnya biasa-biasa saja

sekarang sudah banyak alat teknologi yang modern. Mereka yang belom

miliki kendaraan dengan adanya KPKS sekarang sudah memiliki kendaraan

sendiri dengan menjadi angoota serta bekerja di perkebunan plasma KPKS.

Seperti yang dijelaskan Bapak Yoyok dari hasil wawancara, beliau

mengatakan :

“dengen ade e koperasi ne sangat ngebantu keadaan kite


sekarang ni. Luk kali bantu kite dibidang ekonomi, ibaratkan kite
yang jadi anggota kan dikirim kerekening hasel dari kebun plasma
ya, men lah tiap bulan dikirem kite dek payah agik ngeneng masalah
duit untuk beli beras bulan ya. Tu kan arti e kita ya lah nerima
manfaat hasel kebun plasma ya. Jadi ya kan sangat ngebantu
ekonomi masyarakat”

“dengan adanya koperasi sangat membantu keadaan kita


sekarang ini. Pertama membantu kita dibidang ekonomi,
diibaratkan kita yang anggota menerima direkening hasil dari
perkebunan plasma, kalau sudah ditransfer kita tidak perlu
bersusah payah mencari uang untuk membeli bahan pokok dibulan
tersebut. Dari hal tersebut kita telah menerima manfaat dari kebun
plasma yang tentunya sangat membantu perekonomian
masyarakat.”

53
Selain hal tersebut kontribusi koperasi KPKS juga memberi bantuan

sosial seperti sembako, dan memberi bantuan sosial bagi masyarakat Desa

Bukit Layang yang sedang sakit dan lain-lain, dan koperasi memberi bantuan

kepada desa untuk acara PHBN, seperti bantuan perayaan HUT-RI, dan

memfasilitaskan kendaraan untuk acara PHBI seperti mejelis taqlim,

hataman, serta perayaan untuk anak-anak hafidz Qur’an. Kontribusi bantuan

yang diberikan kepada orang sakit yaitu dimana jika ada anggota KPKS atau

masyarakat Desa Bukit Layang yang memiliki penyakit lama yang harus

menjalankan operasi, KPKS akan membantu meringankan biaya dirumah

sakit tersebut. Atau ada masyarakat yang sedang sakit ingin meminjam

kendaraan operasional KPKS untuk diantar kerumah sakit, maka akan dibantu

segera diantar kerumah sakit tanpa bayar untuk bensin ataupun uang untuk

biaya sopir.

Blau menjelaskan apabila satu kelompok didalam asosisasi itu

membutuhkan sesuatu dari kelmpok lain. Tetapi tidak mungkin

mengembalikannya dalam imbalan yang seimbang , maka empat

kemungkinan bisa terjadi. Pertama, orang dapat memaksa orang lain untuk

menolongnya. Kedua, mereka mencari dari sumber yang lain bantuan untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Ketiga, mereka dapat bertahan dan hidup terus

tanpa memperoleh apa yang mereka butuhkan itu. Keempat, dan yang paling

penting, mereka dapat takluk kepada orang-orang lain yang memberikan

bantuan kepada mereka (Bernard, 2007 : 177).

54
Melihat dari penjelasan teori Blau diatas dapat dikatan bahwa tidak semua

pertukaran yang mengharapkan imbalan atau ganjaran itu seimbang. Seperti

yang terjadi pada kontribusi dari KPKS Bukit Layang yang diberikan bagi

anggota maupun masyarakat pada umumnya dapat dikatakan cukup besar.

Hal tersebut dapat kita lihat pada penjelasan diatas bahwa KPKS tidak hanya

membantu perekonomian masyarakat, namun juga membuka lapangan

pekerjaan, bantuan sosial, dan juga bantuan untuk ke perayaan hari besar

yang ada. Dengan besarnya kontribusi tersebut tentunya akan berdampak ke

aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Dampak sosial ekonomi tersebut dapat

dilihat dari meningkatnya taraf hidup masyarakat Desa Bukit Layang serata

meningkatnya pola pikir masyarakat yang lebih modern mengingat zaman

yang sudah semakin maju. Namun dari masyarakat itu tidak memberikan

kontribusi yang besar terhadap KPKS. Masyarakat hanya menyedia lahan dan

menjual keperusahaan perkebunan yang kemudian di akadkreditkan

perusahaan ke KPKS untuk menjadi lahan perkebunan plasma. Maka dari hal

itu dapat kita lihat bahwa pertukaran sosial yang terjadi tersebut tidaklah

selalu seimbang antara yang satu dengan yang lain.

D. Dampak KPKS Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa

Bukit Layang

Konsep sosial dan pengertian ekonomi sering di bahas secara terpisah.

Social dalam ilmu sosial merujuk pada objek yakni masyarakat yang merujuk

pada kegiatan yang di tunjukkan untuk mengatasi persoalan yang di hadapi

55
oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan

terkait dengan kesejahteraan sosial. Sedangakan ekonomi dapat diartikan

sebagai peraturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Sosial

ekonomi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan yang ada di masyarakat, umumnya terkait dengan kesejahteraan

masyarakat. Kedudukan sosial ekonomi minimal umumnya mencakup 3 (tiga)

aspek, yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan.

1. Pekerjaan

Keanggotaan koperasi KPKS merupakan kelompok sosial

masyarakat dengan pekerjaan utama sebagai petani atau mereka

yang memilki hak milik perkebunan kelapa sawit (KPKS), yang

kemudian pekerjaan dalam pemeliharaan, perawatan, dan pembagian

hasil dari pemasaran dari TBS dilakukan secara bersama dalam

kelompok sosial tersebut (KPKS), ataupun bersama masyarakat Desa

Bukit Layang yang turut membantu sebagai jasa pekerja pada KPKS.

Hubungan pekerjaan petani yang tergabung dalam anggota KPKS

ataupun dengan masyarakat sekitar yang membutuhkan pekerjaan

memiliki hubungan timbal balik sehingga tercipta kemudahan dan

kepuasan dalam menjalankan pekerjaan atau usaha yang dijalankan.

Dari hubungan tersebut tentunya memberikan hal yang positif

terhadap lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Desa Bukit Layang

misalkan, menjadi anggota koperasi, tenaga perawatan kebun, tenaga

pemanen sawit, serta sebagai hubungan plasma antara koperasi dan

56
PT. THEP. Dari angota bisa menjadi mandor, sekuriti dan bahkan

bekerja di kantor dengan syarat yang telah ditetap perusahaan PT.

THEP. Seperti yang dikatakan oleh seorang informan yang bernama

Bapak Norman selaku pekerja di perkebunan plasma, yaitu:

“kite ni sekarang beruntung ade pola kemitraan kayak ni.


Yang ade plasma e. Kite yang anggota duit dapet tiap bulan,
ditambah agik ade lapangan pekerjaan kek masyarakat jadi
keliet e cukup membantu lah kek ekonomi keluarga. Kami yang
sekolah cuma tamat SD ape yang kek digawe sekarang ni. Jadi
men lah nambah ketersediaan tempet begawe cem ni besyukur
pacak nambah penghasilan.”

“kita sekarang ini beruntung dengan adanya pola kemitraan


yang memiliki plasma. Kita sebagai anggota yang mendapatkan
hasil plasma setiap bulan, ditambah dengan tersedianya
lapangan pekerjaan untuk masyarakat cukup membantu ekonomi
keluarga. Kami yang cuma bertamatan SD apa yang harus
dilakaukan sekarang ini. Jadi dengan menambahkan
ketersediaan lapangan pekerjaan sangat bersyukur bisa
menambah penghasilan”

Dari penjelasan diatas bisa dilihat bahwa dengan adanya

ketersediaan lapangan pekerjaan sangat berarti bagi masyarakat yang

memiliki pendidikan rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari

penjelasan bapak Norman yang selaku anggota koperasi sekaligus

tenaga kerja di KPKS. Dengan adanya lepangan pekerjaan di KPKS

mereka yang tidak memiliki keterampilam serta berpendidikan

rendah bisa bekerja di KPKS untuk menambah perekonomian

keluarga.

Dari penjelasan diatas juga memiliki sisi negatifnya yaitu,

mereka yang telah memiliki KTP Bukit Layang dan mereka yang

belum memiliki KTP Desa Bukit Layang ada yang belum bisa

57
masuk jadi anggota koperasi KPKS. Hal itu dikarenakan kurangnya

informasi serta telah tutupnya pendaftar menjadi anggota

menyebabkan masyarakat Desa Bukit Layang tidak bisa menjadi

anggota koperasi KPKS. Sehingga menyebabkan kecemburuan

sosial.

Untuk mengatasi hal tersebut pihak koperasi memberi solusi

dengan menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang ingin

menerima manfaat dari KPKS. Jadi walaupun mereka belum menjadi

anggota di KPKS tapi mereka memiliki KTP Desa Bukit Layang

masih bisa merasakan manfaat dari keberadaan KPKS tersebut,

dengan cara bekerja pada KPKS yang tersedianya lapangan

pekerjaan di KPKS tersebut.

2. Pendidikan

Keberadaan KPKS juga memberi pengaruh terhadap dunia

pendidikan di Desa Bukit Layang, baik itu bagi anggota (pelatihan

keterampilan anggota), maupun masyarakat dengan adanya pelatihan

dan penyuluhan, baik yang dilakukan oleh koperasi maupun fasilitasi

penyuluhan dari koperasi terhadap anggota koperasi maupun bagi

penyelenggaraan pendidikan di Desa Bukit Layang. Pendidikan

masyarakat yang menjadi anggota, kebayakan berenaka ragam, dari

yang tidak lulus SD, tamatan SD, SMP, SMA, sampai sampat

dengan tamatan peguruan tinggi.

58
Anggota inti dari koperasi seperti pengurus, bendehara,

sekertaris dan pengawas memiliki pendidikan latar belakang dari

SMA sampai perguruan tinggi. Sehingga untuk membantu pehaman

dan keterampilan yang diberi penyuluhan tentang koperasi dari

penyuluh pemerintah dan dari PT.THEP. Koperasi ini diharapkan

akan menjadi koperasi KPKS yang mandiri.

Dengan adanya koperasi KPKS di Desa Bukit Layang

berdampak positif dari segi pendidikan banyak masyrakat memiliki

pendidikan tinggi, karena koperasi memberi pendapatan kepada

anggota dan memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan

untuk meringankan biaya pendidikan anak atau keluarga mereka

misalnya biaya pakaian sekolah, alat-alat tulis dan lain-lain. Seperti

yang disampaikan oleh seorang informan bapak Sarmadi, beliau

mengatakan :

“Bapak ni dari orang susah yang hanya sekolah ge


tamatan SD. Tu ge dak de tamat cuma paket C bai. Bapak ad
anak 4 yang alhamdulillah 2 la tamat SMA tinggal agik 2. Skali
jadi anggota di KPKS tu pacak bantu ekonomi keluarga, yang
pasti e ngeringan bebanlah. Walaupun bapak orang yang dak
sekolah, tapi bapak nek anak bapak pendidikan e tinggi.”

“Bapak ini dari keluarga miskin yang sekolah hanya


tamatan SD, dan itu pun tidak selesai hanya paket C. Dengan
menjadi anggota di KPKS bisa sedikit membantu ekonomi
keluarga. Walaupun bapak orang yang tidak sekolah, tetapi
bapak mau anak-anak bapak berpendidikan tinggi”

Dari pendapat seorang informan diatas, bisa diliat KPKS juga

bisa berdampak pada tingkat pendidikan suatu keluarga. Pendapatan

yang diperoleh setiap anggota sangat membantu ekonomi serta

59
meringankan beban keluarga. Sehingga jika sebuah keluarga yang

latar belakang orang tua awalnya berpendidikan rendah hanya

tamatan SD, dengan adanya bantuan serta pendapatan dari hasil

kebun plasma KPKS bisa membantu seorang anak dari keluarga

tersebut berpendidikan tinggi. Dengan meningkatnya tingkat

pendidikan tentunya akan merubah pola pikir dari sebuah keluarga

tersebut, dan tentunya itu juga akan merubah taraf hidup dari

keluarga tersebut.

Perubahan yang terjadi pada taraf hidup keluarga menciptakan

suasana dimana tingkat pendidikan menjadi lebih mendominasi pada

ekonomi keluarga. Hal tersebut ditunjang dengan adanya teknologi

serta media (media massa atau pun media sosial) untuk anak didalam

keluarga dari orang tuanya. Sebab setiap orang tua menginginkan

pendidikan yang tinggi untuk anak-anaknya, dari hal tersebutlah pola

pikir setiap keluarga akan berubah sesuai kemajuan zaman yang

semakin modern.

Namun dari keberadaan KPKS juga memiliki sisi negatif dari

segi pendidikan, yaitu masyarakat yang tinggal di Desa Bukit

Layang yang baru memiliki KTP Desa Bukit Layang dan belum bisa

menikmati bantuan atau manfaat secara keseluruhan dari bantuan

koperasi KPKS. Jadi untuk solusi koperasi mendata masayarakat

yang tinggal di Desa Bukit Layang yang belum memiliki KTP Desa

Bukit Layang, dengan memberi bantuan berupa alat-alat tulis kepada

60
mereka yang membutuhkan. Dari sisi negatif tersebut akan

terciptanya kesenjangan kecemburuan sosial antara masyarakat yang

sudah menjadi anggota dengan yang belum menjadi anggota.

3. Pendapatan atau Penghasilan

Pendapatan atau penghasilan adalah hasil yang didapat oleh

sesorang/kelompok atas jasa atau pekerjaan yang dijalankannya.

Pendapatan biasanya dalam bentuk materi atau uang. Keberadaan

KPKS juga diharapkan memberi pengaruh terhadap pendapatan

anggota, dan juga dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi

masyarakat di Desa Bukit Layang dimana KPKS tersebut berada.

Pendapatan yang diterima para anggota yaitu dari hasil penjualan

TBS kepada PT.THEP yang sudah di kurangi semua biaya-biaya

produksi. Sehingga dari 570 orang anggota semua keuntungan dibagi

rata termasuk yang diterima ketua koperasi KPKS. Dari segi positif

yang menjadi anggota koperasi KPKS masyakat Desa Bukit Layang

menerima pendapatan tiap bulan tanpa harus kerja karena semua

sudah ada pengurus dengan pendapatan sudah otomatis mereka

terima di rekening setiap bulan, besaran pendapatan tiap bulannya

bervariasi. Untuk sekarang yang memasuki tahun ke-7 jalannya

koperasi pendapatan yang diterima anggota KPKS setiap bulannya

rata-rata sekitar Rp 500.000,-.

Dari penjelasan ketiga aspek diatas tentang dampak dari keberadaan

KPKS terhadap sosial ekonomi masyarakat, tentunya sangat berdampak pada

61
perekonomian keluarga. Dampak tersebut memberikan perubahan pada pola

taraf hidup masyarakat, yang dimana KPKS membantu menunjang

perekonomian pada keluarga masyarakat. Tersedianya lapangan pekerjaan

dan meningkatnya pendapatan masyarakat berpengaruh pada pendidikan serta

pola pikir masyarakat. Dari dampak tersebut memberikan perubahan pada

pola pikir masyarakat serta membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Perubahan yang terjadi pada masyarakat yang awalnya hanya

berpenghasilan rendah cukup untuk makan sehari-hari, dengan adanya KPKS

yang membantu menunjang perekonomian bisa membangun ekonomi

keluarga. Taraf hidup dan pola pikir masyarakat pun menjadi meningkat, dan

juga tingkat pendidikan dalam masyarakat bisa meningkat. Masyarakat Desa

Bukit Layang awalnya rata-rata hanya berpendidikan rendah sekarang setiap

keluarga menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang tingkat SMA bahkan

sampai keperguruan tinggi. Dapat dilihat bahwa keberadaan KPKS tersebut

sangat berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Desa Bukit

Layang.

62
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Kontribusi Koperasi Perkebunan

Kelapa Sawit (KPKS) Bukit Layang Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi

Masyarakat Desa Bukit Layang, yaitu:

Pertama, meningkatkan taraf hidup masyarakat yang sekaligus berdampak

keperekonomian masyarakat, meningkatnya taraf hidup berpengaruh pada pola

pikir masyarakat serta sangat berdampak pada kehidupan sosial ekonomi

masyarakat. Meningkatnya taraf hidup masyarakat juga merupakan tujuan dari

KPKS. Meningkatkan taraf hidup tersebut dengan cara membagikan hasil dari

penjualan TBS ke anggota yang langsung dikirim kerekening masing-masing

anggota setiap bulan.

Kedua, memberi bantuan sosial dan bantuan untuk menggunakan

kendaraan operasional kepada masyarakat Desa Bukit Layang, bantuan sosial

tersebut berupa bantuan untuk masyarakat Desa Bukit Layang yang terkena

63
musibah. Sedangkan bantuan untuk menggunakan kendaraan operasional

tersebut merupakan bantuan bagi masyarakat yang ingin mengantarkan

keluarga yang sedang sakit untuk kerumah sakit dapat menggunakan kendaraan

tersebut tanpa bayar sepeserpun. Selain itu bantuan kepada desa juga ada pada

saat Perayaan Hari Besar Nasional (PHBN) dan Perayaan Hari Besar Islam

(PHBI) dengan cara mengantarkan proposal kekantor KPKS.

Ketiga, KPKS memiliki peran koperasi yaitu menciptakan lapangan

pkerjaan, artinya disini KPKS dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat yang belum memiliki pekerjaan. Baik itu anggota dari KPKS

ataupun yang bukan anggota asalkan memiliki KTP Desa Bukit Layang.

Keempat, KPKS memiliki dampak kepada masyarakat Desa Bukit Layang

dari segi, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Dari dampak aspek-aspek

tersebut KPKS berpengaruh merubah pola pikir serta taraf hidup masyarakat.

perubahan tersebut tentunya sangat berdampak pada kehidupan sosial ekonomi

masyarakat.

B. Saran

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada

seluruh anggota KPKS dan pengurus dari KPKS dan masyarakat terkait

koperasi. Kepada seluruh pengurus koperasi KPKS dan anggota koperasi

KPKS menambah koata anggota serta membuka slot baru untuk yang

ingin bergabung menjadi anggota koperasi KPKS, dan membantu

masyarakat yang sudah lama tinggal di Desa Bukit Layang yang belum

64
memiliki KTP tetapi ingin menjadi anggota koperasi KPKS. Serta

memberi Informasi tetang keberadaan koperasi KPKS kepada masyarakat

yang belum mengetahui. Kepada seluruh anggota koperasi KPKS perlu

adanya pengetahuan tentang plasma lebih jauh lagi agar mamahami

tentang koperasi plasma dan mampu menjalankan tugas dan kewajibannya

dengan baik agar koperasi plasma KPKS bisa mencapai tujuan dari

koperasi tersebut. Dan juga jika pergantian pengurus diharapkan koperasi

tetap memberikan dampak yang positif bagi masyarakat.

65
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Bernard Raho, SVD. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publiser.
Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana
Idrus. Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial: Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga.
Martono, Nanang. 2014. Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif Klasik, Modern,
Posmodern, dan Poskolonial Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Moleong, Lexy. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Press
Group.
Poloma, Margaret. 2013. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Rajawali Pers.
Rahman, Bustami dan Ibrahim. 2009. Menyusun Proposal Penelitian.
Pangkalpinang: UBB Press.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sangadji, Etta Mamang & Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Suprayogo, Imam & Tobroni. 2003. Metodologi Penelitian Sosial-Agama.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Upe, Ambo. 2010. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers
Dokumen
Peraturan Mentri Pertanian Nomor 26 Tahun 2007.

66
Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2004.
Undang-undang Nomor 25 tahun 1992.
Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 22 Tahun 2010.
Jurnal dan Skripsi
Darwis, Ichsan. 2015. Dampak Keberadaan Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap
Kesejahteraan Sosial Masyarakat di Desa Bulu Mario Kabupaten Mamuju Utara.
Skripsi. Universitas Hasanuddin. Diakses tanggal 29 Juli 2019.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/17053/SKRIPSI
%20LENGKAP-FISIP-SOSIOLOGI-ICHSAN%20DARWIS.pdf?sequence=1

Nawiruddin. 2017. Dampak Keberadaan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam


Peningkaan Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Long Kali Kabupaten Paser.
Jurnal. Fakultas FISIP Universitas Mulawarman. Diakses tanggal 27 September
2017.http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2017/02/Muhammad%20Nawiruddin%20(02-23-17-11-11-
57).pdf
Saleh, Muhammad. 2015. Studi Tentang Pola Kemitraan PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA XIII Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Di Desa
Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. Jurnal. Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Mulawarman
Siradjuddin. 2015. Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian
Wilayah di Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal. Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Diakses tanggal 20 oktober
2017.http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/agroteknologi/article/viewFile/1349/1188.
Srikujam, Dominikus. 2015. Pola Kemitraan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi
pada PT. Mitra Austral Sejahtera di Desa Upe Kecamatan Bonti Kabupaten
Sanggau). Jurnal. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Universitas
Tanjungpura Pontianak.
Tumimomor. 2012. Pengelolaan Koperasi Dalam Program Kemitraan. Jurnal.
Fakultas Ekonomika dan bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full
%20text.pdf
Hendriono, william. (2016). Studi Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe
Utara. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo.
https://docplayer.info/54146175-Skripsi-studi-dampak-perkebunan-kelapa-sawit-
terhadap-kondisi-sosial-ekonomi-masyarakat-di-kecamatan-andowia-kabupaten-
konawe-utara.html

67

Anda mungkin juga menyukai